TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Kamis, 24 Mei 2012

TAUHID & PEMBAGIANNYA

Tauhid

TAUHID 

Ajaran Islam menekankan bahwa di antara persoalan-persoalan paling penting dalam kaitannya dengan ma'rifatullah atau mengenal Allah ialah pengetahuan akan tauhid dan keesaan Tuhan. Tauhid tidak hanya merupakan salah satu prinsip agama, tapi ia adalah ruh dan jiwa seluruh ajaran Islam. Bahkan dengan tegas dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran Islam, baik pokok-pokok ajarannya (ushuluddin), maupun cabang-cabangnya (furu'), mengkristal dalam tauhid. Seluruhnya dikaitkan dengan tauhid dan keesaan: keesaan zat Yang Mahasuci, keesaan sifat-sifat dan perbuatan-Nya, bahkan keesaan (baca kesatuan) misi para nabi, agama Ilahi, kiblat-kitab, hukum, dan peraturan Tuhan bagi seluruh umat manusia. Demikian pula persatuan kaum Muslimin dan hari kebangkitan.

Oleh karena itulah, maka setiap penyimpangan dari tauhid dan kecondongan ke arah syirik dianggap oleh Alquran sebagai dosa yang tak terampuni.
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni jika Dia disekutukan, tapi mengampuni selain itu, bagi yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa menyekutukan Allah sungguh telah melakukan dosa besar. (Q. S. al-Nisa': 48)

Pada ayat lain dikatakan :
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu bahwa jika engkau menyekutukan Tuhan niscaya amalmu akan terhapus dan masuk dalam golongan orang-orang rugi. (S. Q. al-Zumar: 65)

ALLOH MENURUT AJARAN ISLAM

1. Allah Yang Mahakuasa dan Mahatinggi

Ajaran Islam mengajarkan bahwa Allah swt adalah pencipta alam semesta. Kebesaran, ilmu, dan kekuasaan-Nya tampak dengan jelas pada seluruh jagad raya: dalam diri manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bintang-bintang di langit, alam metafisik nan mahatinggi, dan di mana saja.
Dalam memahami Tauhid semakin mengamati rahasia alam semesta, maka manusia akan semakin menyadari kebesaran, keluasan ilmu, dan kekuasaan-Nya. Dalam pada itu, semakin ilmu pengetahuan manusia berkembang, maka pintu-pintu baru ilmu dan hikmat-Nya semakin terbuka. Dengan demikian kecintaan dan kedekatan kepada-Nya semakin bertambah, maka manusia akan diliputi oleh cahaya jalal dan jamal-Nya. Allah berfirman:

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

"Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah), melainkan Dia. Yang hidup kekal, lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya." – (QS.3:2) Al-imron

هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الأرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Dialah yang membentuk (tubuh) kamu dalam rahim, sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Ilah (yang berhak disembah), melainkan Dia, Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana." – (QS.3:6) al-imron

وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ

Dan di bumi ada tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang yakin. Juga di diri kamu sendiri. Apakah kamu tidak melihat? (Q. S. al-Zariyat 20-21)

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

"Sesungguhnya, orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman." – (QS al-imron.3:68) 

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

"Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya, ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." – (QS.3:101)


Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan pada perselisihan malam dan siang ada tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang berpikir, yaitu orang-orang yang mengingat Allah saat berdiri, duduk, atau berbaring, dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi. (Mereka berkata:) Tuhan Kami! Engkau tidak ciptakan ini sia-sia. (Q. S.: 190-191)

2. Sifat Jamal dan Jalal-Nya

Ajaran Islam mengajarkan bahwa Allah swt bersih dari segala cela dan kekurangan. Ia bersifat dengan segala sifat kesempurnaan. Bahkan Ia adalah kesempurnaan itu sendiri dan mutlak sempurna, al-mutlaq al-kamal wa kamal al-mutlaq. Dengan kata lain, seluruh kesempurnaan dan keindahan yang ada di alam semesta ini berasal dari diri-Nya Yang Maha Suci.

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

"Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah, disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia, supaya mereka berpikir." – (QS al-hasyr.59:21)

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

"Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang." – (QS.59:22)

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci Allah, dari apa yang mereka persekutukan." – (QS.59:23)

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih Kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana." – (QS.59:24)

Apa yang disebutkan pada ayat di atas adalah sebagian dari sifat-sifat jamal dan Jalal-Nya.
  Juga Allah adalah dzat Yang Tak Terbatas dari segala sisi: ilmu, kekuasaan, kehidupan abadi, dan sebagainya. Oleh karena itu, Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena keduanya terbatas. Tetapi pada waktu yang sama, hadir di setiap ruang dan waktu karena Ia berada di atas keduanya.

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Dan Dialah yang di langit adalah tuhan dan di bumi juga tuhan. Dia Maha bijaksana lagi Maha mengetahui. 
(Q. S. al-Zukhruf: 84)

هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." – (QS.57:3)

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, dan apa yang ke luar darinya, dan apa yang turun dari langit, dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat, apa yang kamu kerjakan." – (QS.57:4)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

Ya, memang Dia lebih dekat kepada kita dari pada kita kepada diri kita sendiri. Bahkan Dia ada di dalam diri kita dan di mana saja, tapi pada saat yang sama tidak menempati ruang.
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya sendiri (Q. S. Qaf: 16)

Ada pun ayat-ayat semacam

Ia adalah pemilik singgasana lagi Mahamulia (Q. S. al-Buruj: 15)

atau ayat:

Tuhan Yang Mahapengasih bersemayam di atas singgasana (Q. S. al-Baqarah: 255)

sama sekali tidak menunjukkan bahwa Allah menempati ruang tertentu, karena maksud dari kata arasy atau singgasana dalam ayat ini bukan dalam pengertian pisik, melainkan bahwa kekuasaan-Nya mencakup alam fisik dan metafisik sekaligus. Dalam pada itu, jika kita katakan bahwa Allah menempati ruang, maka sesungguhnya kita telah membatasi-Nya dan memberi-Nya sifat makhluk sehingga tak ubahnya seperti makhluk padahal Tidak ada satu pun yang serupa dengan-Nya (Q. S. al-Syura: 11)

dan Tidak ada satu pun yang menyamai-Nya. (Q. S. al-Tauhid: 4)

3. Allah Bukan Jasmani dan Tidak Dapat Dilihat

Allah SWT tidak dapat dilihat dengan kasat mata, sebab sesuatu yang dapat dilihat dengan kasat mata adalah jasmani dan memerlukan ruang, warna, bentuk, dan arah, padahal semua itu adalah sifat-sifat makhluk, sedangkan Allah jauh dari segala sifat-sifat makhluk-Nya. Oleh karena itu, meyakini bahwa Allah dapat dilihat dapat membawa kepada kemusyrikan.

لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

Dia tidak dapat dijangkau oleh penglihatan sedang Dia menjangkau penglihatan, dan Dia Maha halus lagi Mahatahu. (Q. S. al-An'am: 103)

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

"Demikian itu ialah (sifat) Allah Rabb-kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu." – (QS.6:102)

  Dalam pada itu, ketika Bani Israil menuntut Nabi Musa as agar mereka dapat melihat Allah sebagai syarat keimanan mereka dengan mengatakan:

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

"Dan (ingatlah), ketika kamu (Bani Israel) berkata: 'Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang', karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikan-nya." – (QS.2:55)

َلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

Musa membawa mereka ke bukit Tur dan menyampaikan permintaan mereka kepada Allah. Tapi malah mendapat jawaban dari Allah:

Sekali-kali engkau tidak akan melihatku. Tapi lihatlah gunung itu. Jika ia masih berada di tempatnya maka engkau akan melihatku. Maka tatkala Tuhannya bertajalli, menampakkan diri, bagi gunung itu, gunung itu hancur lebur dan Musa jatuh pingsan. Ketika ia siuman, ia berkata: "Mahasuci Engkau. Aku kembali pada-Mu, dan aku orang pertama yang beriman. (Q. S. al-A'raf: 143)

Ini menunjukkan bahwa Allah mutlak tidak dapat dilihat.

  Adapun adanya beberapa ayat atau pun riwayat yang menengarai adanya kemungkinan melihat Allah, maka yang dimaksud bukan melihat-Nya secara kasat mata, tapi melalui penglihatan batin atau mata hati, sebab Al-qur'an tidak saling bertentangan, tapi justeru saling menafsirkan, Al-qur'an yufassiru ba'dhuhu ba'dhon.

ما رأيت شيأ الا رأيت الله فيه 

aku tidak melihat sesuatu kecuali melihat alloh di dalamnya 

Karena itu, ketika seseorang bertanya kepada Amirul-mukminin, Ali Ibn Abi Talib: "Apakah engkau pernah melihat tuhanmu?" Amirul-mukminin menjawab: "Bagaimana aku bisa menyembah Tuhan yang tidak kulihat?" Tapi buru-buru Amirul-mukminin menyempurnakan kalimatnya: "Tapi Ia tidak dapat dilihat oleh mata. Ia hanya dapat dijangkau oleh kekuatan hati yang penuh dengan iman." (Nahjul-balaghah: khutbah 179)

Dalam hal ini memberikan sifat-sifat makhluk kepada Allah seperti ruang, arah, fisik, atau dapat dilihat akan membuat seseorang tidak dapat mengenal Allah dan dapat membawa kepada kemusyrikan.
Mahasuci Allah dari sifat-sifat makhluk. Sesungguhnya Ia tidak serupa dengan apa pun.


Macam-macam Tauhid

Tauhid dalam ajaran Islam memiliki bagian-bagian, antara lain empat hal berikut:

1) Tauhid dzat

Yaitu bahwa zat Allah itu esa. Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tidak ada tandingan dan tidak ada yang menyamai-Nya.

2) Tauhid Sifat

Yaitu bahwa sifat-sifat seperti ilmu, kuasa, keabadian dan sebagainya menyatu dalam zat-Nya, bahkan adalah zat-Nya sendiri. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk, yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah dari yang lainnya.
Hanya saja, untuk menyelami hakikat kesatuan zat dan sifat-sifat-Nya ini menuntut kejelian dan kedalaman berpikir.

3) Tauhid Af'al atau Perbuatan

Yaitu bahwa segala perbuatan, gerak, dan wujud apapun pada alam semesta ini bersumber dari keinginan dan kehendak-Nya.

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu (Q. S. al-Zumar: 62)

لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

"Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi." – (QS.39:63)

Memang, tidak ada yang menentukan dalam wujud, alam semesta ini, kecuali Allah. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa manusia terpaksa dalam perbuatan-perbuatannya, diterminisme. Sama sekali tidak. Manusia justeru bebas memilih dan mengambil keputusan-keputusan.

Sesungguhnya Kami telah memberikan petunjuk kepada manusia. Ada yang bersyukur dan ada pula yang ingkar. 
Sesungguhnya manusia tidak mendapatkan apa-apa kecuali apa yang telah diusahakannya."

Kedua ayat di atas dengan tegas menjelaskan bahwa manusia bebas dalam kehendaknya, free will. Akan tetapi karena kebebasan dan kemampuan manusia untuk mengerjakan sesuatu datangnya dari Allah, maka perbuatan-perbuatan manusia disandarkan kepada Allah, namun tanpa sedikitpnu mengurangi tanggungjawab manusia terhadapnya.

Memang Tuhan yang telah menghendaki manusia bebas dalam perbuatan-perbuatannya, karena Ia ingin menguji dan membawa manusia ke jalan kesempurnaan. Sebab manusia tidak akan mencapai kesempurnaan kecuali dengan kebebasan berkehendak, free will, dan mengikuti jalan kebenaran melalui pilihannya sendiri; itu karena perbuatan yang dipaksakan dan diluar kemauan seseorang tidak menggambarkan apakah ia baik atau buruk.

إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا

Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia mengambil jalan kepada Rabb-nya." – (QS al-insan.76:29)

وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana." – (QS.76:30)

Jika manusia terpaksa dalam perbuatan-perbuatannya, maka tidak ada artinya pengutusan para nabi, turunnya kitab-kitab samawi, ajaran agama, pengajaran, pendidikan, dan sebagainya. Demikian pula tidak ada artinya pahala dan azab Tuhan.
  Inilah yang diajarkan madrasah-madrasah ahlillah bahwa tidak jabr, mutlak terpaksa, dan tidak pula tafwidh, bebas mutlak, tapi di antara keduanya.

4) Tauhid Ibadah

Yaitu bahwa ibadah hanya ditujukan kepada Allah swt semata dan tidak ada yang patut disembah kecuali Allah swt. Sub Tauhid Ibadah ini adalah sub tauhid yang paling utama dan yang paling mendapat perhatian para nabi.

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Sesungguhnya mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah, semata-mata taat kepada-Nya, hanif, lurus dan bersih, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus. (Q. S. al-Bayyinah: 5)

Dalam pada itu, tauhid seseorang akan semakin dalam jika ia menempuh tahapan-tahapan perjalanan kesempurnaan akhlak dan irfan sehingga akan mencapai suatu kedudukan atau maqam, dimana hatinya hanya terpaut pada Allah swt, selalu mencari-Nya kapan dan dimana pun, tidak memikirkan apa-apa kecuali Dia, dan selalu sibuk dengan-Nya

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." – (QS.98:7)

Dalam hal ini tauhid tidak hanya terbatas pada empat macam yang kami sebutkan di atas, tapi masih ada yang lainnya, seperti tauhid kepemilikan, tauhid milkiyyah,

Apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah.( Q. S. al-Baqarah: 284)

5) tauhid keputusan, tauhid hakimiyyah,

Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yang telah diturunkan Allah maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. (S. Q. al-Maidah: 44)

Mukjizat Para Nabi Seizin Allah

Melalui tauhid af'al, tauhid perbuatan, akan semakin menegaskan kebenaran bahwa mukjizat para nabi dan peristiwa-peristiwa luar biasa pada alam terjadi karena izin Allah swt, sebagaimana dilansir Alquran dalam kisah Isa as:

Dan engkau menyembuhkan penderita buta sejak lahir dan penderita belang dengan izin-Ku, dan ingatlah ketika engkau menghidupkan oranh mati.

Atau dalam kisah salah seorang Nabi Sulaiman

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Berkatalah orang yang memilki ilmu dari al-Kitab: "Aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum mata berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihatnya sudah berada di hadapannya, ia berkata: "Ini merupakan karunia Tuhanku". (Q.S. al-Naml: 40)

Dengan demikian, menisbahkan penyembuhan penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau penghidupan orang mati kepada Nabi Isa as, dengan izin Allah, tidak bertentangan dengan tauhid, bahkan itulah tauhid itu sendiri.

Malaikat

  Ajaran Islam mengajarkan bahwa malaikat itu ada dan masing-masing menerima tugas khusus. Ada yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi. Ada yang mencatat amal perbuatan manusia, mencabut nyawa, membantu orang-orang beriman yang istiqamah, membantu kaum mukminin yang berada di medan perang, menghukum para pembangkang, dan sebagainya yang berhubungan dengan alam semesta ini. Adanya tugas-tugas malaikat itu sama sekali tidak menyalahi prinsip tauhid perbuatan, tauhid af'al, atau tauhid pemeliharaan,Malah sebaliknya, justeru mendukung tauhid, karena semuanya dengan izin Allah, kekuatan-Nya, dan atas perintah-Nya.

Dari sini dapat dilihat bahwa adanya syafaat para nabi, imam, dan malaikat sama sekali tidak bertentangan dengan tauhid, bahkan adalah tauhid itu sendiri, sebab terjadi seizin-Nya. Tidak ada yang memberi syafaat kecuali setelah mendapat izin-Nya

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُون


."Sesungguhnya Rabb-kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (kedudukan) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat, kecuali sesudah ada keijinan-Nya. Yang demikian itulah Allah, Rabb-kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran." – (QS.10:3) (Q. S. Yunus: 3)

Ibadah Hanya untuk Dia

Ibadah hanya untuk Allah swt semata, sebagaimana telah disinggung dalam pembahasan Tauhid Ibadah. Oleh karena itu, barangsiapa menyembah selain Allah, dia adalah musyrik.
Inilah pula misi para nabi, sebagaimana banyak dikutip Alquran dari lisan para nabi.

Sembahlah Allah semata. Kamu tidak mempunyai tuhan selain Dia. (; Lihat misalnya pada Al-A'raf: 59, 65, 73, 85, dsb)

Dalam shalat-shalat ketika membaca surat al-Fatihah, selalu mengulang-ulangi perinsip ini melalui ayat :
Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. (Q. S. al-Fatihah: 5)

Dengan demikian, jelas bahwa meyakini adanya syafaat para nabi dan para malaikat atas izin Allah, sebagaimana disebutkan dalam Alquran, bukan merupakan perbuatan menyembah atau beribadah kepada mereka. Sama sekali tidak. Demikian pula bertawassul kepada para nabi, sama sekali tidak dapat digolongkan sebagai ibadah kepada mereka, dan sama sekali tidak bertentangan dengan tauhid perbuatan atau tauhid ibadah, sebab yang dilakukan hanyalah meminta kepada mereka agar memohon kepada Allah supaya mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Pembahasan mengenai ini akan diuraikan pada kajian

Nubuwah.

dzat Tuhan Tidak Dapat Dijangkau

  Walaupun jejak-jejak wujud alloh swt begitu banyaknya di alam semesta ini, namun tidak seorang pun yang mengetahui hakikat Allah yang sebenarnya atau dapat menjangkau-Nya, sebab dzat Tuhan tak terbatas, sedangkan manusia, dari sisi apa pun, terbatas dan berujung. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menjangkau-Nya, tapi Dia menjangkau segala sesuatu.

Ketahuilah! Sesungghnya Dia menjangkau segala sesuatu. (Q. S. Fussilat: 54)
Dan Sesungguhnya Allah menjangkau mereka semua. (Q. S. al-Buruj: 20)

Dalam sebuah hadits Nabi bahkan disebutkan:
Kami tidak menyembah-Mu sebagaimana seharusnya dan kami tidak mengetahui-Mu sebenar-benarnya pengetahuan. (Bihar al-Anwar: 68:23)

  Namun ini tidak berarti bahwa ketika manusia tidak dapat mengetahui hakikat Allah secara detil, berarti manusia juga tidak dapat mengetahui hakikat-Nya secara umum, ilm ijmali (keseluruhan), sehingga harus meninggalkan upayanya untuk mengenal-Nya dan cukup puas dengan melapalkan lapal-lapal yang ia sendiri tidak memahaminya. Sama sekali tidak demikian, karena hal ini dapat menghambat manusia untuk mengenal Allah, sesuatu yang tidak dapat di terima dan tidak pula diyakini, karena Alquran dan kitab-kitab suci lainnya justeru turun untuk memperkenalkan Allah, sehingga manusia dapat mengenal-Nya.
Dalam hal ini, banyak hal yang dapat dijadikan contoh, misalnya ruh. Manusia tidak mengetahui apa hakikat ruh sebenarnya, tapi ia dapat mengetahui secara umum bahwa ruh itu ada dan dilihat tanda-tandanya.

Al-Imam Muhammad Al-Baqir dalam salah satu haditsnya mengatakan:

Setiap kali kamu menggambarkan Tuhan dengan pikiranmu yang paling dalam sekalipun, tetap saja itu adalah makhluk dan ciptaan seperti kamu, yang dikembalikan kepadamu. (Bihar al-Anwar 66: 293)
Dalam hadits lain, dengan redaksi yang sangat indah dan jelas,

Imam Ali as telah menjelaskan cara mengenal Allah. Imam berkata:

Allah tidak memberitahu akal bagaimana cara menjangkau sifat-sifat-Nya, tapi pada saat yang sama tidak menghalangi akal untuk mengetahui-Nya. (Nahjul-balaghah: khutbah 49)

Tidak Ta'til dan Tidak Pula Tasybih

Dalam ajaran Islam menyakini bahwa ta'til ma'rifatullah atau anggapan tidak ada jalan untuk mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya adalah pendirian yang keliru. Demikian pula tasybih atau menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Bahkan tasybih adalah perbuatan yang sesat dan syirik. Dengan kata lain, tidak dapat mengatakan bahwa Allah sama sekali tidak dapat diketahui dan jalan untuk mengenal-Nya tertutup. Demikian pula tidak dapat mengatakan bahwa Allah mempunyai keserupaan dengan mahkluk-Nya. Kedua jalan pikiran ini berlebih-lebihan, ifrath dan tafrith.

RISALAH SINGKAT PENGHULU 'ARIF & AHLI SALIK IMAM MUHAMMAD BAQIR RA

Imam Muhammad Baqir pimpinan para Arif dan Ahli Salik
Ibnu Hajar seorang ulama sunni berkata,'' Muhammad Baqir merupakan pembedah harta keilmuan yang tersimpan, dia memaparkan hakikat-hakikat tersembunyi hukum-hukum, hikmah dan rahasia keilmuan. Berbagai rahasia keilmuan yang tidak ada kemungkinan untuk dibeber masa-masa sebelumnya telah dipaparkan pada masa beliau dengan jelas, karena alasan-alasan itu maka dia disebut sebagai Baqirul Ulum (sang pembedah ilmu) dan sang pionir pengetahuan. Abdullah bin Atha, seorang pembesar ulama sunni lainnya berkata, '' Aku tidak pernah melihat para ulama terlihat kecil dalam sebuah pertemuan
kecuali ketika mereka bersama Muhammad bin Ali Al Baqir''




Imam Muhammad AlBaqir lahir pada awal bulan Rajab di kota Madinah tahun 57 HQ. Orang tua beliau adalah Husain bin Ali sedang ibu beliau adalah Fathimah yang lebih dikenal sebagai Umi Abdillah salah seorang putri dari Imam Hasan AlMujtaba. Jadi beliau memiliki dua orang tua yang berasal dari Bani Hasyim. Imam Baqir shahid pada hari senin tanggal 7 dzulhijjah tahun 114 HQ pada umur 57 tahun, atas perintah Hisyam bin Abdul Malik seorang penguasa Umawiyah ahirnya beliau merengkuh syahadah karena diracuni. Beliau dimakamkan di Madinah di pekuburan Baqi.

Imam Baqir adalah salah seorang anak kecil yang ditahan pada peristiwa yang menimpa kakeknya di Karbala, pada waktu itu beliau masih berusia tiga tahun lebih tiga bulan. Semasa hidup beliau terkenal dengan keilmuan, ketaqwaan dan kesucian batinnya. Beliau terhitung sebagai tempat rujukan untuk memecahkan masalah keilmuan bagi umat Islam. Keberadaan Imam Muhammad Baqir merupakan pioner penabuh genderang yang membangunkan umat dari tidur panjang kelalaian. Karena beliau dikenal masyarakat sebagai tanda-tanda anak dari orang yang telah mempersembahkan jiwa raga demi utuhnya agama Islam disaat terjadi puncaknya penyimpangan atas nama agama Islam, penyimpangan yang hampir saja memusnahkan agama Islam. Imam Baqir juga berupaya menyampaikan dakwah yang berpusat di medan Karbala, sehingga masyarakat menjadi tahu atas apa yang sebenarnya terjadi.

Pada musim haji ribuan umat Islam baik dari Irak maupun Khurosan, berbondong minta fatwa beliau dan menanyakan berbagai masalah yang mereka miliki. Hisyam bin Abdul Malik ketika dia memandang Imam Baqir dan bertanya siapakah dia, pada dia orang-orang berkata dia adalah orang yang telah membuat masyarakat Kufah takjub, dia adalah Imam dari Irak. Para fukaha besar hauzah pusat pemikiran dan keilmuan menjadikan dia sebagai tempat merujuk ketika mereka menemui permasalahan yang sulit dipecahkan. Sudah begitu banyak dialog dialog dilakukan dengan Imam Baqir dan beliau dipojokkan dengan pertanyaan yang sulit dan dalam keadaan genting dihadapan pandangan masyarakat yang turut hadir, bukannya kalah dalam dialog melainkan justru beliau malah berhasil membuat mereka terkesima. Beliau mampu memberikan jawaban cerdas, ilmiah, dengan dalil jelas, kuat dan bisa diterima para penanya yang berusaha memojokkan beliau.

Hauzah ilmiah beliau merupakan tempat mendidik ratusan ilmuwan dan ahli hadis, hauzah itu merupakan tempat yang penting (dalam dunia Islam). Jabir Ja’fi berkata,” Abu Ja’far telah meriwayatkan tujuh puluh ribu hadis padaku” Muhammad bin Muslim berkata,” ketika ada suatu masalah yang terasa sulit dipecahkan aku tanyakan hal itu pada Abu Ja’far, hingga aku dapatkan tiga puluh ribu hadis dari pertanyaan-pertanyaanku itu.” Imam Muhammad Baqir ketika menyifati syiahnya berkata,” Begitulah Syiah kami dan syiah Ali, mereka mengikuti kami dengan totalitas jiwa dan raga tanpa ada riya sedikitpun, dan demi menjaga dan menghidupkan agama mereka selalu melindungi kami, ketika mereka marah tidak ada kerugian yang timbul darinya dan ketika mereka sedih mereka tidak berlarut-larut dalam kesedihannya itu. Siapapun yang menjadi tetangga mereka akan mendapat berkah, ketika ada yang bermasalah dengan mereka, mereka berupaya mencari jalan pemecahan damai. Dan syiah kami adalah orang yang taat pada Allah swt.”

Imam Baqir as dihadapan Penguasa Zalim


Imam Baqir hidup semasa dengan lima orang khalifah bani Umayah yaitu Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Sulaiman bin abdul Aziz, Yazid bin abdul Malik, dan Hisyam bin Abdul Malik. Semua khalifah ini adalah orang sombong dan takabur kecuali khalifah Umar bin Abdul Aziz, mereka senantiasa mengganggu dan mempersulit Imam Baqir as. Pada masa-masa itu beliau memiliki kesempatan untuk menyebarkan ilmu yang lebih luas, lebih dari itu beliau juga telah meletakkan pondasi awal pembentukkan universitas Islam pada masa keimamahan beliau, usaha yang kemudian dilanjutkan dan diselesaikan pada zaman putra beliau yang bernama Ja’far As Shodiq as. Metodologi dakwah yang diaplikasikan oleh Imam pendahulu beliau yaitu Imam Baqir dan Imam Sajad as dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan metodologi dakwah bawah tanah, karena menggunakan metode ini maka tidak ada yang mengetahui dakwah yang mereka lancarkan. Namun, walau sudah dilakukan dengan sembunyi-sembunyi tetap saja bisa bocor, mengetahui itu khalifah menjadi marah besar dan akhirnya mereka dibuang dan diasingkan agar tidak bisa berhubungan dengan masyarakat.

Pada ahirnya tahun 114 H Imam Baqir as yang menjadi sumber kemarahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik diracuni dan beliau merengkuh syahadah dengan perantara pembantu yang berkhianat pada beliau. Jenazah orang besar ini dimakamkan dekat dengan kuburan orang tua beliau di pekuburan Baqi.

Keutamaan dan Keilmuan Imam Muhammad Baqir As


Semasa hidup beliau mengabdikan diri dengan menyebarkan ilmu Islam dan mendidik para murid beliau, beliau mengajarkan masalah pengenalan agama Islam, fikih, dan hukum Islam. Selain itu beliau juga menyiapkan diri untuk menjadi tempat rujukan masyarakat dalam mencari pemecahan masalah dalam berbagai hal. Beberapa murid beliau diantaranya : Muhammad bin muslim, Zurarah bin Ain, Abu Nashir, Hisyam bin Salim, Jabir bin yazid, Hamron bin Ain, dan Barid bin Muawiyah Al Ajali. Berkat beliau terjadi capaian keilmuan sebegitu rupa sehingga beliau pun disebut sebagai Baqirul Ulum ( pemecah keilmuan). Seorang ulama besar sunni Ibnu Hajar Al Haitami terkait Imam Baqir menulis, ''Muhammad Baqir merupakan pembedah harta keilmuan yang tersimpan dia memaparkan hakikat-hakikat tersembunyi hukum-hukum, hikmah dan rahasia keilmuan. Berbagai rahasia keilmuan yang tidak ada kemungkinan untuk dibeber pada masa-masa sebelumnya telah dipaparkan pada masa beliau dengan jelas, karena alasan-alasan itu maka dia disebut sebagai Baqirul Ulum (sang pembedah ilmu) dan sang pionir pengetahuan” Abdullah bin Atha, seorang pembesar ulama suni lainnya berkata,'' Aku tidak pernah melihat para ulama terlihat kecil dalam sebuah pertemuan kecuali ketika mereka bersama Muhammad bin Ali AlBaqir''. Dalam ceramahnya Imam Baqir lebih sering mengungkapkan dalil atas ucapannya dari Qur’an dan menyatakan diri sebagai saksi(hujjah) atas kalam Allah swt. Beliau berkata, “ Atas semua yang aku sampaikan tanyakanlah padaku dimana pembahasan itu ada dalam Qur’an, aku akan jelaskan ayat yang berhubungan dengannya.”

Sembilan Panah pada Jantung Hisyam


Terjadi peristiwa menarik yang penuh hikmah. Peristiwa lomba memanah ditempat yang dipersiapkan Hisyam bin Abdul Malik dimana Imam baqir diundang untuk dibuat runtuh wibawanya dengan mengalahkan beliau dalam pertandingan memanah itu. Khalifah berharap Imam akan menjadi hina dimata masyarakat. Tidak seperti yang Hisyam harapkan ternyata lomba itu malah menjadi sejarah keemasan dari Imam baqir dalam dunia permainan panah. Hisyam dengan perinci telah mempersiapkan perlombaan panah itu, dan sebelum Imam masuk Hisyam menyuruh para ahli panahnya untuk unjuk kebolehan. Setelah Imam masuk dan baru saja duduk Hisyam menghadapkan wajahnya pada Imam dan berkata,” Apakah kamu berminat untuk ikut lomba memanah?” Imam berkata, “ Sekarang aku sudah begitu tua dan waktu bermain panah sudah lama berlalu, jadi mohon maaf karena itu.” Hisyam sangat bahagia mendengar itu dan merasa kesempatan emas untuk mengalahkan imam sudah dihadapan mata, dia memaksa dan meminta agar imam ikut serta dalam lomba itu dengan memberikan busur dan anak panah pada Imam. Ahirnya Imam mengambil panah itu dan segera meletakkan panah pada busur serta mengarahkan panah pada sasaran. Anak panah meluncur dan menancap tepat di tengah, kemudian beliau kirim panah berikutnya tepat di anak panah yang sudah menancap sebelumnya hingga anak panah pertama pecah menjadi dua, begitu berulang ulang hingga panah kesembilan, peristiwa ini sangat mengejutkan penonton yang datang pada waktu itu, mereka sangat takjub dan terkesima, peristiwa itu meninggalkan dampak besar dihati mereka yang menyaksikanna.

Tanpa disadari Hisyam berkata,” Ya Aba Ja’far kamu adalah pemanah terbaik diantara orang Arab maupun Ajam (non Arab), bagaimana kamu bisa berkata “ Aku sudah tua”? seketika dia menundukkan kepala dan sibuk dengan pikirannya. Setelah itu Imam Baqir dan putranya as diajak duduk di kursi khusus dan diperlakukan dengan begitu istimewa. Hisyam kembali berkata,” Kaum Quraiys dari penutup keberadaan kemampuanmu untuk menjadi seorang pemimpin atas bangsa Arab dan Ajam, siapa yang mengajarkanmu keahlian memanah ini? Dan berapa lama kamu mempelajarinya? Imam berkata,” Kamu tahu bahwa orang Madinah biasa melakukan hal ini, aku pun sama, ketika masih muda aku sering melatih kemampuan ini, namun kemudian tidak aku lanjutkan lagi, namun karena kamu memaksaku akhirnya aku lakukan lagi. Hisyam bertanya lagi,” Apakah Ja’far juga memiliki keahlian seperti kamu? Imam menjawab,” Kami adalah keluarga penyempurna agama dan nikmat” pada hari ini telah kami sempurnakan untuk kalian agama kalian” kami saling mewariskan satu dengan yang lain dan bumi ini tidak akan pernah kosong dari orang-orang seperti kami walaupun sebentar saja.

Ucapan Pencerah Imam Baqir berkata:

“Aku nasihatkan padamu lima perkara, jika orang didzalimi kamu jangan berbuat dzalim, jika ada yang berkhianat padamu kamu jangan mengkhianati, jika ada yang membohongimu kamu jangan marah, jika ada yang memujimu kamu jangan berbahagia, jika mereka berbuat baik padamu
jangan terlalu merasa gembira

RISALAH SINGKAT SAIYIDINA ZAINAL 'ABIDIN As-Sajjad

Imam As Sajjad, Pangeran yang Sebatang Kara
Nama : Ali
Gelar : Zainal Abidin, As-Sajjad
Julukan : Abu Muhammad
Ayah : Husein bin Ali bin Abi Thalib
Ibu : Syahar Banu
Tempat/Tgl Lahir : Madinah, 15 Jumadil Ula 36 H.
Hari/Tgl Wafat : 25 Muharram 95 H.
Umur : 57 Tahun
Sebab Kematian : Diracun Hisyam bin Abdul Malik, di Zaman al-Walid
Makam : Baqi' Madinah
Jumlah Anak : 15 orang; 11 Laki-Laki dan 4 Perempuan
Anak Laki-laki : Muhammad Al-Baqir, Abdullah, Hasan, Husein, Zaid, 'Amr Husein Al-Asghor, Abdurrahman, Sulaiman, Ali, Muhammad al-Asghor
Anak perempuan : Hadijah, Fatimah, Aliyah, Ummu Kaltsum




Riwayat hidup





Setelah kejadian "karbala", Ali Zainal Abidin a.s. menjadi pengganti al-Husein sebagai pemimpin umat dan sebagai penerima wasiat Rasul yang ke-empat. Ketika Imam Ali bin Abi Thalib memegang tapak pemerintahan, beliau menikahkan al-Husein dengan seorang pultri Yazdarij, anak Syahriar, anak kisra, raja terakhir kekaisaran Persia yang bernama Syahar Banu. Dari perkawinan yang mulia inilah Imam Ali Zainal Abidin a.s. dilahirkan.





Dua tahun pertama di masa kecilnya, beliau berada dipangkuan kakeknya, Ali bin Abi Thalib. Dan setelah kakeknya berpulang ke rahmatullah beliau diasuh pamannya al-Hasan, selama delapan tahun. Beliau mendapat perlakuan yang sangat istimewa dari pamannya.





Sejak masa kecilnya beliau telah menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji. Keutamaan budi, ilmu dan ketaqwaan telah menyatu dalam dirinya. al-Zuhri berkata: "Aku tidak menjumpai seorang pun dari Ahlul Bait nabi s.a.w yang lebih utama dari Ali bin Husein.


Beliau dijuluki as-sajjad, karena banyaknya bersujud. Sedang gelar Zainal Abidin (hiasannya orang-orang ibadah) karena beliau selalu beribadah kepada Allah SWT. Bila akan shalat wajahnya pucat, badannya gemetar. Ketika ditanya: Mengapa demikian? Jawabannya: "Kamu tidak mengetahui di hadapan siapa aku berdiri shalat dan kepada siapa aku bermunajat".





Setelah kesyahidan al-Husein beserta saudara-saudaranya, beliau sering kali menangis. Tangisannya itu bukanlah semata-mata hanya karena kematian keluarganya, namun karena perbuatan umat Muhammad s.a.w yang durjana dan aniaya, yang hanya akan menyebabkan kesengsaraan mereka di dunia dan di akhirat. Bukankah Rasulullah s.a.w tidak meminta upah apapun kecuali agar umatnya mencintai keluarganya. Sebagaimana firman Allah (as-Syura 23). "Dan bukti kecintaan kita kepada keluarganya adalah dengan mengikuti mereka."





Di saat keluarganya telah dibantai, sementara penguasa setempat sangat memusuhinya, misalnya di zaman Yazid bin Muawiyah beliau dirantai dan dipermalukan di depan umum, di zaman Abdul Malik raja dari Bani Umayyah beliau dirantai lagi dan dibawa dan Damaskus ke Madinah lalu kembali lagi ke Madinah, Akhirnya beliau banyak menyendiri serta selalu bermunajat kepada khaliqnya.





Amalannya dilakukan secara tersembunyi. Setelah wafat, barulah orang-orang mengetahui amalannya. Sebagaimana datuknya, Ali bin Abi Thalib, beliau memikul tepung dan roti dipunggungnya guna dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga fakir miskin di Madinah.





Dalam pergaulannya, beliau sangat ramah bukan hanya kepada kawannya saja melainkan juga kepada lawannya. Dalam bidang ilmu serta pengajaran, meskipun yang berkuasa saat itu al-Hajjaj bin Yusuf As-Tsaqofi seorang jiran yang kejam yang tidak segan-segan membunuh siapapun yang membela keluarga Rasulullah s.a.w, beliau masih sempat memberikan pengajaran dan menasehati para penguasa.





Namun, apapun yang dilakukannya, keluarga Umayyah tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Dan pada tanggal 25 Muharram 95 Hijriah, ketika beliau berada di Madinah, Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan meracuni Imam Ali Zainal Abidin a.s.


Keagungan beliau sulit digambarkan dan kata-katanya bak mutiara yang berkilauan. Munajat beliau terkumpul dalam sebuah kitab yang bernama "Shahifah As-Sajjadiah".


Imam As Sajjad dan Hikmah Haji


Seorang murid Imam Ali Zainal Abidin a.s bernama asy-Syibli, setelah selesai melaksanakan ibadah haji, pergi menemuinya untuk menyampaikan padanya apa-apa yang dialaminya selama itu. Maka terjadilah percakapan di antara keduanya.


"Wahai Syibli, bukankah anda telah selesai mengerjakan ibadah haji?"


"Benar, wahai putra Rasulullah".


"Apakah anda telah berhenti di Miqat lalu menanggalkan semua pakaian yang terjahit yang terlarang bagi orang yang sedang mengerjakan haji dan kemudian mandi.. . ?"


"Ya, benar ... .?"


"Adakah anda ketika berhenti di Miqat juga meneguhkan niat untuk berhenti dan menanggalkan semua pakaian maksiat dan, sebagai gantinya, mengenakan pakaian taat?"


"Tidak .. . ."


"Dan pada saat menanggalkan semua pakaian yang terlarang itu, adakah anda menanggalkan dari diri anda semua sifat riya', nifaq, serta segala yang diliputi syubhat ....?"


"Tidak ..."


"Dan ketika mandi dan membersihkan diri sebelum memulai ihram, adakah anda berniat mandi dan membersihkan diri dari segala pelanggaran dan dosa-dosa?"


"Tidak ...."


"Kalau begitu, anda tidak berhenti di Miqat, tidak menanggalkan pakaian yang terjahit dan tidak pula mandi membersihkan diri ..!"


Kemudian Ali Zainal Abidin melanjutkan:


". . . .Dan ketika mandi dan berihram serta mengucap niat untuk memasuki ibadah haji, adakah anda menetapkan niat untuk membersihkan diri dengan cahaya taubat yang tulus kepada Allah swt.... ?"


"Tidak ...."


". . . . Dan pada saat niat berihram, adakah anda berniat mengharamkan atas diri anda segala yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla...?"


"Tidak ...."


. . . Dan ketika mulai mengikat diri dalam haji, adakah anda, pada waktu yang sama, melepaskan juga segala ikatan selain bagi Allah?"


Tidak ...."


"Kalau begitu, anda tidak membersihkan diri, tidak berihram, dan tidak pula mengikat diri dalam Haji... .!" Kemudian Ali Zainal Abidin melanjutkan:


Bukankah anda telah memasuki Miqat, lalu solat Ihram dua rakaat, dan setelah itu mulai rukuk talbiah?


Ya,…benar..."


Apakah ketika memasuki Miqat anda meniatkannya sebagai ziarah menuju keridhaan Allah . . ?"


Tidak .. ."


. . Dan ketika shalat Ihram dua rakaat, adakah anda berniat mendekatkan diri, bertaqarrub kepada Allah dengan mengerjakan suatu amal yang paling utama di antara segala macam amal, shalat yang juga merupakan kebaikan yang di antara kebaikan-kebaikan yang dikerjakan hamba-hamba Allah swt......?"


Tidak...."


. . Kalau begitu, anda tidak memasuki Miqat, tidak bertalbiah, dan tidak shalat Ihram dua rakaat!"


Ali Zainal Abidin bertanya lagi:


"Apakah anda telah memasuki Masjidil Haram, dan memandang Ka'bah, serta shalat di sana ... ?"


"Ya ..., benar..."


"Ketika memasuki Masjidil Haram, adakah anda berniat mengharamkan atas din anda, segala macam pergunjingan terhadap diri kauni muslimin .. . ?"


"Tidak .. .."


". . . . Dan ketika sampai di kota Makkah, adakah anda mengukuhkan niat untuk menjadikan Allah swt. sebagai satu-satunya tujuan ... ?"


"Tidak . . .."


". . Kalau begitu, anda tidak memasuki Masjidil Haram, tidak memandang Ka'bah, dan tidak pun bershalat di sana . . .!"


Dan beliau melanjutkan lagi:


"Apakah anda telah bertawaf mengeliling Ka'bah. Baitullah, dan telah menyentuh rukun rukunnya?"


"Ya..."


". . .Pada saat bertawaf, adakah anda berniat berjalan dan berlari menuju keridhaan Allah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib dan tersembunyi?"


'Tidak .. ."


"Kalau begitu .. ., anda tidak bertawaf mengelilingi Baitullah, dan tidak menyentuh rukun-rukunnya.


Dan beliau melanjutkan pertanyaannya:


"... Dan apakah anda telah berjabatan (bersalam tangan) dengan Hajar Aswad, dan berdiri - bershalat di tempat Maqam Ibrahim?"


"Ya . . . !"


Mendengar jawaban itu, Ali Zainal Abidin tiba-tiba berteriak, menangis dan meratap, dengan suara merawankan hati seperti hendak meninggalkan hidup ini, seraya berucap:


"Oh, ... oh,... Barangsiapa berjabat tangan dengan Hajar Aswad, seakan-akan ia berjabatan tangan dengan Allah swt.! Oleh karena itu, ingatlah baik-baik, wahai insan yang merana dan sengsara, janganlah sekali-kali berbuat sesuatu yang menyebabkan engkau kehilangan kemuliaan agung yang telah kau capai, dan membatalkan kehormatan itu dengan pembangkanganmu terhadap Allah dan mengerjakan yang diharamkanNya, sebagaimana dilakukan oleh mereka yang bergelimang dalam dosa-dosa ....!"


Kemudian beliau berkata lagi:


"Ketika berdiri di Maqam Ibrahim, adakah anda mengukuhkan niat untuk tetap berdiri di atas jalan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan jauh-jauh segala maksiat. ..?"


"Tidak . . ."


"... Dan ketika shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim adakah anda berniat mengikuti jejak Nabi Ibrahim as. dalam shalat beliau, serta menentang segala bisikan syaitan?"


"Tidak..."


• "Kalau begitu . . . , anda tidak berjabat tangan dengan Hajar Aswad, tidak berdiri di Maqam Ibrahim, dan tidak pula shalat dua rakaa di dalamnya..."


Dan beliau melanjutkan lagi:


"Apakah anda telah mendatangi dan memandangi telaga Zamzam dan minum airnya ...?'


"Ya...."


"Apakah anda, pada saat memandangnya berniat menujukan pandangan anda kepada semua bentuk kepatuhan kepada Allah, serta memejamkan mata terhadap setiap maksiat kepadaNya?


"Tidak ..."


"Kalau begitu ..., anda tidak memandanginya dan tidak pula minum airnya ...!"


Selaujutnya beliau bertanya lagi:


". . . Apakah anda telah mengerjakan Sa'i antara Shafa dan Marwah, dan berjalan pulang pergi antara kedua bukit itu?"


"Ya ...., benar."


"Dan pada saat-saat itu, anda menempatkan diri anda di antara harapan akan rahmat Allah dan ketakutan menghadapi azabNya ...?"


"Tidak..."


"Kalau begitu . . . , anda tidak mengerjakan Sa'i dan tidak berjalan pulang-pergi antara keduanya!"


Lalu beliau bertanya:


"Anda telah pergi ke Mina ... ?"


"Ya..."


"Ketika itu, adakah anda menguatkan niat akan berusaha sungguh-sungguh agar semua orang selalu merasa aman dari gangguan lidah, hati, serta tangan anda sendiri ... ?"


"Tidak ...."


"Kalau begitu, anda belum pergi ke Mina! Dan ..., anda telah berwuquf di Arafat. .. ? Mendaki Jabal Rahmah, mengunjungi Wadi Namirah, serta menghadapkan doa-doa kepada Allah swt. di bukit-bukit as-Shakharaat... ?"


"Ya,.,benar..."


"Ketika berdiri — wuquf di Arafat, adakah anda dalam kesempatan itu, benar-benar menghayati ma'rifat akan kebesaran Allah swt. serta mendalami pengetahuan tentang hakikat ilmu yang akan menghantarkanmu kepadaNya? Dan apakah ketika itu anda menyadari benar-benar betapa Allah Yang Maha Mengetahui meliputi segala perbuatan, perasaan, serta kata-kata hati sanubari anda ...


"Tidak ..."


"Dan .... ketika mendaki Jabal Rahmah, adakah anda sepenuhnya mendambakan rahmah Allah bagi setiap orang mukmin, serta mengharapkan bimbinganNya atas setiap orang muslim?"


"Tidak . . .."


"Dan ketika berada di Wadi Namirah, adakah anda berketetapan hati untuk tidak mengamarkan (memerintahkan) sesuatu yang ma'ruf, sebelum anda mengamarkannya pada diri anda sendiri? Dan tidak melarang seseorang melakukan sesuatu, sebelum anda melarang diri sendiri ....?"


"Tidak ...."


"Dan ketika berdiri di bukit-bukit di sana, adakah anda menyadarkan diri bahwa tempat itu menjadi saksi atas segala kepatuhan pada Allah, dan mencatatnya bersama-sama para Malaikat pencatat, atas perintah Allah, Tuhan sekalian lelangit?"


"Tidak ...."


"Kalau begitu . . . , anda tidak berwuquf di Arafat, tidak mendaki Jabal Rahmah, tidak mengenal Wadi Namirah, dan tak pula berdoa di tempat-tempat itu .. . !"


Dan Ali Zainal Abidin bertanya lagi:


"Apakah anda telah melewati kedua bukit al-Alamain, dan mengerjakan dua rakaat shalat sebelumnya, dan setelah itu meneruskan perjalanan ke Muzdalifah; memungut batu-batu di sana, kemudian melewati Masy'arul'Haram. . . ?"


"Ya. . ."


"Dan ketika shalat dua rakaat, adakah anda meniatkannya sebagai shalat syukur, pada malam menjelang tanggal sepuluh Dzul-Hijjah, dengan mengharapkan tersingkirnya segala kesulitan serta datangnya segala kemudahan?"


"Tidak ..."


"Dan ketika lewat di antara kedua bukit itu dengan sikap lurus tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri, adakah anda saat itu meneguhkan niat untuk tidak bergeser (menyeleweng) dari Agama Islam, agama yang haq, baik ke arah kanan atau pun kiri…..,tidak dengan hatimu, tidak pula dengan lidahmu, atau pun dengan semua gerak-gerik anggota tubuhmu yang lain?"


"Tidak ..."


". . . Dan ketika menuju Muzdalifah, dan memungut batu-batu di sana, adakah anda berniat membuang jauh-jauh dari dirimu segala macam maksiat dan kejahilan terhadap Allah swt, dan sekaligus menguatkan hatimu untuk tetap mengejar ilmu dan amal yang diridhai Allah ....?"


"Tidak .. "


"Dan ketika melewati al-Masy'arul-Haram, adakah anda mengisyaratkan kepada diri anda sendiri, agar bersyi'ar seperti orang-orang yang penuh takwa dan takut kepada Allah Azza wa Jalla ...?"


"Tidak .. ."


"Kalau begitu . . . , anda tidak melewati 'Alamain, tidak shalat dua rakaat, tidak berjalan ke Muzdalifah, tidak memungut batu-batu di sana, dan tidak pula lewat di Masy'ar-ul-Haram…!'


Dan beliau melanjutkan:


"Wahai Syibli, apakah anda telah mencapai Mina, melempar Jumrah, mencukur rambut, menyembelih kurban, bershalat di masjid Khaif; kemudian kembali ke Makkah dan mengerjakan tawaf Ifadhah (Ifadhah adalah berangkat dan betemu kembali dari sesuatu tempat ke tempat lainnya. Yang dimaksudkan di sini ialah thawaf yang dikerjakan setelah berangkat pulang dari 'Arafat).?


"Ya .., benar..."


"Ketika sampai di Mina, dan melempar Jumrah, adakah anda berketetapan hati bahwa anda kini telah sampai ke tujuan, dan bahwa Tuhanmu telah memenuhi untukmu segala hajatmu...?"


"Tidak..."


"Dan pada saat melempar Jumrah, adakah anda meniatkan dalam hati, bahwa dengan itu anda melempar musuh yang ramai , yaitu Iblis, serta memeranginya dengan disempurnakannya ibadah hajimu yang amat mulia itu?"


"Tidak..."


"Dan pada saat mencukur rambut, adakah anda berketetapan hati bahwa dengan itu anda telah mencukur dari dirimu segala kenistaan; dan bahwa anda telah keluar dari segala dosa-dosa seperti ketika baru lahir dari perut ibumu ... ?"


"Tidak ..."


"Dan ketika shalat di masjid Khaif, adakah anda berniat untuk tidak memiliki perasaan khauf (takut) kecuali kepada Allah swt. serta dosa-dosamu sendiri? Dan bahwa anda tiada mengharapkan sesuatu kecuali rahmat Allah ... ?"


"Tidak...."


"Dan pada saat memotong hewan kurban, adakah anda berniat memotong urat ketamakan dan kerakusan, dan berpegang pada sifat wara' yang sesungguhnya? Dan bahwa anda mengikuti jejak Nabi Ibrahim as. yang rela memotong leher putra kecintaannya, buah-hatinya dan penyegar jiwanya . . . , agar menjadi teladan bagi manusia sesudahnya . . . , semata-mata demi mengikuti perintah Allah swt... ?"


"Tidak..."


". . . Dan ketika kembali ke Makkah, dan mengerjakan tawaf Ifadhah, adakah anda meniatkan berifadhah dari pusat rahmat Allah, kembali kepada kepatuhan terhadapNya, berpegang teguh pada kecintaan kepadaNya, menunaikan segala perintahNya, serta bertaqarrub selalu kepadaNya ... ?"


"Tidak ..."


"Kalau begitu . . . , anda tidak mencapai Mina, tidak melempar Jumrah, tidak mencukur rambut, tidak menyembelih kurban, tidak mengerjakan manasik, tidak bershalat di masjid Khaif, tidak bertawaf thawaful-Ifadhah, dan tidak pula mendekat kepada Tuhanmu . . .! Kembalilah . . . , kembalilah . . . , sebab anda sesungguhnya belum menunaikan haji anda!!"


(Dipetik dari buku,"Hidup dan Pikiran Ali Zainal Abidin Cucu Rasulullah, Hikmah Haji, hlm. 79-90, Mizan

ALLOHUMMA SHOLLI 'ALA SAIYIDINA MUHAMMAD WA 'ALA 'ALIHI WASHOKHBIHI AJMA'IIN .... KULUHUM BIKA YAA ALLOH .............. 

Umar bin Khaththab yg dikenal tegas ternyata masih mempunyai RASA HORMAT terhadap seorg yg jauh lebih muda darinya...

  ==================================================================
Sebelum diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khaththab r.a menafkahi keluarganya dari usaha berdagangnya. Sahabat rasul yang mulia ini juga terkenal sebagai pedagang yang zuhud. Umar tidak pernah curang apalagi ingkar. Namun, setelah diangkat menjadi khalifah, tidak ada waktu baginya untuk mengurus perdagangannya. Ia tidak memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk menghidupi keluarganya sehari-hari.
Beliau pun mengumpulkan rakyatnya di Madinah, lalu berkata kepada mereka. “Dahulu aku berdagang, sekarang kalian memberiku kesibukan mengurusi pemerintahan, karena itu bagaimana sekarang aku memenuhi kebutuhan hidupku?“

Berbagai usul disampaikan tentang jumlah uang yang akan diberikan kepada Umar, tetapi Ali bin Abi Thalib r.a diam saja. Umar kemudian bertanya kepadanya. “Bagaimana pendapatmu, wahai Ali?“ Ali menjawab, “Ambillah uang sekadar mencukupi keperluan keluargamu”. Dengan senang hati, Umar menerima pendapat Ali. Akhirnya uang tunjangan untuk Umar ditetapkan sebanyak itu. Yang tentu Umar tidak menetapkan jumlah tinggi bagi tunjangannya.

Setelah kejadian itu, beberapa hari kemudian, sejumlah sahabat termasuk Ali, Usman, Zubair, dan Thalhah berkumpul dalam suatu majelis untuk mengusulkan agar uang tunjangan Umar ditambah Menururut mereka tunjangan yang diminta Umar terlalu kecil. Tetapi tidak seorang pun diantara mereka yang berani menyampaikan usul itu kepada Umar. Usman bin Affan r.a berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab aku khawatir, Umar akan murka kepada kita.”

Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah, putri Umar, seraya memintanya untuk bertanya kepada Umar bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan baginya.
“Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun di antara kami, ujar mereka meminta kepastian.

Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada Umar, kesan marah muncul dalam diri Umar seraya berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”
Hafshah menjawab, “Aku tidak akan memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan itu.”
Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan pukul wajah mereka.”

Setelah itu, Umar balik bertanya kepada Hafshah, yang juga adalah istri Rasulullah SAW, “Demi Allah, ketika Rasulullah SAW. masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya? ”Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari.”
Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?”Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin.”Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?”

Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alas tidur.”
Dan Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa Rasulullah saw. selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku pun akan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abu Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkan yang kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”

 (nuqil:Târîkh ath-Thabarî, jilid I)


 =================================================================
Saiyidina Umar r.a. berpesan :
Ada lima golongan penghuni surga
Orang fakir yang menanggung hidup keluarga
Istri yang disayang oleh suaminya
Anak yang diridhai kedua orangtuanya
Calon istri yang mendermakan mahar kepada suaminya
dan orang mukmin yang selalu bertobat pada Tuhannya


 Enam keistimewaan:

Allah rahasiakan dalam enam keadaan
rahasiakan ridha di dalam taat
rahasiakan murka di dalam maksiat
rahasiakan lailatul qadar di bulan Ramadhan
rahasiakan kematian dibalik kehidupan
rahasiakan para wali di antara manusia dan rahasiakan shalat utama di antara shalat lima


pelajaran yg dapat diambil:


- jangan pernah merasa bangga dengan apa yg ada pada diri sendiri
- selalulah menghormati yg lebih muda krna dimata Allah SWT. itu kita semua sama
- jangan selalu melihat yg diatas sedangkan yg dibawah dilupakan
- selalulah bersifat QANA'AH (menerima apa adanya)


Rabu, 23 Mei 2012

KEADAAN DIRI KITA SELURUHNYA ADALAH SYIRIK YANG SAMAR

KULLUKA SYIRKUN KHOFIYUN

 Keseluruhanmu itu adalah syirik yang samar

 Maknanya: ketika seorang hamba melihat wujud dirinya (keadaan / kalo dirinya itu ada) itu sama saja menyerupai keadaannya ALLOH secara samar, maka dia melihat wujudnya itu ada, Ilmu , amalnya. Keadaan itu sesungguhnya ketika dia melihat dirinya berdiri di maqom ibadah dan Ubudiyah , lalu dia melihat ibadah itu lahir dari dirinya. Dengan pandangannya itu, dia takjub terhadap dirinya dan amalnya itulah sebenarnya Syirik khofi dan masihlah batal ilmu dan amalnya SALIK. 

Di permulaan, jauh dari Allah Ta’ala dan apa yang sudah Allah berikan padanya dari wujudnya dengan mewujudkanya, dan di akhiran lupa pada taufiq, hidayah, dan ‘inayah-NYA. Dengan melihat amalnya itulah, dia terhalang dari tauhid murni.

Karena Muwahhid Kamil (Petauhid Sempurna) itu adalah orang yang tidak melihat keberadaan diri dan pekerjaannya. Hal seperti itu, ketika Allah membukakan baginya dari permulan penciptaan yang masih berupa sulalah (darah) sampai menjadi wujud sempurna (seorang manusia)... 

Allah Ta’ala bukakan juga tentang sesuatu yang terkait dengan dirinya dari kelemahan dan kekalahan yang pokok, juga tiadanya daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala.

Jika demikian keberadaannya, maka dia melihat pemberian dan anugerah Allah Ta’ala yang mewujudkannya dengan kuasa-NYA, dan menguatkan dirinya dengan qudrat-NYA, meluruskan jalannya dengan pertolongan-NYA, menunjukannya dengan bantuan-NYA.

Allah telah menciptakan dirinya dengan sebaik-baik bentuk yang sedang, yang dapat berbicara, mendengar, melihat, dan berfikir. Allah telah menciptakan baginya kekuatan yang dhohir dan bathin, memberinya kesempatan untuk ikhtiyar dan kemampuan agar mampu mengerjakan kebaikan dan keburukan dengan pilihan dan kekuatannya sendiri.

Ikhtiyar dan kemampuan itulah yang menjadi bukti bagi Allah Ta’ala atas dirinya. Ketika dia menyatakan pandangannya pada hal-hal yang telah terurai itu, maka nyata dan jelas bahwa sesungguhnya drinya berada karena diadakan oleh Allah Ta’ala. Begitu juga, ucapan dan perbuatannya, bahkan seluruh gerak dan diamnya hanya semata dengan kehendak dan keinginan Allah Ta’ala, mereka tidak dapat menghendaki keculi Allah menghendaki. Maka ketika begitu, dia sirna dari dari pandangannya terhadap wujud dan apa yang diwujudkannya, yakni amal-amalnya dengan kepemilikan Allah Ta’ala atas dirinya dari keutamaan dan pemberian dalam wujud dirinya... 

Selasa, 22 Mei 2012

KENALILAH MUTIARA DIRI KITA SAHABATKU

Yang membuat waktu menjadi bermakna adalah ketika kita mensyukuri setiap detik yang kita lalui
======================================================
Usia tidak akan pernah bertambah jika kita mengangapnya demikian, namun yang pasti usia akan pernah berkurang.
=====================================================
Selamat kawan ada banyak hal yang harus engkau lalui untuk sampai pada detik ini dan ketika detik ini berlalu ingatlah masih ada masa depan yang harus kau hadapi.
=====================================================
Ada satu masa dimana seseorang begitu berharga melebihi diri diriku sendiri. Ada suatu waktu dimana aku ingin melihat sesorang terus tersenyum sampai aku tak bisa lagi membuka mata. Ada suatu ketika usia seseorang lebih mempunyai arti daripada usiaku, dan jika memang seseorang itu ada maka dia adalah dirimu
======================================================

Tak ada I pun yg dapat memusnahkan cinta krn TUHAN menciptakan alam semesta
=====================================================

Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga ga’meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk me-ngendalikan keduanyadengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa
=======================================================
Barang siapa berhasil menundukan hawa nafsunya, maka dia akan b’bahagia dan memperoleh kemenangan. Sebaliknya, barangn siapa yang di kalahkan oleh hawa nafsunya, maka dia menderita kerugian dan celaka........
======================================================

P’lakukanlah setiap orang dgn kebaikan hati dan rasa hormat.meski mereka b’laku buruk pada kmu.lngatlah bahwa kmu menunjukan penghargaan pd orang lain bukan krn siapa mereka tp karena siapakah diri kmu
======================================================
Bila ada cahaya dalam jiwa.maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang.akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga.Bila ada keharmonisan dalam rumah tangga,akan hadir ketertiban dalam negara.Dan bila ada ketertiban di dalam negara,akn hadir kedamaian dunia
=======================================================

Sabtu, 19 Mei 2012

IMAN DENGAN SYAHADAT … SEBAGAI DASAR SYARAT SAHNYA ISLAM


Secara tertulis mungkin banyak yang mengatakan kalo sudah MENGUCAPkan ,,, 2 kalimat syahadat itu sudah ISLAM ,,, padahal kalo kita kaji lagi tentunya teramat jauh dari apa yang di sebut dengan namanya SAH …. kata syahadat dalam bahasa ‘arab itu berarti : penyaksian (lughot) kalo menurut maknawinya itu garus lengkap … berhadapan udah bertemu,mengenal dan ada yang menyaksikan …. sekarang kalo kita tafakkuri ,,, sebenarnya yang wujud (ada) itu alloh / mahluk (adam) … alloh yang yang dzat wajibul wujud sifatnya koq belum bisa temukan dan kita saksikan masak sih di terima syahadat kita …terus kalo kita di tanya … apakah sudah percaya (IMAN) kalau belum pernah berjumpa dengan alloh … kata ini lah sebagai dasar kita untuk selalu belajar tentang ketuhanan (ilahiyah) yang selama ini di tinggalkan oleh banyak MUSLIM di seluruh indonesia ,,, ISLAM nya masih keturunan & hanya ikut-ikutan ,,, jadi wajar saja kalo sekarang banyak sekali para MUSLIM terjebak banyak masalah sehingga mudah sekali teradu domba oleh kalangan kalangan yang tidak bertanggung jawab … inilah kenapa para orang-orang quraisy sangat takut dan sangat jarang yang mau mengucapkan IQRAR SYAHADAT ,,, ko kita dengan mudahnya cukup dengan mengucapkannya sudah merasa ISLAM …

SYAHADAT ini mengandung makna yang dalam buat kita pelajari dan kita ikuti aturan” penyerahan diri secara muthlak … karena ada aqidah NAFI (pentiadaan) DAN ITSBAT (penetapan yang kekal adanya) yang tidak kita sadari ,,, nafi tentang siapa sesungguhnya alloh swt yang kita pertuhankan ,,, dengan semua perkara yang di FARDLU (wajib) kan untuk kita taati selama hidup kita … dalam bersyahadat kita wajib

1- Mengilmui (mengerti) dan meyakini kebenaran yang saksikan & di terima aqal & hati dengan seluruhnya (tashdiq)

2- Mengucapkan dengan lisannya (sumpah setia)

3- menjalankan setiap aturan-aturan / ketetapan alloh (qodo’ & qodar)

4- mengikuti sunnah-sunnah rosululloh saw …

Syahadat artinya kesaksian. Kesaksian bahwa tiada Allah selain Allah itu sendiri, dan Nabi Muhammad adalah utusanNYA. Syahadat ini tolak ukur seseorang dianggap sebagai muslim atau tidak. Jika dia mau bersaksi/bersahadat lahir-batin maka dia menjadi muslim, bila tidak dia tidak dianggap sebagai muslim.


ما الأيمان الأيمان هوغير ذكر وحمد ولكن يمثل بالذكر والحمد لأن الأيمان هداية واقرار وتصديق فالهداية صنع اي فعل الرب وهو بمنزلة الذكر والحمد والاقراروالتصديق فعل العبد وهو بمنزلة فهمك علي حقيقة كله واولادهما الي الطاعة الصالحة *


Artinya:

Apakah yang di namakan iman “iman itu bukan ingat dan memuji tetapi di serupakan dengan ingat dan memuji (yaqin rasa)” karena sesungguhnya iman itu petunjuk alloh,ikrar hati dan jiwa, adapun HIDAYAH (petunjuk) itu pekerjaannya alloh sendiri dengan turunnya ingat dan puji. Adapun iqrar dan pembenaran itu pekerjaannya hamba dengan turunnya kepahaman akan kebenarannya alloh dengan keseluruhan. Sedang berkumpulnya hidayah,iqrar dan pembenaran akan melahirkan ketaatan yang baik menurut alloh sendiri


وقال النبي صلي الله عليه وسلم وحقيقة الايمان على اربعة اوجه اولها اقرار باللسان والثانية والتصديق بالجنان اي القلوب والثالثة يعمل بالاركان والرابعة يعمل بالنية وكمالها موافقة للسنة نبينا محمد صلي الله عليه وسلم


Sabda Nabi Muhammad SAW :


1- Kebenaran iman (keyaqinan) itu ada 4 ketentuan :


1. 2- Bersumpah dengan lisan


2. 3-Membenarkan dengan beberapa hati


3. 4- Melakukan rukun-rukunnya


4. 5-Melakukan dengan niat


6-Adapun kesempurnaan iman itu mufakat dengan sunnahnya Rosululloh SAW






في اي موضغ الايمان في الجسد عند الحياة فالجواب الايمان في اربعة مواضع اولها في القلب كما قال الله تعالي كتب الله في قلوبهم الايمان والثانية في الصدر كما قال الله تعالي فمن شرح الله صدره الاسلام والثالثة في الفؤد كما قال الله تعالي ما كذب الفؤد ما رئ والربعة في اللسان كما قال الله تعالي انما يتذكر ؤلوالألباب


Dimanakah iman itu diletakkan dalam jasad ketika manusia hidup,maka jawablah ada di 4 tempat :



1. Di dalam hati seperti firman alloh swt : alloh telah menuliskan iman itu di dalam hati kalian semua


2. Bertempat di dada seperti firman alloh swt : alloh telah melapangkan dada setiap orang-orang yang telah pasrah/selamat (islam)


3. Bertempat di hati fu’ad seperti firman alloh swt : hati sanubari tidak akan bohong dan tertipu dengan apa yg di ketahui


4. Bertempant pada lisan manusia seperti penjelasannya alloh swt : orang-orang yang mempunyai hati pastilah ingat dengan apa yang di ucapkan





Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal, untuk meng-islam-kan sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat Mu’adz bin Jabal berangkat, Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz : “Ajaklah mereka agar mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh, dan bahwasanya aku adalah utusan Alloh. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut (bersyahadat) maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Alloh telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu apabila mereka telah melakukan hal tersebut, maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Alloh telah mewajibkan kepada mereka untuk mensedekahkan harta mereka, yang sedekah tersebut diambil dari orang-orang kaya dari mereka, dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka” (HR. Bukhori)

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Alloh’. Dan Alloh mengetahui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Alloh mengetahui, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” – (QS.63:1)


Sebagaimana disinggung di atas, bahwa orang yang mengenal (menyaksikan) Alloh, ia akan memahami hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Alloh berfirman (QS. 51:56) mengenai tujuan hidup manusia di dunia:


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

Dan AKU tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-KU


Karena Allah SWT adalah Rab semesta alam.


Allah berfirman (QS. 13 : 16):


قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لاَ يَمْلِكُونَ لأَفُسِهِمْ نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ


“Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Alloh.” Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Alloh, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri ? Katakanlah: Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Alloh yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Alloh adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

Dalil Naqli


Allah berfirman (QS. 6 : 19):


قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لاَ أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

“Katakanlah: Siapakah yang lebih kuat persaksiannya ?” Katakanlah: “Alloh. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Alloh? Katakanlah: ;Aku tidak mengakui; Katakanlah: “Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Alloh)


Dalil Akal


Allah berfirman (QS. 3 : 190):


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأََرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لأَيَاتٍ لأُولِي الألَبْاَبِ


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”



Dalil Fitrah


Allah berfirman (QS. 7 : 172):


وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ


“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,,,


Dengan mengenal Alloh secara baik dan benar, maka secara langsung atau tidak langsung akan lebih mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT. Dan jika kita dekat dengan Alloh, maka Alloh pun akan dekat pula dengan kita. Hal ini merupakan hal yang paling pokok bagi seorang hamba. Karena bagi dirinya orientasinya hanya lah Alloh dan Alloh. Tiada kebahagiaan hakiki baginya, selain cinta Ilahi. Namun di samping itu terdapat hal-hal positif lainnya dengan adanya ma’rifatullah ini maka SYADATNYA di SAHkan secara al-qur’an dan al -hadist dab buah dari syahadat diantaranya adalah:


1) Kebebasan (الحرية)


Alloh berfirman (QS. 6 : 82)


الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ


Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.




2) Ketenangan (الطمأنينة)


Alloh berfirman (QS. 13 : 28)


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ


“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.”




3) Barakah (البركة)


Alloh berfirman (QS. 7 : 96):


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”




4) Kehidupan yang baik (الحياة الطيبة)


Alloh berfirman (QS. 16 : 97)


مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”




5) Syurga (الجنة)


Alloh berfirman (QS. 10 : 25-26)


لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلاَ يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلاَ ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ


“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”






6) Mardhotillah. (مرضاة الله)


Alloh berfirman (QS. 98 : 8)


جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ


“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Alloh ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”


أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ * أَمَّنْ جَعَلَ الأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ *أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ * أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ* أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ * بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي اْلآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ*


“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Alloh ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Alloh ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Alloh ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Alloh terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Alloh ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: “Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar”. Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Alloh”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.”



maka demi tertibnya penyerahan diri kepada ISLAM KAFFAH harus mengikuti aturan-aturan disiplin ilmu islam …

1 - syari’at

2- thoriqot

3- ma’rifat

4-haqiqat

5- ma’rifat ba’dal ma’rifat





inilah syarat sah mengenal Alloh & adab sopan santun rosululloh SAW secara baik dan benar, maka secara langsung atau tidak langsung akan lebih mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT. Dan jika kita dekat dengan Alloh, maka Alloh pun akan dekat pula dengan kita. Hal ini merupakan hal yang paling pokok bagi seorang hamba. Karena bagi dirinya orientasinya hanya lah Alloh dan Alloh. Tiada kebahagiaan hakiki baginya, selain cinta Ilahi dan wajib bagi kita sebagai MUSLIM untuk mengaji dan mencari guru yang ahli di bidang UBUDIYAH bukan seperti yang selama ini kita dengar tanpa tau kenyataannya ,,,, dan mengandalkan katanya katanya ,,, semoga kajian kecil ini bisa mengantar kita pada titik kebenaran islam lahir dan bathin ,,, yang di ajarkan oleh rosululloh Saw

selalu belajar di saat waktu senggang apa sih hakikat keimanan kita ini sudah bisa menyelamatkan kita nanti melewati alam barzah ,,,,

semoga rahayu selalu dalam bimbingan alloh & syafaat rosululloh saw

wollohu a’lam

Kamis, 17 Mei 2012

RISALAH THORIQOH DI DALAM MENGENAL ISLAM

PENGERTIAN TENTANG THORIQOH DAN SIAPA SAJA YANG SEHARUSNYA MELAKSANAKAN-NYA




Thoriqoh ( Tarekat ) menurut lughot mempuyai arti jalan dan penambahan huruf Ta’ marbutoh (Ilahiyah) berfaedah menunjukkan kehususan pada tujuan ubudiyah kepada alloh.


Sedangkan makna thoriqoh menurut istilah Tashawwuf adalah Thoriqoh bisa diartikan jalan yang ditempuh seorang hamba ( al-‘abdu / al-saalik ) menuju Ridlo Alloh SWT. Ada pula yang mempersempit pengertian Thoriqoh dengan mendefinisikannya sebagai jalan menuju Ma’rifat billah.


Melihat definisi diatas, maka jelas sekali bahwa pengertian Thoriqoh sangat luas. Thoriqoh tidak hanya dengan berdzikir saja, atau dengan berbagai bentuk wiridan saja, namun bisa juga dengan berbagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT. sang pencipta alam semesta. Bisa berupa wirid, dzikir, puasa, ta’lim ( mengajar ), ta’allum ( belajar ) dan berbagai bentuk amal kebajikan lainnya ( lihat risalah al-thoriq fillah ) karya syeich abu mudhoffar Ra.


Ada juga yang berpendapat bahwasanya : Thoriqoh menurut pandangan berbagai Ulama’ adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui “cara” melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran ‘indalloh swt , maka cara melintasinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.


Dan di jelaskan dalam al-qur’an :




Artinya :


“Jika mereka benar-benar istiqomah - (tetap pendirian/terus-menerus diatas Thoriqoh (jalan) itu, sesungguhnya akan Kami beri minum mereka dengan air (hikmah) yang berlimpah-limpah.


(Q.S. Al-Jin : 16)




Dalam pertumbuhan thoriqoh para Ulama Thoriqoh berpendapat dari jumlah Thoriqoh yang tersebar di dunia Islam, khususnya di Indonesia, ada Thoriqoh yang Mu’tabaroh (diakui) dan ada pula Thoriqoh Ghairu Mu’tabaroh (tidak diakui keberadaannya/ kesoohihannya / silsilah sanadnya).


Seseorang yang menganut/mengikuti Thoriqoh tertentu dinamai saalik (orang yang berjalan) sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan suluk. Banyak hal-hal yang hams dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan yang dimaksud.


Thoriqoh ini merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang di jadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini untuk mengkaji ahlak al-karimah dalam berubudiyah ….


Dalam menempuh jalan (thoriqoh) bertujuan untuk mengenal rahasia (sirri) dan mengerti akan haqiqat dinding (hijab) pada DIRI maka mereka mengadakan pengajian, kegiatan batin muamalah ilmu & matla’ah ilmu , riyadoh (latihan-latihan) dan mujahadah (perjuangan) keruhaniyan. Perjuangan yang demikian dinamakan suluk, dan orang yang mengerjakan dinamakan “salik”

dan sebagai Salik harus memakai ADAB dalam MUAMALAH dzikir

adapun ADABNYA dzikir ada 5

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah:
1- Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.
2-Mandi dan atau wudlu.
3- Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Alloh yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illalloh.
4- Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.
5- Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasululloh SAW, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari Beliau.
Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah :
1-Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam shalat..
2-Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya
3- Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.
4- Memakai pakaian yang halal dan suci.
5-Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.
6- Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati / bathin.
7- Mengharap Ridho pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan adab yang sangat penting
8- Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).
9-Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).
10- Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illalloh, karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya.
11- Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya
12- Mengosongkan hati dari segala apapun selain Alloh dengan Laa ilaaha illalloh, agar pengaruh kata illalloh (hikmah) terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.
Dan 3 (tiga) adab setelah berdzikir adalah:
1-Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh tahun.
2- Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
3- Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Alloh SWT yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.
4- Para guru mursyid berkata: Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut.

namun muamalah dzikir itu bukan menjadi sebab wushulnya Salik ilalloh

Mukmin Tidak Tergantung pada Amal
Mukmin merasa enak dan lega dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini sesuai dengan QS. Yunus (10):62, “Kekasih Alloh tidak ada rasa takut dan susah”. Orang yang tidak tergantung kepada amal akan terbebas atau terhindar dari tiga hal:
1. sifat ghurur, yaitu dirinya tertipu, seolah dapat menyaingi Alloh,
2. sifat ‘ujub, yaitu merasa dirinya hebat,
3. sifat su-ul adab, yaitu akhlak yang buruk kepada Alloh SWT.

Amal Bukanlah Penyebab
Amal tidak menjadi penyebab manusia masuk surga atau neraka. Pernah ada orang akan dimasukkan ke dalam neraka, tetapi dimasukkan ke dalam surga, karena dia sadar mengucapkan alhamdulillah. Ketika dia berdosa mengatakan, “Meskipun saya berdosa, tetapi masih diberi hidup oleh-Nya.

Sikap Bijaksana
Mereka yang telah tercerahkan hendaklah bersikap bijaksana. Karena hidup di dunia ini tidak terlepas problem, maka hendaklah kita mensikapinya dengan bijaksana dan semuanya dikembalikan kepada Allah SWT. Inilah sikap memanfaatkan peluang dan mensyukurinya. Tujuannya agar memenuhi kriteria “akrab dengan Allah” hudhur qolbi




Maka cukup jelaslah bahwa Thoriqoh itu suatu sistem atau metode awal untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan menemukan keyaqinan (haq-al-yaqin) tentang adanya alloh swt . Dimana seseorang dapat melihat alloh dengan mata hatinya (ainul basiroh) sesuai dengan hadist sebagai berikut :




Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:


Pada suatu hari, Rasululloh saw. muncul di antara kaum muslimin.


Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasululloh, apakah Iman itu? Rasululloh saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,


pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit.


Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasululloh, apakah Islam itu? Rasululloh saw. menjawab:


Islam adalah engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan.


Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasululloh, apakah Ihsan itu ???


Rasululloh saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasululloh, kapankah hari kiamat itu?


Rasululloh saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya: Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.


Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung.


Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Alloh.


Kemudian Rasululloh saw bersabda dengan firman Alloh Taala:


Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat: dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. {QS Al-Lukman ayat 34} Kemudian orang itu berlalu, maka Rasululloh saw. bersabda: Panggillah ia kembali … Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasululloh saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka


(HR Bukhari dan Muslim)




Hadist tersebut jelas merupakan tujuan bagi semua orang yang mengaku dan menyatakan muslim, tidak hanya sekedar iman dan islam tetapi juga dituntut untuk menjadi jati diri yang “IHSAN” dan ath-Thariqoh adalah merupakan jalan yang untuk menggapai derajat ihsan dengan baik sesuai tuntunan Alloh dan Rasul-Nya yang di ikat dengan tal-qin


Hal yang demikian didasarkan pertanyaan Sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Rasululloh SAW. Ya Rasululloh, manakah jalan yang paling dekat untuk menuju Tuhan. Jawab Rasululloh : Tidak ada lain, kecuali dengan dzikrulloh.




Dalam hal ini pun Alloh SWT juga menegaskan dalam Firman-Nya di dalam Al-Qur’an Kariim :




28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.


(QS Ar-Ra’d ayat 28)












HADITS TENTANG SANAD THORIQOH




Mubaya‘ah (atau talqin dzikir) dalam dunia tarekat shufi dianggap tidak ada oleh sebagian orang. Dia berkeyakinan bahwa mubaya‘ah hanya bisa dilakukan oleh Rasulullah dan para khalifahnya. Sehingga apa yang dilakukan oleh mursyid thoriqot yang mentalqin dzikir muridnya adalah tidak benar serta tidak sesuai dengan apa yang dilakukan pada zaman Rasulullah.




Sanad tentang dzikir thoriqot juga menjadi kritikan dan hinaan mereka, orang-orang yang menganut FAHAM mujasimah Mereka menganggap bahwa tidak ada hadits tentang talqin dzikir atau mengenakan pakaian sederhana simbol shufi (lubsu al-khirqah), sebagai simbol seseorang yang sudah masuk dalam dunia shufi, yang dapat dibuat hujjah. Pernyataan bahwa tidak ada hadits yang dapat dijadikan hujjah tersebut mengutip dari pernyataan mayoritas para ahli hadits.




Perlu diketahui oleh mereka, mubaya’ah (baiat) dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia) seperti yang dilakukan oleh Rasululloh kepada shahabat-shahabatnya dalam Bai‘at ar-Ridhwan, atau baiatnya seorang rakyat kepada imam atau kepala Negara terpilih seperti baiatnya para shahabat yang mengangkat Sayyidina Abu Bakar menjadi kholifah Rasululloh. Sebab, mubaya’ah dalam thoriqot shufi adalah bentuk talqin dzikir seperti yang dilakukan Rasululloh yang mentalqin dzikir para shahabatnya. Adapun mubaya’ah para shahabat yang baru saja disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk patuh kepada imam terpilih.


Sanad hadits tentang bai’at thoriqot adalah hadits riwayat dari Hasan al-Bashri yang berbaiat dzikir dari Sayyidina Ali dari Rasulallah (dalam ilmu tasawuf disebut talqin dzikir) dan sanad hadits tentang lubsul khirqoh (berperilaku sebagai shufi yang bersimbol dengan pakaian sederhana) juga diriwayatkan dari Hasan al-Bashri dari Ali, hanya saja kedua hadits tersebut tidak pernah disebutkan dalam kitab hadits manapun, sehingga banyak para ahli hadits yang ingkar dan menilainya bathil. Penilaian para ahli hadits tersebut terletak pada masalah apakah Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali atau tidak…. Dan menurut sebagian ahli hadits, keduanya tidak pernah bertemu. { Sanad talqin dzikir dari Hasan al-Bashri tersebut adalah talqin dzikir oleh Rasululloh kepada Sayyidina Ali secara sendirian } Sedangkan sanad talqin dzikir secara bersama-sama adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabaroni dan lain-lain dengan sanad hasan. Lihat Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hlm. 11. Hadits talqin tersebut sebagaimana dikatakan syech asy-Sya’roni adalah diriwayatkan oleh Syaikh Yusuf al-Ajami, seorang syaikh thoriqot, dalam salah satu risalahnya yang disebutkan dengan sanad yang muttasil sampai Sayyidina Ali. )




Namun, sebenarnya hadits tentang dua masalah tersebut, sebagaimana disebutkan oleh syeich Ibnu Hajar al-‘Asqolani dan muridnya, syeich as-Suyuthi adalah hadits yang shohih (muttasil) dan perawinya tsiqah-tsiqah. Artinya juga bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dan itu adalah pendapat yang shohih. (Lihat hujjah-hujjah as-Suyuthi dalam membela pendapat bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dalam al-Hawi lil Fatawi 2/96-98.dan Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hal 12 dan 24.)




Dengan demikian jelaslah bahwa jalan yang sedekat-dekatnya mencapai Alloh SWT adalah mengerti akan haqiqat istbatulloh bi attauhid dan di perhatikan dalam ikhathohNYA dan ini hanya bisa diraih oleh seorang hamba dengan yang di kehendaki alloh buah dari muamalah dzikir kepadaNYA (Zikrulloh), disamping melakukan latihan (riyadoh) lahir-batin seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Shufi antara lain : Ikhlas, jujur, zuhud, muraqabah, musyahadah, tajarrud, mahabah, cinta kepada Alloh SWT. dan lain sebagainya, yang merupakan bentuk dari dzikrulloh itu sendiri dalam kepasrahan (tawakkal) kepada MA’BUD dan para ulama thoriqoh/tasawuf mendefinisikannya dalam bentuk dzikrulloh Amaliyah (pengamalan lahir bathin) dengan alloh (MA’IYAH)


. Menurut keputusan Mu’tamar Thoriqoh Mu’tabaroh, bahwa Thoriqoh- Thoriqoh Mu’tabaroh hanya ada sekitar 44 ( empat puluh empat ) Thoriqoh yaitu :






1. العمرية 2. النقشبندية 3. القادرية 4. الشاذلية


5. الرفاعية 6. الأحمدية 7. الداسوقية 8. الأكبرية


9. المولوية 10. الكبروية 11. السهروردية 12. الخلوتية


13. الجلوتية 14. البكداسية 15. الغزالية 16. الرومية


17. السعدية 18. الجشتية 19. الشعبانية 20. الكلشانية


21. الحمزاوية 22. البيرامية 23. العشاقية 24. البكرية


25. العيدروسية 26. العثمانية 27. العلوية 28. العباسية


29. الزينية 30. العيسوية 31. البحورية 32. الحدادية


33. الغيبية 34. الخضرية 35. الشطارية 36. البيومية


37. الملامية 38. الأويسية 39. الإدريسية 40. أكابرالأولياء


41. المبتولية 42. السنبلية 43. الخالدية والنقشبندية


44. أهل ملازمة القران والسنة ودلائل الخيرات وتعليم فتح القريب او كفاية العوام




Secara garis besar Thoriqoh Mu’tabaroh adalah Thoriqoh yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1. Mempunyai sanad yang muttasil kepada Rosululloh SAW. ( Tanwirul Qulub )


2. Tidak bertentangan dengan Syara’.


3. Mursyidnya ( Gurunya ) sudah memenuhi kriteria, antara lain:


a. Menguasai Ilmu Fiqh dan Ilmu Aqidah.


b. Mengetahui seluk beluk Ilmu Tashawwuf.


c. Mempunyai Akhlaq yang sempurna lahir dan batin.


d. Mendapatkan izin atau ijazah dari Gurunya.


Kedudukan Guru Thoriqoh diperkokoh dengan adanya ajaran wasilah dan silsilah(sanad). Keyakinan berwasilah dengan Guru diper-erat dengan kepercayaan karomah, barokah dan syafa’at atau limpahan pertolongan dari Alloh SWT melalui KaruniaNya kepada guru. Kepatuhan murid kepada Guru dalam Thoriqoh digambarkan seperti mayat di tangan orang yang memandikannya.


Dengan demikian dapat diambil benang merah bahwa inti Thoriqoh adalah wushul (bertemu) dengan Alloh. Jika hendak bertemu, maka jalan yang dapat dipakai bisa bermacam-macam. Ibarat orang mau berpergian menuju Jakarta, kalau orang itu berangkat dari Surabaya ya harus menuju ke barat. Berbeda jika orang itu berangkat dari Medan ya harus berjalan ke timur menuju Jakarta. Ini artinya bahwa Thoriqoh yang ada, terutama di Indonesia mempunyai tujuan yang sama yaitu wushul, kepada Alloh SWT.


Dan di jelaskan di kitab risalah al-thoriq


في معرفة الاسلام وبيان الطريق الاسلام وهي ثلاثة اوجه اولها الشريعة اي ما فرض الله تعالي وسنة رسول الله صلي الله عليه وسلم وثانها الطريقة اي الاخاذ بالتقوي وما يقرب الي المولي وثالثها الحقيقة اي الأصل هو المقصود


Untuk mengenal & mengerti haqiqat ISLAM dengan jalan Pasrah (selamat lahir batin) itu ada tiga arah :


1- dengan cara syari’at adapun yang di maksud dengan syari’at : semua perkara yang telah di wajibkan oleh alloh dan perkara yang telah di lakukan (contohkan) rosullulloh saw (assunnah)


2- dengan cara thoriqoh adapun yang di maksud dengan thoriqoh : mengambila jalan ketaqwa’an (takut dan patuh) kepada alloh dan perkara yang menjadi sebab bisa taqorrub (mendekat) kepa alloh swt . namun dalam tabi’ (ikut) pada thoriqoh ini di syaratkan untuk talqin (iqrar /sumpah setia) kepada alloh swt dan akhlaq rosululloh dalam muamalah sehari-hari.


3- dengan cara ilmu haqiqat (tauhid) adapun yang di maksud dengan haqiqat : sesuatu yang di tuju oleh al-‘aabid … dan sesuatu kewajiban bertauhid adalah mengkaji haqiqat keESAaan ALLOH SWT dan hanya bergantung pada alloh …


Dan pengibaratan ketiganya itu adalah : syari’at : prahu , thoriqot : samudra , dan haqiqat di ibarat kan mutiara (durroh) tujuan akhir dari perjalanan mencapai adduroh dan hikmah dari mendapatkan adduroh adalah (ma’rifat ba’dal ma’rifah )


Jika engkau ingin berlayar dengan perahu maka harus kau temukan samudranya … setelah itu carilah di mana letak addurroh itu berada … demikianlah uraian singkat tentang aturan-aturan islam kaffah … karena dalam ajaran syari’at tidak mungkin di sahkan itba’ (mengikuti) tanpa mengikuti aturan-aturan dalam thoriqoh (ibarat kita menikah tanpa adanya IJAB QOBUL) manamungkin bisa di terima oleh kalangan ahlillah …. setelah itu kajilah (arungilah) samudraMu sampai kau temukan DURROH-NYA …


ADAB (Sopan santun) DIRI

Disamping adab seorang murid kepada guru mursyidnya, ada hal lain yang juga harus diperhatikan oleh seorang murid, yakni adab terhadap dirinya sendiri yang antara lain sebagai berikut;

1- Selalu merasa bahwa dirinya dilihat oleh Alloh SWT. dalam segala keadaan, sehingga dapat tersibukkan oleh lafadz Alloh….Alloh…,sekalipun sedang melakukan pekerjaan (duniawi).

2-Mencari teman bergaul yang baik dan tidak bergaul dengan orang yang buruk perilakunya.

3-Tidak tamak mengharapkan sesuatu yang ada pada orang lain.

4-Tidak berlebihan di dalam hal makan dan berpakaian .

5- Tidak tidur dalam keadaan junub (berhadats besar).

6- Hendaknya suka melanggengkan wudlu’ (senantiasa dalam keadaan suci).

7-Menyedikitkan tidur , terlebih dalam waktu sahur (1/3 malam terakhir).

8-Tidak suka mujadalah (berdebat) dalam masalah ilmu, karena hal itu bisa menjadikan ghoflah (lalai)kepada Alloh dan menjadikan buta/ gelap hati.

9-Suka duduk–duduk bersama saudaranya (sejama’ah thoriqoh) ketika hatinya sedang gundah dan membicarakan adab berthariqoh.

10- Tidak suka membahas perilaku seseorang dan tidak suka bertengkar.

11- Selalu muhasabah (menghisap) amalnya Diri (intropeksi)

SEMOGA INI BISA MENJADI PENERANG BAGI UMMAT MUSLIM SEMUANYA .. KARENA TIDAKLAH MUNGKIN AJARAN THORIQOH ITU DI SEBAR-SEBARKAN … KARENA MASUK WILAYAH THORIQOH SAMA SAJA MENIKAHI HUKUM HAQ BI AL-TAUHID DAN DI SITU BUKAN KARENA AJAKAN NAMUN PANGGILAN HATI (HIDAYAH AL-MUTAWASHITHOH) NAMUN SANGAT DI ANJURKAN BAGI PENGIMAN ISLAM KAFFAH,,, SEMOGA KITA MENJADI PENGIKUT ROSULULLOH SAW LAHIR DAN BATHIN BI TSUBUTI KALIMATI “LAA ILAAHA ILLALOH” …. WALLOHU ‘ALAM … BILLAH

KATA-KATA MUTIARA DALAM HIKMAH I


من علامات الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل

Salah satu tanda bergantung kepada amal adalah berkurangnya harapan ketika adanya kesalahan (maksiyat)

Manusia tanpa sadar sering bergantung pada apa yang ia kerjakan. Ketika melakukan ketaatan mereka lupa bahwa yang menggerakkan keta'atan itu adalah Allah Azza wa Jalla. Bergantung (bersandar) pada amal adalah salah satu pintu menuju kesombongan -merasa ujub dengan apa yang dilakukan-. Lantas apa yang harus kita kerjakan? Syari'at menghendaki untuk beramal tetapi hakikat syari'at melarang kita bergantung padanya. Kunci dalam masalah ini adalah kita berusaha sebaik-baiknya menjalani kehidupan, apapun yang terjadi ketika berusaha atau setelahnya adalah takdir Allah Azza wa Jalla yang harus kita terima (37 : 96). Jika suatu saat terjebak dalam kemaksiatan cepatlah bertaubat dan kembali ke jalan-Nya jangan sampai harapan kita berkurang kepada-Nya. Libatkan Allah dalam setiap waktu! Jangan bergantung pada amal, bergantunglah kepada Allah Azza wa Jalla.


Suatu kaum atau seseorang yang hidupnya penuh kebencian dan permusuhan tak akan pernah tenang, terhormat dan berjaya selain hina dan menderita.
Jika kita memelihara kebencian dan dendam, maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis dan kita tidak akan pernah menjadi orang yang produktif.
Masalah paling besar bangsa ini bukanlah karena kurangnya tanah lapang, namun karena kurangnya hati-hati yang lapang
Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita untuk memaafkannya, mendoakannya, memperbaikinya, dan menjaga aibnya.
Ketika kita merasa berjasa sedang orang lain merasa terhinakan, itu pertanda kita tengah gagal. Sukses itu juga diukur lewat kebersamaan.
Bertekadlah bahwa hidup yang sekali-kalinya ini tidak akan pernah merampas hak kebahagiaan dan ketenangan orang lain.
Bukan gelar atau jabatan yang membuat orang menjadi mulia. Jika kualitas pribadi buruk, semua itu hanyalah topeng tanpa wajah
Karakter kepemimpinan itu adalah mempengaruhi. Saat ini kita butuh orang yang pandai mempengaruhi ke jalan kebaikan
Mari kita bangun bangsa ini dengan fondasi kekuatan ruhiyah, sebab kekuatan ini memiliki sandaran yang teguh, kokoh dan kuat.
Perubahan zaman akan menghancurkan kita kalau ilmu dan wawasan kita tidak berubah lebih cepat daripada perubahanitu.
Ciri seorang pemimpin yang baik akan nampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta integrasi antara kata dengan perbuatannya.
Seseorang tidak mendapatkan dari apa yang dia harapkan, tetapi akan mendapatkan dari apa yang dia kerjakan.
Banyak hal yang bisa dilakukan dengan kecerdasan, tapi cerdas tanpa hati nurani lebih berbahaya karena bisa membuat kejahatan yang lebih dahsyat.
Pastikanlah setiap perkataan harus melalui proses pertimbangan yang matang. Jangan sampai tergelincir dengan mengatakan sesuatu dusta.
Orang yang ikhlas tidak pernah terkecoh apalagi merindukan pujian. Sebab ia yakin pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita belum tentu benar.
Hakikat orang miskin bukanlah mereka yang tidak mempunyai harta dan kekayaan, melainkan mereka yang tidak mempunyai iman dan ilmu.
Jika orang lain takut tidak punya uang, maka orang yang dinaungi hidayah takut kalau ia tidak mempunyai rasa jujur, rasa syukur dan jiwa besar.

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila