TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Kamis, 17 Mei 2012

RISALAH THORIQOH DI DALAM MENGENAL ISLAM

PENGERTIAN TENTANG THORIQOH DAN SIAPA SAJA YANG SEHARUSNYA MELAKSANAKAN-NYA




Thoriqoh ( Tarekat ) menurut lughot mempuyai arti jalan dan penambahan huruf Ta’ marbutoh (Ilahiyah) berfaedah menunjukkan kehususan pada tujuan ubudiyah kepada alloh.


Sedangkan makna thoriqoh menurut istilah Tashawwuf adalah Thoriqoh bisa diartikan jalan yang ditempuh seorang hamba ( al-‘abdu / al-saalik ) menuju Ridlo Alloh SWT. Ada pula yang mempersempit pengertian Thoriqoh dengan mendefinisikannya sebagai jalan menuju Ma’rifat billah.


Melihat definisi diatas, maka jelas sekali bahwa pengertian Thoriqoh sangat luas. Thoriqoh tidak hanya dengan berdzikir saja, atau dengan berbagai bentuk wiridan saja, namun bisa juga dengan berbagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT. sang pencipta alam semesta. Bisa berupa wirid, dzikir, puasa, ta’lim ( mengajar ), ta’allum ( belajar ) dan berbagai bentuk amal kebajikan lainnya ( lihat risalah al-thoriq fillah ) karya syeich abu mudhoffar Ra.


Ada juga yang berpendapat bahwasanya : Thoriqoh menurut pandangan berbagai Ulama’ adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui “cara” melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran ‘indalloh swt , maka cara melintasinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.


Dan di jelaskan dalam al-qur’an :




Artinya :


“Jika mereka benar-benar istiqomah - (tetap pendirian/terus-menerus diatas Thoriqoh (jalan) itu, sesungguhnya akan Kami beri minum mereka dengan air (hikmah) yang berlimpah-limpah.


(Q.S. Al-Jin : 16)




Dalam pertumbuhan thoriqoh para Ulama Thoriqoh berpendapat dari jumlah Thoriqoh yang tersebar di dunia Islam, khususnya di Indonesia, ada Thoriqoh yang Mu’tabaroh (diakui) dan ada pula Thoriqoh Ghairu Mu’tabaroh (tidak diakui keberadaannya/ kesoohihannya / silsilah sanadnya).


Seseorang yang menganut/mengikuti Thoriqoh tertentu dinamai saalik (orang yang berjalan) sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan suluk. Banyak hal-hal yang hams dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan yang dimaksud.


Thoriqoh ini merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang di jadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini untuk mengkaji ahlak al-karimah dalam berubudiyah ….


Dalam menempuh jalan (thoriqoh) bertujuan untuk mengenal rahasia (sirri) dan mengerti akan haqiqat dinding (hijab) pada DIRI maka mereka mengadakan pengajian, kegiatan batin muamalah ilmu & matla’ah ilmu , riyadoh (latihan-latihan) dan mujahadah (perjuangan) keruhaniyan. Perjuangan yang demikian dinamakan suluk, dan orang yang mengerjakan dinamakan “salik”

dan sebagai Salik harus memakai ADAB dalam MUAMALAH dzikir

adapun ADABNYA dzikir ada 5

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah:
1- Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.
2-Mandi dan atau wudlu.
3- Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Alloh yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illalloh.
4- Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.
5- Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasululloh SAW, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari Beliau.
Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah :
1-Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam shalat..
2-Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya
3- Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.
4- Memakai pakaian yang halal dan suci.
5-Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.
6- Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati / bathin.
7- Mengharap Ridho pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan adab yang sangat penting
8- Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).
9-Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).
10- Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illalloh, karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya.
11- Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya
12- Mengosongkan hati dari segala apapun selain Alloh dengan Laa ilaaha illalloh, agar pengaruh kata illalloh (hikmah) terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.
Dan 3 (tiga) adab setelah berdzikir adalah:
1-Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh tahun.
2- Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
3- Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Alloh SWT yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.
4- Para guru mursyid berkata: Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut.

namun muamalah dzikir itu bukan menjadi sebab wushulnya Salik ilalloh

Mukmin Tidak Tergantung pada Amal
Mukmin merasa enak dan lega dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini sesuai dengan QS. Yunus (10):62, “Kekasih Alloh tidak ada rasa takut dan susah”. Orang yang tidak tergantung kepada amal akan terbebas atau terhindar dari tiga hal:
1. sifat ghurur, yaitu dirinya tertipu, seolah dapat menyaingi Alloh,
2. sifat ‘ujub, yaitu merasa dirinya hebat,
3. sifat su-ul adab, yaitu akhlak yang buruk kepada Alloh SWT.

Amal Bukanlah Penyebab
Amal tidak menjadi penyebab manusia masuk surga atau neraka. Pernah ada orang akan dimasukkan ke dalam neraka, tetapi dimasukkan ke dalam surga, karena dia sadar mengucapkan alhamdulillah. Ketika dia berdosa mengatakan, “Meskipun saya berdosa, tetapi masih diberi hidup oleh-Nya.

Sikap Bijaksana
Mereka yang telah tercerahkan hendaklah bersikap bijaksana. Karena hidup di dunia ini tidak terlepas problem, maka hendaklah kita mensikapinya dengan bijaksana dan semuanya dikembalikan kepada Allah SWT. Inilah sikap memanfaatkan peluang dan mensyukurinya. Tujuannya agar memenuhi kriteria “akrab dengan Allah” hudhur qolbi




Maka cukup jelaslah bahwa Thoriqoh itu suatu sistem atau metode awal untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan menemukan keyaqinan (haq-al-yaqin) tentang adanya alloh swt . Dimana seseorang dapat melihat alloh dengan mata hatinya (ainul basiroh) sesuai dengan hadist sebagai berikut :




Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:


Pada suatu hari, Rasululloh saw. muncul di antara kaum muslimin.


Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasululloh, apakah Iman itu? Rasululloh saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,


pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit.


Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasululloh, apakah Islam itu? Rasululloh saw. menjawab:


Islam adalah engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan.


Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasululloh, apakah Ihsan itu ???


Rasululloh saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasululloh, kapankah hari kiamat itu?


Rasululloh saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya: Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.


Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung.


Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Alloh.


Kemudian Rasululloh saw bersabda dengan firman Alloh Taala:


Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat: dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. {QS Al-Lukman ayat 34} Kemudian orang itu berlalu, maka Rasululloh saw. bersabda: Panggillah ia kembali … Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasululloh saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka


(HR Bukhari dan Muslim)




Hadist tersebut jelas merupakan tujuan bagi semua orang yang mengaku dan menyatakan muslim, tidak hanya sekedar iman dan islam tetapi juga dituntut untuk menjadi jati diri yang “IHSAN” dan ath-Thariqoh adalah merupakan jalan yang untuk menggapai derajat ihsan dengan baik sesuai tuntunan Alloh dan Rasul-Nya yang di ikat dengan tal-qin


Hal yang demikian didasarkan pertanyaan Sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Rasululloh SAW. Ya Rasululloh, manakah jalan yang paling dekat untuk menuju Tuhan. Jawab Rasululloh : Tidak ada lain, kecuali dengan dzikrulloh.




Dalam hal ini pun Alloh SWT juga menegaskan dalam Firman-Nya di dalam Al-Qur’an Kariim :




28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.


(QS Ar-Ra’d ayat 28)












HADITS TENTANG SANAD THORIQOH




Mubaya‘ah (atau talqin dzikir) dalam dunia tarekat shufi dianggap tidak ada oleh sebagian orang. Dia berkeyakinan bahwa mubaya‘ah hanya bisa dilakukan oleh Rasulullah dan para khalifahnya. Sehingga apa yang dilakukan oleh mursyid thoriqot yang mentalqin dzikir muridnya adalah tidak benar serta tidak sesuai dengan apa yang dilakukan pada zaman Rasulullah.




Sanad tentang dzikir thoriqot juga menjadi kritikan dan hinaan mereka, orang-orang yang menganut FAHAM mujasimah Mereka menganggap bahwa tidak ada hadits tentang talqin dzikir atau mengenakan pakaian sederhana simbol shufi (lubsu al-khirqah), sebagai simbol seseorang yang sudah masuk dalam dunia shufi, yang dapat dibuat hujjah. Pernyataan bahwa tidak ada hadits yang dapat dijadikan hujjah tersebut mengutip dari pernyataan mayoritas para ahli hadits.




Perlu diketahui oleh mereka, mubaya’ah (baiat) dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia) seperti yang dilakukan oleh Rasululloh kepada shahabat-shahabatnya dalam Bai‘at ar-Ridhwan, atau baiatnya seorang rakyat kepada imam atau kepala Negara terpilih seperti baiatnya para shahabat yang mengangkat Sayyidina Abu Bakar menjadi kholifah Rasululloh. Sebab, mubaya’ah dalam thoriqot shufi adalah bentuk talqin dzikir seperti yang dilakukan Rasululloh yang mentalqin dzikir para shahabatnya. Adapun mubaya’ah para shahabat yang baru saja disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk patuh kepada imam terpilih.


Sanad hadits tentang bai’at thoriqot adalah hadits riwayat dari Hasan al-Bashri yang berbaiat dzikir dari Sayyidina Ali dari Rasulallah (dalam ilmu tasawuf disebut talqin dzikir) dan sanad hadits tentang lubsul khirqoh (berperilaku sebagai shufi yang bersimbol dengan pakaian sederhana) juga diriwayatkan dari Hasan al-Bashri dari Ali, hanya saja kedua hadits tersebut tidak pernah disebutkan dalam kitab hadits manapun, sehingga banyak para ahli hadits yang ingkar dan menilainya bathil. Penilaian para ahli hadits tersebut terletak pada masalah apakah Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali atau tidak…. Dan menurut sebagian ahli hadits, keduanya tidak pernah bertemu. { Sanad talqin dzikir dari Hasan al-Bashri tersebut adalah talqin dzikir oleh Rasululloh kepada Sayyidina Ali secara sendirian } Sedangkan sanad talqin dzikir secara bersama-sama adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabaroni dan lain-lain dengan sanad hasan. Lihat Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hlm. 11. Hadits talqin tersebut sebagaimana dikatakan syech asy-Sya’roni adalah diriwayatkan oleh Syaikh Yusuf al-Ajami, seorang syaikh thoriqot, dalam salah satu risalahnya yang disebutkan dengan sanad yang muttasil sampai Sayyidina Ali. )




Namun, sebenarnya hadits tentang dua masalah tersebut, sebagaimana disebutkan oleh syeich Ibnu Hajar al-‘Asqolani dan muridnya, syeich as-Suyuthi adalah hadits yang shohih (muttasil) dan perawinya tsiqah-tsiqah. Artinya juga bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dan itu adalah pendapat yang shohih. (Lihat hujjah-hujjah as-Suyuthi dalam membela pendapat bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dalam al-Hawi lil Fatawi 2/96-98.dan Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hal 12 dan 24.)




Dengan demikian jelaslah bahwa jalan yang sedekat-dekatnya mencapai Alloh SWT adalah mengerti akan haqiqat istbatulloh bi attauhid dan di perhatikan dalam ikhathohNYA dan ini hanya bisa diraih oleh seorang hamba dengan yang di kehendaki alloh buah dari muamalah dzikir kepadaNYA (Zikrulloh), disamping melakukan latihan (riyadoh) lahir-batin seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Shufi antara lain : Ikhlas, jujur, zuhud, muraqabah, musyahadah, tajarrud, mahabah, cinta kepada Alloh SWT. dan lain sebagainya, yang merupakan bentuk dari dzikrulloh itu sendiri dalam kepasrahan (tawakkal) kepada MA’BUD dan para ulama thoriqoh/tasawuf mendefinisikannya dalam bentuk dzikrulloh Amaliyah (pengamalan lahir bathin) dengan alloh (MA’IYAH)


. Menurut keputusan Mu’tamar Thoriqoh Mu’tabaroh, bahwa Thoriqoh- Thoriqoh Mu’tabaroh hanya ada sekitar 44 ( empat puluh empat ) Thoriqoh yaitu :






1. العمرية 2. النقشبندية 3. القادرية 4. الشاذلية


5. الرفاعية 6. الأحمدية 7. الداسوقية 8. الأكبرية


9. المولوية 10. الكبروية 11. السهروردية 12. الخلوتية


13. الجلوتية 14. البكداسية 15. الغزالية 16. الرومية


17. السعدية 18. الجشتية 19. الشعبانية 20. الكلشانية


21. الحمزاوية 22. البيرامية 23. العشاقية 24. البكرية


25. العيدروسية 26. العثمانية 27. العلوية 28. العباسية


29. الزينية 30. العيسوية 31. البحورية 32. الحدادية


33. الغيبية 34. الخضرية 35. الشطارية 36. البيومية


37. الملامية 38. الأويسية 39. الإدريسية 40. أكابرالأولياء


41. المبتولية 42. السنبلية 43. الخالدية والنقشبندية


44. أهل ملازمة القران والسنة ودلائل الخيرات وتعليم فتح القريب او كفاية العوام




Secara garis besar Thoriqoh Mu’tabaroh adalah Thoriqoh yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1. Mempunyai sanad yang muttasil kepada Rosululloh SAW. ( Tanwirul Qulub )


2. Tidak bertentangan dengan Syara’.


3. Mursyidnya ( Gurunya ) sudah memenuhi kriteria, antara lain:


a. Menguasai Ilmu Fiqh dan Ilmu Aqidah.


b. Mengetahui seluk beluk Ilmu Tashawwuf.


c. Mempunyai Akhlaq yang sempurna lahir dan batin.


d. Mendapatkan izin atau ijazah dari Gurunya.


Kedudukan Guru Thoriqoh diperkokoh dengan adanya ajaran wasilah dan silsilah(sanad). Keyakinan berwasilah dengan Guru diper-erat dengan kepercayaan karomah, barokah dan syafa’at atau limpahan pertolongan dari Alloh SWT melalui KaruniaNya kepada guru. Kepatuhan murid kepada Guru dalam Thoriqoh digambarkan seperti mayat di tangan orang yang memandikannya.


Dengan demikian dapat diambil benang merah bahwa inti Thoriqoh adalah wushul (bertemu) dengan Alloh. Jika hendak bertemu, maka jalan yang dapat dipakai bisa bermacam-macam. Ibarat orang mau berpergian menuju Jakarta, kalau orang itu berangkat dari Surabaya ya harus menuju ke barat. Berbeda jika orang itu berangkat dari Medan ya harus berjalan ke timur menuju Jakarta. Ini artinya bahwa Thoriqoh yang ada, terutama di Indonesia mempunyai tujuan yang sama yaitu wushul, kepada Alloh SWT.


Dan di jelaskan di kitab risalah al-thoriq


في معرفة الاسلام وبيان الطريق الاسلام وهي ثلاثة اوجه اولها الشريعة اي ما فرض الله تعالي وسنة رسول الله صلي الله عليه وسلم وثانها الطريقة اي الاخاذ بالتقوي وما يقرب الي المولي وثالثها الحقيقة اي الأصل هو المقصود


Untuk mengenal & mengerti haqiqat ISLAM dengan jalan Pasrah (selamat lahir batin) itu ada tiga arah :


1- dengan cara syari’at adapun yang di maksud dengan syari’at : semua perkara yang telah di wajibkan oleh alloh dan perkara yang telah di lakukan (contohkan) rosullulloh saw (assunnah)


2- dengan cara thoriqoh adapun yang di maksud dengan thoriqoh : mengambila jalan ketaqwa’an (takut dan patuh) kepada alloh dan perkara yang menjadi sebab bisa taqorrub (mendekat) kepa alloh swt . namun dalam tabi’ (ikut) pada thoriqoh ini di syaratkan untuk talqin (iqrar /sumpah setia) kepada alloh swt dan akhlaq rosululloh dalam muamalah sehari-hari.


3- dengan cara ilmu haqiqat (tauhid) adapun yang di maksud dengan haqiqat : sesuatu yang di tuju oleh al-‘aabid … dan sesuatu kewajiban bertauhid adalah mengkaji haqiqat keESAaan ALLOH SWT dan hanya bergantung pada alloh …


Dan pengibaratan ketiganya itu adalah : syari’at : prahu , thoriqot : samudra , dan haqiqat di ibarat kan mutiara (durroh) tujuan akhir dari perjalanan mencapai adduroh dan hikmah dari mendapatkan adduroh adalah (ma’rifat ba’dal ma’rifah )


Jika engkau ingin berlayar dengan perahu maka harus kau temukan samudranya … setelah itu carilah di mana letak addurroh itu berada … demikianlah uraian singkat tentang aturan-aturan islam kaffah … karena dalam ajaran syari’at tidak mungkin di sahkan itba’ (mengikuti) tanpa mengikuti aturan-aturan dalam thoriqoh (ibarat kita menikah tanpa adanya IJAB QOBUL) manamungkin bisa di terima oleh kalangan ahlillah …. setelah itu kajilah (arungilah) samudraMu sampai kau temukan DURROH-NYA …


ADAB (Sopan santun) DIRI

Disamping adab seorang murid kepada guru mursyidnya, ada hal lain yang juga harus diperhatikan oleh seorang murid, yakni adab terhadap dirinya sendiri yang antara lain sebagai berikut;

1- Selalu merasa bahwa dirinya dilihat oleh Alloh SWT. dalam segala keadaan, sehingga dapat tersibukkan oleh lafadz Alloh….Alloh…,sekalipun sedang melakukan pekerjaan (duniawi).

2-Mencari teman bergaul yang baik dan tidak bergaul dengan orang yang buruk perilakunya.

3-Tidak tamak mengharapkan sesuatu yang ada pada orang lain.

4-Tidak berlebihan di dalam hal makan dan berpakaian .

5- Tidak tidur dalam keadaan junub (berhadats besar).

6- Hendaknya suka melanggengkan wudlu’ (senantiasa dalam keadaan suci).

7-Menyedikitkan tidur , terlebih dalam waktu sahur (1/3 malam terakhir).

8-Tidak suka mujadalah (berdebat) dalam masalah ilmu, karena hal itu bisa menjadikan ghoflah (lalai)kepada Alloh dan menjadikan buta/ gelap hati.

9-Suka duduk–duduk bersama saudaranya (sejama’ah thoriqoh) ketika hatinya sedang gundah dan membicarakan adab berthariqoh.

10- Tidak suka membahas perilaku seseorang dan tidak suka bertengkar.

11- Selalu muhasabah (menghisap) amalnya Diri (intropeksi)

SEMOGA INI BISA MENJADI PENERANG BAGI UMMAT MUSLIM SEMUANYA .. KARENA TIDAKLAH MUNGKIN AJARAN THORIQOH ITU DI SEBAR-SEBARKAN … KARENA MASUK WILAYAH THORIQOH SAMA SAJA MENIKAHI HUKUM HAQ BI AL-TAUHID DAN DI SITU BUKAN KARENA AJAKAN NAMUN PANGGILAN HATI (HIDAYAH AL-MUTAWASHITHOH) NAMUN SANGAT DI ANJURKAN BAGI PENGIMAN ISLAM KAFFAH,,, SEMOGA KITA MENJADI PENGIKUT ROSULULLOH SAW LAHIR DAN BATHIN BI TSUBUTI KALIMATI “LAA ILAAHA ILLALOH” …. WALLOHU ‘ALAM … BILLAH

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila