TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Senin, 18 Juni 2012

FANA' FILLAH BILLAH DALAM MAHABBAH



إ ن الله ا صطفى ا جسا ما حل فيها بمعا نى الر بو بية و ا زا ل عنها معا نى البشر ية.

Sesungguhnya Allah memilih jasad-jasad (tertentu) dan menempatinya dengan makna ketuhanan (setelah) menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan.”


Pengertian Fana'

Kebanyakan kitab-kitab tua seperti Kitab Syarah Hikam Ibni Athoillah As-Kandariah, Kitab Manhal-Shofi, Kitab Addurul-Nafs
 dan lain-lain menggunakan istilah-istilah seperti ‘binasa’ dan ‘hapus’ untuk memperihalkan tentang maksud fana. Ulama-ulama lainnya yang banyak menggabungkan beberapa disiplin ilmu lain seperti falsafah menggunakan istilah-istilah seperti ‘lebur’, ‘larut’, ‘tenggelam’ dan ‘lenyap’ dalama usaha mereka untuk memperkatakan sesuatu tentang ‘hal’atau ‘maqam’fana ini.

Di dalam Kitab Arrisalah al-Qusyairiah disebutkan arti fana' itu ialah;
Lenyapnya sifat-sifat basyariah(pancaindera)

Maka siapa saja yang telah di liputi Hakikat Ketuhanan sehingga tidak lagi melihat daripada Alam baru, Alam rupa dan Alam wujud diri ini, maka dikatakanlah ia telah fana' dari Alam Cipta. Fana' berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiah lahir dan maksiat batin) dan kekalnya sifat-sifat terpuji(mahmudah). Bahwa fana' itu : lenyapnya segala-galanya, lenyap af’alnya/perbuatannya (fanun fil af’al), lenyap sifatnya
 (fanun fis-sifat), lenyap dirinya (faanun fiz-dzat)

Oleh kerana inilah ada di kalangan ahli-hali tasawwuf berkata:

“Tasawwuf itu : mereka yang telah memahami hakikat fana' dari dirinya dan baqa' dengan ALLOH  kerena kehadiran hati mereka bersama Allah”.

Sahabat Rasulullah yang banyak memperkatakan tentang ‘fana’ iyalah Sayyidina Ali, salah seorang sahabat Rasulullah yang terdekat yang di i'tiraf oleh Rasulullah sebagai ‘Pintu Gedung Ilmu’. Sayyidina Ali sering memperkatakan tentang fana.

Antaranya :

“Di dalam fana'ku, leburlah kefanaanku, tetapi di dalam kefana'an itulah bahkan aku mendapatkan Engkau Al-Haq”.

Demikianlah ‘fana; ditanggapi oleh para kaun sufi secara baik, bahkan fana itulah merupakan pintu kepada mereka yang ingin menemukan Allah (Liqo' Allah) bagi yang benar-benar mempunyai keinginan dan keimanan yang kuat untuk bertemu dengan Allah (Salik). Firman Allah yang bermaksud:

“Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadat kepada Allah (Surat Al-Kahfi:)

Untuk mencapai liqa' Allah dalam ayat yang tersebut di atas, ada dua kewajiban yang mesti dilaksanakan yaitu:

Pertamanya mengerjakan amalan sholeh dengan menghilangkan semua- sifat-sifat yang tercela dan menetapkan dengan  sifat-sifat yang terpuji yaitu Takhali dan Tahali.
Keduanya meniadakan/menafikan segala sesuatu termasuk dirinya sehingga yang benar-benar wujud/isbat hanya Allah semata-mata dalam beribadat. Itulah artinya memfana'kan diri.

Para Nabi-nabi dan wali-wali seperti Sheikh Abu Qasim Al-Junaid, Abdul Qadir Al-Jailani , Imam Al-Ghazali,
 Ab Yazid Al-Busthomi sering mengalami keadaan “fana” fillah dalam menemukan Allah. Umpamanya Nabi Musa alaihisalam ketika ia sangat ingin melihat Allah maka baginda berkata yang kemudiannya dijawab oleh Allah Taala seperti berikut;

“Ya Tuhan, bagaimanakah caranya supaya aku sampai kepada Mu? Tuhan berfirman: Tinggalkan dirimu/lenyapkan dirimu (fana'), baru kamu bisa sampai padaKU.”

2. Kata-kata Hikmah Dari Wali-wali Allah yang telah mengalami FANA'

Ada seorang bertanya kepada Abu Yazid Al-Busthomi

“Bagaimana tuan habiskan masa pagimu?”. Abu Yazid menjawab: “Diri saya telah hilang (fana') dalam mengenang Allah hingga saya tidak tahu malam dan siang”.
Satu ketika Abu Yazid telah ditanyai orang bagaimanakah kita boleh mencapai Allah. Beliau telah menjawab dengan katanya:

“Sirnakalah diri kamu. Di situlah terletak jalan menuju Allah. Barang siapa yang melenyapkan (fana') dirinya dalam Allah, maka didapati bahawa Allah itu segala-galanya”.

Beliau pernah menceritakan sesuatu tentang fana' ini dengan katanya;

Apabila Allah memfana'kan saya dan membawa saya baqa' dengaNya dan membuka hijab yang mendinding saya dengan Dia, maka saya pun dapat memandangNya dan ketika itu hancur leburlah panca inderaku dan tidak dapat berkata apa-apa. Hijab diriku tersingkap dan saya berada di keadaan itu beberapa lama tanpa pertolongan sebarang panca indera. Kemudian Allah kurniakan saya mata Ketuhanan dan telinga Ketuhanan dan saya dapat dapati segala-galanya adalah di dalam Dia juga.” 

وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Dan kepunyaan Allah-lah, apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai, dari apa yang kamu kerjakan." – (QS.11:123)

Al-Junaid Al-Bagdadi yang menjadi Imam Tasawwuf kepada golongan Ahli Sunnah Wal-Jamaah pernah membicarakan tentang fana' ini dengan kata-kata beliau seperti berikut:
Kamu tidak mencapai baqa(kekal dengan Allah) sebelum melalui fana' (hapus diri)
Meniadakan segala-galanya kecuali Allah yang ada dan ‘mematikan diri’ dalam  kesufian.
Seorang itu tidak akan mencapai Cinta kepada Allah (mahabbah) hingga dia memfana'kan dirinya.

موتوا قبل انتموتن

matilah (fana') engkau sebelum engkau di matikan 

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

"Kamu tidak menyembah yang selain Allah, kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu, dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun, tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan, agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui'." – (QS.12:40)

Percakapan orang-orang yang cinta kepada Allah itu pandangan orang-orang biasa adalah dongeng.

3. Himpunan Kata-kata Hikmat Tentang Fana

A. Sembahyang orang yang cinta (mahabbah) iyalah memfanakan diri sementara sembahyang orang awam ialah rukuk dan sujud.

B. Setengah mereka yang fana' (lupa diri sendiri) dalam satu tajali dzat dan kekal dalam keadaan itu selama-lamanya. Mereka adalah Majdzub yang hakiki.

C. Sufi itu mulanya satu titik air dan menjadi lautan. Fana'nya diri itu meluaskan keupayaannya. Keupayaan setitik air menjadi keupayaan lautan.

D. Dalam keadaan fana', wujud Salik yang terpanggil itu dikuasai oleh wujud Allah yang Mutlak. Dengan itu Salik tidak mengetahui dirinya dan benda-benda lain. Inilah peringkatWilayah (Kewalian). Perbedaan antara Wali-wali itu ialah disebabkan oleh perbedaan tempo masa keadaan ini. Ada yang merasakan keadaan fana' itu suatu saat, satu jam, ada yang satu hari an seterusnya. Mereka yang dalam keadaan fana' seumur hidupnya digelar majdzub (tertarik). Mereka masuk ke dalam satu suasana di mana menjadi mutlak.

E. Kewalian iyalah melihat Allah melalui Allah عرفت ربي بربي . Kenabian : melihat Allah melalui makhluk. Dalam kewalian tidak ada bayang makhluk yang wujud. Dalam kenabian makhluk masih nampak di samping memerhatikan Allah. Kewalaian : peringakat fana' dan kenabian iyalah peringkat baqa'

F. Tidak ada pandangan yang pernah melihat Tajalinya dzat. Jika ada pun ia mencapai Tajali ini, maka dianya binasa dan fana' karena Tajali dzat melarutkan semua cermin pendzohiran. Firman Allah yang bermaksud :

اله الخلق مولانا قديم # وموصوف بأوصاف الكمال

Siapakah AL-ILAH (alloh) si mahluk INI :

Dzat wajibul wujud yang tidak di dahului sifat ADAM (tidak ada) HUDUST (baru) FANA’ (rusak) dzat yang tidak di dahului oleh sifat AWAL dan dzat yang tidak bisa di batasi oleh sifat akhir … DIAlah dzattulloh yang tidak bertempat & masa yang maha awal maha akhir maha qodim .. dzat tidak terikat ruang dan waktu yang meliputi seluruh alam (IKHATHOH) .. baik alam mulki (jasad) alam lahir DUNIA … dan alam akhirat …. serta dzat yang tidak terpisah dari mahluk-mahluknya dengan sifat MAIYAH (besertaan) serta dzat yang maha dekat terhadap mahluk-mahlukNYA (AL-AQROB) …. semua telah di jelaskan di dalam al-qur’an :

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطًا

dan adanya alloh itu maha meliputi di seluruh mahluknya (setiap perkara yang ada) … bagai mana kita tahu meliputinya alloh kepada kita semua .. di ibarat meliputinya angin kepada manusia …. tidak di luar dan tidak di dalam … meliputinya dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki … terus bagaimana kita ini merasa kalo diri kita terpisah dari alloh ..???

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

"Allah menciptakan segala sesuatu, dan Dia memelihara segala sesuatu." – (QS.39:62)

وهو معكم اينما كنتم

adapun alloh itu menyertai seluruh mahluknya di manapun dia berada ,, inikan jawaban di mana alloh ?? alloh itu beserta kita semua dimanapun kita berada ,ketidak terbatasannya alloh itu dapat kita fahami dari sifat-sifat menyertainya pada setiap” mahluknya …. berarti alloh tidak jauh tidak dekat …. karena bagaimana kita menganggap alloh jauh kalo selalu menyertai mahluknya … bagaimana kita melihat kedekatan alloh kalo alloh itu maha meliputi pada mahluknya … semisal kita melihat pada sesuatu yang lain dari dalam / dari luar diri … melihatnya kita semua itu bersandar dari sifat BASHIROHNYA alloh , dengan kata lain aku melihat sesuatu yang sebenarnya melihat itu bukan si aku / si anu sebenarnya yang melihat itu alloh sendiri dengan sifat bashirohnya alloh sendiri … ???

ونحن اقرب اليه من حبل الوريد

dalil ini yang menunjukkan keMAHA dekatannya ALLOH pada mahluknya ” adapun alloh itu lebih dekat daripada sesuatu yang paling dekat di antara sesuatu yang paling dekat pada mahluknya” jika kita berfikir .. dekatnya lidah dengan rasa itu lebih dekat alloh dalam kenyataannya, dekatnya alloh pada sesuatu itu tidak sama dengan dekatnya sesuatu pada sesuatu .. kalo dekatnya sesuatu pada sesuatu itu masih ada kata terpisah sedang alloh tidak terpisah dan berkumpul pada sesuatu ….

Dengan ini kita bisa berfikir apakah KALAM ITU : kalam itu adalah pengertian (hidayah) yang tidak berupa huruf ,perkataan,lafadz / kalimah namun pengertian yang lahir dari setiap HIKMAH pelajaran pelajaran hidup yang kita alami ini … karena sifatnya KALAM itu tidak juz dan tidak jirim …. karena KALAM itu adalah kehendak alloh yang bersifat qodim dan azali ,,, namun tidak bertentangan dengan hukum serta pemahaman aqal indrawi semata … di ibarat rasa manis , bagaimanakah kita bisa menggambarkan rasa manis itu dengan perkataan / mencontohkan nya … dan rasa manis itu identik dengan kata gula , namun tidak semua manis itu adalah gula , bisa madu bisa yang lainya … karena KALAM itu bersifat universal (meliputi,bersamaan,dekat) yang selalu beriringan tidak terpisah tidak berkumpul (ESA)

kesimpulan: dengan ini kajian / pengertian setiap pembahasan sebuah dalil al-qur’an & hadist itu masih memerlukan kajian IJMA’ dan QIYAS ,, agar kiranya kita tidak mudah terjebak pada perkataan hukum yang memecah belahkan pengertian HIDUP ,,, dan inilah hasil perenungan yang masih butuh penyempurnaan ,semoga masukan-masukan dari saudara-saudaraku sekalian bisa menambah wawasan kajiannya AL_FAQIR dalam belajar menuju HAQIQAT yang sebenar-benarNYA …


G. Tajali berarti menunjukkan sesuatu pada diriNya dalam beberapa dan berbagai bentuk. Umpama satu biji benih menunjukkan dirinya sebagai beberapa ladang dan satu unggun api menunjukkan dirinya sebagai beberapa unggun api.

( أفرأيتم الماء الذي تشربون ، أأنتم أنزلتموه من المزن أم نحن المنزلون لو نشاء جعلناه أجاجا فلولا تشكرون ، أفرأيتم النار التي تورون ، أأنتم أنشئتم شجرتها أم نحن المنشئون ، نحن جعلناها تذكرة ومتاعاً للمقوين ، فسبح باسم ربك العظيم ) الواقعة/68-74 



H. Wujud alam ini fana' (binasa) dalam wujud Allah.Dalilnya ialah Firman Allah dalam Surah An-Nur:35 yang bermaksud;

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Cahaya atas cahaya, Allah membimbing dengan cahayanya pada siapa saja yang dikehendakinya.” dan “Allah adalah cahaya langit dan bumi.”

I. Muraqobah : memfana'kan hamba akan afa'alnya dan sifatnya dan dzatnya dalam afa'al Allah, sifat Allah dan dzat Allah karena setiap perkaranya mukmin itu milik alloh semata .



فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ


"dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman," – (QS.30:4)


لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." – (QS.5:120)

J. Al-Thomsu atau hilang yaitu hapus segala tanda-tanda sekalian pada sifat Allah. Maka yaitu satu bagian daripada fana'.

قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat, bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridho terhadap mereka, dan merekapun ridho terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar'." – (QS.5:119)

Jiwamu disatukan dengan jiwaku

sebagaimana anggur disatukan dengan air suci

Dan jika ada sesuatu yang menyentuh engkau, ia menyentuh aku pula

Dan ketika itu dalam tiap hal engkau adalah aku”



Aku adalah dia yang aku cintai

dan dia yang kucintai adalah aku.

Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh

Jika engkau lihat aku, engkau lihat dia.

Dan jika engkau lihat dia, engkau melihat kami .


Pesanan Dari Suluk

Hakikat tidak akan muncul sewajarnya jika syariat dan thoriqot,ma'rifat & haqiqat belum benar kedudukannya dalam penempatannya. Huruf-huruf tidak akan
 tertulis menjadi ayat-ayat yang berfaedah dengan benar jika pena tidak betul keadaannya.

Dari itu saudara-saudaraku anda seharusnya banyak menuntut dan mendalami ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan syariat ,usuluddin dan asas tasawwuf untuk mendekatkan diri dengan Allah swt 

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila