TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Minggu, 17 Juni 2012

PROSES terbentuknya akhlak DALAM TASAWWUF II


PERAN PENTING AKHLAK DALAM ILMU TASAWWUF

Para ahli Ilmu Tasawwuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian. Pertama tasawwuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki, dan ketiga tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawwuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.

Ketiga macam tasawwuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Pada tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran, karena dalam tasawwuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang terdapat pada kalangan filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya.

Selanjutnya pada tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari

TAKHOLLI (mengosongkan diri dengan akhlak yang buruk),

TAHALLI (menghiasinya dengan akhlak terpuji),

TAJALLI (terbukanya dinding penghalang (hijab)

yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur Ilahi tampak jelas padanya. Sedangkan pada tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliah atau wirid, yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat. Dengan mengamalkan tasawuf baik yang bersifat falsafi, akhlaki atau amali, seseorang dengan sendirinya berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu ia lakukan dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena terpaksa.

Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu tasawuf lebih lanjut dapat kita ikuti uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya ketika mempelajari Tasawwuf ternyata pula bahwa al-Qur’an dan al-hadis mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan al-hadis menekankan kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong –menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berpikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukkan kedalam dirinya dari semasa ia kecil.

Sebagaimana diketauhi bahwa dalam tasawwuf masalah ibadah amat menonjol, karena bertasawwuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, zikir, dan lain sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawwuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini AL-FAQIR lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencega orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia.

Al-faqir lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan al-takhalluq bi akjlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau al-ittishab bi shifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah dalam cermin kesehariannya

peranan ilmu Akhlak dalam mempelajari ilmu Tauhid


Ilmu tauhid sebagaimana dikemukakan Harun Nasution mengandung arti sebagai ilmu yang membahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu yang terpinting di antara sifat-sifat Tuhan lainnya. Selain itu ilmu ini juga disebut sebagai Ilmu Ushul al-Din dan oleh karena itu buku yang membahas soal-soal teologi dalam Islam selalu diberi nama Kitab Ushul al-Din. Dinamakan demikian karena masalah yang pokok dalam Islam. Selain itu ilmu ini juga dikatakan dengan ilmu aqa’id, credo atau keyakinan-keyakinan, dan buku-buku yang menguppas tentang keyakinan-keyakinan diberi judul al-Aqa’id (ikatan yang kokoh).

Selanjutnya ilmu tauhid disebut pula Ilmu Kalam yang secara harfiah berarti ilmu tentang kata-kata. Kalau yang dimaksud dengan kalam adalah sabda Tuhan, maka yang dimaksud adalah kalam Tuhan yang ada di dalam al-Qur’an, dan masalah ini pernah menimbulkan perbincangan bahkan pertentangan keras di kalangan ummat Islam di abad ke sembilan dan kesepuluh Masehi sehingga menimbulkan pertentangan dan penganiayaan terhadap sesama muslim.

Selanjutnya yang dimaksud dengan kalam adalah kata-kata manusia, maka yang dimaksud dengan ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang kata-kata atau silat lidah dalam rangka mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing.

Dari berbagai istilah yang berkaitan dengan ilmu tauhid maka kita dapat memperoleh kesan yang mendalam bahwa Ilmu tauhid itu pada intinya berkaitan dengan upaya memahami dan meyakini adanya Tuhan dengan segala sifat dan perbuatan-Nya. Juga termasuk pula pembahasan ilmu tauhid yaitu rukun Iman.
Nah, bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu tauhid? Sekuang-kurangnya dapat dilihat melalui tiga analisis sebagai berikut:


1. Dilihat dari segi perkara pembahasannya.

Ilmu tauhid membahas masalah masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia itu akan tertuju semata-mata karena Allah SWT. Dan utuk mengarahkan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlsan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia. Alla SWT. Berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah, 98:5).


2. Dilihat dari segi fungsinya.

Ilmu tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Jika kita percapa bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat Allah itu. adapun rukun iman yang harus dibina itu adalah:


a. Beriman kepada Allah

Jika seorang beriman kepada Allah dan percaya kepada sifat-sifatnya yang sembilan puluh sembilan itu maka Asmaul Husna itu harus dipraktekkan dalam kehidupan. Dengan cara demikian beriman kepada Allah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan akhlak yang mulia.

b. Beriman kepada malaikat

Yang dimaksud disini adalah agar manusia meniru sifat-sifat terpuji yang terdapat pada malaikat, seperti jujur, amanah, tidak pernah durhaka, dan patuh pelaksanaan segala yang diperintahkan Tuhan.

c. Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Tuhan (zabur,taurot,injil,Al-Qur’an dan kitab-kitab yang alloh turunkan pada nabi dan rosul terdahulu)

Secara akhlaki harus diikuti dengan upaya menjadikan al-Qur’an sebagai wasit, hakim serta imam dalam kehidupan. Secara tidak sengaja maka kita mengikuti akhlak yang sesuai dengan akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an.

d. Beriman kepada Rasul-rasul Allah.

Dalam diri para rasul terdapat akhlak yang mulia. Khususnya pada diri Rasulullah Muhammad SAW. Kita sebagai manusia diperintahkan untuk mecontoh akhlak yang ada pada diri Rasul Allah tersebut.Dengan cara demikian beriman kepad para rasul akan mneimbulkan akhlak yang mulia. Hal ini dapat diperkuat lagi dengan cra meniru sifat-sifat yang wajib pada Rasul, yanitu sifat shidik (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan ajaran sesuai dengan perintah Allah), dan fathanah (cerdas).

e. Beriman kepada hari akhirat

Dari sisi akhlaki harus disertai dengan upaya menyadari bahwa selama amal perbuatan yang dilakukan selama di dunia ini akan dimintakan pertanggung jawabannya nanti. Kebahagiaan hidup di akhirat yang ditentukan oleh amal perbuatan yang baik dan sebanyak-banyaknya akan mendorong sesseorang memiliki etos kerja untuk selalu melakukan perbuatan yang baik selama hidupnya di dunia ini.

f. Beriman kepada qada’ dan qadar

Agar orang yang percaya kepada qada’ dan qadar Tuhan itu senantiasa mau bersyukur terhadap keputusan Tuhan dan rela menerima segala keputusan-Nya. Perbuatan yang demikian merupakan perbuatan akhlak yang mulia.

3. Dilihat dari eratnya kaitan antara iman dan amal sholeh.


Hubungan antara iman dan amal shalih banyak sekali kita jumpai di dalam Al-Qur’an maupun hadis. Misalnya:

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. Al-Nisa, 4: 65).

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Nur, 24: 51)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Rabb-lah mereka bertawakal," – (QS.8:2)

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

"(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki, yang Kami berikan kepada mereka." – (QS.8:3)

أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

"Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya, dan ampunan, serta rejeki (nikmat) yang mulia." – (QS.8:4)


Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut secara seksama akan tampak bahwa ayat-ayat tersebut seluruhnya bertemakan keimanan dalam hubungannya dengan akhlak mulia.

Ayat-ayat tersebut memberi petunjuknya dengan akhlak yang mulia. Ayat-ayat tersebut dengan jelas bahwa keimanan harus dimaifestasikan dalam perbuatan akhlak dalam bentuk kerelaan dalam menerima keputusan yang diberikan nabi terhadap perkara yang diperselisihkan di antara manusia, patut dan tunduk terhadap keputusan Allah dan rasulnya, bergetar hatinya jika dibacakan ayat-ayat Allah, bertawakkal, melaksanakan shalat dengan khusyu’, berinfaq di jalan Allah, menjauhi perbuatan yang tidak ada gunanya, menjaga farjinya, dan tidak ragu-ragu dalam berjuang di jalan Allah.

Maka disinilah letaknya hubungan antara KEIMANAN dengan pembentukan Ilmu Akhlaq. Dari uraian yang agak panjang lebar di atas, dapat dilihat dengan jelas hubungan antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu tauhid dengan perbuatan yang dibahas dalam Ilmu Akhlak.

Ilmu tauhid tampil dalam memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu akhlak tampil dengan memberikan penjabaran dan pengalaman dari Ilmu Tauhid. Tauhid tampa akhlak yang mulia tiada artinya, dan akhlak yang mulia tampa tauhid maka tidak akan kokoh. Selain itu tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi terhadap arahan tersebut.

memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana terlihat dalam pemikirannya tentang jiwa.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibn Sina merupakan petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep Ilmu Akhlak.

Pemikiran al-Gazali ini memberikan petunjuk adanya perbedaan cara pendekatan dalam menghadapi seseorang sesuai dengan tingkat dan daya tangkapnya. Pemikiran yang demikian akan membantu dalam merumuskan metode dan pendekatan yang tepat dalam mengajarkan akhlak.

Pemikiran tentang manusia dapat pula kita jumpai pada Ibn Khaldun. Dalam pemikiran Ibn Khaldun tampak bahwa manusia adalah makhlik budaya yang kesempurnaannya baru akan tewujud manakala ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia menunjukkan tentang perlunya pembinaan manusia, termasuk dalam pembinaan manusia dalam pembinaan akhlaknya.

Manusia dalam konteks insan adalah manusia yang berakal yang memerankan diri sebagai subyek kebudayaan dalam pengertian ideal. Gambaran tentang manusia yang terdapat dalam pemikiran filosof itu akan memberikan masukan yang amat berguna dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina manusia, memperlakukannya, berkomunikasi dengannya dan sebagainya. Engan cara demmikian akan tercipta pola hubungan yang dapat dilakukan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai.

Dengan mengetahui berbagai ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak tersebut, maka seseorang yang akan memperdalam Ilmu Akhlak, perlu pula melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang disebutkan di atas. Selain itu urian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa Ilmu Akhlak adalah ilmu yang sangat akrab atau berdekatan dengan berbagai permasalahan lainnya yang ada disekitar manusia.

BAAROKALLOOHU LANAA WALAKUM BILKHOIIR ......................

PROSES terbentuknya akhlak DALAM TASAWWUF I

 adalah sebagai berikut: 


1- Niat: hasil dari perbuatan yang mempertimbangkan masukan berupa ilham (HIDAYAH AL-IMAN) dan was-was (RAGU-RAGU)



2-Prilaku: ekspresi niat dengan kesadaran dan pemikiran, biasanya masih ada rasa keterpaksaan





3- Kebiasaan: setelah perilaku dibiasakan maka ia menjadi ringan untuk dilakukan, tidak ada rasa berat dalam melakukan itu



4- Akhlak: jika kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah pebuatan yang muncul tanpa pemikiran dan pertimbangan lagi. Pada level ini pelaku akan selalu merasakan kenikmatan melakukan akhlak terkait.



Dari bagan diatas dituliskan hal itu bermula dari sebuah wacan ke deskontruksi menuju rekonstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. Perilaku dilihat kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dianikan maka menjadi sebuah akhlak. Patokan ia sudah menjadi akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya.



Proses pembentukan akhlak diawali dengan terbentuknya niat di dalam diri kita. Niat merupakan keinginan kuat didalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat juga merupakan asas segala perbuatan sehingga keduanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempurnaan dan kerusakan.



Menurut Al-FAQIR dalam teori Dinamika Perbuatan, niat merupakan hasil dari perdebatan batin yang mempertimbangkan masukan berupa ilham dan was-was. Niat datang karena adanya ilham yang bersifat positif (datang nya dari Allah) dan was-was yang bersifat Negatif (datangnya dari syetan dan iblis).



Ilham (panggilan hati) adalah pengaruh yang alloh berikan dalam jiwa seorang sehingga mendorongnya untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu.



Batin yang menentukan Ilham untuk masuk kepada niat, maka niat itu akan menghasilkan niat yang baik. Sebaliknya,



was-wass merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa.



Niat yang dimasuki oleh Was-was akan menghasilkan niat yang jelek atau tercela, karena datangnya dari Iblis/Syetan dalam diri (ciri sifat al-insan).



Niat termasuk perbuatan hati maka tempatnya adalah didalam hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam didalam hatinya. Oleh karena itu, niat merupakan awal yang sangat penting bagi pembentukan akhlak manusia. Karena, nuat dapat dikatakan sebagai penentu bagaimana perilaku, kebiasaan dan akhlak kita nantinya....



proses terbentuknya akhlak DALAM TASAWWUF adalah sebagai berikut:



1- Niat: hasil dari perbuatan yang mempertimbangkan masukan berupa ilham (HIDAYAH AL-IMAN) dan was-was (RAGU-RAGU)



2-Prilaku: ekspresi niat dengan kesadaran dan pemikiran, biasanya masih ada rasa keterpaksaan





3- Kebiasaan: setelah perilaku dibiasakan maka ia menjadi ringan untuk dilakukan, tidak ada rasa berat dalam melakukan itu



4- Akhlak: jika kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah pebuatan yang muncul tanpa pemikiran dan pertimbangan lagi. Pada level ini pelaku akan selalu merasakan kenikmatan melakukan akhlak terkait.



Dari bagan diatas dituliskan hal itu bermula dari sebuah wacan ke deskontruksi menuju rekonstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. Perilaku dilihat kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dianikan maka menjadi sebuah akhlak. Patokan ia sudah menjadi akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya.



Proses pembentukan akhlak diawali dengan terbentuknya niat di dalam diri kita. Niat merupakan keinginan kuat didalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat juga merupakan asas segala perbuatan sehingga keduanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempurnaan dan kerusakan.



Menurut Al-FAQIR dalam teori Dinamika Perbuatan, niat merupakan hasil dari perdebatan batin yang mempertimbangkan masukan berupa ilham dan was-was. Niat datang karena adanya ilham yang bersifat positif (datang nya dari Allah) dan was-was yang bersifat Negatif (datangnya dari syetan dan iblis).



Ilham (panggilan hati) adalah pengaruh yang alloh berikan dalam jiwa seorang sehingga mendorongnya untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu.



Batin yang menentukan Ilham untuk masuk kepada niat, maka niat itu akan menghasilkan niat yang baik. Sebaliknya,



was-wass merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa.



Niat yang dimasuki oleh Was-was akan menghasilkan niat yang jelek atau tercela, karena datangnya dari Iblis/Syetan dalam diri (ciri sifat al-insan).



Niat termasuk perbuatan hati maka tempatnya adalah didalam hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam didalam hatinya. Oleh karena itu, niat merupakan awal yang sangat penting bagi pembentukan akhlak manusia. Karena, nuat dapat dikatakan sebagai penentu bagaimana perilaku, kebiasaan dan akhlak kita nantinya....



ruang lingkup akhlaq kedalam lima macam aspek kehidupan, yaitu:

1) الأخلا ق الفرد ية = akhlaq perorangan. Akhlak ini dibagi menjadi

a) semua hal yang diperintahkan (al-awamir)

b) segala yang dilarang ( al-nawahi)

c) hal-hal yang diperbolehkan ( al-mubahat), dan

d) akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).

2) الأخلا ق الأ سرية = akhlak keluarga Akhlak ini juga terbagi menjadi

a) kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu)

b) kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj)

c) kewajiban terhadap kerabat dekat ((wajibat nahwa al-aqarib).

3) الأخلا ق الإجتماعية = Akhlak bermasyarakat, Akhlak ini meliputi

a) hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat)

b) hal-hal yang diperintahkan (al-awamir), dan

c) kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).

4) الأخلاق الد و لة = Akhlak bernegara Akhlak ini meliputi ;

a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina al-rais wa al-sya’b) b) hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah).

5) الأخلا ق الد ينية = Akhlak beragama; kewajiban terhadap Allah swt. Ruang lingkup di atas dipandang sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia. Jika ruang lingkup akhlak tersebut dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat dibagi menjadi

a) Akhlak (tata krama) kepada Allah swt.

b) Akhlak kepada Rasul Allah saw.

c) Akhlak untuk diri pribadi.

d) Akhlak dalam keluarga.

e) Akhlak dalam masyarakat.

f) Ahlak bernegara.



"akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalqun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al- Qur'an, sebagaimana dalam surat Al-Qalam, ayat 4 berikut ini:

وإنك لعلى خلق العظيم



Artinya : .Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. Sedangkan pengertian akhlaq MENURUT ulama' sufi



a) الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر الأفعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر ورؤية.



"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan".



b) الخلق حال للنفس داعية لها إلى أفعالها من غير فكر وروية .



“Akhlaq adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”



c) الخلق عادة الإرادة



“Khuluq (akhlaq) adalah membiasakan kehendak”.

Berbagai definisi tentang akhlak di atas, secara substansial tampak saling melengkapi sehingga kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.



b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudahdan tanpa pemikiran.



c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar.



d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan bersandiwara ataupun main-main.



e. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak terpuji) adalah perbuatan yang dilakukan semata karena ikhlas kepada Allah.



HUBUNGAN AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA



Disamping akhlaq ada istilah lain yang disebut dengan etika, moral dan susila. Keempat istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan seseorang. Namun, setiap istilah memiliki perbedaan. Karena penjelasan tentang istilah akhlak telah diuraikan diatas, maka pada bagian ini akan kami uraikan tentang istilah etika, moral dan susila saja.



Etika Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Berbagai pendapat telah disampaikan para ahli mengenai definisi etika, diantaranya sebagaiman dikemukakan syeikh al-ghozali bahwa ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam kehidupan manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Al-faqir menyimpulkan bahwa etika berhubungan dengan empat hal:



Pertama, dilihat dari obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.



Kedua, dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.



Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia.



Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman. Berdasar cirri-ciri tersebut, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.



Moral

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan istilah moral seringkali diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari seringa dikatakan “orang yang bermoral” maka yang dimaksud adalah orang yang tingkah lakunya baik.

Jika dikaitkan dengan pengertian etika diatas, maka keduanya memiliki obyek pembahasan yang sama, perbuatan manusia. Namun demikian, ada perbedaan diantara keduanya, diantaranya:



a) tolak ukur penilaian etika terhadap perbuatan manusia adalah rasio/pikiran, sedangkan tolok ukur penilaian moral adalah norma-norma yang tumbuh, berkembang dan berlangsung dalam masyarakat.



b) kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif., karena ia dapat diterima seluruh masyarakat sebgai hal obyektif dan dapat diberlakukan secara universal.



c) kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Bebas dalam menentukan perilakunya dan didalam penentuan itu sekaligus terpampang nilai manusia itu sendiri. Berdasarkan keterangan di atasdapat disimpulkan bahwa moral lebih mengacu pada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan dan diberlakukan oleh masyarakat. System dan nilai itu diyakini masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketenteraman.



Susila



Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata Su dan Sila. Su berarti baik, bagus, dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma''.

Kata susila diartikan sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan tidak baik. Kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.



HUBUNGAN AKHLAK DAN ILMU JIWA



Dilihat dari segi bidang garapannya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang dimilki seseorang. Jadi ilmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek batin manusia dengan cara menginterpretasikan perilakunya yang tampak.

Pada dasarnya, antara ilmu jiwa dengan ilmu akhlak mempunyai bidang garapan yang berbeda. Kalau Akhlaq mempunyai bidang garapan tentang tingkah laku yang esoterik; tingkah laku itu indah dipandang kalau dilihat dari ‘frame work atau ‘kacamata ‘ agama. Sementara Ilmu Jiwa lebih menggarap tingkah laku yang isoterik sebagai gejala-gejala kejiwaan. Dengan psikologi ini, bisa diinterpretasi sifat-sifat psikologis seseorang. Teori Psikologi (Agama) mengatakan : ‘Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan misalnya, akan melahirkan perbuatan dan sikap yang tenang, bahkan bahagia selalu; dan tentu sebaliknya.





SALAM RAHAYU SELALU BERSAMBUNG ....

INGAATLAH !! WAHAI KHOLIFAH DIRI

Para penguasa membuat aturan main sendiri, mengatasnamakan Islam untuk membenarkan tujuan mereka dan melanggengkan kekuasaan mereka … Agama dicampur politik … dan ego kekuasaan… Moral rusak… luluh lantak … NEGERIMU ...!!!

Muncul kebiasaan-kebiasaan semasa bani Umayah dan bani Abas yang kemudian dianggap sebagai ajaran Islam oleh generasi masa kini…!!! sehingga terpaku pada budaya Arab…!!! Hidup … kearab-araban…!!! Bukan hidup secara Islami … Bukankah hidup sesuai fitrahnya masing'' dalam kemerdekaannya masing'' ...
apa ISLAM ITU MAU MENJAJAH HAK-HAK MAHLUK DI MUKA BUMI ... tentunya jawabannya .... TIDAK !!! .. kalo tidak maka
bercerminlah SELALU KAWAN ,,, yaa

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَاب

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( Ali Imran 3 : 190 )

KEJAYAAN ITU TIDAK SELAMANYA ... KEBENARANmu ITU BERSIFAT SEMENTARA ... JADI MAWAS DIRILAH SEBELUM MASA ITU DATANG MENIMPAmu SEMUA

* IMAN ITU INDAH * Alloh SWT menjadikan kamu cinta kepadaNYA atas panggilan keimanan dalam HATIMU dan menjadikan IMAN itu indah dengan HIASAN AHLAK dalam TINGKAH LAKUMU sebagai CERMIN hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran diri , kefasikan diri dan kedurhakaan diri. karena MUHASABAHmu itulah ajaran orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus yang selalu DALAM NAUNGAN HIDAYAH ALLOH ...


Pada masa suram tersebut muncul para sufi, para KEKASIH ALLOH … Mereka bukan mengajarkan hal-hal yang baru … Mereka menjaga - memelihara ruh dan bentuk Islam yang asli mengajarkan disiplin ILMU dan BERAHLAK sebelum menetapkan HUKUM-HUKUMnya , makna lafadz dan kalimahnya yang lengkap serta bathinnya yang hidup… menjadi CERMIN Ajaran dari Rosululloh SAW …!!! mengajarkan Islam yang dinamis ...

Dan perlu di pahami Keyaqinan pemeluknya (ISLAM) berdasarkan PANGGILAN AL-HAQ bukan ajakan / pemaksaan ... Jiwanya tenang …Perilakunya santun .Tidak sekedar melakukan MEMBACA dan MENTAFSIR tanpa di dasari KEAHLIAN DI BIDANG KEILMUANNYA, SEMATA - SEMATA hanya menuruti NAFSUNYA tanpa melihat kemampuan yang lainnya DAN LALAI kalo jiwanya GERSANG ...

ISLAM itu fitrah Fitrah itu : kesucian, keselamatan, kedamaian, kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan serta berserah diri kepada Alloh swt SEMATA Fitrah Alloh tidak pernah berubah … Apapun nama agamanya …semua agama mengajarkan tentang fitrah MASING-MASING … agama hanya mengajarkan MENGENAL KETUHANAN MASING'' TANPA ADANYA PENYESATAN ... NAMUN KARENA tertipu oleh EGONYA DIRI AGAMA MENJADI PENYESAT PADA PEMELUKNYA SERTA MENJADIKAN GOLONGAN'' YANG SALING BERMUSUHAN ... Oooh sungguh TERLALU ... JIKA agama hanya sebagai TOPENG ... pemilah & pemihak pada GOLONGAN'' TERTENTU ...... KETAHUILAH SAUDARA (i) KU

FITRAH itu sudah terprogram dalam hati NURANI kita masing-masing Muncul sebagai perilaku yang arif dan bijaksana .....
Kecerdasan emosional dan spiritual Ke'arifan itu FITRAH-NYA… Sesuai panggilan hati nurani masing-masing …

Orang yang merasa dirinya paling benar … sesungguhnya… dia sudah menutupi kebenaran itu sendiri … Kalo gitu siapa yang kafir & syirik …!!!?? hahahaaha PIKIREN DEWE .... YO ... BATAS KAFIR & SYIRIK HANYA ALLOH SWT YANG TAU ... MANUSIA HANYA MENYANGKA DAN MENYANGKA SELEBIHNYA ... MRONGOS DEWE .... !!!

HIDAYAH IMAN itu melahirkan Ilmu dan akhlak yang terpuji … buahnya menjadi bekal untuk mencapai kerido'an ALLOH SWT Semulia-mulianya ILMU adalah ILMU mengenal ALLOH (tauhid) Semua ILMU pada akhirnya akan bermuara kepada ALLOH namun ingat BUAH DARI ILMU ADALAH AKHLAQ ... dan sebaik - baik ahlaq adalah TASAWWUF karena selalu menghormati pesan'' ROSULULLOH SAW belajar di siplin ilmu serta sanad washilahnya TIDAK asal baca LALU berfatwa …KARENA buahnya akhlaq adalah cermin dari KEINDAHAN IMAN DALAM ISLAM ROHMAT LIL'AALAMIN …!!!

MEMBACA SIMBOL-SIMBOL SEBAGIAN KECIL AJARAN SUFI DALAM TASAWWUF ...

Ternyata mereka mengajarkan hal yang sama tentang fitrah serta tata caranya juga sama melalui dzikir- meditasi Seandainya kita tau bahwa yang mereka ajarkan sama…Kita tidak akan heboh soal agama… Semoga damai di bumi …

1- Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya, bila dia mengenal Tuhannya maka dirinya merasa bodoh Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri maka dia akan tersesat semakin jauh

2- Sabda rosulullah Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri
انظر صورتك ففهم يقينا اي اقرأ كتابك كفابنفسك

3-Tanda-tanda kami di segenap penjuruDan di dalam diri mereka sendiri ( Fushshilat 41 : 53 )

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk, dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka, bahwa Al-Qur'an itu benar. Dan apakah Robb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu."

4- Alloh menempatkan diri antara manusia dengan qolbunya (Al Anfaal 8 : 24)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

"Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Alloh dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu, kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Alloh membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya, kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan."

5- Di dalam setiap rongga anak Adam, Aku ciptakan suatu mahligai yang disebut dada, dalam dada ada qolbu, dalam qolbu ada fuad, dalam fuad ada syaqfu/SANUBARI, dalam syaqfu ada sirr, di dalam sirr ada Aku( Hadits Qudsi )

6- Aku tidak berada di bumi ataupun di langit, tapi Aku berada dalam hati orang yang beriman(Hadist Qudsi) Alloh tidak berada di Mekah ataupun di Cina

7- Surat Al Hajj 22:26 ini… Penuh makna bagi mereka yang menunaikan ibadah haji … bagi kita semua … Buka kerudung akal kita …!!! Rumah yang mana yang harus kita sucikan masjid lahir / masjid dalam diri kita yang menjadi tempat sujud kita ??? Bila rumah Alloh dibuat dari batu bata, Allohnya seperti apa ??? Pikirin aja sendiri …!!! manusia yang beraqal .............. tafakkur

وَإِذْ بَوَّأْنَا لإبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُود

"Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah, (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku, dan sucikanlah rumah-Ku ini, bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah, dan orang-orang yang ruku' dan sujud."


8- Ikhlas kepada Alloh ( semata ), tiada mempersekutukan-Nya ( Al Hajj 22:31 )Keikhlasan adalah Rahasia Allah,malaikat tidak bisa mencatatnya dan syaitanpun tidak bisa merusaknya.

حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

"dengan ikhlas kepada Alloh tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Alloh, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh."

9- Haji mabrurbukan haji maburKarena tidak ke mekah, namun melalui keikhlasan semata-mata kepada Alloh

10- Nafsu adalah dosa sirik tersembunyi, yang akan membelenggu dan menghijab kita dari Alloh Penglihatan atas Tuhan bukan melalui mata lahir, namun melalui mata hati Bagaimana kita bisa berjalan mencari dan mengenal Alloh bila masih terbelenggu hawa nafsu yang meliputi aqal & budimu

11. MEMAHAMI HAJI

1. Haji Syariat.

Haji Syariat : Setiap bulan Dzulhijah ( bulan Haji ) ke Baitullah di Mekah, mencari keridoan Alloh dan mengharap syafa’at dari Rosulullah . Bekalnya : kesabaran, keimanan, keikhlasan, keta’atan ( istiqomah ) dan ketaqwaan MENGHARAP ridho alloh swt.

2-Haji thoriqot.

Haji Thoriqot : Sudah mencapai makam Ruh (alam arwah) Berbekal takut (khouf) kepada Alloh lahir-bathin kemauan, tekad, teguh, mantap, Istiqomah dalam lelaku sesuai petunjuk guru spiritual Peralatannya : dzikrulloh - muhasabah muroqobah serta meditasi (tajrid)

3- Haji hakikat

Haji Hakikat : Naiknya ruh ke Martabat ALAM WAKHIDIYAH - ALAM WAKHDAH sampai kepada Haq Alloh ALAM AKHADIYAH melalui proses meditasi fana' dan kasyaf Berbekal mahabah wal majdzub billah, rasa cinta kepada Alloh dengan PembimbingNya mukasyafah, terbukanya hijab hijab dalam diri (MURSYID KAMIL MUKAMMIL)


12- Peralatannya Haibatul Jalal, Keagungan Alloh, hati yang bersih, cemerlang, pasrah dan ikhlas sampai kepada Alloh di dampingi tajalil Jamal-jalal-kamal & qohar - Cahaya Alloh Berarti : Mi’raj melalui Cahaya tingkat demi tingkat pencerahan jiwa …

13-Pahami surat-surat Al Qur’an Bukan memahami surat- surat tanah Kemudian dijual untuk biaya ke Mekah

Tanpa memahami Al Qur’an, hanya wisataria..ujub,riya',takabur syirik baik nyata maupun khofi (samar).wuahh !!! .. Akhirnya tenggelam dalam kemusyrikan menurut alloh bukan menurut mahluk Karena Alloh tidak berada di Mekah Di dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan ( Adz-dzariyat 51:21 )

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ


Sulit dirubah, karena sudah terprogram dari kecil Ilmu pengetahuan terus berkembang Al Qur’an : perintah berpikir dan berpikir Jangan mandeg (berhenti) di alam lahiriah saja lanjutkan menuju Jalan terus ke alam bathiniyah Karena Alloh Al Bathin & Al-dzohir .................


SALAM SANTUN SELALU SEMUANYA

Jumat, 15 Juni 2012

BISMILLAH HIRROHMAN NIRROHIM

POHON terjauh-TENTANG BATAS terjauhSayedena Muhammad (SAW) dan Jibril pergi sekali lagi sampai mereka mencapai batas absolut dari kecerdasan dibuat, bernama Sidratul Muntaha al: ". Pohon-Terjauh dari Batas Terjauh"

 Di sana mereka melihat apa-apa yang lidah bisa menggambarkan. Dampak dari pandangan mereka melihat pada Nabi Muhammad (SAW) adalah sebuah rahasia yang berlangsung di dalam hatinya. Suara datang kepada mereka dari atas yang hilang beberapa (Rosul AS) heran kepapa Nabi Muhammad.

Pada saat itu ia melihat sebuah pohon besar yang tidak menyerupai salah satu pohon di surga, pohon tanpa deskripsi, yang mencakup semua surga, langit, dan alam semesta. [Pohon Kepastian, Pohon Kehidupan]

Batang pohon itu seorang malaikat yang besar bernama Samrafeel. Sayedena Muhammad (SAW) bisa melihat apa-apa lagi selain itu. Ini tumbuh dari laut, tak terbatas tak terbayangkan, tak terlukiskan musk.

Pohon itu memiliki jumlah tak terbatas cabang, diciptakan dari unsur surgawi yang tidak memiliki nama dalam bahasa diciptakan. Jarak antara satu cabang dan satu lagi adalah lima ratus ribu tahun cahaya.

Pada setiap cabang ada jumlah tak terbatas daun. Jika semua alam semesta diciptakan ditempatkan pada satu saja dari daun mereka akan menghilang, seperti atom menghilang dalam lautan air.

Pada setiap daun duduk seorang malaikat besar dalam cahaya yang multi-warna. Pada kepalanya mahkota cahaya dan di tangannya staf cahaya. Ditulis pada dahi mereka adalah tulisan:

"Kami adalah penduduk Pohon-Terjauh." Pujian mereka adalah: "Segala puji bagi Alloh yang tidak memiliki akhir." Nama mereka adalah Sarufiyyun, "Yang rahasia," karena mereka diciptakan dari rahasia mutlak mereka Rabb (Tuhan).
Dari batang pohon empat mata air mutlak yang dikeluarkan, siapa Sumber adalah Bis mi Alloh Al-Rah man Al-Rahiim

Dari Miim dari Bismi datang MA-Yang pertama adalah, murni transparan, air kristal;

 Dari Ha' Alloh datang Halib-yang kedua adalah sungai susu putih;

 Dari Miim dari Rahman-yang ketiga adalah sungai yang menyenangkan, anggur  yang mengangkat tanpa abasing;

Dari Meem dari Rahiim-yang keempat sungai dari madu murni dicampur dengan emas.
 Semua ini sungai mengalir ke dalam kolam dari Kawthar . [membaca artikel dari Rahasia Meem] Di dalam bagasi adalah doa-relung Jibril, dan kata-kata konstan pujian adalah: Allohu Akbar: Alloh Maha Besar! yang jawabannya selalu datang dari atas: Ana Akbar: Saya yang lebih besar! Ana Akbar: Saya yang lebih besar!Jibril masuk nya doa-niche dan ia menyerukan doa. Semua Sarufiyyun berdiri dalam baris dan Nabi Muhammad (saw) memimpin mereka dalam doa. Doa selesai dan semua Sarufiyyun diperintahkan untuk memberi salam kepada Nabi Muhammad (saw) satu demi satu. Setelah ini, seorang malaikat besar keluar dari balik itu Jibril doa-niche dan meminta Nabi Muhammad (SAW) untuk pendekatan. Nabi Muhammad (SAW) dan Jibril memasuki batang pohon dan dicapai dalam sekilas melihat seluruh ciptaan .

Di atas pohon mereka melihat Adam dan Hawwa dan Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan semua nabi lain yang mereka baru saja dikunjungi.

Dengan mereka mereka melihat semua negara masing-masing, duduk dengan mereka dalam roh bersama-sama dengan orang-orang bangsa Muhammad yang sudah meninggalkan dunia ini.

Semuanya duduk di sana bersama-sama, senang, diliputi cinta dan keindahan yang Rabb rahmat mereka (milik Tuhan) dan memuji Dia.
Itu Pohon Terjauh-membawa pengetahuan dari semua ciptaan Allah dari awal urutan dalam waktu. Apa pun yang dibuat adalah bagian dari itu dan yang terkandung di dalamnya. Itu disebut pohon "dari batas terjauh" karena semuanya berakhir di dalamnya dan setelah itu mulai hidup baru. Allah dihiasi dengan cahaya dari esensi-Nya sendiri. Ia memiliki tiga karakteristik:. Warna terus menerus cahaya memperluas atas ciptaan setiap kesenangan terus menerus mencapai semua orang dari buah cabang-cabangnya, dan aroma dari bunga yang terus menerus scenting dengan keindahan kehidupan ciptaan Kemudian Ia melihat Roh yang Alloh memberi kekuatan bumi dan langit .

Dari puncak kepalanya ke bagian bawah kaki dan dari setiap sel nya ada wajah-wajah dengan sifat cahaya halus, jumlah yang tidak ada yang tahu selain Alloh, dan dari masing-masing Alloh menciptakan malaikat-semangat yang terlihat seperti Roh , yang Dia kemudian mengambil untuk dirinya sendiri sebagai roh-malaikat dari Hadirat Ilahi.

Setiap hari Roh melihat ke neraka tiga kali, dan karena cahaya dingin tatapan malaikat-Nya api neraka mencair sampai menjadi seperti pelangi. Roh ini juga melihat ke surga tiga kali setiap hari dan meluas untuk itu cahaya ilahi yang Allah memberinya. Jika Allah mengumpulkan air mata dari mata Roh itu akan membanjiri semua alam semesta diciptakan dan membuat (Nuh) banjir Nuh tampak seperti drop dikumpulkan oleh jarum dicelupkan ke dalam lautan. Ini adalah Roh yang Allah disebutkan dalam Quran: " hari ketika Roh dan kenaikan malaikat, tidak ada yang akan berbicara kecuali dengan izin dari-Nya Rabb (Tuhan) ". Nabi Muhammad (SAW) berkata: "? Roh Apakah ini stasiun" Semangat itu menjawab: "Ya, dan jika saya penebus salah itu saya akan dimusnahkan dengan terang yang saya menerima Nabi Muhammad Bergerak maju dan jangan takut!.. Anda diundang dan Anda memiliki izin. "Muhammad (SAW) pindah ke depan. Alloh mengilhami hatinya dengan wacana berikut: "Aku, Rabb (Tuhan), telah terselubung diri dari penduduk surga, seperti yang telah saya terselubung diri dari penduduk bumi.

Seperti yang saya terselubung Saya sendiri dari pikiran mereka, saya terselubung diri dari visi mereka. Saya pernah dalam segala hal, dan saya tidak pernah jauh dari apa-apa. "

Nabi Muhammad (SAW) kemudian pindah melalui satu demi satu tabir sampai ia melewati seribu kerudung. Akhirnya ia membuka Tabir Keesaan.
Dia menemukan dirinya seperti lampu tergantung di tengah udara ilahi.

Ia melihat masalah yang megah, besar dan terkatakan.

Dia bertanya kepada Rabb (Tuhan) untuk memberinya keteguhan dan kekuatan.

Dia merasa bahwa setetes kehadiran yang memakai lidahnya dan dia merasa lebih dingin dari es dan lebih manis dari madu.

Tidak ada di bumi dan tujuh surga merasakan seperti itu. Dengan penurunan ini, Alloh dimasukkan ke dalam hati Nabi Muhammad pengetahuan tentang Awal dan Yang Akhir, yang surgawi dan duniawi.

Semua ini diturunkan kepadanya dalam satu instan lebih pendek dari kedua tercepat.

Ia diperintahkan untuk bergerak maju.

Ketika ia pindah ia menemukan dirinya diangkat di singgasana yang tidak pernah dapat dijelaskan, sekarang atau nanti.

Tiga tetes tambahan yang diberikan kepadanya:

satu di bahunya yang terdiri dalam keagungan,

satu di hatinya yang terdiri dengan rahmat,

dan satu tambahan pada lidahnya yang terdiri dalam pengungkapannya.
Lalu terdengarlah suara dari kehadiran, yang tidak dibuat yang telah mendengar sebelumnya: ". Nabi Muhammad saya telah membuat Anda pendoa syafa'at untuk semua orang" Pada saat itu Nabi Muhammad (SAW) merasa pikirannya terpesona dan diambil untuk digantikan dengan sebuah rahasia yang menakjubkan. Ia ditempatkan di bidang Keabadian Alloh SWT.

Pada bagian pertama ia menemukan permulaan dan pada set kedua ia menemukan akhir.

Kemudian Alloh menurunkan kepada-Nya: "akhir saya adalah di awal awal saya dan saya adalah di akhir saya."

Lalu Nabi Muhammad (saw) tahu bahwa semua pintu telah ditutup sama sekali kecuali yang menyebabkan Alloh, bahwa Alloh tidak dapat digambarkan dalam membatasi suatu tempat dalam berbicara, dan bahwa Alloh meliputi mana-mana dari semua tempat.
Ini adalah rahasia bahwa lidah tidak dapat diaduk untuk mengekspresikan, pintu tidak dibuka untuk mengungkapkan, dan jawabannya tidak dapat menentukan.

Dia adalah Panduan untuk diri-Nya dan Rabb (Tuhan) dari deskripsi-Nya sendiri. Dia adalah Kecantikan dari semua keindahan dan pidato yang digunakan untuk menggambarkan diri-Nya adalah milik-Nya sendiri.
Pencipta Alloh saya, di infinity Anda posisi saya kagum.
Di laut Anda Cinta apakah saya tenggelam terendam.
 Alloh, pada waktu Anda dekat dengan saya dalam keintiman akrab.
Pada saat Anda meninggalkan saya tanpa, terselubung dan aneh,
Tersembunyi di negara Anda . Mulia
Berilah Aku minum Nektar cinta Anda,
Karena hanya mabuk dari itu saya bisa mengatakan:
 Saya Rabb (Tuhan)! Coba saya lihat Anda. Nabi Muhammad (SAW) kemudian melihat di sebelah kanannya dan melihat apa-apa kecuali

Nya Rabb (Tuhan), kemudian di sebelah kiri dan melihat apa-apa kecuali Nya Rabb (Tuhan) , kemudian ke depan, ke belakang, dan di atas dia, dan ia melihat apa-apa kecuali Nya Rabb (Tuhan ).

Dia benci untuk meninggalkan tempat terhormat dan diberkati. Tapi Allah berfirman: "Muhammad, Anda adalah Messenger untuk hamba-Ku sebagai semua Rasul, jika Anda tinggal di sini Anda tidak akan pernah bisa berkomunikasi Pesan saya karena itu turun kembali ke bumi, dan berkomunikasi Pesan saya kepada hamba-Ku Kapanpun Anda ingin.. berada dalam keadaan yang sama seperti Anda sekarang, shalat, dan aku akan membuka negara ini untuk Anda. " Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad (SAW) menyatakan: "Doa adalah apel mata saya," dan ia disebut juga: ". sisa kami"

. Kemudian Nabi Muhammad (SAW) diperintahkan untuk kembali ke bumi, tapi ia meninggalkan diri di surga dan semangat di pohon-Terjauh, dan hatinya di hadapan ilahi terkatakan sementara rahasianya ditinggalkan ditunda tanpa tempat diri-Nya bertanya-tanya: "Di mana hati?"

Dan Hati bertanya-tanya: "Di mana roh?"

Dan semangat bertanya-tanya: "Di mana rahasianya?"

Dan rahasia itu bertanya-tanya di mana itu.

Dan Alloh mengungkapkan: "Nabi Muhammad (saw) saya dikabulkan berkat dan pengampunan, dan jiwa saya dikabulkan belas kasihan dan kehormatan, dan hati!

Saya dikabulkan cinta dan keindahan, dan rahasia, Anda harus Me "Alloh kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw) perintah untuk membaca.:

"Dia adalah orang yang mengirimkan berkat pada Anda, bersama dengan para malaikat-Nya, untuk membawa Anda keluar dari kegelapan menuju cahaya" (33:43).

" Nabi Muhammad Saya telah memerintahkan para malaikat dari semua langit-Ku, yang dibuat dan mereka yang belum diciptakan, untuk mengirim berkat pada Anda dan ciptaan-Ku tanpa henti, dengan pujian saya sendiri saya Anda Rabb (Tuhan) Siapa bilang:. Rahmat saya telah mengambil alih kemarahan saya Dan semua malaikat-Ku. Saya telah diciptakan untuk Anda manusia. " Dan Alloh memerintahkan Muhammad (SAW) untuk turun dengan pesan malaikat kembali ke bumi.

MELIHAT ALLOH SWT



الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

"Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Rabb-mereka.


وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الأرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى
الْهُدَى فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ

"Dan jika perpalingan mereka (darimu), terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat melihat lubang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mu'jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua, dalam petunjuk, sebab itu, janganlah kamu sekali-kali, termasuk orang-orang yang jahil." (An naml 35)


إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

"Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Alloh), dan orang-orang yang mati, akan dibangkitkan oleh Alloh, kemudian kepada-Nya-lah mereka dikembalikan." – (QS.6:36)


Telah ditetapkan melalui dalil akal bahwa ALLOH tidaklah memiliki jasad dan berbentuk, tidaklah menempati sebuah ruangan dan waktu. Hal ini menjadi dalil bahwa ALLOH Yang Agung adalah Dzat yang tidak dapat dilihat. Namun, sebahagian kalangan penafsir menyatakan bahwa ALLOH akan menampakkan dirinya di hari kiamat, mereka berdalil bahwa hamba-hamba yang sholeh akan melihat wujud ALLOH di hari kiamat, melalui ayat yang berbunyi:

إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Kepada Tuhannyalah mereka Melihat”Apakah maksud ayat tersebut ?


Adapun penglihatan adalah terbiasnya cahaya sesuatu pada lensa mata. Ketika proses pembiasan ini bekerja, maka akan terjadi ada ikatan antara yang sesuatu yang dilihat dan mata. Oleh karenanya, menjadikan sesuatu tersebut menempati pada tempat tertentu. Dan segala yang berbentuk membutuhkan sebuah tempat, dan yang membutuhkan yang lain adalah fakir. Dan ini tidak akan memiliki sifat Ketuhanan (Ilahiyah). Dari penjelasan ini maka sekiranya ALLOH bertempat, tidaklah akan melewati kemungkinan berikut ini: 

1. Keberadaan tempat tersebut pada awalnya bersamaan dengan wujud Alloh. Kalau sekiranya tempat tersebut qodim (dahulu), maka keberadaannya sama dengan keberadaan Alloh Yang Qadim. Jadi, ada dua wujud yang qadim.

2. Sekiranya Alloh Swt menciptakan tempat untuk diri-Nya sendiri. Dan kita umpakan Dia (Alloh) tidak membutuhkan tempat. Dengan dalil bahwa sebelum dicitakan tempat tersebut, dia telah ada. Dengan gambaran ini, bagaimana Alloh Swt tidak membutuhkan tempat , kemudian setelah itu Dia membutuhkan tempat.

Dilihat dari makna ayat, maka dapatlah kita jelaskan sebagai berikut:

Kata Nadhiro dari ayat tersebut bukanlah mempunyai makna melihat akan tetapi bermakna (mengerti & faham). Dan maksud dari keseluruhan ayat adalah penantian rahmat dan kasih sayang Alloh Swt. Ketika utusan roja' mengirimkan hadiah kepada nabi Sulaiman as, disebutkan dalam al-qur’an, Alloh Swt berfirman:

“Dan Sesungguhnya Aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan)menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”. 

Dan pengertian Nadhiro sebenarnya, bukanlah diartikan penglihatan. Maka kita mencoba penelusuri ayat diatas, dengan mengaitkan dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya. Alloh Swt berfirman: 


1. وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri”. 

2.إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Kepada Tuhannyalah mereka Melihat“. 

3.وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ 

“Dan Wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram”. 

4.تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ

“Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat”. 

Pada keempat ayat diatas, ayat ketiga nampak berlawanan dengan ayat pertama. Dan ayat keempat juga berlawanan dengan ayat kedua. Dan pelu diperhatikan bahwa ayat keempat menghilangkan bentuk kekaburan seperti pada ayat yang kedua. Yang jelas, ayat yang pertama dan ketiga adalah pembagian atas manusia di hari kiamat. Dan ayat kedua dan keempat juga adanya penjelasan nasib perjalanan manusia dalam dua bentuk. Dari sisi lain, maka ayat keempat memaparkan tentang penantian terhadap sebuah azab, dan ayat kedua memaparkan tentang penantian terhadap rahmat Alloh Swt. Bukanlah penglihatan dan penyaksian dalam bentuk luar (dhohir). 

Kesimpulan:

Dalil ayat untuk menetapkan kemungkinan Alloh Swt dapat dilihat di hari kiamat, akan menyimpang dari pemahaman secara filosofis dan terhadap tujuan yang ada di dalam keempat ayat tersebut. Dari ayat, sebenarnya mengambarkan tentang pelaku ketaatan dan maksiat dan penantian keduanya terhadap nasib mereka dari turunnya rahmat Alloh atau azab-Nya. Adapun penafsiran tentang penyaksian dzat Al-Haq tidaklah berkaitan dengan ayat ini. 

Sabtu, 09 Juni 2012

SECEPATNYA MENUNAIKAN IBADAH

إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس

Menunda Amal Ibadah Setelah Selesai Pekerjaan Adalah Sebuah Kebodohan 

Manusia adalah hamba Alloh SWT yang harus mematuhi semua peraturan dan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Karena manusia di ciptakan di muka bumi ini tidak lain hanya untuk menyembah Alloh SWT. Seperti yang telah diterangkan didalam Al-qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56-57 :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57

Artinya :
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
57. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.
Dari ayat tersebut bisa difahami bahwa manusia harus mencurahkan semua waktunya untuk beribadah kepada Alloh SWT dan tidak meninggalkan atau menunda ibadah karena semata-mata terbuai dengan kehidupan gemerlap dunia bukankah akhirat itu tempat yang paling baik bila di bandingkan dengan dunia?
Alloh berfirman didalam surat Adl-Dluha ayat : 4

وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى (4

Artinya : 
4. Dan sesungguhnya kahidupan akhirat itu lebih baik bagimu dari pada kehidupan dunia.


Maka dari itu, manusia tidak boleh tenggelam di dalam lautan duniawi dengan menghabiskan segala aktifitasnya untuk menhggapai cita-cita dunia dan melupakan tugas pokook yang dibebankan pada dirinya yaitu beribadah kepada Alloh SWT. Sebab hal itu bisa menjerumuskannya masuk ke dalam jurang neraka. Padahal di dalam Al-Qur'an Alloh SWT telah memerintahkan kita untuk menjaga siri dan keluarga agar tidak jatuh dilubang neraka, seperti yang diterangka dalam Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat : 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6

Artinya :
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperlukan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
Jika orang yang menunda ibadah karena tenggelam didalam pekerjaan-pekerjaannya adalah orang-orang yang sangat bodoh karena dia telah melupakan tugas utama sebagai hamba Alloh yaitu berabadah kepada-Nya.
Akan tetapi banyak sekali di jumpai di masyarakat orang yang lupa akan tugas utama ini misalnya seorang pengusaha yang sedang asyik melakukanpekerjaannya sehingga dia lupa atas kewajiban-kewajibannya terhadap Alloh SWT.

Bila anda mengingatnya untuk melakukan perintah-perintah Alloh, Mendatangi majlis-majlis ilmu dan belajar hukum-hukum Islam, maka dia akan menjawab apa yang kamu ucapkan sudah aku tulis didalam jadwal kegiatanku dan aku masukkan didalam agenda pekerjaanku. Namun, berilah aku waktu untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanku, karena bila tidak aku lakukan sekarang maka kesempatan emas ini pasti akan hilang dan tak akan kembali.

Demikian pula orang yang kaya raya, namun tidak pernah mengeluarkan hartanya untuk shodaqoh kepada faqir miskin dan anak yatim piatu. Bila anda menasehatinya :"Hendaknya engkau menyisihkan sebagian kecil dari hartamu kepada orang-orang yang membutuhkan yang ada disekitarmu karena engkau telah dikaruniai harta yang banyak dan kehidupan yang mewah.

Maka dia akan berkata kepadamu : "Sesungguhnya akulah merencanakan hal itu, bila usaha-usaku sukses dan hartaku bertambah banyak maka aku akan kenyantuni faqir miskim, aku akan mendirikan rumah sakit panti asuhan dan beasswa bagi para pelajar. Tetapi berilah aku waktu sampai usaha-sahaku sukses dan berhasil.
Contoh lain adalah saat anda dihadapkan pada para pejabat dan jendral tentara yang sedang hanyut didalam tugasnya dan melupakan hak-hak Alloh SWT
Bila anda bertanya kepadanya "Mengapa engkau melalaikan perintah-perintah Alloh padahal Alloh telah memberimu jabatan dan kehormatan di masyarakat? Maka dia akan menjawab "Sungguh aku sedang mengemban tugas yang penting sekali yang di perhatikan oleh orang banyak dan 5 tahun lagi aku akan pensiun maka bila tiba saatnya pensiun aku akan pergi haji memenuhi panggilan Alloh SWT, aku akan selalu berada pada shof (barisan) paling depan setiap berjamaah di masjid dan aku akan mempelajari Al-Qur'an dan memahami isi beserta tafsirnya.

Mereka semua adalah sebagian kecil gambaran orang-orang yang menunda ibadah karena disibukkan dengan pekerjaan duniawi. Bila engkau bertanya pada mereka "Apa yang mencegahmu untuk mendekatkan diri pada Alloh sekarang ?" maka mereka akan memandangmu dengan pandangan yang tajam dan sinis, lalu berkata "Pekerjaan-pekerjaan ini adalah tugas yang sangat penting yang tidak bisa untuk di tunda.

Jawaban-jawaban yang mereka lontarkan tidak lain karena kebodohan mereka sendiri sebab mereka bersungguh-sungguh didalam urusan dunia padahal urusan tersebut sudah ditanggung oleh Alloh dan mereka menunda kewajiban-kewajiban mereka didunia.
Sebagai hamba Alloh yang telah diberi bagian kehidupan diatas bumi ini, manusia dituntut untuk mengetahui siapa tuhan yang memiliki jiwa dan raganya dan dia harus mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nyadengan cara yang diajarkan syari'at.
Untuk melakukan tugas utama tersebut Alloh telah menjamin semua kebutuhan sebagai penupang tugas tersebut. Dalam hal ini Alloh telah memberi perumpamaan tentang keadaan Nabi Adam as. Ketika berada di surga

إِنَّ لَكَ أَلا تَجُوعَ فِيهَا وَلا تَعْرَى (118) وَأَنَّكَ لا تَظْمَأُ فِيهَا وَلا تَضْحَى (119)

Artinya 
118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan didalamnya dan tidak akan telanjang.
119. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (puka) akan ditimpa panas matahari didalalmnya.
Contoh lain yang lebih mudah difahami namun banyak diantara kita yang tidak mrnyadarinya adalah pengiriman duta besar keluar negeri.
Seorang presiden ketika mengutus duta besar keluar negeri yang jauh untuk menjalankan tugas-tugas kenegaraan pasti mrnuntut agar duta besar tersebut bias sampai dinegaea tujuan dan sukses dalam mengemban tugas yang telah dibebankan kepadanya. Dan sudah menjadi hal yang lazim bahwa untuk merealisasikann tugas ini dia di beri harta, fasilitas-fasilitas dan kebutuhan yang bias mempermudah pekerjaannya.

Maka selama berada diluar negeri dia harus mencurahkam seluruh waktu dan tenaganya untuk menjalankan tugas yang mulia ini. Dan sangat tidak layak dan bodoh bila dia terbuai untuk mencari harta yang lebih banyak dan melupakan tugas-tugas pokoknya atau menunda kewajibannya demi menuruti sifat kerakusannya. Perkataan yang paling tepat di ucapkan bagi orang semacam ini tidak lain adalah penghianat kepada orang yang mempercayainya, karena kebodohan menuruti hawa nafsu belaka.
Bila anda bertanya pada penghianat "Mengapa engkau melupakan tugas pokokmu untuk beribadah kepada Alloh SWT dan mencari dunia yang sudah ditanggung oleh-Nya?". Maka dia akan menjawab "Saya berjanji akan beribadah dengan sungguh-sungguh besok kalau masa mudaku telah usai, kekuatan tubuhku sudah mengendor, punggungku sudah membungkuk dan aku berjalan dengan bantuan tongkat".
Jawaban ini karena didasari atas kebodohannya, dia tidak sadar akan tugas utamanya kepada dzat yang memiliki dan mengaturnya.

Problem-problem ini bisa di pecahkan dengan memahami hal-hal sebagai berikut :
1. Manusia harus sadar bahwa ajal akan menjemput dengan tiba-tiba

Seseorang tidak akan tahu apakah dia akan hidup sampai sukses, impiannya tercapai, sampai pensiun atau kaya raya. Karena ajal itu hanya Alloh-lah yang mengetahuinya, dan setiap manusia pasti akan menemuinya walaupun dia melakukan berbagai upaya untuk menghindarinya.
Alloh SWT berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 78 :

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Artinya :
78. Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu berada didalam benteng yang tinggi lagi kukuh.


2. Penundaan sesuatu harus ditempatkan pada perkara-perkara dunia dan tidak boleh ditempatkan pada amal ibadah

Sangat bodoh sekali orang yang cita-cita duniawi yang bisa menjadikanya terpandang dimata masyarakat, karena urusan dunia itu sudah ditanggung oleh Alloh SWT. Dan sebaliknya dia melupakan cita-cita ahirat yang sudah menjadi tanggung jawab dan bebannya
Ibnu Atho'illah berkata :

اجتهادك فيما ضمن لك وتقصيرك فيما طلب منك دليل على انطماس البصير منك.

Artinya :
"Kesungguhan di dalam perkara yang sudah di jamin dan kecerobohan didalam perkara yang dibebankan padamu adalah bukti atas butanya mata hatimu".
3. Tugas-tugas agama yang dibebankan pada manusia itu memiliki tujuan mulia yaitu mendidik dan mensucikan hati, sehingga ibadah itu bisa membersihkan pekerjaan duniawi agar terhindar dari dusta, penipuan dan sifat-sifat tercela lainnya.

Maka dari itu, para pejabat, pengusaha, tentara, pejabat semacamnya didalam melakukan pekerjaannya harus dibarengi dengan ibadah supaya bisa mewujudkan kebahagiaan baik kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.
Adapun memisahkan pekerjaan-pekerjaan dunia dari ibadah atau menunda ibadah setelah kenyang dan puas dengan urusan-urusan duniawi, ini adalah kebodohan terhadap agama dan menjauhkan peran agama didalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini, bisa di perumpamakan dengan perhidangan makanan. Dalam menghidangkan makanan agar rasanya lezat dan enak maka harus di campur dengan garam, gula, dan bmbu-bumbu yang lain. Sebaliknya, bila makanan tersebut di hidangkan dalam satu wadah dan dimakan lalu garam, gula, dan bumbu-bumbunya dihidangkan didalam wadah yang lain dan dimakan maka rasanya pasti tidak enak, dan ini adalah perbuatan orang bodoh.

Perlu diketahui bahwa yang kita lakukan jiwa dan raga kita adalah milik Alloh SWT dan sangat keliru orang yang menyangka bahwa sebagian amal itu milik Alloh dan sebagian yang lain itu milik manusia. Bahkan prasangka ini sangat bertentangan dengan apa yang kita ucapakan sehari-hari ketika sholat.

إنّ الصّلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله ربّ العالمين.

Artinya : 
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah milik Alloh tuhan pemelihara alam".


Didalam Al-Qur'an juga tidak ada yang menjelaskan bahwa kalimat " الملك " itu bisa disandarkan pada selain Alloh. Yang ada hanyalah Alloh memberikan harta kepada manusia dan semacamnya. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat An-Nur ayat 22 :

...وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ...(22

Artinya : 
"Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Alloh yang dikarunian-Nya kepadamu."
Firman Alloh Surat Al-Hadid ayat 7 :

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ...(7

Artinya : 
7. Berimanlah kamu kepada Alloh dan rosul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Alloh telah menjadikan kamu menguasainya.
Jadi dalam melakukan pekerjaan sehari-hari seperti berdagang, berusaha, berani dan semacamnya harus diiringi dengan ibadah kepada Alloh SWT sebagai bentuk kepatuhan kita terhadap perintah-perinntah-Nya.

PENGERTIAN AL-BIDAYAH FIL-IMAN wan NIHAAYAH FIL-IHSAN


 Pengertian ini ingin melihat lebih jauh mengenai Metode qiyās menurut pandangan para Ulama’ Ahlu sunnah wal-jama’ah dalam disiplin ilmu TAUHID & Asal UshulNYA di dalam kitabnya Bidāyah al- Mujtahid Fil-iman wa Nihāyah al- Muqtaṣid Ihsan , yaitu dengan cara mendeskripsikan dan melihat secara langsung metode qiyās Ulama’ di dalam kitab-kitab tersebut ,,

 dalam penelitian ini juga akan di teliti mengenai status keterikatan metode qiyās Ulama’ dengan metode Ijtihad Imam Mālik maupun Mazhab Maliki. Peneliti merasa tertarik menulis penelitian ini karena kitab Bidāyah al-Mujtahid fil-iman wa Nihāyah al-Muqtaṣid ihsan merupakan karya monumental yang merupakan karya alloh dalam TAUHID menurut Ulama’ AHLI Tauhid yang dikemas secara sistematis. Dalam kitab tersebut juga dapat dilihat mengenai Ijtihad para Ulama’ yang cukup aplikatif dalam mengintegrasikan antara teks /ayat ( nas ) dengan rasio ( qiyas ), sehingga menghasilkan produk hukum yang berbeda dan jauh dari kesan bertentangan sunnah nabi SAW & Nash Al-Qur’an .

Karena BIDAYAH FI AL-HIDAYAH ini melahirkan pengertian Di antara perbendaharaan kata dalam agama  Islam  ialah  iman, Islam  dan  ihsan, ketiga istilah itu memberi  umat  Islam     tentang Rukun Iman yang enam, Rukun Islam yang lima dan ajaran tentang  penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Hadir dalam hidup.  Dalam penglihatan  itu  terkesan  adanya semacam kompartementalisasi antara  pengertian  masing-masing  istilah  itu,    seolah-olah
 setiap  satu  dari  ketiga  nama  itu  dapat dipahami secara tersendiri, dapat bentuk sangkutan tertentu dengan yang lain.

Setiap pemeluk Islam mengetahui  dengan  pasti  bahwa  Islam (al-Islam) tidak absah
 tanpa iman (al-iman), dan  iman  tidak  sempurna  tanpa  ihsan (al-ihsan).

Islam adalah  inisial  seseorang  masuk  ke dalam  lingkaran  ajaran  Ilahi.  Sebuah  Ayat Suci melukiskan bagaimana orang-orang Arab Badui mengakui telah  beriman  tapi Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk mengatakan kepada mereka bahwa mereka belumlah beriman melainkan baru ber-Islam,  sebab  iman  belum masuk  ke  dalam  hati  mereka :

قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Orang-orang Arab Badwi itu berkata: 'Kami telah beriman'. Katakanlah (kepada mereka): 'Kamu belum beriman', tetapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." – (QS.49:14)

Jadi, iman lebih mendalam daripada Islam, sebab dalam  kontek  firman  itu,  kaum  Arab  Badui tersebut barulah tunduk dengan hormat kepada Nabi muhammad  secara lahiriah, dan itulah  makna  kebahasaan  perkataan "Islam",  yaitu  "tunduk" atau "menyerah." Tentang hadits yang terkenal yang menggambarkan  pengertian  masing-masing  Islam iman  dan  ihsan

Salah satu hal lagi yang membuat Al-Faqir merasa tertarik untuk menulis penelitian ini, karena ketertarikan peneliti mengenai figur para Ulama’ sendiri yang merupakan Ulama yang lahir dan hidup di wilayah andalusia yang notabene-nya adalah sentral pengembangan mazhab -mazdhab pada waktu itu. Hal itu yang membuat Ulama’ juga disinyalir sebagai ulama mazhab Maliki, serta dalam berijtihad pun kemungkinan mengikuti ijtihad mazhab maliki dan madzhab lainnya.

Tetapi apakah yang terjadi memang demikian? Hal inilah yang juga membuat ketertarikan AL-FAQIR  untuk meneliti mengenai keterikatan metode qiyas Ulama’ dengan metode ijtihad Imam Maliki maupun mazhab selain Madzhab  maliki ,,
Ketertarikan terhadap metode qiyas para Ulama’ seperti yang telah disebut diatas.
. Dalam menulis pengertian ini, metode yang Al-faqir gunakan adalah bersifat penialian pribadi dan hanya untuk kajian & sudut pandang Ilmiyah belaka : yaitu menggambarkan serta menginterpretasi data yang yang dikaji pandangan para ‘aalim & di nuqil dari kitab-kitab tauhid karya ulama yang ahli di bidangnya ...


Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ushuliyah yang berupa metode tashkhih  yang merupakan metode untuk mengambil dalil yang terkuat, karena memang Kitab Bidayah al-Mujtahid merupakan kitab perbandingan ijtihad para ulama yang tentunya harus diteliti menggunakan metode tashkhih . Selain itu, pendekatan yang Al-faqir  gunakan adalah pendekatan sejarah yaitu mengenai sejarah kehidupan para Ulama’, hal tersebut juga untuk melihat seberapa jauh hubungan antara Ulama’ dengan mazhab Maliki & madzhab-madzhab lain yang berkembang pesat di tempat kelahirannya pada waktu itu...

Hasil dari penelitihan ini adalah menjelaskan secara sistematis mengenai pandangan Al-faqir tentang metode qiyas dalam kitab-kitab  tersebut. Pengertian ini juga akan menunjukkan mengenai status keterikatan metode qiyasnya Ulama’ dengan metode Ijtihad Imam Malik maupun Mazhab-madzhab lainya dalam kitab Bidayah al-Mujtahid Fil-iman wa Nihayah al-Muqtasid fil ihsan . Untuk membatasi serta mempermudah pengertian mengenai metode qiyas para Ulama’ terdahulu serta keterikatan dengan 4 mazhab maliki dalam kitab bidāyah al-mujtahid tersebut, maka peneliti akan mengambil 1 contoh kasus dalam kitab tersebut sebagai rujukan untuk memahami pengertian DASAR-DASAR KEIMANAN seorang manusia ...
Adapun masalah yang di kaji adalah :
HIDAYAH :

الهداية هي الطريق المستقيم الموصل إلى الغاية وهو أقصر الطرق ، وغاية هذه الحياة هي أن تصل إلى نعيم الآخرة

Petunjuk yang dalam al qur'an menggunakan kata “HIDAYAH” atau “HUDA” diartikan sebagai petunjuk digunakan...

Dengan demikian semua manusia yang menganut agama Islam artinya telah mendapatkan hidayah dari Alloh Ta’ala (Jalan lurus yang dapat mencapaikan seseorang pada tujuan kehidupan bahagia di akherat) tetapi tidak semua dari mereka mendapat taufiq untuk mengerjakan amal sholeh.

 pada 2 penggunaan; yaitu secara ‘Am (umum) dan Khos (khusus). Contoh penggunaan ‘Am adalah dalam ayat:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah pada) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggal-kannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah, atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." – (QS.2:185)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." – (QS.2:186)

Sedangkan contoh penggunaan kata hidayah yang bermakna khos yaitu dalam firman alloh SWT :

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

 [ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa] (QS Al baqoroh : 2)


Pengertian [HUDAN] (petunjuk) disini merupakan suatu petunjuk yang kekhususan bagi orang yang bertaqwa. Sehingga sebagian para ulama mendefinisikan kata [HIDAYAH] dengan Makna yang ‘Am (umum) adalah : Terangnya jalan kebenaran (Alloh) dan jelasnya hujjah alloh, walaupun jalan untuk menelusurinya itu sudah jelas atau tidak Seperti dalam ayat :

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


[[ dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, Maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan ]] (QS Al Fushilat : 17)
Maksudnya, alloh telah memberikan petunjuk kepada kaum tsamud jalan (ajaran) alloh melalui lisan nabi sholeh walaupun mereka tidak sedikitpun menelusuri jalan jalan petunjuk alloh tersebut karena dalam keterangan selanjutnya disebutkan bahwasanya kaum tsamud memilih tersesat.

ابانة الطريق الحق وايضاخ المحجة سواؤ سلكها المبين له ام لا

“ Terangnya jalan kebenaran (Alloh) dan jelasnya hujjah alloh, walaupun jalan untuk menelusurinya itu sudah  jelas atau tidak”
 <[[ tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk ]]>
.
Atau dalam ayat lain surat lain :

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا


Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”.(QS al Insan : 3)

  Maksudnya Alloh telah menjelaskan atau menerangkan kepadanya jalan kebaikan dan kejelekan, karena kalimat selanjutnya {ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir}
Adapun definisi hidayah dengan makna khos (khusus) adalah

تفضل الله بالتوفيق علي العبد

Anugerah(kelebihan) yang diberikan oleh Alloh kepada seorang hamba dengan Taufiq (pertolongan / petunjuk) 

أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُو

 إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ

"Mereka itulah, orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah ? 'Aku tidak meminta upah kepadamu, dalam menyampaikan (Al-Qur'an)'. Al-Qur'an itu tidak lain, hanyalah peringatan untuk segala umat." – (QS.6:90)


فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ

"Barangsiapa yang dikehendaki Alloh mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya Alloh menjadikan dadanya sesak, lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Alloh menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." – (QS.6:125)


Berikut  ini  kita  akan  mencoba MENELAAH , berdasarkan pembahasan para ulama,  apa  pengertian  ketiga  istilah  itu  dan    bagaimana wujudnya   dalam   hidup   keagamaan  seorang   pemeluk  Islam.Diharapkan  bahwa  dengan  memahami  lebih   baik  pengertian istilah-istilah yang amat penting itu kemampuan kita menangkap makna luhur agama dan pesan-pesan sucinya dapat ditingkatkan Pembahasan secara berurutan pengertian istilah-istilah di atas pertama Islam, kemudian iman dan akhirnya ihsan - dilakukan tanpa harus dipahami sebagai pembuatan kategori-kategori  yang terpisah  -  sebagaimana sudah di jelaskan dalam al-qur’an

Jika kita telah memahami hal ini, maka kita akan mengerti bahwa hidayah yang khusus bagi orang bertaqwa adalah makna dari hidayah yang khos yaitu pemberian anugerah/ kelebihan dengan taufiq sedangkan hidayah yang diberikan kepada semua manusia merupakan pengertian dari makna yang ‘Am (umum) , yaitu telah terangnya jalan-jalan kebenaran dan jalan-jalan alloh .... setelah HIDAYAH IMAN telah di tiupkan oleh alloh kepada hamba-hamba yang di pilihnya barulah mereka masuk dalam agama ISLAM tanpa paksaan .... dan menempati firman alloh :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

"Sesungguhnya, agama (yang diridhoi) di sisi Alloh hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka (terhadap Islam). Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Alloh sesungguhnya Alloh sangat cepat hisab-Nya." – (QS.3:19)

Agama Islam yang berasal dari bahasa arab ,perkataan al-Islam dalam  firman  ini  bisa  diartikan  secara lebih  umum,  yaitu  menurut makna asal atau turunya, yaitu
 "pasrah kepada alloh," suatu semangat ajaran  yang  menjadikan karakteristik  pokok  semua  agama  yang  benar.  Inilah dasar pandangan dalam al-Qur'an bahwa semua agama yang benar  adalah agama  Islam,  dalam  pengertian  semuanya  mengajarkan sikap pasrah kepada AL-ILAAH , sebagaimana penjelasan yang  disimpulkan dari firman alloh

وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: 'Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami, dan yang diturunkan kepadamu; Ilah kami dan Ilahmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri'." – (QS.29:46)

وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الْكَافِرُونَ

"Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Kitab (Al-Qur'an), maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat), mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an); dan di antara mereka (orang-orang kafir di Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami, selain orang-orang yang kafir." – (QS.29:47)

Dalam ayat ini menjelaskan inti dalam beragama islam itu adalah kepasrahan muthlaq kepa alloh swt tanpa adanya syarat ...

 Sama dengan perkataan "al-Islam" di atas, perkataan "muslimun" dalam  firman  itu  lebih  tepat   diartikan    menurut   makna asalnya, yaitu "orang-orang yang pasrah kepada alloh." Jadi seperti diisyaratkan  dalam  firman  itu,  perkataan  muslimun dalam  makna  asalnya  juga  menjadi  kualifikasi para pemeluk agama lain, khususnya  para  penganut  Kitab  Suci.  Ini   juga diisyaratkan dalam al-qur’an :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Barangsiapa mencari agama, selain daripada agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." – (QS.3:85)


Sudah tentu hakikatnya tidaklah cukup demikian. Setiap pemeluk Islam  mengetahui  dengan  pasti  bahwa  Islam (al-Islam) tidak absah tanpa iman (al-iman), dan  iman  tidak  sempurna  tanpa  ihsan (al-ihsan).  Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin  tanpa  inisial  Islam dan iman dalam islampun mustahil tanpa HIDAYAH Alloh SWT.  Dalam  telaah lebih lanjut oleh para Ulama’ ahli, ternyata pengertian antara ketiga istilah itu :  terkait satu  dengan  yang  lain,  bahkan  tumpang tindih sehingga setiap satu dari ketiga istilah itu mengandung makna dua istilah yang lainnya dan saling mendukung satu sama lainnya sehingga menjadikan sang pemeluknya menempati pada ISLAM KAFFAH . Dalam iman terdapat Islam  dan ihsan,  dalam  Islam  terdapat  iman dan ihsan dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari  sudut  pengertian  inilah  kita melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahiyah

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila