KULLUKA SYIRKUN KHOFIYUN
Keseluruhanmu itu adalah syirik yang samar
Maknanya: ketika seorang hamba melihat wujud dirinya (keadaan / kalo dirinya itu ada) itu sama saja menyerupai keadaannya ALLOH secara samar, maka dia melihat wujudnya itu ada, Ilmu , amalnya. Keadaan itu sesungguhnya ketika dia melihat dirinya berdiri di maqom ibadah dan Ubudiyah , lalu dia melihat ibadah itu lahir dari dirinya. Dengan pandangannya itu, dia takjub terhadap dirinya dan amalnya itulah sebenarnya Syirik khofi dan masihlah batal ilmu dan amalnya SALIK.
Keseluruhanmu itu adalah syirik yang samar
Maknanya: ketika seorang hamba melihat wujud dirinya (keadaan / kalo dirinya itu ada) itu sama saja menyerupai keadaannya ALLOH secara samar, maka dia melihat wujudnya itu ada, Ilmu , amalnya. Keadaan itu sesungguhnya ketika dia melihat dirinya berdiri di maqom ibadah dan Ubudiyah , lalu dia melihat ibadah itu lahir dari dirinya. Dengan pandangannya itu, dia takjub terhadap dirinya dan amalnya itulah sebenarnya Syirik khofi dan masihlah batal ilmu dan amalnya SALIK.
Di permulaan, jauh dari Allah Ta’ala dan apa yang sudah Allah berikan padanya dari wujudnya dengan mewujudkanya, dan di akhiran lupa pada taufiq, hidayah, dan ‘inayah-NYA. Dengan melihat amalnya itulah, dia terhalang dari tauhid murni.
Karena Muwahhid Kamil (Petauhid Sempurna) itu adalah orang yang tidak melihat keberadaan diri dan pekerjaannya. Hal seperti itu, ketika Allah membukakan baginya dari permulan penciptaan yang masih berupa sulalah (darah) sampai menjadi wujud sempurna (seorang manusia)...
Allah Ta’ala bukakan juga tentang sesuatu yang terkait dengan dirinya dari kelemahan dan kekalahan yang pokok, juga tiadanya daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala.
Jika demikian keberadaannya, maka dia melihat pemberian dan anugerah Allah Ta’ala yang mewujudkannya dengan kuasa-NYA, dan menguatkan dirinya dengan qudrat-NYA, meluruskan jalannya dengan pertolongan-NYA, menunjukannya dengan bantuan-NYA.
Allah telah menciptakan dirinya dengan sebaik-baik bentuk yang sedang, yang dapat berbicara, mendengar, melihat, dan berfikir. Allah telah menciptakan baginya kekuatan yang dhohir dan bathin, memberinya kesempatan untuk ikhtiyar dan kemampuan agar mampu mengerjakan kebaikan dan keburukan dengan pilihan dan kekuatannya sendiri.
Ikhtiyar dan kemampuan itulah yang menjadi bukti bagi Allah Ta’ala atas dirinya. Ketika dia menyatakan pandangannya pada hal-hal yang telah terurai itu, maka nyata dan jelas bahwa sesungguhnya drinya berada karena diadakan oleh Allah Ta’ala. Begitu juga, ucapan dan perbuatannya, bahkan seluruh gerak dan diamnya hanya semata dengan kehendak dan keinginan Allah Ta’ala, mereka tidak dapat menghendaki keculi Allah menghendaki. Maka ketika begitu, dia sirna dari dari pandangannya terhadap wujud dan apa yang diwujudkannya, yakni amal-amalnya dengan kepemilikan Allah Ta’ala atas dirinya dari keutamaan dan pemberian dalam wujud dirinya...