Ada Qo’idah dalam ilmu Tauhid : Bahwasannya “Awaluddin makrifatulloh, wakhiruddin nafi shifatu kamaaliyatil 'abdi wa itsbaatu amaaliyatillaahi ta'ala “
Awal beragama adalah mengenal Alloh Azza wa Jalla (makrifatulloh) , akhir
beragama (mengfana'kan kesempurnaan mahluk & menetapkan kesempurnaan alloh semata) atau dalam kata lain tujuan beragama adalah muslim yang berakhlakul karimah atau
muslim yang Ihsan atau muslim yang selalu meyaksikan Alloh (bermakrifat) dalam keadaan apapun.
Sedangkan anak kunci mengenal Alloh Azza wa Jalla adalah mengenal diri sendiri
من عرف نفسه فقد عرف ربه ومن عرف ربه ومن عرف ربه فقد ذهب نفسه اي فاني نفسه
, siapa yang kenal dirinya akan Mengenal Alloh barang siapa mengenal alloh maka hilanglah dirinya (fana')
Firman Alloh Taala :
Firman Alloh Taala :
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
yang artinya "Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah
Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu?" (QS. Fush Shilat 41:53 )
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah
Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu?" (QS. Fush Shilat 41:53 )
أَلا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ أَلا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ
"Ingatlah, bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan, tentang pertemuan dengan Robb-mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu." – (QS.41:54)
Pengenalan diri bahwa pada hakikatnya semua manusia telah menyaksikan Alloh
ketika mereka belum lahir ke alam dunia, pada keadaan fitri , sebelum panca
inderanya berfungsi.
Firman Alloh ta'ala
Pengenalan diri bahwa pada hakikatnya semua manusia telah menyaksikan Alloh
ketika mereka belum lahir ke alam dunia, pada keadaan fitri , sebelum panca
inderanya berfungsi.
Firman Alloh ta'ala
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
yang artinya, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (QS- Al A'raf 7:172)
Setelah manusia terlahir ke alam dunia , maka mereka lupa akan kesaksian atau
penyaksian terhadap Alloh.
Hakikat kata insan
Setelah manusia terlahir ke alam dunia , maka mereka lupa akan kesaksian atau
penyaksian terhadap Alloh.
Hakikat kata insan
(manusia) adalah nasiya , nis yan, tidak tahu, lupa.
Fitrah manusia adalah bertuhan, mencari Alloh, ingin kembali menyaksikan Alloh.
Fitrah manusia adalah bertuhan, mencari Alloh, ingin kembali menyaksikan Alloh.
Syarat untuk dapat menyaksikan Alloh adalah fitri, suci sebagaimana sebelum manusia lahir ke dunia
firman alloh
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan Alloh, maka merekalah orang-orang yang merugi." – (QS.7:178)
sabda nabi :
'aroftu robbi birobbi (lihatlah alloh dengan alloh)
Manusia terhalang atau menghijabi dirinya sehingga tidak dapat menyaksikan
Alloh dengan hatinya adalah karena dosa mereka. Setiap dosa merupakan bintik
hitam hati (ketiadaan cahaya), sedangkan setiap kebaikan adalah bintik cahaya
pada hati. Ketika bintik hitam memenuhi hati sehingga terhalang (terhijab)
dari menyaksikan Alloh. Inilah yang dinamakan buta mata hati.
Sebagaimana firman Alloh ta'ala
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا
yang artinya, "Dan barangsiapa yang buta
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula)
dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (QS Al Isra 17 : 72)
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula)
dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (QS Al Isra 17 : 72)
sabda nabi;
ومن لم يعرف بالله في الدنيا فكيف رايته في الاخرة وهي اضل سبيلا
barang siapa tidak mengerti (ma'rifat) pada alloh di dunia ,bagaimanakah dia mau
melihat alloh di akhirat, itulah sebenar-benarnya tersesat dari jalan lurus
.أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
"maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (al Hajj 22 : 46)
Rosululloh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda, "Seandainya bukan karena setan menyelimuti jiwa anak cucu Adam, niscaya mereka menyaksikan malaikat di langit" (HR Ahmad).
Dan Jika belum dapat menyaksikan Alloh dengan hati atau belum mencapai ma'rifat,maka setiap kita akan bersikap atau melakukan perbuatan, ingatlah selalu perkataan Rosululloh shollalloohu 'alaihi wasallam bahwa "Jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.' (HR Muslim 11)
Pada Hakekatnya; Syahadat merupakan proses penyaksian kita terhadap Alloh dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rosul kita.Namun ternyata dalam Syahadat tidak hanya itu saja,didalamnya masih terdapat makna yang harus kita pahami.Dalam Syahadat terdapat ma’rifat (kenal kepada Alloh),
Tauhid (mengesakan Alloh),Aqidah (tempat meminta hanya kepada Alloh).Tiga hal diatas bukan hanya sebagai slogan saja,tetapi bagaimana kita dapat mengamalkan nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Syahadat sendiri terkadang hanya slogan saja,namun bagaimana menumbuhkan atau mengukir Syahadat didalam hati kita.
Syahadat sendiri terkadang hanya slogan saja,namun bagaimana menumbuhkan atau mengukir Syahadat didalam hati kita.
Sehingga kita dapat membawa dua kalimat Syahadat kemanapun kita pergi.Sesungguhnya Syahadat telah ada dari sejak mulai diciptakan nya ruh Nabi Adam as,ketika itu Nabi Adam as bertanya pada Alloh “Yaa Alloh,Tulisan apakah itu yang bersanding dengan nama Mu dan berada pada pintu taman Surga Mu?” Kemudian Alloh menjawab “itu adalah Muhammad yang akan menyempurnakan risalah Ku”.
Syahadat merupakan “Ruh” dari segala ibadah,karena tanpa dua kalimat Syahadat maka ibadah lainnya tidak akan terbawa.Alloh memberikan jaminan pada manusia yang memiliki Syahadat,dan akan memberikan surga kepadanya.Dalam Hadist Riwayatnya Rosul mengatakan “Barangsiapa yang membaca Syahadat setiap harinya,maka dia bagaikan manusia yang lahir ke bumi tanpa dosa”.
Oleh karena itu marilah kita bersama sama menancapkan dua kalimat Syahadat didalam hati kita,supaya hati kita senantiasa selalu berhadapan dengan Sang Khaliq.
Pengertian rukun
Syahadat merupakan “Ruh” dari segala ibadah,karena tanpa dua kalimat Syahadat maka ibadah lainnya tidak akan terbawa.Alloh memberikan jaminan pada manusia yang memiliki Syahadat,dan akan memberikan surga kepadanya.Dalam Hadist Riwayatnya Rosul mengatakan “Barangsiapa yang membaca Syahadat setiap harinya,maka dia bagaikan manusia yang lahir ke bumi tanpa dosa”.
Oleh karena itu marilah kita bersama sama menancapkan dua kalimat Syahadat didalam hati kita,supaya hati kita senantiasa selalu berhadapan dengan Sang Khaliq.
Pengertian rukun
1. Rukun Syahadat
Ada 4 rukun dalam syahadat yaitu:
Menetapkan dzat Alloh Ta'ala (berdiri dengan sendirinya)
Menetapkan sifat Alloh Ta'ala (berkuasa)
Menetapkan af'al Alloh Ta'ala (berbuat dengan sekehendaknya)
Menetapkan kebenaran Rosululloh SAW.
2. Syarat Syahadat
Ada 4 syarat dalam syahadat yaitu:
Memahami maksud syahadat.
Diikrarkan dengan lidah maksutnya dibaca dari permulaan hingga akhirnya.
Meyakini dalam hati maksutnya tidak ragu lagi dengan apa yang diucapkan.
Diamalkan dengan anggota badan, yaitu hati dan perbuatan wajib menolak segala sesuatu yang menyalahi arti dan maksut dari kedua kalimat syahadat tersebut.
3. Yang Merusak Syahadat
Ada 4 hal yang dapat menyebabkan rusaknya syahadat kita yaitu:
1. Menyekutukan Alloh
2. Ragu akan adanya Alloh
3. Menyangkal dirinya diciptakan oleh Alloh
4. Menyangkal bahwa alam semesta ini diatur oleh Alloh.
4. Macam-macam Syahadat
Syahadat macamnya ada dua yaitu:
Syahadat tauhid bunyinya: اشهد الا اله الا الله
artinya : Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh
Syahadat Rosul Bunyinya : واشهد ان محمدا رسول الله
artinya : Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan Alloh
Lalu Bagaimana dengan Adam AS Kholifatullah..???
Makna sederhana dari kholifatullah adalah “pengganti Alloh di bumi”
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'. Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Robb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'." – (QS.2:30)
Nabi Adam AS adalah kholifatullah, dengan pengertian bahwa ia sebagai kholifah (utusan Alloh) dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan hukum-hukum-Nya, kerana ia adalah utusan Alloh yang pertama.
Kholifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai kholifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Alloh selama manusia itu berada di bumi sebagai kholifatullah.
Abu Dzar bertanya kepada Rosululloh s.a.w tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya. ...Ila-liqo….
(4)