TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Rabu, 20 Juni 2012

Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas III

4. Qiyas

 QIYAS (ANALOGI) Secara bahasa, qiyas berarti “mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya”. Secara istilah, al-faqir mendefinisikan:

إلحاق أمر غير منصوص على حكمه الشرعي بأمر منصوص على حكمه لاشتراكهما فى علة الحكم 

Qiyas adalah: Menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya, dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya, karena ada persamaan ‘illat antara keduanya.

Qiyas adalah menyamakan (menganalogikan) suatu perkara dengan perkara (yang sudah ada ketetapan hukumnya) dalam hukum syariat kedua kedua perkara ini ada kesamaan illat (pemicu hukum). Menurut ulama ushul qiyas adalah, “Memberlakukan suatu hukum yang sudah ada nashnya kepada hukum yang tidak ada nashnya berdasarkan kesamaan 'illat."

Dalil Keabsahan Qiyas QS. Al-Nisa`: 59

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

Ayat ini menunjukkan bahwa jika ada perselisihan pendapat tentang hukum suatu masalah, maka jalan keluarnya dengan mengembalikan kepada Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah Saw. Nah, cara mengembalikannya antara lain dengan metode qiyas. Hadis yang berisi dialog antara Rasulullah Saw dan Mu’az bin Jabal ketika ia akan dikirim menjadi hakim di Yaman, dan merupakan pengakuan Rasul terhadap praktik qiyas.

كيف تقضي فقال أقضي بما في كتاب الله قال فإن لم يكن في كتاب الله قال فبسنة رسول الله ص م قال فإن لم يكن في سنة رسول الله ص م قال أجتهد برأيي قال الحمد لله الذي وفّق رسولَ رسولِ الله ص م ( رواه الترمذي


Sebagai contoh, yang Allah haramkan hanya khamer saja di dalam Al-Quran. Khamar adalah perasan buah anggur yang sudah sampai pada kondisi tertentu sehingga peminumnya bisa mabuk. Terus terang tidak ada satu pun ayat Al-Quran yang mengharamkan bir dan beragam minuman keras lainnya. Apakah hukumnya menjadi tidak haram? Tentu saja semua jenis minuman keras haram hukumnya dengan diqiyaskan kepada khamar. 'Illatnya adalah karena memabukkan, maka segala makanan dan minuman yang memabukkan hukumnya sama dengan khamar dengan jalan diqiyaskan. Sehingga hukumnya haram

Dibanding dengan Ijma’, Qiyas lebih banyak memberikan pengaruh dalam pengambilan hukum yang dilakukan oleh para ulama fiqh. Ijma’ disyarakan harus disepakai semua ulama di suatu waktu dan tempat tertenu. Sementara Qiyas tidak disyaratkan kesepakatan ulama fiqh. Masing-masing ulama memiliki kebebasan untuk melakukan Qiyas dengan syarat-syarat yang sudah disepakati oleh para ulama.

 Rukun Qiyas Qiyas dianggap sah jika lengkap rukun-rukunnya. Ada 4 rukun qiyas: الأصل (pokok tempat meng-qiyaskan sesuatu), yaitu masalah yang telah ditetapkan hukumnya, baik dalam al-Quran atau dalam sunnah. الأصل disebut juga المقيس عليه (yang menjadi ukuran) . Misalnya khamer ditegaskan dalam QS. Al-Maidah: 90

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ

Adanya حكم الأصل yaitu hukum syara’ yang terdapat pada الأصل yang hendak ditetapkan pada الفرع (cabang) dengan jalan qiyas. Misalnya hukum haramnya khamer. Adanya cabang ( الفرع ) yaitu sesutau yang tidak ada ketegasan hukumnya dalam Quran, sunnah atau ijma’, yang hendak ditemukan hukumnya melalui qiyas. Misalnya hukum wisky, bir. ‘ illat ( علة ) yang merupakan inti bagi praktik qiyas, yaitu suatu sifat yang ada pada ashal dan sifat itu yang dicari pada fara'. Seandainya sifat ada pula pada fara', maka persamaan sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum fara' sama dengan hukum ashal.

Contoh Qiyas Menurut surat al-Isra' 23;

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

"Dan Rabb-mu telah memerintahkan, supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan: 'ah', dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." – (QS.17:23)

seseorang tidak boleh berkata uf ( cis ) kepada orang tua. Maka hukum memukul, membentak, meneror dsb terhadap orang tua juga dilarang, atas dasar analogi terhadap hukum cis tadi. Karena ‘illatnya sama-sama menyakiti orang tua. Pada zaman Rasulullah saw pernah diberikan contoh dalam menentukan hukum dengan dasar Qiyas tersebut, yaitu ketika Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah saw :

Hari ini saya telah melakukan suatu pelanggaran, saya telah mencium istri, padahal saya sedang dalam keadaan berpuasa. Tanya Rasul : Bagaimana kalau kamu berkumur pada waktu sedang berpuasa ? Jawab Umar : tidak apa-apa. Sabda Rasul : Kalau begitu teruskanlah puasamu

Kenapa harus ada Qiyas?

 Sebab teks-teks Al-Quran dan Sunnah sangat PADAT ISI DAN MAKNANYA , artinya tidak keseluruhan masalah disebutkan hukumnya satu-satu persatu. Sementara kejadian-kejadian yang membutuhkan kepastian hukum syariat dalam kehidupan manusia sangat banyak dan setiap hari muncul kejadian-kejadian baru. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan ijtihad , ijma' & qiyash  dari para ulama fiqh. Salah satu methode ijtihad tersebut di sebut dengan Qiyas. 

Hukum-hukum jual beli misalnya, Al-Quran dan Sunnah menyebutkan lebih banyak dibanding dengan soal sewa menyewa. Maka para ahli fiqh kemudian melakukan Qiyas pada hukum-hukum sewa-menyewa dengan hukum-hukum dalam masalah jual beli karena kedua masalah ini memiliki kesamaan; dari sisi keduanya adalah transaksi jual beli barang dan jasa.




 . SUMBER-SUMBER  TABI'IYAH (turunan) 

Di sebut turunan karena sumber-sumber sesungguhnya diambil dan bermuara dari pemahaman baik langsung atau tidak terhadap Al Quran dan Sunnah.

1. Masalih mursalah

Atau dikenal juga Istislah. Yang artinya; mengambil hukum suatu masalah berdasarkan kemasalahatan (kebaikan) umum. Yaitu kemasalahatan yang oleh syariat tidak ditetapkan atau ditiadakan. Masuk dalam masalah adalah menghindarkan kerusakan baik terhadap indifidu atau masyarakat dalam banyak bidang.

Contoh maslahah mursalah adalah Umar bin Khatab dimasa kekhilafahannya membuat sebuah instansi untuk menangani gaji para pasukan kaum muslimin. Kemudian muncul instansi lainnya untuk menangani masalah-masalah lainnya.

Menurut sebagian ulama Mashlahatul Mursalah adalah, memelihara maksud Syara’ dengan jalan menolak segala yang merusakan makhluk. Contohnya, menaiki bis atau pesawat ketika melaksanakan ibadah haji walau itu tidak ada di zaman Rasulallah SAW tetapi boleh dilakkukan demi kemashlahatan ummat.

Contoh lain, mendirikan sekolah, madrasah untuk thalabul ilmi, tegasnya melakukan hal-hal yang berhubungan dengan agama walau tidak ada di zaman Nabi boleh kita lakukan demi kemashlahatan ummat yang merupakan tujuan di syaria’atkanya agama. 

2. Istidlal

Menurut Ibnu Hazm istidlal adalah, “Mencari dalil dari ketetapan-ketetapan akal dan natijah-natijah (kesimpulan) atau dari seorang yang lain yang mengetahuinya.”

Menurut ulama lain, Istidlal adalah, “Pertalian antara dua hukum tanpa menentukan illat (sebab)nya. Misalnya, menentukan batalnya shalat kalau tidak menutup aurat, karena menutup aurat merupakan syarat shahnya shalat.

Contoh lain, haramnya menjual daging babi karena termasuk membantu dalam kedurhakaan.

3. Istishhab

Istishhab adalah, menetapkan hukum yang berlaku sekarang atau yang akan datang berdasarkan ketetapan hukum sebelumnya karena tidak ada yang merubahnya.

Misalnya, seseorang telah berwudlu, setelah beberapa saat ia ragu-ragu apakah ia sudah batal atau belum, maka ketetapan hukum seblumnya yaitu sudah berwudlu bisa dijadikan dalil bahwa ia masih punya wudlu. Sebagian ulama menamakan istishhab dengan “Baraatu Al-Dzimmah”

4. Saddu Dzari’ah

Saddu Dzari’ah adalah, mencegah sesuatu yang menjadi jalan kerusakan untuk menolak kerusakan atau menyumbat jalan yang menyampaikan seseorang kepada kerusakan. Contoh, diharamkan menanam ganja atau opium untuk menutup kerusakan yang akan ditimbulkannya, yaitu orang-orang menggunakannya untuk memabukkan. Contoh lain, membuat diskotik karena biasanya sebagai tempat maksiat dan dosa.

5. Istihsan

Istihsan adalah berpindah dari suatu hukum dalam pandangannya kepada hukum yang berlawanan karena ada suatu yang dianggap lebih kuat, dengan pertimbangan hukum yang baru lebih baik karena kondisi dengan tanpa mengubah hukum asalnya, jika kondisi normal. Contohnya, orang yang mencuri di musim paceklik atau musim kelaparan tidak dipotong tangannya karena dimungkinkan ia mencurinya karena terpaksa.

6. 'Urf

Urf atau kebiasaan adalah sesuatu yang biasa terjadi di kalangan kaum muslimin, misalnya jual beli yang harusnya pakai ijab qobul, pada suatu kondisi tidak apa-apa jika kebiasaan masyarakat disana tidak melakukannya. Contoh lain, batasan safar yang membolehkan di qoshor shalat, tergantung kepada kebiasan masyarakat menamakan istilah safar tersebut.

7. Syaru man qoblana

Maksudnya adalah syariat umat sebelum nabi Muhammad diutus. Para ulama berbeda pendapat tentang keberlakuan syariat untuk nabi-nabi sebelum Rasulullah SAW. Apakah bila tidak ada penghapusan dari syariat Islam, lantas secara otomatis berlaku ataukah harus ada ketetapan terlebih dahulu dari Rasulullah SAW tentang masih berlakunya hal tersebut.

 Sebab pada kenyataannya, masih ada perbedaan dalam detail syariat yang berlaku untuk nabi terdahulu. Misalnya, nabi Daud as. berpuasa bukan hanya di bulan Ramadhan, melainkan sepanjang tahun dengan berselang-seling sehari berbuka dan sehari puasa. Ini tentu berbeda dengan syariat puasa untuk nabi Muhammad SAW dan ummatnya yang hanya pada bulan Ramadhan ....

BERLANJUT DI EDISI SELANJUTNYA TENTANG ATURAN ATURAN SYARAT MENGKAJI AL-QUR'AN DAN AL-HADIST

QUR'AN, HADIS,IJMA,QIYAS II

2. As Sunnah 

Menurut ulama hadits Sunnah adalah, “Apa-apa yang datang dari Nabi saw. berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat-sifat beliau baik sifat jasmani ataupun sifat akhlaq."

 SUNNAH Sunnah secara bahasa berarti “perilaku seseorang tertentu, termasuk perilaku yang baik atau perilaku yang buruk”. Secara istilah, sunnah adalah “segala perilaku Rasulullah Saw yang berhubungan dengan hukum, baik berupa ucapan (sunnah qawliyyah), perbuatan (sunnah fi’liyyah), atau pengakuan (sunnah taqririyyah). Contoh sunnah qawliyyah, sabda Rasul Saw

لاضرر ولا ضرار .

Contoh sunnah fi’liyyah seperti hadis tentang rincian tatacara shalat, haji, dsb. Contoh sunnah taqririyyah ialah pengakuan Rasul Saw atas perilaku dua sahabat ketika dalam perjalanan mereka tidak menemukan air, lalu mereka bertayamum dan mengerjakan shalat. Kemudian mereka mendapatkan air, sedang waktu shalat masih berlanjut. Lalu salah satunya berwudhu’ dan mengulangi shalat, satunya lagi tidak. Keduanya diakui oleh Rasul Saw. Dalil keabsahan sunnah, QS. Al-Nisa`: 59, Al-Ahzab: 21, Al-Nisa`: 80

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

 Sunnah merupakan sumber syariat Islam setelah Al-Quran. Sunnah berfungsi merinci garis besar Al-Quran, menjelaskan yang musykil, membatasi yang muthlak, dan memberikan penjelasan hukum. Sunnah juga merupakan sumber hukum independent (mustakhil) yang tidak ada hukumnya dalam Al-Quran seperti warisan untuk nenek yang dalam sunnah disebutkan mendapatkan warisan 1/6 dari harta warisan. Namun demikian Sunnah mengikut Al-Quran sebagai penjelas sehingga sunnah tidak akan keluar dari kaidah-kaidah umum dalam Al-Quran. Maka memahami Sunnah secara umum merupakan susuatu yang pasti dalam memahami Al-Quran karena jika tidak kitab suci ini tidak mungkin bisa dipahami dan dipraktikkan dengan benar. 

 FUNGSI SUNNAH TERHADAP AYAT HUKUM Secara umum fungsi sunnah sebagai bay ā n (penjelasan) atau taby ī n (menjelaskan ayat-ayat hukum dalam al-Quran). Secara khusus fungsi sunnah: Menjelaskan isi al-Quran, antara lain dengan merinci ayat-ayat global.

Disamping itu berfungsi mentakhshish ayat-ayat yang sifatnya umum. Membuat aturan tambahan yang bersifat teknis atas sesuatu kewajiban yang disebutkan pokok-pokoknya dalam al-Quran. Menetapkan hukum yang belum disinggung dalam Al-Quran. Misalnya hadist

كل ذي ناب من السباع فأكله حرام

artinya semua jenis binatang buruan yang mempunyai taring dan burung yang mempunyai cakar, maka hukum memakannya adalah haram. (HR. Nasa`i)

FUNGSI SUNNAH TERHADAP AL-QURAN Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti hadits : “Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli” (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur’an yang umum, yaitu : “Aqimush-shalah” (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: “Khudzu ‘anni manasikakum” (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir dari ayat Al-Qur’an “Waatimmulhajja” ( Dan sempurnakanlah hajimu ). Bayan Taqrir , yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an. Seperti hadits yang berbunyi: “Shoumu liru’yatihiwafthiru liru’yatihi” (Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah : 185.

Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti pernyataan Nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati”, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat at-Taubah: 34,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الأحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ


yang artinya sebagai berikut :
“Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”. Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.

PEMBAGIAN SUNNAH Sunnah atau hadis dari segi sanadnya
atau periwayatannya dalam kajian Ushul Fiqh dibagi kepada 2 macam: hadis mutawatir dan hadis ahad . 

MUTAWATIR adalah hadis yang diriwayatkan dari Rasul oleh sekelompok perawi yang menurut kebiasaan individu-individunya jauh dari kemungkinan berbuat bohong, karena banyak jumlah mereka dan diketahui sifat masing-masing mereka yang jujur serta berjauhan tempat antara satu dengan yang lain. 

Dari kelompok ini diriwayatkan pula selanjutnya oleh kelompok berikutnya yang jumlahnya juga banyak, begitulah seterusnya hingga sampai kepada pentadwin (orang yang membukukan).

Hadis mutawatir terbagi dua: mutawatir lafzi (diriwayatkan oleh orang banyak yang bersamaan arti dan lafaznya), dan mutawatir ma’nawi (hadis yang beragam redaksinya tapi maknanya sama). Hadis AHAD, diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak sampai ke batas hadis mutawatir. Hadis Ahad terbagi 3: Masyhur (hadis yang pada masa sahabat diriwayatkan oleh 3 perawi tetapi kemudian pada masa tabi’in dan seterusnya hadis itu menjadi mutawatir di lihat dari segi jumlah perawinya), ‘ aziz (hadis yang pada satu periode diriwayatkan oleh dua perawi meskipun pada periode yang lain diriwayatkan olwh banyak orang), gharib (hadis yang diriwayatkan orang perorangan pada setiap periode).

Sunnah sampai ke kita dengan melalui jalan periwayatan secara berantai hingga ke Rasulullah saw. Sebab masa kenabian sudah usai. Namun krediblititas agama dan moral para perawi (pembawa hadis) itu sudah melalaui seleksi ketat oleh para ahli hadis. Sehingga keotentikan hadis dan kebenarannya sudah melalui pembuktian yang ketat. Hadis shahih dan hasan saja yang bisa dijadikan sumber hukum. Sementara hadis hadis yang berstatus lemah (dlaif), atau bahkan palsu (maudlu') yang tidak bisa dijadikan referensi dan sumber hukum syariat.

Kitab-kitab hadits yang dijadikan sumber utama adalah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Kemudian kitab-kitab Sunan Abu Dawud, Sunan An Nasai, Sunan At Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah. Disamping kitab Al Muwatta' karangan Imam Malik dan Musnad Ahmad karangan Imam Ahmad memiliki kedudukan penting bagi para ulama fiqh.

Jadi seorang ahli fiqh akan mencari dalil terlebih dahulu dari Al-Quran kemudian dari Sunnah. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bertanya kepada Muadz bin Jabal: "Bagaimana kamu memutuskan masalah yang kamu hadapi?" Muadz: "Saya memutuskan dengan kitab Allah." Rasulullah: "Bagaimana jika kamu tidak menemukan di dalamnya?" Muadz: "Dengan Sunnah Rasulullah,"

 Kepada hakim Syuraih, Umar bin Khottob mengirim surat kepadanya yang berisi, "Hendaklah kamu memutuskan dengan kitab Alloh, jika tidak menemukan maka dengan Sunnah Rasulullah saw." 

3. Ijma'

 IJMA’ Secara etimologi, ijma’ berarti “kebulatan tekad terhadap suatu persoalan”, atau “kesepakatan tentang suatu masalah”. menurut al-faqir , ijma’ adalah “kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Islam tentang hukum syara’ pada satu masa setelah Rasulullah Saw wafat”.
Para ulama sepakat bahwa ijma’ sah dijadikan sebagai dalil hukum. 

Ada ikhtilaf mengenai jumlah pelaku kesepakatan sehingga dapat dianggap ijma’. Menurut mazhab Maliki, kesepakatan sudah dianggap ijma’ meskipun hanya merupakan kesepakatan penduduk Madinah (ijma’ ahl al-madinah). Menurut Syi’ah, ijma’ adalah kesepakatan para imam di kalangan mereka. Menurut jumhur, ijma’ sudah dianggap sah dengan adanya kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid. 
18. Dalil Keabsahan Ijma’ QS. Al-Nisa`: 115

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى و َيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukmin , Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Ayat tsb mengancam golongan yang menentang Rasul Saw dan mengikuti jalan orang2 non-mukmin. Artinya, wajib hukumnya mengikuti jalan orang2 mukmin, yaitu mengikuti kesepakatan (ijma’) mereka. Hadis Rasulullah Saw riwayat Abu Daud dan Tirmizi:

عن ابن عمر أن رسول الله ص م قال إن الله لايجمع أمتي اَو قالَ أمةَ محمدٍ ص م على ضلالة

Rasul Saw bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku, atau beliau berkata umat Muhammad Saw, atas kesesatan. 
 
Landasan (Sanad) Ijma’ dan Contoh Ijma’ Ijma’ baru dapat diakui sebagai dalil jika dalam pembentukannya mempunyai landasan, yaitu Quran dan Sunnah. Contoh ijma’ yang dilandaskan atas Quran adalah kesepakatan para ulama atas keharaman menikahi nenek dan cucu perempuan , walau tidak disebut tegas dalam QS. Al-Nisa`: 23.

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ ...

Para ulama sepakat bahwa kata ummahat (para ibu) mencakup ibu kandung dan nenek, dan kata banat (anak-anak perempuan) mencakup anak dan juga cucu perempuan.

Contoh ijma’ yang disanadkan atas sunnah, kesepakatan para ulama bahwa nenek menggantikan hak ibu, jika ibu kandung si mayit sudah wafat, dalam hal mendapat harta warisan . Dalam hadis disebutkan, ketika ada nenek datang bertanya kepada Abu Bakar, lalu Abu Bakar bertanya kepada khalayak, dan Mughirah lah yang bisa memberitahu bahwa Rasul pernah memberi nenek 1/6 dari harta warisan cucunya.

عن ابن عمر قال جاءت الجدة أمُّ الأمْ وأمّ الأب الى ابي بكر فسأل الناسَ فشهدَ المغيرةُ بن شعبةَ أنّ رسول الله ص م أعطاها ( رواه الترمذي ) 

. Macam-macam Ijma’ Ijma’ sharih adalah kesepakatan tegas dari para ulama mujtahid dimana masing-masing mujtahid menyatakan persetujuannya secara tegas terhadap kesimpulan hukum. Ijma’ sukuti adalah bahwa sebagian ulama menyatakan pendapatnya, sedangkan ulama mujtahid lainnya hanya diam tanpa komentar. Menurut Imam Syafi’i dan kalangan

Mailikiyah, ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan landasan pembentukan hukum. Karena diamnya sebagian ulama belum tentu menandakan setuju, bisa jadi disebabkan takut kepada penguasa bilamana pendapat itu telah didukung penguasa, atau boleh jadi disebabkan merasa sungkan menentang pendapat mujtahid karena dianggap lebih senior.

Menurut Hanafiyah dan Hanabilah, ijma’ sukuti sah dijadikan sumber hukum, karena diamnya sebagian ulam dipahami sebagai persetujuan. Jika mereka tidak setuju dan memandangnya keliru, pasti secara tegas menentangnya. IJMA ’ IJMA’ SHARIH (TEGAS) IJMA’ SUKUTI (DIAM)

Ijma' adalah kesepakatan para ahli fiqh dalam sebuah periode tentang suatu masalah setelah wafatnya Rasulullah saw tentang suatu urusan agama. Baik kesepakatan itu dilakukan oleh para ahli fiqh dari sahabat setelah Rasulullah saw wafat atau oleh para ahli fiqh dari generasi sesudah mereka. Contohnya ulama sepakat tentang kewajiban shalat lima waktu sehari semalam dan semua rukun Islam. Ijma' merupakan sumber hukum dalam syariat setelah Sunnah.

 Menurut Al faqir adalah, “Kesepakatan seluruh ulama Islam terhadap suatu masalah dalam satu waktu. Apabila telah terjadi ijma’ seluruh mujtahidin terhadap suatu hukum, maka tidak boleh bagi seseorang menyelisihi ijma' tersebut, karena ummat (para mujtahidin) tidak mungkin bersepakat terhadap kesesatan. 

Sejumlah ayat dan sunnah menjelaskan bahwa Ijma' adalah sumber dan hujjah dalam menetapkan hukum. Allah berfirman:

“Barangsiapa yang durhaka kepada Rasul setelah petunjuk datang dan mengikuti jalan selain jalan orang-orang beriman,” (An Nisa: 115)

Rasulullah saw. Bersabda, ”Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan,” dalam riwayat lain “…dalam kesalahan,”

Dalam hadis lain, ”Apa yang menurut orang-orang Islam baik maka ia baik di sisi Allah dan apa yang menurut mereka buruk maka buruk di sisi Allah.”

Di hadis lain disebutkan, ”Barangsiapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja maka ia telah melepaskan ikatannya dari Islam.”

Di samping itu Ijma' dilakukan berdasarkan dalil di dalamnya sebab tidak mungkin ulama dalam masa tertentu melakukan kesepakatan tanpa dalil syariat. Karenanya, para ulama mutaakhir (generasi belakangan) ingin mengetahui Ijma' maka yang dicari bukan dalil Ijma' namun kebenaran adanya Ijma' itu sendiri, apakah benar periwayatannya atau tidak.

 BERSAMBUNG KE .... QIYAS ...............

PENGERTIAN QUR'AN, HADIS,IJMA,QIYAS I

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
 Al-hamdulillah, wash-sholatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du 

Sebenarnya sumber hukum Islam memang Al-quran dan sunnah. Keduanya adalah telah disepakati oleh ulama sebagai sumber hukum. Namun dalam kasus di mana Al-Quran dan As-Sunnah tidak menyebutkan secara eksplisit tentang hukum suatu masalah, maka diperlukan metodologi untuk mendapatkan jawabannya. Tentu saja metodologi itu juga harus seiring dan sejalan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

 Definisi Dalil & al-Quran DEFINISI DALIL Secara bahasa adalah “yang menunjukkan terhadap sesuatu”. Dalil diartikan pula dengan ما فيه دلالة وإرشاد artinya perkara yang di dalamnya terdapat petunjuk. Ulama Ushul mendefinisikan dalil dengan istilah الذي يمكن ان يتوصّل بصحيح النظر فيه الى العلم بمطلوب خبري artinya sesuatu yang dengan penelaahan yang shahih bisa menghantarkan kepada pengetahuan terhadap mathlub khabari (hukum suatu perkara yang sedang dicari status hukumnya). TA’RIF AL-QURAN bentuk mashdar dari fi’il madhi qara`a yang berarti bacaan. Menurut istilah Ushul Fiqh, al-Quran berarti kalam (perkataan) Allah yang diturunkan-Nya dengan perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw dengan bahasa Arab serta dianggap beribadah membacanya.

Di antara metodologi pengambilan hukum Islam adalah ijma' dan qiyas. Di samping itu ada beberapa sumber lain yang merupakan sumber turunan dari sumber di atas, seperti Istihsan, Masalihul mursalah, Urf, dan lain-lain. Perlu diketahui bahwa semua dalil-dalil yang ada bersumber dan berdasarkan dari satu sumber; Al Quran. Karena Imam Syafi'i mengatakan, "Sesungguhnya hukum-hukum Islam tidak diambil kecuali dari nash Al Quran atau makna yang terkandung dalam nash." Menurutnya, tidak ada hukum selain dari nash atau kandungan darinya. Meski, Imam Syafi'i membatasi maksudnya "kandungan nash" hanya dengan qiyas saja. Sementara ahli fiqh lainnya memperluas pengertian "kandungan nash".

Maka bila kita urutkan, kita bisa membuat daftar sumber hukum Islam berserta dengan metodologinya sebagai berikut:


A. Sumber-sumber Pokok:

1. Al Quran

Al Quran adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril. Menurut ulama Ushul Al-Qur’an adalah, “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang ditulis dalam mushhaf, berbahasa arab, dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir, diawali dari surat Al-Fatihah, diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya merupakan ibadah.

Al-Quran menjelaskan rambu-rambu masalah akidah dengan secara rinci, namun masalah ibadah dan hak-hak antar sesame dengan cara garis besar. Dalam syariat Islam Al-Quran adalah undang-undang dalam menetapkan aturan social. Ia sebagai tuntutan bagi Nabi saw. dan pengikutnya. Karenanya, ia merupakan sumber utama dan pertama. Banyak hukum-hukum mengenai ibadah dalam Al-Quran disebutkan secara garis besar seperti hukum-hukum shalat, puasa, zakat dan tidak dijelaskan secara cara melakukan shalat atau kadar yang dikeluarkan dalam zakat. Penjelasan rinci mengenai hal-hal tersebut terdapat dalam Sunnah baik dengan perkataan atau perbuatan Rasulullah saw. Demikian hal dengan perintah Al-Quran untuk memenuhi perjanjian dan akad serta halalnya jual beli dan haram riba disebutkan secara garis besar. Dalam Al-Quran tidak dijelaskan secara terperinci akad dan traksaksi jual beli yang sah dan dibenarkan oleh syariat dan yang tidak dibenarkan.

Namun dalam beberapa hal, Al-Quran memberikan penjelasan terperinci seperti masalah warisan, mekanisme Li'an (suami yang menuduh istrinya melakukan zina tanpa bukti yang cukup), sebagian hukuman hudud, perempuan yang haram dinikahi, dan beberapa hukum lainnya yang tidak berubah sepanjang zaman.

Penguraian secara garis besar, terutama dalam masalah hukum-hukum muamalat social, system politik membantu kita memahaminya dan memudahkan mempraktekknya dalam situasi yang berbeda dengan tetap berpegang dengan pemahanan yang benar. Penguraian garis besar juga menegaskan bahwa Al-Quran dirinci oleh Rasulullah saw. dalam menentukan mekanisme hukum, kadarnya, dan batasannya.

Karenanya, Al-Quran memberikan isyarat tentang tugas Sunnah dalam hal ini

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." (Al Hasyr: 7)

Dari sini, maka sunnah adalah pintu masuk memahami Al-Quran secara utuh.


Informasi tentang al-Quran Mulai diturunkan di Mekkah, tepatnya di Gua Hira` pada tahun 611 M., dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M. dalam rentang waktu 22 tahun lebih beberapa bulan. Al-Quran turun secara berangsur-angsur, tidak secara sekaligus. Mengapa? Untuk menguatkan hati (menghujamkan makna serta hukum-hukumnya) dan mentartilkan al-Quran, seperti dikisahkan dalam al-Quran surat al-Furqan ayat 32

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا

Ayat pertama ditunkan adalah ayat 1 sampai 5 dari Surat al-’Alaq. Sedangkan ayat terakhir diturunkan ada ikhtilaf ulama. Pendapat yang dipilih oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran yang dinukilnya dari Ibnu ‘Abbas adalah Surat al-Baqarah ayat 281.

واتقوا يوما ترجعون فيه الى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم لايظلمون

Setelah ayat ini diturunkan Rasulullah Saw masih hidup sembilan malam, kemudian beliau wafat pada hari Senin 3 Rabi’ al-awwal, dan berkahirlah turunnya wahyu. Ada pula yang mengatakan bahwa ayat terakhir turun adalah Surat al-Maidah ayat 3

اليوم أكملت لكم دينكم
 
. AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH Al-Quran turun dalam dua periode: Pertama , periode Mekkah, yaitu sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-ayat Makkiyyah. Kedua , periode setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-ayat Madaniyyah. Inti Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya berbicara seputar masalah akidah untuk meluruskan keyakinan umat di masa Jahiliyah dan menanamkan ajaran tauhid. Selain itu juga menceritakan kisah umat-umat masa lampau sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad Saw.

Dalam masalah hukum belum banyak ayat yang diturunkan di Mekkah kecuali beberapa hal, seperti menjaga kehormatan (faraj) QS. al-Mukminun: 5-7, diharamkan memakan harta anak yatim QS. al-Nisa`: 10, larangan mubazir QS. al-Isra`: 26, larangan mengurangi timbangan QS. Hud: 85, larangan membuat kerusakan di muka bumi QS. al-A’raf: 56, dan ayat tentang kewajiban shalat QS. Hud: 114. Rahasia mengapa di Mekkah belum banyak ayat hukum, karena di Mekkah belum terbentuk satu masyarakat atau komunitas Islam seperti halnya di Madinah setelah Rasulullah Saw hijrah. 

. AYAT MADANIYYAH Banyak terkait dengan hukum dan berbagai aspeknya. Perintah membayar zakat, QS. al-Baqarah: 43 Kewajiban puasa Ramadhan, QS. al-Baqarah: 183 Kewajiban haji, QS. al-Baqarah: 196 Pengharaman riba, QS. al-Baqarah: 275 Larangan memakan harta orang lain secara batil, al-Baqarah: 188 Wanita-wanita yang haram dinikahi, QS. al-Nisa`: 23 Hukum thalaq dan ‘iddah, QS. al-Thalaq: 65 Pembagian warisan, QS. al-Nisa`: 11-12 Cara pembagian harta rampasan perang, QS. al-Anfal: 1 Qishash & ‘uqubat (sanksi hukum), QS. al-Baqarah: 178 Larangan merampok & mengacau keamanan, QS. al-Maidah: 33 Memutuskan hukum secara adil, QS. al-Nisa`: 58 Dan lain sebagainya. 

 HUKUM-HUKUM DALAM AL-QURAN Al-Quran sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung 3 doktrin: Akidah, akhlak, dan hukum-hukum amaliyah. Hukum-hukum amaliyah dalam al-Quran terdiri dari dua cabang: Hukum ibadah dan muamalah. Abdul Wahab Khallaf memerinci macam hukum bidang muamalah dan jumlah ayatnya. Hukum keluarga, mulai dari pernikahan, talak, rujuk, ‘iddah, hingga masalah warisan, seluruhnya ada 70 ayat. Hukum perdata ada sekitar 70 ayat. Hukum jinayat (pidana) ada 30 ayat. Hukum murafa’at (acara atau peradilan) ada 13 ayat. Hukum ketatanegaraan ada 10 ayat. Hukum antara bangsa (internasional) ada 25 ayat. Hukum ekonomi dan keuangan ada sekitar 10 ayat. 

. CONTOH AYAT-AYAT HUKUM Dari segi rinci atau tidaknya ayat-ayat hukum dalam al-Quran, Muhammad Abu Zahrah menjelaskan sbb.: Ibadah, dalam Quran dikemukakan secara mujmal (global) tanpa merinci kaifiyatnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Untuk menjelaskan tatacaranya dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan sunnahnya. Kaffarat, yaitu semacam denda yang bermakna ibadah, karena merupakan penghapus bagi sebagian dosa. Ada 3 bentuk kaffarat, yaitu: Kaffarat zihar (seperti ungkapan suami kepada istrinya “kau bagiku bagaikan punggung ibuku”). Istri yang sudah di zihar tidak boleh digauli oleh suaminya kecuali setelah membayar kaffarat, QS. Al-Mujadilah: 3-4.

وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ * فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Kaffarat sumpah , QS. Al-Maidah: 89.

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Kaffarat qatl al-khata` (membunuh mukmin secara tersalah). al-Nisa`: 92

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلا خَطَأً وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَأً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ إِلا أَنْ يَصَّدَّقُوا فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا


CONTOH AYAT-AYAT HUKUM Hukum mu’amalat. Al-Quran hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, sunnah berperan merincinya, dan ijtihad para ulama berperan dalam mengembangkan perinciannya. Seperti larangan memakan harta orang lain secara tidak sah, QS. Al-Nisa`: 29, dan larangan memakan riba, QS. Al-Baqarah: 275

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ … الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ...

Hukum Keluarga, Al-Quran berbicara agak rinci, misalnya penjelasan wanita-wanita yang haram dinikahi, QS. Al-Nisa`: 23

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ …

Masalah thalaq (QS. Al-thalaq: 1), rujuk (QS. Al-Baqarah: 228), ‘iddah karena meninggal suami (QS. Al-Baqarah: 234) dan ‘iddah karena terjadinya perceraian (QS. Al-Baqarah: 228)

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ وَاتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ لا تُخْرِجُوهُنَّ مِنْ بُيُوتِهِنَّ وَلا يَخْرُجْنَ إِلا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ وَلا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلاحًا وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

CONTOH AYAT-AYAT HUKUM Hukum pidana. Al-Quran melarang tindak kejahatan secara umum. Seperti larangan pembunuhan (Al-An’am: 151), larangan minum khamar (QS. Al-Maidah: 90) dan rincian hukumannya dijelaskan oleh sunnah dengan cambuk 40 kali sesuai hadis

جلد النبي ص م أربعين وجلد أبو بكر أربعين وعمر ثمانين وكلْ سنة ,

larangan berzina (Al-Nur: 2), hukuman bagi pencuri (Al-Maidah: 38), hukuman pelaku qazaf atau menuduh orang lain berzina tanpa saksi (QS. Al-Nur: 4)

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Hukum yang mengatur hubungan penguasa dengan rakyat (QS. Al-Nahl: 90 dan Ali ‘Imran: 159).

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ

Hukum yang mengatur hubungan muslin dan non-muslim (QS. Al-Hujurat: 13 dan al-Baqarah: 194).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ ..


DALALAH AL-QURAN Dalalah berkaitan dengan bagaimana pengertian atau makna yang ditunjukkan oleh nash dapat dipahami. Menurut istilah Muhammad al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat disebut dengan Kaifiyah dalalah al-lafdz ‘ala al-ma’na . Dalam kajian Ushul Fiqih, untuk dapat memahami nash apakah pengertian yang ditunjukkan oleh unsur-unsur lafalnya itu jelas, pasti atau tidak.

Para ulama ushul menggunakan pendekatan apa yang dikenal dengan istilah qath’iy dan Dzonniy . Tentang terma qath’iy dan hubungannya dengan nash, maka ulama ushul membaginya kepada dua macam yaitu : Qath’iy al-Wurud yaitu Nash-nash yang sampai kepada kita adalah sudah pasti tidak dapat diragukan lagi karena diterima secara mutawatir. Qath’iy al-Dalalah yaitu Nash-nash yang menunjukkan kepada pengertian yang jelas, tegas serta tidak perlu lagi penjelasan lebih lanjut. Sedangkan terma dzonniy dan hubungannya dengan nash, terbagi dua pula: Dzonniy al-Wurud yaitu Nash-nash yang masih diperdebatkan tentang keberadaannya karena tidak dinukil secara mutawatir dzonniy al-Dalalah yaitu Nash-nash yang pengertiannya tidak tegas yang masih mungkin untuk ditakwilkan atau mengandung pengertian lain dari arti literalnya.


 DALALAH AL-QURAN Bila dihubungkan dengan al-Qur’an dari segi keberadaannya adalah qat’iy al-Wurud karena al-Qur’an itu sampai kepada kita dengan cara mutawatir yang tidak diragukan kebenarannya. Bila al-Qur’an dilihat dari segi dalalahnya, maka ada yang qat’iy dalalah dan dzonniy dalalah . Umumnya nash-nash al-Qur’an yang dikategorikan qat’iy al-dalalah ini, lafal dan susunan kata-katanya menyebutkan angka, jumlah atau bilangan tertentu serta sifat nama dan jenis. Contoh ayat yang qat’iy al-dalalah :

ولكم نصف ما ترك ازواجكم ان لم يكن لهن ولد ...

Disamping qat’iy al-dalalah ada juga nash al-Quran yang zanniy al-dalalah . Yang dikategorikan pada kelompok ini adalah bila lafal-lafalnya diungkapkan dalam bentuk ‘am , musytarok , dan mutlaq . Ketiga bentuk lafadz ini dalam kaidah ushuliyah mengandung makna atau pengertian yang banyak dan tidak tegas. Dalam penelitian ulama ushul ternyata banyak nash-nash al-Qur’an yang dikategorikan dzonniy al-dalalah ini, dan pada bagian ini banyak menimbulkan perdebatan di kalangan ulama ushul. Contohnya

والمطلقات يتربصن بانفسهن ثلاثة قروء ...

BERSAMBUNG ........................................  KE AS-SUNNAH 

Senin, 18 Juni 2012

PERTANYAAN SEPUTAR TASAWWUF

فرتاياءن : فوواسا دلائل, غروووت دان سباكييا

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

سموكا كياهى بسرتا كلوواركا سنانتيياسا ديبـريكان كسيهاتان دان فانجاغ عمر اوليه الله سبحانه وتعالى. كياهى, دي ماشاراكات كيتا اينى سريغ كالى كيتا منموكان اوراغ-اوراغ ياغ مغاملكان ساتو عملان ياغ منوروت مريكا مروفاكان عملان تصوف ياغ سجارا خصوص ديكاتاكان تيراكاتان سفرتى فوواسا سجارا تروس منروس (فوواسا دلائل), غروووت (تيداك مماكان ماكانان هاسيل دائراهيا), ييـريـه دان ستروسيا. باكيماناكاه فانداعان كياهى مييكافى فينومينا ترسبوت دالام فرسفيكتيف تصوف؟ تريما كاسيه (يافع الدين-سانترى فوندوك فسانترين قومان لاسم)

جواب : باسم الله لا حول ولا قوة الا بالله

الله سبحانه وتعالى برفيرمان :

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (32) [الأعراف : 32]

"كاتاكانلاه (محمد), "سييافاكاه ياغ مغحرامكان فرهيياسان دارى الله ياغ تلاه ديسديياكان اونتوك هامبا-هامبايا دان رزقى ياغ بائيك-بائيك؟ كاتاكانلاه, "سمووا ايتو اونتوك اوراغ-اوراغ ياغ برايمان دالام كهيدوفان دونييا دان خصوص (اونتوك مريكا ساجا) فادا هارى قيامة. دميكييانلاه كامى منجلاسكان اية-اية ايتو اونتوك اوراغ-اوراغ ياغ مغتاهووى"

الله جوكا تلاه برفيرمان سامبيل مييندير كفادا نبييا : يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (1) [التحريم : 1]

"واهى نبي! مغافا اغكاو مغحرامكان افا ياف ديحلالكان الله باكيمو؟ اغكاو ايغين ميناغكان هاتى ايستري-ايستريمو؟ دان الله ماها فغامفون, ماها فياياغ"

كالو مليهات دووا اية اينى دان دليل-دليل ياغ لائين ماكا ياغ ديناماكان غروووت, موتيه دان ياغ لائينيا ادالاه تيداك بوليه كارنا ادا اونسور مغحلالكان فركارا بائيك ياغ ديحلالكان اوليه الله

دالام اية ياغ لائين الله برفيرمان :

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) [النازعات : 40]

"دان ادافون اوراغ-اوراغ ياغ تاكوت كفادا كبساران توهانيا دان مناهان ديرى دارى (كئيغينان) هاوا نفسويا"

الله منصفاتى نفسو سباكى امارة بالسوء دالام فيرمانيا :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53) [يوسف : 53]

"دان اكو تيداك (مياتاكان) ديريكو بيباس (داري كسالاهان), كارنا سسوغكوهيا نفسو ايتو سلالو مندوروغ كفادا كجاهاتان, كجووالى (نفسو) ياغ ديبرى رحمة اوليه توهانكو. سسوغكوهيا توهانكو ماها فغامفون, ماها فياياغ"

دان نبى جوكا تلاه برسابدا :

إن الرجل لا يكون من المتقين حتى يدع ما لا بأس به حذرا لما به بأس

المستدرك على الصحيحين للحاكم مع تعليقات الذهبي في التلخيص - (4 / 355)

"سسؤوراغ بلوم ترماسوك دالام كولوغان اوراغ ياغ برتقوى سامفى دييا منيغكالكان فركارا ياغ تيداك برباهايا كرنا هاواتير جاتوه دالام فركارا ياغ برباهايا"

كالو مليهات اية دان حديث اينى ماكا سسؤوراغ بوليه منيغكالكان سوواتو ماكانان.

دارى دووا دليل ترسبوت ماكا سايا مييمفولكان باهوا معاملكان عملان ياغ تيداك ممفربوليهكان مماكان ماكانان ترتنتو ادالاه تيداك ديفربوليهكان كجووالى اونتوك منديديك دان مغالاهكان نفسو اكار بيسا ديكنداليكان.

فرلو ديكتاهووي باهوا توجووان تصوف ادالاه اونتوك معالاهكان دان مغنداليكان نفسو. هال اينيلاه ياغ ديكاتاكان سباكى جهاد اكبر اتاو جهاد بسار ياغ منجادى باندنغان دارى جهاد اصغر اتاو جهاد كجيل (ممراغى اوراغ كافر). اينيلاه ياغ ديمقصود دغان حديث نبى :

ليس عدوك الذى يقتلك فيدخلك الله به الجنة وإن قتلته كان لك نورا ولكن أعدى الأعداء لك نفسك التى بين جنبيك. جامع الأحاديث - (18 / 270)

"موسوهمو بوكانلاه اوراغ ياغ ممبونوهمو دان ميبابكان الله مماسوككانمو كدالام سوركا دان جيكا كامو ممبونوهيا ماكا كامو اكان مندافاتكان جاهايا اكان تتافى موسوه ياغ فاليغ مموسوهيمو ادالاه نفسو ياغ ادا ديئانتارا كدووا لامبوغمو".

دان جوكا حديث :

(( قدمتم من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر )) قالوا : وما الجهاد الأكبر ؟ قال : (( مجاهدةُ العبدِ لهواه )). رواه البيهقى. جامع العلوم والحكم محقق - (21 / 36)

"كالييان تلاه كمبالى دارى جهاد كجيل منوجو جهاد بسار. فارا صحابة برتايا : افا ايتو جهاد بسار؟ نبى برسابدا : فراغيا هامبا ملاوان هاوا نفسويا"

اوليه كارنا ايتو كالو عملان-عملان ترسبوت اونتوك ممراغى نفسو ماكا ايتو ادالاه جهاد فى سبيل الله.

تافى جيكا توجووانيا ادالاه كدونيياءن ساجا سفرتى اكار بيسا منجادى كايا اتاو اكار بيسا ساكتى ماكا ايتو تيداك ترماسوك دالام تصوف ياغ حقيقى.

ادافون حكم ملاكوكان فوواسا تروس منروس اتاو فوواسا دلائل ادالاه ديفربوليهكان منوروت سباكييان علماء دان ادا ياغ مغاتاكان مكروه. والله اعلم بالصواب.




فرتاياءن : تصوف اخلاقى

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

سموكا كياهى دان كلوواركا سنانتيياسا دالام ليندوغانيا. كياهى, سايا فرناه مندغار ساتو ايستيلاه دالام دونييا تصوف دارى سؤوراغ تمان يائيتو تصوف اخلاقى. افاكاه مقصود دارى استيلاه ترسبوت؟ كمودييان افا سبناريا ارتى دارى تصوف دان طريقة؟ بيلا كدووايا دي كونتيكسكان فادا اوراغ ياغ برتصوف دان جوكا برطريقه هايا دغان براخلاق بائيك؟ تريما كاسيه. (حنبلى-سانترى فوندوك فسانترين السلافية فاسورووان)

جواب : سباكييان اوراغ ممباكى تصوف منجادى دووا :

تصوف اخلاقى

تصوف وِجْدَانِى

ياغ ديمقصود تصوف اخلاقى ادالاه تيداك لبييه دارى اخلاق اسلامى, ميتود دان فنديديكان اونتوك منجافاى اخلاق فضيلة ترسبوت. سفرتى ممفرباياك محاسبة النفس اتاو اينستروفكسى ديرى, ممفرباياك ممباجا القران دان ذكر ويريدان, مرنداهكان ديرى دان بردوعاء كفادا الله سرتا منجاوهى مماكان ماكانان حرام.

سداعكان ياغ ديمقصود تصوف وجدانى ادالاه احوال اتاو فراساءن سؤوراغ هامبا ستلاه ملاكوكان تصوف اخلاقى. دييا اكان منيغكات تروس منروس ستلاه ممفرباياك جهاد النفس, مراقبة دان مغهيندار دارى مغيغات سلائين الله سبحانه وتعالى سهيغكا هامبا اينى مراسا باهوا ياغ ادا دى دينا اينى هايالاه الله سبحانه وتعالى باهكان كتيكا دييا سوداه منيغكات لاكى ماكا دييا تيداك اكان مغيغات دنيا اينى ساما سكالى باهكان ديرييا سنديري جوكا تيداك ايغات. هايا الله ساجالاه ياغ دييا ايغات. دراجات اينيلاه ياغ ديسبوت دغان دراجات فناء.

كتيكا هامبا ترسبوت منروسكان جهاد اكبر اينى دان كمبالى كدونييا اينى لالو دييا مامفو براينتراكسى دغان مخلوق نامون هاتييا ماسيه تركانتوغ كفادا الله سرتا مرمعاملة دعان مانوسييا نامون دييا تيداك ملوفاكان هاتييا كفادا الله ماكا دراجات اينى ديسبوت دغان دراجات بقاء.

ياغ فرلو كامى سامفايكان ديسينى, باهوا كيتا تيداك فرلو مندالامى تصوف وجدانى اتاو تصوف فَلْسَفِى اينى. ياغ فرلو كيتا دالامى ادالاه تصوف اخلاقى سهيغكا كتيكا كيتا تلاه مندالامى تصوف اخلاقى دان مراسا ساما انتارا كتيكا كيتا ديفوجى اتاو ديجلا دان مراسا ساما كتيكا مندافاتكان اتاو كهيلاغان هارتا دنيا ماكا بارولاه كيتا بوليه ماسوك دالام لافاغان تصوف وجدانى ياغ برباهايا. والله اعلم بالصواب.

Adapaun sikap awas dan waspada, sikap tidak lupa kepada diri Alloh, niscaya tidak boleh dilepaskan, baik di waktu lemah, atau pun di waktu kuat.


قُلْ إِنْ تُخْفُوا ما في‏ صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللهُ وَ يَعْلَمُ ما فِي السَّماواتِ وَ ما فِي الْأَرْضِ

"Katakanlah: Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam dada kamu, atau pun kamu nampakkannya, namun Alloh mengetahuinya juga, dan Diapun mengetahui apa yang ada di semua langit dan apa yang di bumi. "



"Dan Allah memperingatkan kamu benar-benar akan diriNya."


Di sambungan ayat ini Allah Ta'ala memberi peringatan dengan keras, bahwa di dalam urusan ini, khusus dalam taqiyah, janganlah dipandang enteng. Jangan sampai sikap taqiyah itu dijadikan tempat lari untuk melepaskan diri dari tanggung-jawab menghadapi lawan. Hendaklah awas dan jangan sekali-kali lupa bahwa diri Allah Ta'ala senantiasa ada, senantiasa mengawasi, dan menilik sepak terjang yang kamu lakukan. Karena kalau taqiyah itu akan membawa agama Allah jadi lemah, bukanlah dia taqiyah lagi tetapi beralih menjadi sikap pengecut. Itu sebabnya maka ujung ayat lebih menjelaskan pula, bahwa baik di waktu kamu sedang kuat, lalu menolak kerjasama dengan musuh yang akan melemahkan agamamu, atau sedang lemah sehingga terpaksa kamu mengambil sikap taqiyah, namun ingatlah:

وَ إِلَى اللهِ الْمَصيرُ

"Dan kepada Allahlah tujuan kamu." (ujung ayat 28).


Akhir ayat ini mengingatkan kita akan perumpamaan hidup kita yang tengah berlayar di tengah lautan besar, menaiki sebuah bahtera. Sejak dari permulaan berlayar kita telah menentukan tujuan dan arah di mana bahtera itu akan berlabuh. Lalu pelayaran kita teruskan. Tetapi oleh karena laut itu tidak senantiasa tenang, bahkan ada gelombang, ada taufan, ada badai dahsyat, sudahlah dalam perhitungan bahwa kadang-kadang bahtera itu akan dihalau oleh angin entah ke mana. Tetapi betapa pun hebatnya pukulan gelombang, namun nakhoda kapal wajib tetap menjaga pedoman, tidak boleh berkisar dari tujuan semula. Tujuan bahtera hidup beragama ialah Alloh.


Untuk kelengkapan penafsiran ini hendaklah kita tilik lagi ayat 8 dan ayat 9 dari surat 60 (al-Mumtahanah). Surat ini pun diturunkan di Madinah. Di ayat 8 ditegaskan bahwa terhadap kafir yang tidak memerangi kamu dan tidak mengusirmu dari kampung halaman kamu, tidaklah mengapajika hidup berdampingan dengan damai ( an-tabarru-hum ) dan berhubungan secara adil ( watuq-sithu ilaihim ) ; memberi dan menerima, duduk sama rendah, tegak sama tinggi. Lalu di ayat 9 ditegaskan lagi, bahwa jika musuh itu memerangi kamu dalam hal agama dan mengusir kamu dari kampung halaman kamu dan dengan terang-terang pula pengusiran itu, tidaklah kamu boleh bersahabat atau berhubungan dengan mereka.

Niscaya kita dapat berpikir lebih lanjut tentang isi sekalian ayat ini. Baik ayat-ayat yang tegas melarang dan memerintahkan supaya selalu awas, atau ayat yang membolehkan berhubungan dengan mereka, karena taqiyah atau karena kuat. Kalau kita kuat tentu tidak berhalangan kalau kita berhubungan dan berdamai dengan kafir, membuat perjanjian-perjanjian dagang, utang piutang dan lain-lain sebagainya, terutama hidup bernegara di zaman modern, tidaklah ada satu negeri yang dapat memencilkan diri dari negeri lain. Sudahlah selayaknya jika wakil-wakil dari negeri dan negara Islam duduk bersama bermusyawarah memperkatakan soal-soal internasional dengan wakil-wakil negara-negara lain.



"dan Alloh atas tiap-tiap sesuatu Maha Kuasa." (ujung ayat 29).

Hanya orang Mu'min yang dapat merasai hal yang seperti ini. Betapa kekuasaan Alloh atas isi dada manusia dan betapa kekuasaan Alloh atas seluruh langit bumi. Kadang-kadang kita bertemu dengan kemenangan padahal menurut perhitungan kita belum nampak pintunya. Kadang-kadang kita merasa bahwa rencana kita akan berjalan menurut yang kita gariskan. Tiba-tiba datang saja kejadian lain yang tidak pula kita sangka-sangka sehingga rencana Alloh jualah yang berjalan. Oleh sebab itu maka baik di waktu senang, sekali-kali janganlah lupa memperhitung kan Maha Kuasanya Alloh.

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ ما عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَراً

"(Ingatlah) akan hari yang tiap-tiap orang akan menerima ganjaran amal baik yang telah tersedia." (pangkal ayat 30).

Di sini diberikan ketegasan dan jaminan bagi setiap orang yang beramal baik, bahwa ganjarannya akan diterimanya kontan, telah tersedia di hadapan matanya. Akan mengobat hatinya yang sudah gundah dan akan menghilangkan segala kepenatan dan akan menghabis kan segala kecewa.

وَ ما عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ

"Dan amalan-amalan yang burukpun."

Artinya bahwa amalan yang burukpun akan menerima ganjaran yang telah tersedia pula, sebagai akibat dari perbuatannya sendiri, sehingga:

تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَها وَ بَيْنَهُ أَمَداً بَعيداً

"Inginlah dia (kiranya) di antara balasan amal buruknya itu dengan dirinya di antarai oleh masa yang jauh."



Sebab itu janganlah kamu abaikan tugas hidupmu. Pilihlah sendiri jalan yang benar dan jauhilah yang salah, jujurlah terhadap Allah. Sebab Dia Ada, dan Dia mengawasi kamu. Ingatlah itu benar-benar dan awaslah.

وَ اللهُ رَؤُفٌ بِالْعِبادِ

"Dan Allah amatlah sayang kepada hamba-hambaNya." (ujung ayat 30).

Dengan peringatan hati-hati dan awas yang agak keras di atas semuanya tadi, terasalah bahwa masing-masing kita yang mengakui dirinya hamba Allah, tidak pernah lepas dari tilikan Allah.

Maka kitapun berhati-hatilah, baik dalam isi dada yang dirahasiakan, atau sikap hidup yang dinampakkan. Tetapi di dalam kehati-hatian itu kitapun insaf bahwa kita ini manusia, ada saja kelemahan kita masing-masing. Lautan ini amat luas, dimana akan berlabuh belum tahu.

Sedang berjalan menuju tujuan yang dituju itu, entah putus nyawa di tengah jalan, entah mati jauh karena kehausan. Kadang-kadang terasa betapa banyak halangan yang wajib dilalui, banyak duri dan onak.

Semuanya itu diketahui oleh Tuhan. Oleh sebab itu, di samping kerasnya peringatan yang Dia berikan, Diapun tetap sayang dan belas kasihan akan semua hambaNya yang memang membina tujuan hidupnya mencapai ridha Allah. Oleh sebab itu jika dalam perjalanan sulit itu, sekali-sekali bertemu dengan luluk dan lumpur yang mengotori baju, lekaslah bersihkan. Dan membersihkan batin dari daki-daki kedosaan ialah dengan bertaubat dan beristighfar.



SALAM RAHAYU SELALU ..............
berfikir dan memandang luas dengan ilmu dan cinta sesama mahluk adalah pesan & amanat rosululloh saw ... 

RISALAH WALI WALI ALLOH & WALI ABDAL



ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون. الذين آمنوا وكانوا يتقون.

“Ingatlah, sesungguhnya wali wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (QS. Yunus :62 – 63).

Abdal menurut bahasa berarti pengganti, mereka di namakan abdal karena jika meninggal di suatu tempat, mereka akan menunjukkan penggantinya . Mereka termasuk para auliya yang hidup di bumi. Hal ini sebagimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh al-hakim dalam kitabnya al-kuna الكنى ) ), Rosululloh saw. Bersabda:

الأبدال من الموالي ولا يبغض الموالي إلا منافق

"Abdal termasuk para Auliya' dan tidak ada yang membenci Auliya' kecuali orang munafik".
Menurut al-Bani, hadits dari Hakim ini termasuk hadits mursal dan Abu Daud memuatnya dalam kitab al-Mursalat (hadits-hadits mursal).


Di kalangan sufi, banyak istilah atau nama-nama wali selain dari wali abdal. Ibnu Arabi dalam kitabnya Futukhatul makiyah, membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sekurang-kurangnya ada 9 tingkat yaitu:

(1) Wali Aqthob atau Wali Quthub
(2)Aimmah  (3) Autad (4) Abdal, (5) Nuqoba (6)Nujaba’ (7) Hawariyyun (8) Rajabiyyun (9) Khotam 

Wali abdal disebutkan juga dalam Ungkapan syair yang ditulis oleh Ali Zainal Abidin ibn al-Husain bin Ali bin Abu Talib :

عبادالله رجال الله * اعينون بعون ا لله

وكونوا عوننابالله * عسى نحظى بفضل الله

بحق الله رجال الله * اعينون بعون الله

فيا اقطاب و يا اوتاد * ويا ابدال ويا اسياد

اجيبوا يا ذوي الأمداد * وفينا اشفعوا بالله



Hadits-Hadits "al-Abdal"

Hadits yang berkenaan dengan wali abdal diriwayatkan dari Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Anas bin Malik, Hudzaifah bin al-Yaman, 'Ubadah bin Shamat, Ibnu Abas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin mas'ud, 'Auf bin Malik, Mu'adz bin Jabbal, Wasilah bin al-Asqa, Abi Sa'id al-Khudri, Abi Hurairah, Abi, Dar'da, Ummu Salmah.
.

1. Jumlah wali abdal

A. Wali Abdal ada empat puluh orang (mereka berada di Syam)

Jumlah wali Abdal sebanyak empat puluh orang. Hal ini didasarkan atas beberapa hadits, diatranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh abu Muhammad al-Hilali dalam kitabnya Karomah al-Auliya, dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rosululloh saw. bersabda:

ثنا ابو بكر بن شاذان ثنا عمر بن محمد الصابونى ثا ابراهم بن الوالدالجشاش ثا ابو عمر الغدانى ثنا ابو ثلمة عن الخراسانى عن عطاء عن انس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الأبدال أربعون رجلا، وأربعون امرأة، كلما مات رجل أبدل الله تعالى مكانه رجلا، وكلما ماتت امرأة أبدل الله تعالى مكانها امرأة
 

"Abdal ada empat puluh lelaki dan empat puluh perempuan. Apabila salah seorang lelaki itu meninggal, Alloh menggantikan tempatnya dengan lelaki lain dan apabila salah seorang perempuan itu meninggal, Alloh menggantikan tempatnya dengan perempuan lain".
   

البدلاء اربعون رجلا اثنان وعشرون بالشام وثمانية عشر بالعراق كلم مات منهم واحد ابدل الله مكانه اخر فاذا جاء الأمر قبضوا كلهم فعند ذالك تقوم الساعة

"Wali abdal ada empat puluh orang laki-laki, dua puluhdua di Syam dan dua belas di Irak Apabila salah seorang lelaki itu meninggal, Alloh menggantikan tempatnya dengan yang lain. jika mereka semua meninggal, maka terjadilah hari kiamat".

عن انس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لن تخلوالأرض من اربعون رجلا مثل خليل الرحمن فبهم يسقون وبهم ينصرون ما مات منهم احد الا ابدل الله مكا نه آخر

"Dari Anas berkata, Rosululloh saw. Bersabda" bumi tidak akan kosong dari empat puluh oarang laki-laki seperti Kholilur Rohman mereka memberi minum dan memberi pertolongan. Tidaklah mati salah seorang dari mereka, kecuali Alloh menggantikan kedudukanya pada yang lain".  
   


حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو المغيرة ثنا صفوان حدثني شريح يعنى بن عبيد قال ذكر أهل الشام عند علي بن أبي طالب رضى الله تعالى عنه وهو بالعراق فقالوا العنهم يا أمير المؤمنين قال لا إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الأبدال يكونون بالشام وهم أربعون رجلا كلما مات رجل أبدل الله مكانه رجلا يسقى بهم الغيث وينتصر بهم على الأعداء ويصرف عن أهل الشام بهم العذاب (احمدبن حنبل)

"Diriwayatkan dari Abdulloh dari bapaknya dari Abu al-Mugirah dari Shafwan dari Syuraih bin Ubaid, ia berkata (bercerita) tentang penduduk Syam dari Ali ra. Ketika itu ia berada di Irak, kemudian mereka bertanya, ya Amirul mukminin, apakah mereka (orang-orang Syam) itu dila'nat? Ali menjawab, tidak, sesungguhnya aku mendengar Rosululloh saw. Bersabda, (wali) Abdal berada di Syam, mereka berjumlah empat puluh orang laki-laki, apabila salah seorang lelaki itu meninggal, Alloh menggantikan tempatnya dengan lelaki lain: mereka memberi minum (orang Syam) dengan air hujan, menolong mereka (orang syam) dari para musuh, serta menghalau bencana terhadap penduduk syam". 
Dalam hadits lain, Thobroni dalam Mu'jam al-Kabir, meriwayatkan:


حدثنا أبو زرعة عبد الرحمن بن عمرو الدمشقي ثنا محمد بن المبارك الصوري ثنا عمرو بن واقد عن يزيد بن أبي مالك عن شهر بن حوشب قال لما فتحت مصر سبوا أهل الشام فأخرج عوف بن مالك رأسه من ترس ثم قال يا أهل مصر أنا عوف بن مالك لا تسبوا أهل الشام فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول فيهم الأبدال وبهم تنصرون وبهم ترزقون (معجم الطبراني الكبير)

"Diriwayatkan dari Abu Zar'ah Abdul Rahman bin bin 'Amr al-Dimsyaqi dari muhammad bi al-Mubarak al-Shauri dari Amr bin Wakid dari yazid bin Abi Malik dari Syahr bin Hausyib, ia berkata, "ketika kemenagan Mesir (Futukh Mesir) mereka (orang-orang Mesir) menghina para penduduk syam, maka keluarlah pemimpin mereka 'Auf bin Malik, kemudian ia berkata, "wahai rakyat Mesir janganlah kalian menghina/mengolok-olok penduduk Syam karena saya pernah mendengar Rosululloh saw. Bersabda,"bahwa di antara penduduk syam ada al-Abdal. Mereka memberi pertolongan dan rizki". (HR. Thabrani)


حدثنا أحمد بن داود المكي ثنا ثابت بن عياش الأحدب ثنا أبو رجاء الكلبي ثنا الأعمش عن زيد بن وهب عن بن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يزال أربعون رجلا من أمتي قلوبهم على قلب إبراهيم يدفع الله بهم عن أهل الأرض يقال لهم الأبدال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنهم لم يدركوها بصلاة ولا بصوم ولا صدقة قالوا يا رسول الله فبم أدركوها قال بالسخاء والنصيحة للمسلمين (معجم الطبراني الكبير)

"Dari Ibnu mas'ud, ia berkata bahwa rasululloh saw. Bersabda,"Selalu ada dari umatku empat puluh orang laki-laki, hatinya seperti hati Ibrahim. Alloh menempatkannya sebagai ahli ardi. Mereka ini disebut sebagai abdal. Bersabda Rosululloh saw." Mereka tidak diketahui dengan (banyak) sholat, puasa atau shadaqoh". Sahabat bertanya, ya Rosulalloh dengan apakah mereka bisa diketahui? Rasul menjawab," dengan kemurahan (kedermawanan) dan pemberi nasihat kepada orang muslim". (HR. Thabrani)

B. Wali Abdal ada tiga puluh orang 

Dalam riwayat lain, jumlah wali abdal sebanyak tiga puluh orang. Hal ini berdasarkan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Thobroni dalam Mu'jam al-Kabir,


ثنا عبدالله بن احمد بن حنبل حدثنى محمد بن الفرج ثنا زيد بن الحباب اخبرنى عمر البزار عن عبيسة الخواص عن قتادة عن ابى قلابة عن ابى الأشعث عن عبادة بن الصا مت قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الأبدال في أمتي ثلاثون: بهم تقوم الأرض، وبهم تمطرون، وبهم تنصرون

"Diceritakan dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Muhammad bin al-Faraz dari Zaid bin al-Hubab dari 'Umar al-Bazar dari 'Ubaisah al-Khawashi dari Qatadah dari Abi Qulabah dari Abi al-'Asyas dari 'Ubadah bin Shamat, ia berkata: bersabda Rasulullah saw."al-Abdal dari umatku ada tiga puluh orang: mereka memelihara bumi,menurunkan hujandan memberi pertolongan"


حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ ذَكْوَانَ عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْأَبْدَالُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ ثَلَاثُونَ مِثْلُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ كُلَّمَا مَاتَ رَجُلٌ أَبْدَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَكَانَهُ رَجُلًا قَالَ أَبِي رَحِمَهُ اللَّهُ فِيهِ يَعْنِي حَدِيثَ عَبْدِ الْوَهَّابِ كَلَامٌ غَيْرُ هَذَا وَهُوَ مُنْكَرٌ يَعْنِ حَدِيثَ

"Diceritakan dari 'Abdul Wahab bin 'Atho' dari hasan bin dakwan dari 'Abdul Wahid bin Qais dari 'Ubadah bin Shamat dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda," "Abdal dari umatku adatiga puluh orang laki-laki, hati mereka seperti hati Ibrahim Kholilur Rahman, Apabila salah seorang itu meninggal, Alloh Tabaroka Wata'ala menggantikan tempatnya dengan lelaki lain".


Ciri-ciri wali Abdal

Ada beberapa indikasi atau ciri-ciri yang di miliki oleh wali Abdal. Ciri-ciri itu di antaranya adalah ikhlas, pemaaf, dermawan, bersih jiwanya, suka memberi nasihat tanpa memaksakan kehendak / mengajak / menyuruh, dan mereka masuk surga bukan karena amalnya ibadahnya (bukan karena sholat, puasa atau shadaqoh), tetapi mereka masuk surga karena rohmat Alloh, kemurahan hati, kebersihan jiwa, dan karena suka memberi nasihat dalam contoh sehari''.
Menurut Sahl bin Abdulloh, seseorang itu bisa menjadi Abdal karena empat hal, yaitu: pertama, sedikit bicara, kedua, sedikit makan, ketiga, sedikit tidur, dan keempat, mengasingkan diri (kholwah).
Menurut Ma'ruf al-Kurkhi, barang siapa yang berdo'a:

( اللهم اصلح امة محمد اللهم فرج عن امة محمد اللهم ارحم امة محمد )

setiap hari sebanyak sepuluh kali, maka ia termasuk Abdal.

ثلاث من كن فيه فهو من الأبدال الذين هم قوام الدنيا وأهلها : الرضا بالقضاء والصبر عن محارم الله والغضب في ذات الله , 


"Ada tiga perkara apabila seseorang memilikinya, ia termasuk dari al-Abdal, mereka (abdal) yaitu orang yang menjaga dunia dan penduduknya. (tiga perkarara itu adalah): orang yang ridho dengan qodho' & qodar (ketetapan Alloh), sabar atas sesuatu yang diharamkan oleh Alloh dan orang yang marah hanya karena Alloh".

علامة أبدال أمتي أنهم لا يلعنون شيئا أبدا  


  Dalam kitab Su'bul Iman, al-Baihaqi meriwayatkan,

أخبرنا علي بن أحمد بن عبدان أنا أحمد بن عبيد نا بن أبي شيبة نا محمد بن عمران بن أبي ليلى أنا سلمه بن رجاء كوفي عن صالح المري عن الحسن عن أبي سعيد الخدري أو غيره قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن أبدال أمتي لم يدخلوا الجنة بالأعمال ولكن إنما دخلوها برحمة الله وسخاوة الأنفس وسلامة الصدور ورحمة لجميع المسلمين ( شعب الإيمان الإمام البيهقي)
 
"Diriwayatkan dari 'Ali bin Ahmad bin Abdan dari Ahmad bin 'Ubaid dari Abi Syaibah dari Muhammad bin Imran bin Abi Laeli dari Salmah bin Raja dari Shalih al-Mary dari Hasan dari Abi Sa'id al-Khudri (atau dari yang lainya), Rosululloh saw bersabda," sesungguhnya (wali) Abdal dari umatku tidak akan masuk surga karena amal (nya), tetapi ia masuk surga karena rahmat Alloh, kemurahan jiwa, kebersihan hati dan karena rahmat orang-orang muslim"

 

لا يزال أربعون رجلا من أمتي قلوبهم على قلب إبراهيم عليه السلام يدفع الله بهم عن أهل الأرض يقال لهم الأبدال ) إنهم لن يدركوها بصلاة ولا صوم ولا صدقة قالوا : يارسول الله فبم أدركوها ؟ قال : بالسخاء والنصيحة للمسلمين . 


 Nama-nama wali selain "al-Abdal"
ciri-ciri wali Allah adalah:

(الذين آمنوا‪‬‪‬)

“Yaitu orang-orang yang beriman,”.
 Beriman kepada Allah Ta`ala, beribadah semata-mata karenaNya (ikhlas karena Alloh),

وكانوا يتقون

"Dan mereka selalu bertaqwa"

 Mereka membuktikan keimanan mereka tadi dengan melakukan ketaqwaan kepada Alloh Jalla wa `Alaa dengan cara melaksanakan segala perintah Nya serta mejauhi segala bentuk larangan-Nya. Serta mengikuti perintah Rosul-Nya
صلى الله عليه و سلم
dan menjauhi segala larangannya.

Asal kata "al-Wilayah" adalah al-Qurb yang artinya dekat. Adapun lawan dari kata "al-Wilayah" adalah "al-'Adawah" artinya permusuhan.

 Ahlu wilayah (para wali) yakni orang yang selalu mendekatkan diri kepada Alloh dengan keimanan dan ketakwaan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits qudsi, hadits ini dikenal dengan "hadits wali" 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا، فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ، يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ"

رواه البخاري

 Diriwayatkan dari Abu Hurairoh Rodhiallohu 'anhu, beliau berkata, telah bersabda Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam , sesungguhnya Alloh 'azza wa jalla berfirman,

 “Siapa yang memusuhi seorang kekasihKu, maka Aku menyatakan perang kepadanya, dan tiada mendekat kepadaku seorang hambaku, dengan sesuatu yang lebih kusukai daripada melaksanakan kewajibannya, dan selalu hambaku mendekat kepadaku dengan melakukan sunah – sunah sehingga Aku sukai, maka apabila Aku telah kasih kepadanya, Akulah yang menjadi pendengaranNya, dan penglihatanNya, dan sebagai tangan yang digunakanNya dan kaki yang di jalankanNya, dan apabila ia memohon kepadaku pasti Ku kabulkan dan jika berlindung kepadaKu pasti Ku lindungi” (HR. al-Bukhari).

Maka hendaklah setiap manusia untuk selalu berhati-hati untuk tidak memerangi, menyakiti, mengolok-olok wali Alloh atau hamba-hamba Alloh yang sholih. Wali Alloh adalah orang Yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Alloh, menegakkan sunnah, berbakti kepada orangtuanya dan selalu melakukan ketaatan-ketaatan lainnya. Dan janganlah kalian mengolok-olok orang yang selalu berbuat ketaatan serta menegakkan sunnah, karena bisa jadi orang yang diolok-olok itu adalah orang yang terbaik dimuka bumi.

 Hendaknya kita mencintai orang-orang yang sholih dan menyelamatkan hati kita dari iri, dengki, dan hasad.

 Sesungguhnya wali Alloh itu ada dua derajat.
 Derajat pertama: Adalah orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh dengan amalan Yang wajib dan menjauhi segala larangannya, derajat ini disebut dengan "al- Muqtasid (pertengahan)"
 Derajat kedua: Lebih tinggi dari derajat pertama, adalah orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh dengan amalan yg sunnah setelah mengerjakan yg wajib, derajat ini disebut dengan "as-Saabiquuna bil khoiroot (lebih cepat berbuat kebaikan)".
 Sebagaimana firman Alloh Ta'ala:

مِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَ مِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ

"Diantara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan”. (QS. Fathir:32).

 Di dalam hadits qudsi diatas dijelaskan pula balasan kepada para wali Alloh, bahwasanya mereka akan mendapatkan cinta Alloh, dan jika Alloh mencintainya, maka Alloh akan selalu menuntun pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya, dan Alloh senantiasa mengabulkan doa dan melindunginya. Inilah kemuliaan YG senantiasa Alloh Ta'ala berikan kepada para walinya.

 Beliau menerangkan bahwa para wali-wali Alloh tidak akan menganggap dirinya suci, atau menganggap bahwa dirinya adalah wali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:

فلا تزكّوا أنفسكم

"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci". (QS. an-Najm:32).

إن لله عز وجل في الخلق ثلا ثمائة قلوبهم على قلب آدم عليه السلام ولله تعالى في الخلق أربعون قلوبهم على قلب موسى عليه السلام ولله تعالى في الخلق سبعة قلوبهم على قلب إبراهيم عليه السلام ولله تعالى في الخلق خمسة قلوبهم على قلب جبريل عليه السلام ولله تعالى في الخلق ثلاثة قلوبهم على قلب ميكائيل عليه السلام ولله تعالى في الخلق واحد قلبه على قلب إسرافيل عليه السلام فإذا مات الواحدأبدل الله مكانه من الثلاثة وإذا مات من الثلاثة أبدل الله مكانه من الخمسة وإذا مات من الخمسة أبدل الله تعالى مكانه من السبعة وإذا مات من السبعة أبدل الله مكانه من الأربعين وإذا مات من الأربعين أبدل الله مكانه من الثلاثمائة وإذا مات من الثلاثمائة أبدل الله مكانه من العامة فبهم يحيي ويميت ويمطر وينبت ويدفع البلاء . 

FANA' FILLAH BILLAH DALAM MAHABBAH



إ ن الله ا صطفى ا جسا ما حل فيها بمعا نى الر بو بية و ا زا ل عنها معا نى البشر ية.

Sesungguhnya Allah memilih jasad-jasad (tertentu) dan menempatinya dengan makna ketuhanan (setelah) menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan.”


Pengertian Fana'

Kebanyakan kitab-kitab tua seperti Kitab Syarah Hikam Ibni Athoillah As-Kandariah, Kitab Manhal-Shofi, Kitab Addurul-Nafs
 dan lain-lain menggunakan istilah-istilah seperti ‘binasa’ dan ‘hapus’ untuk memperihalkan tentang maksud fana. Ulama-ulama lainnya yang banyak menggabungkan beberapa disiplin ilmu lain seperti falsafah menggunakan istilah-istilah seperti ‘lebur’, ‘larut’, ‘tenggelam’ dan ‘lenyap’ dalama usaha mereka untuk memperkatakan sesuatu tentang ‘hal’atau ‘maqam’fana ini.

Di dalam Kitab Arrisalah al-Qusyairiah disebutkan arti fana' itu ialah;
Lenyapnya sifat-sifat basyariah(pancaindera)

Maka siapa saja yang telah di liputi Hakikat Ketuhanan sehingga tidak lagi melihat daripada Alam baru, Alam rupa dan Alam wujud diri ini, maka dikatakanlah ia telah fana' dari Alam Cipta. Fana' berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiah lahir dan maksiat batin) dan kekalnya sifat-sifat terpuji(mahmudah). Bahwa fana' itu : lenyapnya segala-galanya, lenyap af’alnya/perbuatannya (fanun fil af’al), lenyap sifatnya
 (fanun fis-sifat), lenyap dirinya (faanun fiz-dzat)

Oleh kerana inilah ada di kalangan ahli-hali tasawwuf berkata:

“Tasawwuf itu : mereka yang telah memahami hakikat fana' dari dirinya dan baqa' dengan ALLOH  kerena kehadiran hati mereka bersama Allah”.

Sahabat Rasulullah yang banyak memperkatakan tentang ‘fana’ iyalah Sayyidina Ali, salah seorang sahabat Rasulullah yang terdekat yang di i'tiraf oleh Rasulullah sebagai ‘Pintu Gedung Ilmu’. Sayyidina Ali sering memperkatakan tentang fana.

Antaranya :

“Di dalam fana'ku, leburlah kefanaanku, tetapi di dalam kefana'an itulah bahkan aku mendapatkan Engkau Al-Haq”.

Demikianlah ‘fana; ditanggapi oleh para kaun sufi secara baik, bahkan fana itulah merupakan pintu kepada mereka yang ingin menemukan Allah (Liqo' Allah) bagi yang benar-benar mempunyai keinginan dan keimanan yang kuat untuk bertemu dengan Allah (Salik). Firman Allah yang bermaksud:

“Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadat kepada Allah (Surat Al-Kahfi:)

Untuk mencapai liqa' Allah dalam ayat yang tersebut di atas, ada dua kewajiban yang mesti dilaksanakan yaitu:

Pertamanya mengerjakan amalan sholeh dengan menghilangkan semua- sifat-sifat yang tercela dan menetapkan dengan  sifat-sifat yang terpuji yaitu Takhali dan Tahali.
Keduanya meniadakan/menafikan segala sesuatu termasuk dirinya sehingga yang benar-benar wujud/isbat hanya Allah semata-mata dalam beribadat. Itulah artinya memfana'kan diri.

Para Nabi-nabi dan wali-wali seperti Sheikh Abu Qasim Al-Junaid, Abdul Qadir Al-Jailani , Imam Al-Ghazali,
 Ab Yazid Al-Busthomi sering mengalami keadaan “fana” fillah dalam menemukan Allah. Umpamanya Nabi Musa alaihisalam ketika ia sangat ingin melihat Allah maka baginda berkata yang kemudiannya dijawab oleh Allah Taala seperti berikut;

“Ya Tuhan, bagaimanakah caranya supaya aku sampai kepada Mu? Tuhan berfirman: Tinggalkan dirimu/lenyapkan dirimu (fana'), baru kamu bisa sampai padaKU.”

2. Kata-kata Hikmah Dari Wali-wali Allah yang telah mengalami FANA'

Ada seorang bertanya kepada Abu Yazid Al-Busthomi

“Bagaimana tuan habiskan masa pagimu?”. Abu Yazid menjawab: “Diri saya telah hilang (fana') dalam mengenang Allah hingga saya tidak tahu malam dan siang”.
Satu ketika Abu Yazid telah ditanyai orang bagaimanakah kita boleh mencapai Allah. Beliau telah menjawab dengan katanya:

“Sirnakalah diri kamu. Di situlah terletak jalan menuju Allah. Barang siapa yang melenyapkan (fana') dirinya dalam Allah, maka didapati bahawa Allah itu segala-galanya”.

Beliau pernah menceritakan sesuatu tentang fana' ini dengan katanya;

Apabila Allah memfana'kan saya dan membawa saya baqa' dengaNya dan membuka hijab yang mendinding saya dengan Dia, maka saya pun dapat memandangNya dan ketika itu hancur leburlah panca inderaku dan tidak dapat berkata apa-apa. Hijab diriku tersingkap dan saya berada di keadaan itu beberapa lama tanpa pertolongan sebarang panca indera. Kemudian Allah kurniakan saya mata Ketuhanan dan telinga Ketuhanan dan saya dapat dapati segala-galanya adalah di dalam Dia juga.” 

وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Dan kepunyaan Allah-lah, apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai, dari apa yang kamu kerjakan." – (QS.11:123)

Al-Junaid Al-Bagdadi yang menjadi Imam Tasawwuf kepada golongan Ahli Sunnah Wal-Jamaah pernah membicarakan tentang fana' ini dengan kata-kata beliau seperti berikut:
Kamu tidak mencapai baqa(kekal dengan Allah) sebelum melalui fana' (hapus diri)
Meniadakan segala-galanya kecuali Allah yang ada dan ‘mematikan diri’ dalam  kesufian.
Seorang itu tidak akan mencapai Cinta kepada Allah (mahabbah) hingga dia memfana'kan dirinya.

موتوا قبل انتموتن

matilah (fana') engkau sebelum engkau di matikan 

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

"Kamu tidak menyembah yang selain Allah, kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu, dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun, tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan, agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui'." – (QS.12:40)

Percakapan orang-orang yang cinta kepada Allah itu pandangan orang-orang biasa adalah dongeng.

3. Himpunan Kata-kata Hikmat Tentang Fana

A. Sembahyang orang yang cinta (mahabbah) iyalah memfanakan diri sementara sembahyang orang awam ialah rukuk dan sujud.

B. Setengah mereka yang fana' (lupa diri sendiri) dalam satu tajali dzat dan kekal dalam keadaan itu selama-lamanya. Mereka adalah Majdzub yang hakiki.

C. Sufi itu mulanya satu titik air dan menjadi lautan. Fana'nya diri itu meluaskan keupayaannya. Keupayaan setitik air menjadi keupayaan lautan.

D. Dalam keadaan fana', wujud Salik yang terpanggil itu dikuasai oleh wujud Allah yang Mutlak. Dengan itu Salik tidak mengetahui dirinya dan benda-benda lain. Inilah peringkatWilayah (Kewalian). Perbedaan antara Wali-wali itu ialah disebabkan oleh perbedaan tempo masa keadaan ini. Ada yang merasakan keadaan fana' itu suatu saat, satu jam, ada yang satu hari an seterusnya. Mereka yang dalam keadaan fana' seumur hidupnya digelar majdzub (tertarik). Mereka masuk ke dalam satu suasana di mana menjadi mutlak.

E. Kewalian iyalah melihat Allah melalui Allah عرفت ربي بربي . Kenabian : melihat Allah melalui makhluk. Dalam kewalian tidak ada bayang makhluk yang wujud. Dalam kenabian makhluk masih nampak di samping memerhatikan Allah. Kewalaian : peringakat fana' dan kenabian iyalah peringkat baqa'

F. Tidak ada pandangan yang pernah melihat Tajalinya dzat. Jika ada pun ia mencapai Tajali ini, maka dianya binasa dan fana' karena Tajali dzat melarutkan semua cermin pendzohiran. Firman Allah yang bermaksud :

اله الخلق مولانا قديم # وموصوف بأوصاف الكمال

Siapakah AL-ILAH (alloh) si mahluk INI :

Dzat wajibul wujud yang tidak di dahului sifat ADAM (tidak ada) HUDUST (baru) FANA’ (rusak) dzat yang tidak di dahului oleh sifat AWAL dan dzat yang tidak bisa di batasi oleh sifat akhir … DIAlah dzattulloh yang tidak bertempat & masa yang maha awal maha akhir maha qodim .. dzat tidak terikat ruang dan waktu yang meliputi seluruh alam (IKHATHOH) .. baik alam mulki (jasad) alam lahir DUNIA … dan alam akhirat …. serta dzat yang tidak terpisah dari mahluk-mahluknya dengan sifat MAIYAH (besertaan) serta dzat yang maha dekat terhadap mahluk-mahlukNYA (AL-AQROB) …. semua telah di jelaskan di dalam al-qur’an :

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطًا

dan adanya alloh itu maha meliputi di seluruh mahluknya (setiap perkara yang ada) … bagai mana kita tahu meliputinya alloh kepada kita semua .. di ibarat meliputinya angin kepada manusia …. tidak di luar dan tidak di dalam … meliputinya dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki … terus bagaimana kita ini merasa kalo diri kita terpisah dari alloh ..???

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

"Allah menciptakan segala sesuatu, dan Dia memelihara segala sesuatu." – (QS.39:62)

وهو معكم اينما كنتم

adapun alloh itu menyertai seluruh mahluknya di manapun dia berada ,, inikan jawaban di mana alloh ?? alloh itu beserta kita semua dimanapun kita berada ,ketidak terbatasannya alloh itu dapat kita fahami dari sifat-sifat menyertainya pada setiap” mahluknya …. berarti alloh tidak jauh tidak dekat …. karena bagaimana kita menganggap alloh jauh kalo selalu menyertai mahluknya … bagaimana kita melihat kedekatan alloh kalo alloh itu maha meliputi pada mahluknya … semisal kita melihat pada sesuatu yang lain dari dalam / dari luar diri … melihatnya kita semua itu bersandar dari sifat BASHIROHNYA alloh , dengan kata lain aku melihat sesuatu yang sebenarnya melihat itu bukan si aku / si anu sebenarnya yang melihat itu alloh sendiri dengan sifat bashirohnya alloh sendiri … ???

ونحن اقرب اليه من حبل الوريد

dalil ini yang menunjukkan keMAHA dekatannya ALLOH pada mahluknya ” adapun alloh itu lebih dekat daripada sesuatu yang paling dekat di antara sesuatu yang paling dekat pada mahluknya” jika kita berfikir .. dekatnya lidah dengan rasa itu lebih dekat alloh dalam kenyataannya, dekatnya alloh pada sesuatu itu tidak sama dengan dekatnya sesuatu pada sesuatu .. kalo dekatnya sesuatu pada sesuatu itu masih ada kata terpisah sedang alloh tidak terpisah dan berkumpul pada sesuatu ….

Dengan ini kita bisa berfikir apakah KALAM ITU : kalam itu adalah pengertian (hidayah) yang tidak berupa huruf ,perkataan,lafadz / kalimah namun pengertian yang lahir dari setiap HIKMAH pelajaran pelajaran hidup yang kita alami ini … karena sifatnya KALAM itu tidak juz dan tidak jirim …. karena KALAM itu adalah kehendak alloh yang bersifat qodim dan azali ,,, namun tidak bertentangan dengan hukum serta pemahaman aqal indrawi semata … di ibarat rasa manis , bagaimanakah kita bisa menggambarkan rasa manis itu dengan perkataan / mencontohkan nya … dan rasa manis itu identik dengan kata gula , namun tidak semua manis itu adalah gula , bisa madu bisa yang lainya … karena KALAM itu bersifat universal (meliputi,bersamaan,dekat) yang selalu beriringan tidak terpisah tidak berkumpul (ESA)

kesimpulan: dengan ini kajian / pengertian setiap pembahasan sebuah dalil al-qur’an & hadist itu masih memerlukan kajian IJMA’ dan QIYAS ,, agar kiranya kita tidak mudah terjebak pada perkataan hukum yang memecah belahkan pengertian HIDUP ,,, dan inilah hasil perenungan yang masih butuh penyempurnaan ,semoga masukan-masukan dari saudara-saudaraku sekalian bisa menambah wawasan kajiannya AL_FAQIR dalam belajar menuju HAQIQAT yang sebenar-benarNYA …


G. Tajali berarti menunjukkan sesuatu pada diriNya dalam beberapa dan berbagai bentuk. Umpama satu biji benih menunjukkan dirinya sebagai beberapa ladang dan satu unggun api menunjukkan dirinya sebagai beberapa unggun api.

( أفرأيتم الماء الذي تشربون ، أأنتم أنزلتموه من المزن أم نحن المنزلون لو نشاء جعلناه أجاجا فلولا تشكرون ، أفرأيتم النار التي تورون ، أأنتم أنشئتم شجرتها أم نحن المنشئون ، نحن جعلناها تذكرة ومتاعاً للمقوين ، فسبح باسم ربك العظيم ) الواقعة/68-74 



H. Wujud alam ini fana' (binasa) dalam wujud Allah.Dalilnya ialah Firman Allah dalam Surah An-Nur:35 yang bermaksud;

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Cahaya atas cahaya, Allah membimbing dengan cahayanya pada siapa saja yang dikehendakinya.” dan “Allah adalah cahaya langit dan bumi.”

I. Muraqobah : memfana'kan hamba akan afa'alnya dan sifatnya dan dzatnya dalam afa'al Allah, sifat Allah dan dzat Allah karena setiap perkaranya mukmin itu milik alloh semata .



فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ


"dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman," – (QS.30:4)


لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." – (QS.5:120)

J. Al-Thomsu atau hilang yaitu hapus segala tanda-tanda sekalian pada sifat Allah. Maka yaitu satu bagian daripada fana'.

قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat, bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridho terhadap mereka, dan merekapun ridho terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar'." – (QS.5:119)

Jiwamu disatukan dengan jiwaku

sebagaimana anggur disatukan dengan air suci

Dan jika ada sesuatu yang menyentuh engkau, ia menyentuh aku pula

Dan ketika itu dalam tiap hal engkau adalah aku”



Aku adalah dia yang aku cintai

dan dia yang kucintai adalah aku.

Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh

Jika engkau lihat aku, engkau lihat dia.

Dan jika engkau lihat dia, engkau melihat kami .


Pesanan Dari Suluk

Hakikat tidak akan muncul sewajarnya jika syariat dan thoriqot,ma'rifat & haqiqat belum benar kedudukannya dalam penempatannya. Huruf-huruf tidak akan
 tertulis menjadi ayat-ayat yang berfaedah dengan benar jika pena tidak betul keadaannya.

Dari itu saudara-saudaraku anda seharusnya banyak menuntut dan mendalami ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan syariat ,usuluddin dan asas tasawwuf untuk mendekatkan diri dengan Allah swt 

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila