TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Kamis, 20 September 2012

SANG GEMBALA

Pada zaman Nabi Musa as dahulu, hidup seorang gembala yang bersemangat bebas. Ia tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan; hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan. Sepanjang hari ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, “Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku pada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernafas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ingin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu.”

Suatu hari, Nabi Musa as melewati padang gembalaan tersebut dalam perjalanannya menuju kota. Ia memperhatikan sang gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit.. Sang gembala menyapa Tuhan, “Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasut-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?”

Musa mendekati gembala itu dan bertanya, “Dengan siapa kamu berbicara?” Gembala menjawab, “Dengan Dia yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, bumi dan langit.” Musa as murka mendengar jawaban gembala itu, “Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!”

Sang gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang nabi. Ia bergetar ketakutan. Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan Musa as yang terus berkata, “Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa, sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil, yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak.

Tuhan Mahasempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!”

Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga tak mengerti mengapa Nabi yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh tapi ia tahu betul bahwa seorang Nabi pastilah lebih mengetahui dari siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya. Ia berkata kepada Musa, “Kau telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak ini aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya.” Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.

Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba Allah Yang Mahakuasa menegurnya, “Mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintainya? Kami telah mengutus engkau supaya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya.” Musa mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut.

Tuhan berfirman, “Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan daripadanya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat.

Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami, walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna.” Suara dari langit selanjutnya berkata, “Mereka yang terikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta. Dan umat yang beragama bukanlah umat yang mengikuti cinta. Karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri.” Tuhan kemudian mengajarkan Musa as rahasia cinta. Setelah Musa as memperoleh pelajaran itu, ia mengerti kesalahannya.

Sang Nabi pun merasa menderita penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari Musa as berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui gembala yang dicarinya. Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir-hampir Musa kehilangan harapan tetapi akhirnya Musa as berjumpa dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air.

Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama. Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat kepada sang Nabi. Musa as berkata, “Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku, bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih.

Karena apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia.” Sang gembala hanya menjawab sederhana, “Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya.

Aku tak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku.” Kemudian ia bangkit dan meninggalkan Musa as. Nabi Musa as menatap gembala itu sampai ia tak kelihatan lagi. Setelah itu Musa as kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.

Cerita di atas melukiskan kepada kita bahwa ada sekelompok orang yang mengambil cinta sebagai agamanya. Kalau seseorang telah meledakkan kecintaannya kepada Tuhan, dia tidak lagi dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah SWT. Di dalam cinta, kata-kata menjadi tidak punya makna.

Dari kisah ini juga kita belajar bahwa untuk dapat mendekati Allah swt, tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi atau ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan kita tentang syariat membutakan kita dari Tuhan. Tidak jarang ilmu menjadi hijab yang menghalangi kita dengan Allah SWT.

Kita akhiri kisah ini dengan sabda Nabi SAW, “Innallâha lâ yanzhuru illâ shuwarikum walakinallâha yanzhuru illâ qulûbikum. Ketahuilah, sesungguhnya Tuhan tidak memperhatikan bentuk-bentuk luar kamu. Yang Tuhan perhatikan adalah hati kamu.”

Sabtu, 15 September 2012

SUDUT MALAM KU


Di Sisi Malam


Ketika kabut tersibak

Rembulan memancarkan sinarnya

Malam yang muram telah berlalu

Makna kegelapan menjadi tertampikan

Nur kebenaran adalah kebenderangan



Saat kepala makin merunduk

Kucium tanah bukti kehinaanku

Sebagai tanda Agungnya sang Kholik



Isak tangisan begitu lirih

Seirama kidung detak jantung

Air mata berderai tak tertahan

Mencapai kekhusukan semakin dalam



Saat dingin semakin menusuk

Disinilah aku semakin mengenal Tuhan

Aku yakin dengan segala kasih-Mu

Dan aku percaya akan semua sayang-Mu

Namun mengapa aku ini ???

Rabu, 12 September 2012

MEMILIH ILMU, GURU,TEMAN DAN KETABAHAN BERILMU



فصل
فى اختيار العلم والأستاذ والشريك والثبات



Syarat-syarat Ilmu Yang Dipilih.

وينبغى لطالب العلم أن يختار من كل علم أحسنه وما يحتاج إليه فى أمر دينه فى الحال، ثم ما يحتاج إليه فى المآل.

Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah memilih mana yang terbagus dan dibutuhkan dalam kehidupan agmanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu yang akan datang.

ويقدم علم التوحيد والمعرفة ويعرف الله تعالى بالدليل، فإن إيمان المقلد ـ وإن كان صحيحا عندنا ـ لكن يكون آثما بترك الإستدلال

Hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal dalam masalah ini.

ويختار العتيق دون المحدثات، قالوا: عليكم بالعتيق وإياكم بالمحدثات، وإياك أن تشتغل بهذا الجدال الذى ظهر بعد انقراض الأكابر من العلماء، فإنه يبعد عن الفقه ويضيع العمر ويورث الوحشة والعداوة، وهو من أشراط الساعة وارتفاع العلم والفقه،كذا ورد فى الحديث

Hendaknya pula memiluh ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru lahir. Banyak ulama berkata : "Tekunilah ilmu lama, bukan yang baru saja ada." Awas, jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur setelah habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan pelajar dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqih dan pengetahuan-pengetahuan lain, demikianlah menurut hadits.


Syarat-syarat Guru Yang dipilih

أما اختيار الأستاذ: فينبغى أن يختارالأعلم والأورع والأسن، كما اختار أبو حنيفة، رحم الله عليه، حماد بن سليمان، بعد التأمل والتفكير،

Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro' dan juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada tuan Hammad Bin Abu Sulaiman.

، قال: وجدته شيخا وقورا حليما صبورا فى الأمور. وقال: ثبت عند حماد بن سليمان فنبت

Dalam hal ini dia berkata : "beliau saya kenal sebagai orang tua yang budi luhur, berdada lebar serta penyabar. Katanya lagi: saya mengabdi di pangkuan tuan Hammad Bin Abu Sulaiman, dan ternyata sayapun makin berkembang."




Bermusyawarah

وقال أبو حنيفة رحمة الله عليه: سمعت حكيما من حكماء سمرقند قال: إن واحدا من طلبة العلم شاورنى فى طلب العلم، وكان قد عزم على الذهاب إلى بخارى لطلب العلم

Abu Hanifah berkata : Saya mendengar salah seorang ahli hikmah Samarkand berkata: Ada salah seorang pelajar yang mengajakku bermusyawarah mengenai masalah-masalah mencari ilmu, sedang ia sendiri telah bermaksud ke Bochara untuk belajar disana.

وهكذا ينبغى أن يشاور فى كل أمر، فإن الله تعالى أمر رسوله عليه الصلاة والسلام بالمشاورة فى الأمور ولم يكن أحد أفطن منه، ومع ذلك أمر بالمشاورة، وكان يشاور أصحابه فى جميع الأمور حتى حوائج البيت. قال على كرم الله وجهه: ما هلك امرؤ عن مشورة

Demikianlah, maka seharusnya pelajar suka bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi. demikian, karena Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw. Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan masih diperintahkan musyawarah, hingga urusan-urusan rumah tangga beliau sendiri.

قيل: [الناس] رجل [تام] ونصف رجل، ولا شيئ فالرجل: من له رأي صائب ويشاور العقلاء، ونصف رجل: من له رأي صائب لكن لا يشاور، أو يشاور ولكن لا رأي له، ولا شيئ: من لا رأي له ولا يشاور. وقال جعفر الصادق لسفيان الثورى: شاور فى أمرك الذين يخشون الله تعالى

Saiyiina Ali ra berkata :

"Tiada seorangpun yang rusak karena musyawarah", Ada dikatakan : "Satu orang utuh, setengah orang dan orang tak berarti. Orang utuh yaitu yang mempunyai pendapat benar juga mau bermusyawarah; sedang setengah orang yaitu yang mempunyai pendapat benar tetapi tidak mau bermusyawarah, atau turut bermusyawarah tetapi tidak mempunyai pendapat; dan orang yang tidak berarti adalah yang tidak mempunyai pendapat lagi pula tidak mau ikut musyawarah." Kepada Sufyan Ats-Tsuriy, Ja'far Ash-Shodik ra berkata: "Musyawarahkan urusanmu dengan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah."

فطلب العلم من أعلى الأمور وأصعبها، فكانت المشاورة فيه أهم وأوجب.

Menuntut ilmu adalah perkara paling mulya, tetapi juga paling sulit. Karena itulah, musyawarah disi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.

قال الحكيم رحمة الله عليه: إذا ذهبت إلى بخارى فلا تعجل فى الإختلاف إلى الأئمة وامكث شهرين حتى تتأمل وتختار أستاذا، فإنك إن ذهبت إلى عالم وبدأت بالسبق عنده فربما لا يعجبك درسه فتتركه فتذهب إلى آخر، فلا يبارك لك فى التعلم. فتأمل فى شهرين فى اختيار الأستاذ، وشاور حتى لا تحتاج إلى تركه والاعراض عنه فتثبت عنده حتى يكون تعلمك مباركا وتنتفع بعلمك كثيرا.

Al-Hakim berucap :

"Jikalau engkau pergi ke Bochara, janganlah engkau ikut-ikut perselisihan para imam. Tenanglah lebih dulu selama dua bulan, guna mempertimbangkan dan memilih guru. Karena bisa juga engkau pergi kepada orang alim dan mulai belajar kepadanya, tiba-tiba pelajarannya tidak menarik dan tidak cocok untukmu, akhirnya belajarmupun tidak dapat berkah. Karena itu, pertimbangkanlah dahulu selama dua bulan untuk memilih gurumu itu, dan bermusyawarahlah agar tepat, serta tidak lagi ingin berpindah ataupun berpaling dari guru tersebut. Dengan begitu, engkau mendapat kemantapan belajar di situ, mendapat berkah dan banyak kemampaatan ilmu yang kamu peroleh."

 Sabar dan Tabah Dalam Belajar


[قيل]: الشجاعة صبر ساعة. فينبغى أن يثبت ويصير على أستاذ وعلى كتاب حتى لا يتركه أبتر، وعلى فن حتى لا يشتغل بفن آخر قبل أن يتقن الأول، وعلى بلد حتى لا ينتقل إلى بلد آخر من غير ضرورة، فإن ذلك كله يفرق الأمور ويشغل القلوب ويضيع الأوقات ويؤذى المعلم.


Syiir dikatakan:


قال النبى صلى الله عليه وسلم: كل مولود يولد على فطرة الإسلام، إلا أن أبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه. الحديث

Nabi saw bersabda :
Semua bayi itu dilahirkan dalam keadaan kesucian islam, hanya kedua orang tuanyalah yang membuatnya jadi yahudi, nasrani, atau majusi.











Rabu, 29 Agustus 2012

KESADARAN AKAN DIRI



Saat kedua bola matanya menyaksikan tanda-tanda alam yang mengisaratakan keagungan dan kekuasaan Allah serta menunjukan kelemahan serta kehinaan manusia sebagai hamba sahaya.

Maka dia hanya melihat bahwa itu adalah bayangan yang tiada arti.

Apa yang menyebabkan kalalaian tersebut adalah gerakan pemberontakan yang dikabarkan oleh hawa nafsu hingga sampai menaklukan kekuatan hati dan akal fikiran ,

dengan sendirinya seluruh anggota badan akan tunduk dan patuh atas komando yang diucapkan oleh hati dan dikendalikan hawa nafsu, kemudian terjadi bencana yang disebut sebagai kalalaian ............

Yang dikehendakiNya, bukanlah hubungan yang terjadi dengan cara menempuh jarak atau melewati tempat-tempat tertentu, karena tidak bisa tergambarkan dan memang tidak mungkin ada seorang manusia yang berstatus sebagai makhluk kemudian mempunyai kedekatan letak dan posisi dengan Allah yang menciptakan masa dan tempat. Allah adalah Dzat yang tidak terlalui & terikat oleh ruang dan waktu, jadi mustahil jika dia dekat dengan makhluk sebagaimana 2 orang yang posisinya berdekatan satu sama yang lain.

dalam pengertian ini kemudian alloh memberikan isyarat melalui hadist nabi :

العلم علمان علم في القلب فذلك العلم النافع وعلم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على ابن آدم

"Ilmu itu ada 2 macam. Ilmu yang berada di dalam hati dan itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang berada pada lisan, maka ilmu semacam ini akan menjadi bukti bagi Allah yang berakibat buruk terhadap anak adam."

Ilmu pengetahuan di zaman modern terus berkembang seiring dengan langkah manusia.

Orang-orang berlomba untuk menemukan inovasi yang bermanfaat bagi manusia. Orang-orang kafir menemukan atom, sebuah rumus yang dimiliki Islam dalam kitab suci Al-Quran padahal orang Islam sendiri itu tidak mengetahui hal itu.

Meskipun tidak tahu atom tapi orang Islam mengetahui apa itu dzarroh, suatu benda yang terkecil.

Jika orang mau berfikir tentang apa yang ada di dalamnya niscaya orang itu akan menemukan sebuah konsep bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah .... janganlah ilmumu semakin menutup jalanmu untuk kembali padaNya ...

Keyakinan seorang hamba akan kehadiran Allah berarti adanya kesadaran akan adanya sifat-sifat, nikmat dan karunia serta rahmat-Nya. Ketika ia menerima nikmat, maka ia pasti menghubungkannya dengan Dzat yang menganugerahkan nikmat tersebut. Segala bentuk pergantian keadaan hidup yang ia jalani hanya semakin menguatkan keyakinannya bahwa yang mengatur semua itu adalah Allah Yang Maha Kuasa. Dalam situasi seperti ini, maka cinta dalam hatinya hanya akan tertuju kepada Allah subhanahu wata'ala. Ia sama sekali sekali tidak menghiraukan makhluk karena ia selalu berdiri di depan keagungan Allah Yang Maha Sempurna....

INILAH yang di maksud oleh para ahlillah :

وصولك الى الله وصولك الى العلم به وإلاّ فجلّ ربنا أن يتصل به شيئ أو ان يتصل هو بشئ

"Tersambungnya dirimu kepada Allah, berarti sampainya dirimu kepada kemampuan untuk mengerti Allah secara Hakiki. Jika bukan seperti itu, maka. Maha Agung Allah terhadap sesuatu yang tersambung dengan-Nya dan menyambungkan Dzat-Nya kepada sebuah pekara."




فما عذابي إلا حجابي # وما نعيمي إلا وصالي

"Maka tidak ada siksa yang berarti bagiku selain terhalangnya diriku dari Allah dan tidak ada ni'mat yang paling Agung untuk aku kecuali terhubungnya diriku dengan Allah."



Keadaan seperti ini akan memunculkan sebuah pembatas yang bisa menyebabkan dia lupa akan firman-firman Allah. Sehingga dia tidak memperdulikan perintah dan larangan yang ditujukan padanya. Ketika kedua telinganya mendengar kalam suci yang menjelaskan tentang hakikat kehidupan dan fase-fase yang harus dilalui atau ayat-ayat yang menerangkan peringatan dan kabar gembira serta nasehat dan pengajaran maka ia menganggap semua itu seperti angin lalu.

Saat kedua bola matanya menyaksikan tanda-tanda alam yang mengisaratakan keagungan dan kekuasaan Allah serta menunjukan kelemahan serta kehinaan manusia sebagai hamba sahaya. Maka dia hanya melihat bahwa itu adalah bayangan yang tiada arti. Apa yang menyebabkan kalalaian tersebut adalah gerakan pemberontakan yang dikabarkan oleh hawa nafsu hingga sampai menaklukan kekuatan hati dan akal fikiran ,dengan sendirinya seluruh anggota badan akan tunduk dan patuh atas komando yang diucapkan oleh hati dan dikendalikan hawa nafsu, kemudian terjadi bencana yang disebut sebagai kalalaian.

Senin, 27 Agustus 2012

MELAFADZKAN NIAT DALAM SHALAT

Penjelasan di bawah tentang melafadzkan niat sholat saya kira cukup jelas.

Melafadzkan Niat dalam Shalat

Sebenarnya tentang melafadzkan atau mengucapkan niat, misalnya membaca “Ushalli fardla dzuhri arba’a raka’atin mustaqbilal kiblati ada’an lillahi ta’ala” (Saya berniat melakukan shalat fardlu dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat dan tepat pada waktunya semata-mata karena Allah SWT) pada menjelang takbiratul ihram dalam shalat dzuhur adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan di kalangan warga NU (nahdliyin). Tetapi sepertinya menjadi asing dan sesuatu yang disoal oleh sebagian kalangan yang tidak sepemahaman dengan warga nahdliyin.

Adapun hukum melafadzkan niat shalat pada saat menjelang takbiratul ihram menurut kesepakatan para pengikut mazhab Imam Syafi’iy (Syafi’iyah) dan pengikut mazhab Imam Ahmad bin Hambal (Hanabilah) adalah sunnah, karena melafadzkan niat sebelum takbir dapat membantu untuk mengingatkan hati sehingga membuat seseorang lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalatnya.

Jika seseorang salah dalam melafadzkan niat sehingga tidak sesuai dengan niatnya, seperti melafadzkan niat shalat ‘Ashar tetapi niatnya shalat Dzuhur, maka yang dianggap adalah niatnya bukan lafadz niatnya. Sebab apa yang diucapkan oleh mulut itu (shalat ‘Ashar) bukanlah niat, ia hanya membantu mengingatkan hati. Salah ucap tidak mempengaruhi niat dalam hati sepanjang niatnya itu masih benar.

Menurut pengikut mazhab Imam Malik (Malikiyah) dan pengikut Imam Abu Hanifah (Hanafiyah) bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbiratul ihram tidak disyari’atkan kecuali bagi orang yang terkena penyakit was-was (peragu terhadap niatnya sendiri). Menurut penjelasan Malikiyah, bahwa melafadzkan niat shalat sebelum takbir menyalahi keutamaan (khilaful aula), tetapi bagi orang yang terkena penyakit was-was hukum melafadzkan niat sebelum shalat adalah sunnah. Sedangkan penjelasan al Hanafiyah bahwa melafadzkan niat shalat sebelum takbir adalah bid’ah, namun dianggap baik (istihsan) melafadzkan niat bagi orang yang terkena penyakit was-was.

Sebenarnya tentang melafadzkan niat dalam suatu ibadah wajib pernah dilakukan oleh Rasulullah saw pada saat melaksanakan ibadah haji.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلّّمَ يَقُوْلُ لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّاً

“Dari Anas r.a. berkata: Saya mendengar Rasullah saw mengucapkan, “Labbaika, aku sengaja mengerjakan umrah dan haji”.” (HR. Muslim).

Memang ketika Nabi Muhammad SAW melafadzkan niat itu dalam menjalankan ibadah haji, bukan shalat, wudlu’ atau ibadah puasa, tetapi tidak berarti selain haji tidak bisa diqiyaskan atau dianalogikan sama sekali atau ditutup sama sekali untuk melafadzkan niat.

Memang tempatnya niat ada di hati, tetapi untuk sahnya niat dalam ibadah itu disyaratkan empat hal, yaitu Islam, berakal sehat (tamyiz), mengetahui sesuatu yang diniatkan dan tidak ada sesuatu yang merusak niat. Syarat yang nomor tiga (mengetahui sesuatu yang diniatkan) menjadi tolok ukur tentang diwajibkannya niat. Menurut ulama fiqh, niat diwajibkan dalam dua hal. Pertama, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat), seperti membedakan orang yang beri’tikaf di masjid dengan orang yang beristirah di masjid. Kedua, untuk membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya, seperti membedakan antara shalat Dzuhur dan shalat ‘Ashar.

Karena melafadzkan niat sebelum shalat tidak termasuk dalam dua kategori tersebut tetapi pernah dilakukan Nabi Muhammad dalam ibadah hajinya, maka hukum melafadzkan niat adalah sunnah. Imam Ramli mengatakan:

وَيُنْدَبُ النُّطْقُ بِالمَنْوِيْ قُبَيْلَ التَّكْبِيْرِ لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ القَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنِ الوِسْوَاسِ وَلِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلاَفِ مَنْ أَوْجَبَهُ

“Disunnahkan melafadzkan niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu’-an) hati, agar terhindar dari gangguan hati dank arena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”. (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)

Jadi, fungsi melafadzkan niat adalah untuk mengingatkan hati agar lebih siap dalam melaksanakan shalat sehingga dapat mendorong pada kekhusyu’an. Karena melafadzkan niat sebelum shalat hukumnya sunnah, maka jika dikerjakan dapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Adapun memfitnah, bertentangan dan perpecahan antar umat Islam karena masalah hukum sunnah adalah menyalahi syri’at Allah SWT. Wallahu a’lam bish-shawab.

RISALAH SHALAT TARAWIH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Shalat tarawih adalah bagian dari pada Qiyamu Ramadlan. Karena itu, mari kita lakukan ibadah sholat tarawih dengan sungguh-sungguh dan memperhatikannya serta mengharapkan pahala dan balasan dari Allah swt, Karena Malam Ramadlan adalah kesempatan yang terbatas bilangannya dan orang mu’min yang berakal akan memanfaatkannya dengan baik tanpa ada yang terlewatkan.

Jangan sampai kalian meninggalkan shalat tarawih, jika ingin memperoleh pahala shalat tarawih. Dan jangan pula kembali dari shalat tarawih sebelum imam selesai darinya dan dari shalat witir, agar mendapatkan pahala shalat semalam suntuk. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW:“Barangsiapa mendirikan shalat malam bersama imam sehingga selesai, dicatat baginya shalat semalam suntuk”. (HR. Sunan, dengan sanad shahih).
Hukum Shalat Tarawih

Sholat tarawih adalah sholat yang dilakukan khusus pada malam bulan Ramadlan yang dilaksanakan setelah sholat Isya’ dan sebelum sholat witir.

Hukum melaksanakan sholat tarawih adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan kaum hawa (perempuan), karena tarawih telah dianjurkan beliau Nabi Muhammad saw kepada ummatnya.
Sholat tarawih merupakan salah satu syi’ar dibulan Ramadlan yang penuh berkah, keagungan dan keutamaan disisi Allah swt. Sebagaimana termaktub dalam Hadist Nabi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)


Artinya: Dari Abi Hurairah ra: sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda; “Barang siapa yang melakukan ibadah (sholat tarawih) dibulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridlo dari Allah, maka baginya diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR. Bukhoryi dan Muslim).

Dan sabda Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)


Artinya: “Dari Abi Hurairah ra: Rasulullah SAW menggemarkan sholat pada bulan Ramadlan dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata: “Barang siapa yang melakukan ibadah (sholat tarawih) dibulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridlo dari Allah, maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR: Muslim).

Maksud kata “Qoma Ramadlan” dalam hadist diatas adalah melaksanakan ibadah untuk menghidupkan malamnya bulan Ramadlan dengan cara melaksanakan sholat tarawih, dzikir, membaca al-Qur’an dan ibadah-ibadah sunnah lainnya sebagaimana yang dianjurkan beliau Nabi saw. Dan orang-orang yang melakukannya dengan didasari iman dan mengharapkan keridlo’an Allah, maka Allah swt akan mengampuni dosa-dosa kecilnya yang telah lewat.

Sejarah Shalat Tarawih

Sholat tarawih adalah sholat yang dilakukan hanya pada bulan Ramadlan, dan sholat tarawih ini dikerjakan beliau Nabi pada tanggal 23 Ramadlan tahun kedua hijriyyah, namun pada masa itu beliau Nabi mengerjakan sholat tarawih tidak dimasjid terus menerus, kadang dimasjid, kadang mengerjakannya dirumah. Sebagaimana dalam Hadist:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ (رواه البخاري ومسلم)


Artinya: “Dari ‘Aisyah Ummil Mu’minin ra: sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam hari sholat dimasjid, lalu banyak orang sholat mengikuti beliau, beliau sholat dan pengikut bertambah ramai (banyak) pada hari ke-Tiga dan ke-empat orang-orang banyak berkumpul menunggu beliau Nabi, tetapi Nabi tidak keluar (tidak datang) kemasjid lagi. Ketika pagi-pagi, Nabi bersabda: “sesungguhnya aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang kemasjid karena aku takut sekali kalau sholat ini diwajibkan pada kalian”. Siti ‘Aisyah berkata: “hal itu terjadi pada bulan Ramadlan”. (HR. Bukhoryi dan Muslim).

Hadist ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang pernah melaksanakan sholat tarawih, pada malam hari yang kedua beliau datang lagi mengerjakan sholat dan pengikutnya tambah banyak. Pada malam yang ketiga dan ke-empat Nabi tidak datang kemasjid, dengan alasan bahwa beliau takut sholat tarawih itu akan diwajibkan Allah, karena pengikutnya sangat antusias dan bertambah banyak, sehingga hal ini ada kemungkinan beliau berfikir Allah sewaktu-waktu akan menurunkan wahyu mewajibkan sholat tarawih kepada ummatnya, karena orang-orang Muslimin sangat suka mengerjakannya.

Jika hal ini terjadi tentulah akan menjadi berat bagi ummatnya. Atau akan memberikan dugaan kepada ummatnya, bahwa sholat tarawih telah diwajibkan, karena sholat tarawih adalah perbuatan baik yang selalu dikerjakan beliau Nabi, sehingga ummatnya akan menduga sholat tarawih adalah wajib. Hal ini sebagaimana keterangan dibawah ini:

أَنَّهُ إِذَا وَاظَبَ عَلَى شَيْء مِنْ أَعْمَال الْبِرّ وَاقْتَدَى النَّاس بِهِ فِيهِ أَنَّهُ يُفْرَض عَلَيْهِمْ اِنْتَهَى


Artinya: “Sesungguhnya Nabi ketika menekuni sesuatu dari amal kebaikan dan diikuti ummatnya, maka perkara tersebut telah diwajibkan atas ummatnya”.

Alangkah bijaksana dan sangat sayangnya beliau Nabi saw kepada ummatnya. Pada hadist di atas dapat ditarik kesimpulan:

1) Nabi melaksanakan sholat tarawih berjama’ah di Masjid hanya dua malam. Dan beliau tidak hadir melaksanakan sholat tarawih bersama-sama dimasjid karena takut atau khawatir sholat tarawih akan diwajibkan kepada ummatnya.

2) Sholat tarawih hukumnya adalah sunnah, karena sangat digemari oleh rasulullah dan beliau mengajak orang-orang untuk mengerjakannya.

3) Dalam hadist diatas tidak ada penyebutan bilangan roka’at dan ketentuan roka’at sholat Tarawih secara rinci.

Jumlah Roka’at Shalat Tarawih Pada Masa

Sahabat Abu Bakar Dan Umar Ra.

Sholat tarawih adalah bagian dari sholat sunnah Al-Mu’akkadadah (sholat sunnah yang sangat disunnahkan). sedangkan roka’at sholat tarawih adalah 20 roka’at tanpa witir, sebagaimana yang telah dikerjakan shohabat umar dan mayoritas shohabat lainnya yang sudah disepakati oleh umatnya, baik ulama’ salaf atau ulama’ kholaf mulai masa shohabat Umar sampai sekarang ini, bahkan ini sudah menjadi ijma’ shohabat dan semua ulama’ madzhab, Syafi’I, Hanafi, Hanbali dan mayoritas madzhab malikyi, karena dalam madzhab malikyi ini masih ada khilaf, seperti hadist yang diriwayatkan dari imam malik bin Anas ra,

Imam darul Hijroh Madinah yang berpendapat bahwa sholat tararawih itu lebih dari 20 roka’at sampai 36 roka’at. Adapun hadist malik bin Anas adalah sebagaimana berikut: Beliau berkata; “Saya dapati orang-orang melakukan ibadah malam dibulan Ramadlan “yakni sholat tarawih” dengan tiga puluh sembilan roka’at yang tiga adalah sholat Witir”.
Dan imam malik sendiri memilih 8 rokaat namun secara mayorits malikiyyah yaitu sesuai dengan pendapat mayoritas syafi’iyyah, Hanabilah dan Hanafiyyah yang telah sepakat bahwa sholat tarawih adalah 20 roka’at, hal ini merupakan pendapat yang lebih kuat dan sempurna ijma’nya.
Shalat Tarawikh Pada Masa Shohabat Abu Bakar Ra.

Sholat tarawih Pada masa Kholifah Abu bakar ra. Umat Islam melaksanakan sholat sendiri-sendirian atau berkelompok ada 3 ada 4 dan ada yang 6 orang.

Pada masa kholifah Abu Bakar sholat tarawih dengan satu imam dimasjid belum ada, sehingga pada masa tersebut roka’at sholat tarawihpun belum ada ketetapan yang secara jelas, karena para shahabat ada yang melaksanakan sholat 8 roka’at kemudian menyempurnakan dirumahnya seperti pada keterangan diawal.
Shalat Tarawih Pada Masa Shohabat Umar Ra.

Setelah sayyidina umar mengetahui umat Islam sholat tarawih dengan sendiri-sendirian, barulah muncul dalam pikirannya untuk mengumpulkan para shohabat untuk melaksanakan sholat tarawih didalam masjid dengan satu imam, sebagaimana keterangan dibawah ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا النَّاسُ فِي رَمَضَانَ يُصَلُّونَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا هَؤُلَاءِ ؟ فَقِيلَ: هَؤُلَاءِ نَاسٌ لَيْسَ مَعَهُمْ قُرْآنٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّي وَهُمْ يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابُوا وَنِعْمَ مَا صَنَعُوا (رواه أبو داود)


Artinya: “Dari Abi Hurairah ra, beliau berkata: “Rosulullah saw keluar dibulan Ramadlan, beliau melihat banyak manusia yang melakukan sholat tarawih disudut masjid, beliau bertanya, “Siapa mereka?” kemudian dijawab: “Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai al-Qur’an (tidak bisa menghafal atau tidak hafal al-Qur’an), dan shohabat ubay bin ka’ab sholat mengimami mereka, lalu Nabi berkata: “benar mereka itu, dan sebaik-baiknya perbuatan adalah yang mereka lakukan”. (HR: Abu Dawud).

Kemudian Shohabat Umar berinisiatif mengumpulkan para shohabat sholat Tarawih dalam satu Masjid dengan satu imam. Sebagaimana keterangan:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ (رواه البخاري)


Artinya: “Dari ‘Abdirrohman bin ‘Abdil Qori’ beliau berkata; “Saya keluar bersama Sayyidina Umar bin Khothob ra ke-Masjid pada bulan Ramadlan. (Didapati dalam masjid tersebut) orang yang sholat tarawih berbeda-beda. Ada yang sholat sendiri-sendiri dan ada juga yang sholat berjama’ah”. Lalu sayyidina Umar berkata: “Saya punya pendapat andai kata mereka aku kumpulkan dalam jama’ah satu imam, niscaya itu lebih bagus”. Lalu beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni shohabat Ubay bin Ka’ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi kemasjid. Orang-orang sudah melaksanakan sholat tarawih dengan berjama’ah dibelakang satu imam. Umar berkata: “sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (sholat tarawih dengan berjama’ah)”. (HR: Bukhoryi).

Dari sini sudah sangat jelas bahwa pertama kali orang yang mengumpulkan para shohabat untuk melaksanakan Tarawih dengan cara berjama’ah adalah shohabat umar ra, sedangkan jama’ah sholat tarawih pada waktu itu dilakukan dengan 20 roka’at. Sebagaimana keterangan:

عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ , قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَنِ عُمَرَرضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً (رواه مالك)


Artinya: “Dari Yazid bin Ruman telah berkata: “Manusia senantiasa melaksanakan sholat (tarawih) pada masa Umar ra dibulan Ramadlan sebanyak 23 rok’at“. (HR. Malik)
Yang dimaksud 23 roka’at adalah, melaksanakan sholat Tarawih 20 roka’at dan Witir. Dengan bukti hadist yang diriwayatkan Sa’ib bin Yazid:


عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: كَانُوا يَقُومُونَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً (راه البيهقي وَصَحَّحَ إِسْنَادَهُ النَّوَوِيُّ وَغَيْرُهُ)


Artinya: “Dari Saaib bin Yazid berkata: “para shohabat melaksanakan sholat (tarawih) pada masa Umar ra dibulan Ramadlan sebanyak 22 rok’at”. (HR. Al-Baihaqi).


Dua dalil diatas sangat jelas sekali nyata-nyata menjelaskan jumlah bilangan sholat tarawih 20 roka’at, dalil tersebut juga dikuatkan dengan perilaku para shahabat yang telah mengikutinya bahkan sayyidah ‘Aisyahpun juga mengikuti, hal ini telah menunjukkan menjadi ijma’ shahabat karena tiada satu orangpun yang mengingkari atau menentang, begitu juga para ulama’ empat madzhab atau madzhab lainnya. Jadi sholat tarawih 20 roka’at ini sangat jelas dan harus kita ikuti karena ini adalah sunnah khulafa’ Ar-rosyidin yang harus kita ikuti, dan sayyidina umar adalah juga salah satu shohabat yang telah diakui kebenarannya oleh Nabi. Sebagaimana sabda Nabi:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ e قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ (رواه الترمذي)


Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati umar”. (Hr. Turmudzi).

Dan Hadist Nabi SAW:

وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي عُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ (أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَقَالَ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ)


Artinya: “Dan sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafah ar-rosyidin yang mendapatkan pentunjuk setelah aku meninggal, maka berpegang teguhlah padanya dengan erat”.

Dan Hadist Nabi SAW:

عَنْ حُذَيْفَةُ هُوَ الَّذِي يَرْوِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْتَدُوا بِاَللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ ( أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ)


Artinya: “Dari Hudzaifah ra ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda; “ikutilah dua orang setelahku, yakni abu bakar dan ‘Umar”. (HR. Turmudzyi).

Shalat Tarawih Menurut Pandangan Ulama’

فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – مِنْ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَبَعْضِ الْمَالِكِيَّةِ إلَى أَنَّ التَّرَاوِيحَ عِشْرُونَ رَكْعَةً لِمَا رَوَاهُ مَالِكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ مِنْ قِيَامِ النَّاسِ فِي زَمَانِ عُمَرَ رضي الله تعالى عنه بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَجَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ عَلَى هَذَا الْعَدَدِ مِنْ الرَّكَعَاتِ جَمْعًا مُسْتَمِرًّا قَالَ الْكَاسَانِيُّ: جَمَعَ عُمَرُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله تعالى عنه فَصَلَّى بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ أَحَدٌ فَيَكُونُ إجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ. وَقَالَ الدُّسُوقِيُّ وَغَيْرُهُ: كَانَ عَلَيْهِ عَمَلُ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ. وَقَالَ ابْنُ عَابِدِينَ: عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ شَرْقًا وَغَرْبًا. وَقَالَ عَلِيٌّ السَّنْهُورِيُّ: هُوَ الَّذِي عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَاسْتَمَرَّ إلَى زَمَانِنَا فِي سَائِرِ الْأَمْصَارِ وَقَالَ الْحَنَابِلَةُ: وَهَذَا فِي مَظِنَّةِ الشُّهْرَةِ بِحَضْرَةِ الصَّحَابَةِ فَكَانَ إجْمَاعًا وَالنُّصُوصُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ. (الموسوعة الفقهية . ج 27 ص 142)


Artinya: “Maka menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama’ Hanafiyyah, Syafi’iyyah, Hanabillah, Dan sebagian malikiyyah, bahwa sholat tarawih adalah 20 roka’at, karena pada hadist yang telah diriwayatkan Malik bin Yazid bin Ruman dan imam al-Baihaqyi dari Sa’ib bin Yazid tentang sholatnya umat Islam dimasa Sayyidina Umar bin khothob ra dengan 20 roka’at, dan Umar mengumpulkan manusia untuk melakukan tarawih 20 rok’at dengan jama’ah (golongan) yang terus menerus sampai sekarang.

Imam As-Sakakyi berkata: Umar telah mengumpulkan para shohabat rasulullah saw pada Ubay bin ka’ab ra, kemudia Ka’ab sholat mengimami mereka 20 roka’at, dan tidak ada satu orang pun yang mengingkarinya, maka hal itu sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) mereka. Dan imam Ad-Dasukyi berkata: dan itu yang dilakukan shohabat dan tabi’in, dan Imam Ibnu ‘Abidin berkata: itu adalah yang dilakukan manusia mulai dari bumi timur sampai bumi barat, dan ‘Ali As-Sanhuryi berkata: itu adalah yang dilakukan manusia sejak dulu sampai masaku dan masa yang akan datang selamanya, dan berkata ulama’ Hanabilah: “ini telah yaqin terkenal (mashur) dimasa para shohabat, maka ini merupakan ijma’ dan banyak dalil-dali Nash yang menjelaskanya.
Imam Ibnu Taimiyyah dan Syekh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab juga menegaskan sebagaimana berikut:

Keterangan yang terdapat dalam sebuah kitab “Tash-hih Hadist as-Sholah At-Tarawih Isriina roka’ah “ . Imam ibnu Taimiyyah juga sepakat dan berpendapat, bahwa rok’at sholat tarawih 20 rika’at. dan beliau menfatwakan sebagaimana berikut, Artinya: “Imam Ibnu Taimiyyah berkata dalam fatwanya, “Telah terbukti bahwa shohabat bin Ubay bin Ka’ab mengerjakan sholat Ramadlan bersama-sama orang pada waktu itu sebanyak 20 roka’at, lalu mengerjakan Witir 3 roka’at, kemudian mayoritas Ulama’ mengatakan bahwa itu adalah sunnah.

Karena pekerjaan itu dilaksanakan ditengah-tengah kaum Muhajiriin dan Anshor, dan tidak ada satupun diantara mereka yang menentang atau melanggar perbuatan itu”. Dan didalam kitab “Majmu’ Fatawyi Al-Najdiyyah” diterangakan tentang jawaban Syekh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab tentang bilangan roka’at sholat tarawih. Ia mengatakan bahwa setelah shohabat Umar mengumpulkan manusia untuk melaksanakan sholat berjama’ah kepada shohabat Ubay bin Ka’ab, maka sholat yang mereka lakukan adalah 20 roka’at”.

Niat Shalat Tarawih

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا / إِمَامًا للهِ تَعَالَى. الله أكبر….


Secara lengkap, niat salat tarawih 2 rakaat adalah:

َأُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُومًا/إِمَامًا للهِ تَعَالَى


"Usholli sunnatat taraawiihi rak'ataini (ma'muman/imaaman) lillahi ta'aalaa."

 Artinya: " Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat (menjadi makmum/ imam) karena Allah Ta'ala"



ATAU

َأُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيحِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالَى

"Usholli sunnatattarowihi rok'ataini lillahi ta'ala"

Artinya: " Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat karena Allah Ta'ala"

 Walaupun demikian, ada beberapa cara dalam mengerjakan shalat Tarawih, salah satunya dengan formasi 2 kali 4 rakaat masing masing dengan sekali salam setiap selesai 4 rakaat. Oleh karena itu, dalam niat salat tarawih, niatnya disesuaikan menjadi "arba'a raka'atin".

Etika Sholat Tarawih

Berjamaah di masjid, disunnahkan untuk semua kalangan laki-laki dan perempuan. Bagi kaum lelaki disunnahkan menggunakan pakaian yang rapi dan bersih ketika ke masjid, sambil memakai wangi-wangian. Kaum perempuan sebaiknya juga menggunakan pakaian yang rapi, menutupi aurat (aurat wanita di luar rumah adalah hanya muka dan telapak tangan yang boleh kelihatan), berjilbab, tidak menggunakan wangi-wangian dan make up.

Kaum perempuan juga menjaga suara dan tindakan agar sesuai dengan etika Islami selama berangkat ke masjid dan di dalam masjid.
Membawa mushaf atau al-Qur'an, atau  yang dilengkapi program al-Qur'an sehingga selama mengisi waktu kosong di Masjid bisa dimanfaatkan untuk membaca al-Qur'an.
Sebaiknya mengikuti tata cara sholat tarawih sesuai yang dilakukan imam.

Kalau imam sholat 8 rakaat + 3 rakaat witir, makmum mengikuti itu. Bila ia ingin menambahi jumlah rakaat, sebaiknya dilakukan di rumah. Kalau imam melaksanakan sholat 20 rakaat maka sebaiknya mengikutinya. Bila ia ingin hanya melaksanakan 8 rakaat, maka hendaknya ia undur diri dari jamaah dengan tenang agar tidak mengganggu jamaah yang masih melanjutkan sholat tarawih. Ia bisa langsung pulang atau menunggu di masjid sambil membaca al-Qur'an dengan lirih dan tidak mengganggu jamaah yang sedang sholat.

Bagi yang berniat untuk sholat malam (tahajud) dan yakin akan bangun malam, sebaiknya undur diri dengan tenang (agar tidak mengganggu yang masih sholat witir) pada saat imam mulai melaksanakan sholat witir. Malam harinya ia bisa melaksanakan sholat witir setelah tahajud. Bagi yang tidak yakin bisa bangun malam untuk sholat malam (tahajud), maka ia sebaiknya mengikuti imam melaksanakan sholat witir dan malam harinya dia masih disunnahkan melaksanakan sholat malam (tahajud) dengan tanpa melaksanakan witir.

Dalam melaksanakan salat tarawih juga disunnahkan duduk sebentar setelah salam, pada setiap rakaat keempat. Inilah mengapa disebut tarawih yang artinya "istirahat", karena 'mushali' duduk sebentar beristirahat setiap empat rakaat. Tidak ada bacaan khusus selama duduk tersebut, namun disunnahkan memperbanyak berzikir. Istilah tarawih sendiri belum ada pada zaman Nabi saw. Pada saat itu salat tarawih hanya disebut dengaan salat malam atau salat 'qiyam al lail'.

Salat tahajjud adalah salat malam yang dilaksanakan setelah tidur. Apabila salat tarawih dilaksanakan setelah tidur maka ini juga termasuk salat tahajjud.

Disunnahkan juga dalam salat tarawih untuk mengeraskan suara ketika membaca Fatihah dan surah.


Beberapa Hadits Terkait

1-Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat mengikuti salat Beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Beliau salat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti salat Nabi), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadan.” (Muttafaqun ‘alaih)

2-"Artinya : Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah salat bersama kami di bulan Ramadan (sebanyak) delapan raka'at dan witir (satu raka'at). Maka pada hari berikutnya kami berkumpul di masjid dan mengharap beliau keluar (untuk salat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi, kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata : Ya Rasulullah ! Tadi malam kami telah berkumpul di masjid dan kami harapkan engkau mau salat bersama kami, maka sabdanya "Sesungguhnya aku khawatir (salat itu) akan diwajibkan atas kamu sekalian".(Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr)

3-"Aku perhatikan salat malam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yaitu (Ia) salat dua raka'at yang ringan, kemudian ia salat dua raka'at yang panjang sekali, kemudian salat dua raka'at, dan dua raka'at ini tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian witir satu raka'at, yang demikian adalah 13 raka'at".Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr.

4-"Artinya : Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia bertanya kepada 'Aisyah radyillahu anha tentang salat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam di bulan Ramadan. Maka ia menjawab ; Tidak pernah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadan dan tidak pula di lainnya lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) ia salat empat (raka'at) jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia salat empat (raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya kemudian ia salat tiga raka'at".[Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim]

DO’A SETELAH SHALAT TARAWIH

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِاْلإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّهْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلأَخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَآءِ رَاضِيْنَ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ وَتَحْتَ لِوَآءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ وَعَلَى سَرِيْرَةِ الْكَرِيْمَةِ قَاعِدِيْنَ وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتِبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. دَعْوَاهُمْ فِيْهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ وَأَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِيْ لَيْلَةِ هَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَآءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا وُضُوْئَنَا وَصَلاَتَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَائَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَلاَ تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Sabtu, 25 Agustus 2012

MENGENANG SYEIKH IMAM SYAFI'I


TIPUAN PALSU

Aku melihat tipu muslihat dunia,
tatkala ia bertenggerdi atas kepala-kepala manusia,
dan membincangkan manusia-manusia yang terkena tipunya.
Bagi mereka,
Orang sepertiku tampak amat tak berharga.
Aku disamakan olehnya,
dengan anak kecil yang sedang bermain di jalanan.


MENCINTAI AKHIRAT

Duhai orang yang senang memeluk dunia fana,
Yang tak kenal pagi dan sore dalam mencari dunia,
Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu, kepada duniamu itu.
Karena kelak engkau akan berpelukan,
Dengan bidadari di surga.
Apabila engkau harap menjadi penghuni surga abadi,
maka hindarilah jalan menuju api neraka.


RENDAH HATI

Bagaimana mungkin kita dapat sampai ke Sa’ad,
Sementara di sekitarnya terdapat gunung-gunung
dan tebing-tebing.Padahal aku tak beralas kaki, dan tak berkendaraan.
Tanganku pun kosong dan, jalan ke sana amat mengerikan.


TENTANG CINTA

Engkau durhaka kepada Allah,
dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya.
Ini adalah suatu kemustahilan.
Apabila benar engkau mencintai-Nya,
pastilah engkau taati semua perintah-Nya.
Sesungguhnya orang menaruh cinta,
Tentulah bersedia mentaati perintah orang yang dicintainya.
Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu,
setiap saat dan tak ada rasa syukur,
yang engkau panjatkan kepada-Nya.


KEPUASAN (QANA’AH)

Aku melihat bahwa kepuasan itu pangkal kekayaan,
lalu kupegang erat-erat ujungnya.
Aku ingin menjadi orang kaya tanpa harta,
dan memerintah bak seorang raja.


ANUGRAH ALLAH

Aku melihat-Mu pada saat penciptaanku,
yang penuh dengan anugerah.
Engkaulah sumber satu-satunya,
pada saat penciptaanku.
Hidarkan aku dari anugerah yang buruk.
Karena sepotong kehidupan telah cukup bagiku,
hingga saat Engkau mematikanku.

Jumat, 24 Agustus 2012

Ta’abud : Cara Jin Beragama

                                                                               
Salah satu diantara nama-nama Allah SWT dari yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau yang dikenal dengan sebutan -Al-Asma’ Al-Husna- adalah -Al-Khaliq-, artinya Dia-lah yang menciptakan.

Ciptaan-Nya meliputi segala sesuatu, baik itu berupa hal-hal yang nampak oleh mata seperti manusia, hewan, tumbuhan dan alam seisinya ini, maupun keberadaan yang tidak bisa dilihat oleh mata seperti malaikat, surga, neraka dan lain-lain. Termasuk dari makhluk-Nya yang tidak terlihat oleh mata adalah jin.

Jin adalah makhluk ciptaan Allah Swt. Yang berbeda dengan manusia dari asal ciptaanya. Jin dicptakan oleh Allah Swt. Dari api sedangkan manusia diciptakan dari tanah. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rahman ayat 15 :

وخلق الجان من مارج من نار

Artinya : “Dan dia telah menciptakan jin dari nyala api” (QS. Ar-Rahman ayat: 15)

Demikian pula dalam surat Al-Mu’minun ayat 12 Allah SWT. Menegaskan :

ولقد خلقنا الانسان من سلالة من طين

Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati dari tanah” (QS. Al-Mu’minun:12)

Sebagai salah satu makhluk Allah Swt. yang tidak terlihat, jin memiliki berbagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, antara lain kemmpuan untuk mengubah wujudnya menjadi berbagai macam bentuk menyerupai manusia dan binatang seperti ular, keledai, unta, sapi dan lain-lain.

Hal itu seperti sebuah kisah yang dialami oleh sayyidah Aisyah bahwa beliau melihat seekor ular dalam rumahnya. Kemudin beliau memerintakan untuk membunuh ular tersebut. Akhirnya ular itu pun terbunuh, dan tak lama kemudian beliau diberi tahu bahwa:

إنها من النفر الذين استمعوا الوحي من النبي

(ular tersebut adalah termasuk dari golongan yang pernah mendengarkan wahyu dari nabi (golongan jin).

Setelah mengerti akan hal itu beliaupun mengutus seseorang pergi ke Yaman untuk membeli 40 (empat puluh) budak guna memerdekakan.

Juga ada jin yang mampu memindahkan sesuatu dalam waktu yang singkat. Hal itu seperi yang diceritakan dalam Al-Quran pada masa Nabi Sulaiman bahwa Ifrit yang termasuk salah satu jin sanggup untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempt duduknya.

Meskipun jin itu berbeda dalam hal asal penciptaanya, tetapi dia juga mkhluk Allah Swt. Yang tujuan dari penciptaannya sama dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu tidak lain supaya beribdah kepada Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt.dalam surat Adz-Dzariyat, 56:

وماخلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Artinya : “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Oleh karna itu seperti manusia, jin juga mukallaf (dibebani) untuk menjalankan perintah Allah dan menjahui segala yang dilarang-Nya Dalam hal ini mereka juga mendapatkan pahala apabila melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Allah Swt. Dan akan disiksa apabila melanggar aturan yang di gariskan.

Jadi, karena mereka semua mukallaf seperti manusia, Allah Swt. Juga mengutus kepada mereka utusan yang akan menyampaikan wahyu.

Para ulama mempunyai pedapat yang sama bahwa risalah nabi kita Muahammad Saw. Tidak hanya terbatas pada manusia saja, melainkan juga mencakup jin, bahkan ada yang mengatakan sampai kepada semua makhluk hidup.

Dalam Al-Quran surat A-Jin di jelaskan. Artinya : “katakanlah telah diwahyukan kepadaku (Nabi Muhammad) bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan Al-Quran menakjubkan(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan tuhan kami” (QS. Al-Jin: 1-2).

Dalam kitab Al-Asybah wan Nazhair juga disebutkan :

والنبي صلى الله عليه وسلم مرسل اليهم

Artinya: “Bahwasanya nabi Muhammad diutus kepada mereka (bangsa jin)”

Jadi, diantara mereka (bangsa jin) juga ada yang melakukan shalat dan syariat-syariat lain yang telah dibawa Nabi Muhammad Saw.

Kesimpulan akhirnya bahwa jin yang beriman kepada Allah SWT. Sebagai Tuhannya dan Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir sekaligus menyempurnakan risalah-risalah utusan sebelumnya akan berpegang pada Al-Quran dan Hadis sebagai pedoman hidup.

Semoga dengan tulisan ini meningkatkan kita senantiasa ta’at beribadah, tidak kalah oleh jin. Memang lebih berat, amin. Wallohu a’lam. 

Selasa, 21 Agustus 2012

CERITA SYAIKH ABU YAZID DENGAN PERTAPA

كان هناك الناسك هو الشخصيات الشهيرة المقدسة البسطامي المدينة

. كان لديه الكثير من الأتباع، ولكن هو نفسه دائما اتباع تعاليم التي قدمها الشيخ أبو اليزيد.

وقال انه يتبع بجد المحاضرة - المحاضرات وأبو اليزيد جالسا مع رفاقه.

وقال انه ذات مرة، كان هناك وقت الفراغ، ليزيد أبو:

 "ويتحقق هذا اليوم ثلاثين عاما صام وصلى  طوال الليل حتى ينام أبدا 

لكن المعرفة العلم الذي لم يسلم تطرق قلبي. ومع ذلك أعتقد أن المعرفة وسعيدا لسماع نصيحتكم "

ثم قال الشيخ أبو اليزيد: "على الرغم من أنك نهار لمدة ثلاث مائة سنة،

وأقل من محاضراتي أنك لن تكون قادرة على التنوع البيولوجي بعناية".

"لماذا ذلك؟"، وردا على سؤال الطالب.

"لأن عينيك مغلقة من قبل نفسك،" قال أبو اليزيد.

"ماذا أفعل؟"، سأل الطلاب على أية حال.

"إذا قلت لك، وسوف بالتأكيد لا تريد أن نقبل به"

واضاف "سوف أقبل!، قل لي أن أفعل ذلك كما تقول"

"حسنا! "جواب الشيخ أبو اليزيد

"الآن هذا هو حلق أيضا لحيتك والشعر
اترك الملابس كنت ارتداء الحجاب واستبداله فعل من الصوف مئزر.

شنق كيس من الفول السوداني في الرقبة، ثم انتقل إلى مكان مزدحم.

جمع الأطفال إلى أقصى حد ممكن ونقول لهم :

"سوف أعطي جوزة إلى الصفع الجميع رأسي"

في نفس الطريق تذهب في جميع أنحاء المدينة،

وخاصة في الأماكن التي يعرف الناس مسبقا. هذا ما عليك فعله ".

"الله سبحانه وتعالى عظيم!، لا إله إلا الله"،

وقال الطالب بعد سماع كلام الشيخ أبو اليزيد.

إذا وثني ينطق هذه الكلمات بالتأكيد أصبح مسلم.

"قال الشيخ أبو اليزيد"، ولكن بالقول نفس الكلمات لديك إلى الله "

لماذا ذلك؟ "وردا على سؤال الطالب.

"لأنك تشعر أنك النبيلة جدا للقيام كما قلت في وقت سابق ثم قمت بتشغيل

هذه الكلمات لاظهار ان كنت شخص مهم، وليس لمجد الله عليه، فإنه لا هل لديك إلى الله:".

وكان الاقتراح الخاص بك لا سلوكي. تقديم الاقتراحات الأخرى ".

قال التلاميذ مرة أخرى.

هذا كل ما يمكن أن توحي "الشيخ أبو اليزيد المؤكدة.

"لا أستطيع أن أفعل ذلك"، وطالب تكرار كلماته.

"هل أخبرك أنك لن تكون قادرة على تنفيذ وأنك لن تكون قادرة على متابعة كلامي

"
،وقال الشيخ أبو اليزيد للطلاب


Ada seorang pertapa merupakan antara tokoh-tokoh suci terkenal di Kota Bustham. Ia memiliki banyak pengikutnya, tetapi ia sendiri selalu mengikuti pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh syaikh Abu Yazid.

Dengan tekun ia mengikuti ceramah - ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.

Pada suatu hari, ada kelonggaran waktu, dia berkata kepada Abu Yazid:

" Pada hari ini genaplah tiga puluh tahun aku berpuasa dan memanjatkan doa sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur.

Namun pengetahuan ilmu yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengar nasehat mu "

Lalu Syaikh Abu Yazid menjawab: " Meskipun engkau berpuasa pada siang hari selama tiga ratus tahun, sedikit pun dari ceramah-ceramah ku ini tidak akan dapat engkau hayati dengan seksama".

"Mengapa demikian?", Tanya si murid.

"Karena mata mu tertutup oleh dirimu sendiri ", jawab Abu Yazid.

"Apakah yang harus ku kerjakan?", Tanya si murid pula.

"Jika ku katakan, pasti engkau tidak akan mau menerimanya "

"Akan ku terima!, Katakanlah kepada ku agar aku lakukan seperti yang engkau perintahkan itu"

'Baiklah! ", Jawab Syaikh Abu yazid

"Sekarang ini juga cukur lah jenggot dan rambut mu. Tinggalkan pakaian yang sedang engkau pakai ini dan gantilah dengan cawat yang berbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang di lehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan kepada mereka:
" Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang menampar kepala ku "

Dengan cara yang sama pergilah mengelilingi kota, terutama sekali di tempat-tempat di mana orang-orang sudah mengenal mu. Itulah yang harus kau lakukan ".

"Maha besar Allah!, Tidak ada Tuhan kecuali Allah", cetus si murid setelah mendengar kata-kata Syaikh Abu Yazid tersebut.

Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi muslim ". Kata Syaikh Abu yazid. "Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Allah"

'Mengapa begitu? ", Tanya si murid.

"Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau memicu kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seseorang yang penting, bukan untuk memuliakan Allah. Dengan demikian bukankan engkau telah mempersekutukan Allah: "

Saran kamu tadi tidak dapat ku laksanakan. Berikan saran lain ". Ujar si murid lagi.

Hanya itu saja yang bisa ku sarankan " Syaikh Abu Yazid menegaskannya.

'Aku tak sanggup melakukan nya ", si murid mengulangi kata-katanya.

"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tak akan sanggup untuk melaksanakan dan engkau tidak akan bisa menuruti kata-kata ku ", jawab syaikh Abu Yazid kepada muridnya

Senin, 20 Agustus 2012

TAWAKKAL DALAM KERIDHO'AN-NYA



مِنْ عَلَامَاتِ النّجَاحِ فِيْ النِّهَايَاتِ – الَرْجُوَعُ إِلَىَ الْلَّهِ فِيْ الْبِدَايَاتِ

Di antara tanda-tanda keberhasilan yang Utama adalah
kembali kepada Alloh di awalnya setiap perkara

يقال في الحديث عن سبب إتساع العلوم على الواصلين دون السائرين
,
وهو أن الواصلين لم يقفوا مع شهود الأنوار ,

بل نفذوا إلى نور الأنوار , بخلاف السائرين

فإنهم واقفون مع الأنوار مفتقرون إليها مملوكون في يده تعالي 

Untuk berbicara tentang alasan luasnya ilmu
pada kedudukan washilin (yg telah sampai) & bukan Umumnya manusia ,
 orang - orang yang telah sampai tidak datang dengan cahanya beberapa cahaya di setiap penyaksianNya akan tetapi waashiliin itu menjadi bagian daripada cahaya itu dengan cara-cara yang berbeda dengan insan pada Umumnya, karena sesungguhnya para waashiliin berdiri dengan Cahaya penerangNya karena dirinya itu telah menjadi sebagian daripada cahaya kebaqo'anNya di tanganNya yang maha Agung... .

أن الحق سبحانه إذا أراد أن يوصل عبده إليه توجه إليه أولا بنور حلاوة العمل الظاهر

, وهو مقام الإسلام , فيهتدي إلى العمل ويفنى فيه ويذوق حلاوة لأنهم لله لا لشئ دونه

Sesungguhnya Mahasuci engkau yaa haq : jika engkau telah menghendaki pada hambamu pada maqon washil (untuk menghadap padaMu) , pertama-tama engkau tunjukkan dengan manisnya cahaya amal dzohir, kemudian engkau menempatkan serta menunjukkan pada hambamu itu maqom Islam ( kepasrahan muthlaq / selamat ), kemudian engkau menunjukkan pada hambamu pada amal-amal dan Engkau menjadikan hambamu fana' dari amalnya diri dan Engkau tunjukkan rasa manisNya bersamaMu ...... karena Kehendak Dan KuasaMu telah menjadi Bagian yang menyeliputi pada hambaMu

قال لي حسن كل شيء تجلى

بي تملى فقلت قصدي وراكا

لي حبيب أراك فيه معنى

غر غيري وفيه معنى أراكا

وجد القلب حبه فالتفاتي

لك شرك ولا أرى الإشراكا

aku berkata keindahan segala sesuatu kenyataan
semua memintaku menganggap nyata ?? 
akan tetapi aku tetap mengatakan
niatku adalah di luar tujuanmu .....

Dan Aku memiliki Kekasih yang aku melihat
di dalam kenyataanmu
sehingga selalu menggoda orang lain
hatiKu yang menemukan cinta,
jadi ketikaKu melihatMu
Itu adalah syirik

KETIKA ALLOH TELAH MEMBUKA PINTU TAWAJUHMU



اجْتِهَادُكَ فِيْمَا ضَمِنَ لَكَ، وَتَقْصِيْرُكَ

فِيْمَا طَلَبَ مِنْكَ- دَلِيْلٌ عَلَىَ انْطِمَاسِ الْبَصِيْرَةِ مِنْكَ

Usahamu untuk mendapatkan apa yang dijaminkan untukmu , Itu menunjukkan ketidak patuhanmu dalam melakukan apa yang Dia minta darimu, itu semua adalah tanda-tanda kurangnya wawasan dirimu.

 
إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ الْتَّعَرُّفِ- فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنَّ قَلَّ عَمَلُك
َ
فَإِنَّهُ مافْتَحَهَا لَكَ إِلَا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ،

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ الْتَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ،

وَالْأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ!

وَأَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ- مِّمَّا هُوَمُوْرِدُهُ عَلَيْكَ؟

Ketika Dia telah membukakan untukmu jalan untuk mengenal Dia - Dan kamu tidak akan mendapatkan pengertian beserta tawajuhmu karena sesungguhnya teramat sedikit perbuatanmu untuk membuka jalan pengertian itu. Karena sesungguhnya Dia membukakan pengertianNya padamu hanyalah keinginNya dirimu untuk mengenal Dia.

Apakah Engkau tidak menyadari bahwa yang memungkinkanmu mengenal Dia adalah hadiah-Nya untukmu bukan karena Amalmu, sementara perbuatanmu hanya apa yang engkau tawarkan juga semata-mata DariNya pastaskah amalmu engkau tawarkan Untuk membuka jalan ma'rifat KepadaNya ?

Bagaimana bisa amal dariNya yang engkau tawarkan KepadaNya
FikirkanLah ketika Dia membandingkan dengan apa yang Telah Dia limpahkan Kepadamu ??

JANGAN KENALI AKU DENGAN KARYAKU NAMUN LAKSANAKAN SEPERTI APA YANG LIHAT WAHAI SANG KEKASIH



إذا كنت إخفاء الحقائق
الحقيقة عن نفسي،
أنت ذاهب لتوجيه اللوم لي.
ولكن عندما شرحت لكم الحقائق،
لا يمكنك فهمها،
فكيف موقفي من أنت.

اعادة بلدي الحبيب هنا.
فهو لا يستطيع العيش من دون أنا
وليس لأحد بأي حال من الأحوال
إلا إذا كان يعرف الطريق الذي يقودني.

يا الله، لا تدع تضلوا نفسي من قبل كل شيء.
لا تبقي لي راضيا عن نفسي
دون توقع نفسك،
انه من الافضل اذا انت تكون لي دون لي،
وأصبحت أنا وحدي من دون اليك.
من الأفضل لو أنني أتحدث إليكم ومن خلالكم،
من أقول في نفسي بدونك.
اللهم لا يزال ضعيفا، لا أظن أنك
انني يصب عليك لأنه يكره لكم.

إذا كنت من المعقول،
يجب أن يكون حازما في قناعاتكم
وصادقة في نواياها قبل
تذهب الى أي مكان،
ها الطبيعة البشرية
لعبور خط هناك ما
وكسر المحرمات.
يجب أن نفكر عند التشغيل
وتسجيل جميع المعجزات
إلهي العمل أينما ذهبت.

"إن معظم يرثى ​​لها من بين جميع الناس
وهو معروف لعلمه،
وليس بسبب أفعال، أفعال. "

Jika aku sembunyikan kenyataan-kenyataan
Yang sebenarnya mengenai diriku,
Engkau akan mencela kepadaku.
Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu,
Engkau tidak dapat memahaminya ,
Bagaimana seharusnya sikapku terhadapmu.

Bawalah kembali kekasih-Ku kemari.
Ia tidak dapat hidup tanpa Aku
dan tidak ada satu jalanpun yang
diketahuinya kecuali jalan yang menuju Aku.

Ya Allah jangan biarkan diriku terpedaya oleh semua itu.
Jangan biarkan aku puas dengan diriku sendiri
Tanpa mengharapkan diri-Mu,
Adalah lebih baik jika Engkau menjadi milikku tanpa aku,
daripada aku menjadi milikku sendiri tanpa Engkau.
Lebih baik jika aku berkata-kata kepada-Mu melalui Engkau,
daripada aku berkata-kata kepada diriku sendiri tanpa Engkau.
Wahai jasad yang lemah, janganlah kau sangka
bahwa aku menyakitimu karena benci kepadamu.

Bila kalian berakal,
Kalian harus teguh dalam pendirianmu
Dan tulus dalam niatmu sebelum
Kalian melangkah menuju tempat manapun,
Sesungguhnya sudah merupakan sifat manusia
Untuk melewati batas apa yang Ada
Dan melanggar hal-hal yang dilarang.
Hendaknya kalian merenung ketika berjalan
Dan mencatat segala keajaiban
Karya Ilahi ke manapun kalian pergi.

“ Yang paling menyedihkan diantara semua orang
adalah dia yang dikenal karena ilmunya,
dan bukan karena amalan-amalannya. ”

PESAN-PESAN SYEIKH ANNIFARI

شعاع البصيرة – يُشهدك قربه منك ، وعين البصيرة – تشهدكعدمك،لوجوده ، وحق البصيرة – يشهدك وجوده ، لا عدمك ، ولا وجودك

قلت البصيرة ناظر القلب كما أن البصر ناظر القالب فالبصيرة ترى المعاني اللطيفة النورانية والبصر يرى المحسوسات الكثيفة الظلمانية الوهمية ثم البصيرة بإعتبار أدراك نور المعاني اللطيفة على خمسة أقسام قسم فسد ناظرها فعميت فأنكرت نور الحق من أصله قال سيدي البوصيري
قد تنكر العين ضوء الشمس من رمد ... وينكر الفم طعم الماء من سم

وهذه بصيرة الكفار

قال تعالى فإنها لا تعمي الأبصار ولكن تعمي القلوب التي في الصدور



وقسم صح ناظرها لكنها مسدودة لضعف ناظرها لمرض أصابه فهي تقر بالنور لكنها لا تقوى على مشاهدته ولا تشهد قربه منها ولا بعده عنها وهي لعامة المسلمين

وقسم صح ناظرها وقوي شيئاً ما حتى قرب أن يفتح عينه لكن لشدة الشعاع لم يطق أن يفتح عينه فأدرك شعاع النور قريباً منه وهو العامة المتوجهين

ويسمى هذا المقام شعاع البصيرة وقسم قوي ناظرها ففتح عين بصيرته

فأدرك النور محيطاً به حتى غاب عن نفسه بمشاهدة النور وهذا لخاصة المتوجهين ويسمى هذا المقام عين البصيرة وقسم صحت بصيرته وإشتد نورها فأتصل نورها بنور أصلها فلم تر إلا النور الأصلي وأنكرت أن يكون ثم شيء زائد على نور الأصل كان اله ولا شيء معه وهو الآن على ما عليه كان

ويسمى هذا حق البصيرة ووجه تسميته بشعاع البصيرة أن صاحبها لما كان يرى وجود الأكوان أنطبعت في مرآة بصيرته فحجبته عن شهود النور من أصله لكن لما رقت كثافتها وتنورت دلائلها رأي شعاع النور من ورائها قريباً منه فأدرك الشعاع ولم يدرك النور وهذا هو نور الإيمان وهو مقام علم اليقين ووجه تسمية عين البصيرة أن البصيرة لما صحت وقويت أنفتحت عينها فرأت النور محيطاً ومتصلاً بها فسميت عين البصيرة لأنفتاحها وإدراكها ما خفي على غيرها

وهذا مقام عين اليقين ووجه تسمية حق البصيرة أن البصيرة لما أدركت الحق من أصله وغابت عن نور الفروع بنور الأصول سميت حق البصيرة لما أدركته من الحق وغابت عن شهود الخلق

وهذا مقام حق اليقين فشعاع البصيرة هو نور الإيمان لأهل المراقبة

وعين البصيرة هو نور الأحسان لأهل المشاهدة وحق البصيرة هو نور الرسوخ والتمكين لأهل المكالمة



أو تقول شعاع البصيرة نور علم اليقين وعين البصيرة هو نور عين اليقين وحق البصيرة هو نور حق اليقين فعلم اليقين لأهل الدليل والبرهان وعين اليقين لأهل الكشف والبيان وحق اليقين لأهل الشهود والعيان



مثال ذلك كمن سمع بمكة مثلاً ولم يرها فهذا عنده علم اليقين

فإذا أستشرف عليها ورآها ولم يدخلها فهو عين اليقين

فإذا دخلها وتمكن فيها فهو حق اليقين



وكذلك طالب الحق فما زال من وراء الحجاب فانياً في الأعمال فهو في علم اليقين



فإذا أستشرف على الفناء في الذات ولم يتمكن من الفناء فهو عين اليقين



فإذا رسخ وتمكن فهو في حق اليقين



أو تقول شعاع البصيرة لأهل عالم الملك

وعين البصيرة لأهل عالم الملكوت

وحق البصيرة لأهل عالم الجبروت



أو تقول شعاع البصيرة لأهل الفناء في الأعمال وعين البصيرة لأهل الفناء في الذات

وحق البصيرة لأهل الفناء في الفناء



فشعاع البصيرة يشهدك قرب الحق منك أي يوجب لك شهود قرب نور الحق منك



قال تعالى ولقد خلقنا الأنسان ونعلم ما توسوس به نفسه ونحن أقرب إليه من حبل الوريد

وقال تعالى " وهو معكم أينا كنتم "

وعين البصيرة يشهدك عدمك أي زوالك بزوال وهمك لوجوده

أي وجود الحق إذ محال أن تشهده وتشهد معه سواه

فإذا زال عنك الوهم وفنيت عن وجودك شهدت ربك بربك

وهو علامة فتح البصيرة وعلاج السريرة



كما قال شيخ شيوخنا سيدي عبد الرحمن المجذوب
من رأي المكون بالكون ... عزه في عمي البصيرة
ومن رأى الكون بالمكون ... صادف علاج السريرة
فظاهره أن عامة المسلمين عميت بصيرتهم والتحقيق هو ما تقدم من التفصيل وأنها مسدودة فقط مع صحة ناظرها بخلاف بصيرة الكفار

فإنها عمياء وحق البصيرة يشهدك وجود الحق وحده لا وجودك لأنك مفقود من أصلك ولا عدمك إذ لا يعدم إلا ما ثبت له وجود ولم يكن مع الله موجود كان الله ولا شيء معه وهو الآن على ما عليه كان وهذه الزيادة وإن لم تكن في الحديث لكن معناها صحيح

إذا لتغير عليه تعالى محال قال محيى الدين بن محمد بن علي بن العربي الحاتمي رضي الله عنه من شهد الخلق لأفعل لهم فقد فاز

ومن شهدهم لا حياة لهم فقد جاز

ومن شهدهم عين العدم فقد وصل اه



قلت ومن شهدهم بعين العدم فقد تمكن وصاله وأنشدوا
من أبصر الخلق كالسراب ... فقد ترقي عن الحجاب
إلى وجود تراه رتقا ... بلا أبتعاد ولا أقتراب
فلا خطاب به إليه ... ولا مشير إلى الخطاب



والله تعالى أعلم ثم إذا تقرر أنفراد الحق بالوجود فلا تتعد همتك إلى غيره إذ هو مفقود وإلى ذلك أشار بقوله في أول الباب الرابع

Kamis, 16 Agustus 2012

LALAINYA DIRI KARENA BERGANTUNG PADA AMAL



مِنْ عَلَامَةِ الْاعْتِمَادِ عَلَىَ الْعَمَلِ – نُقْصَانُ الْرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُوْدِ الْزَّلَل


"Termasuk tanda-tandanya orang yang berpegang pada amal adalah kurangnya pengharapan ampunan Allah SWT ketika berbuat kesalahan" .....

ومن عمل لطلب الجزاء فهو نسيان من الفضل والرحمة

barang siapa yang beramal hanya karena mengharap pahalanya amal maka orang itu termasuk sebagian dari orang-orang yang lalai & terlupa dari rahmat dan keutamaannya alloh swt

العمل لا يكون معتبرا إلا إذا كان مقبولا وقبوله

بمحض الفضل فصح أن دخول الجنة

بمحض فضل الله وأن العمل سبب ظاهري متوقف عليه.

والله تعالى يوفقنا لما فيه رضاه

Perbuatan tidak ada yang di dihitung kecuali Amal-amal mereka Yang telah diterima, dan penerimaan tergantung pada Kemurnian & kemurahanNya , sehingga kemurahan-Nyalah yang membawanya ke surga (kebahagiaan), dan perbuatan hanya alasan untuk itu. Dan semoga Dia membantu kami dan membimbing kita untuk apa yang Di ridhoi-Nya



من علامات تعويل العامل على عمله أن ينقص رجاؤه

في رحمة الله عند وجود لله. 

ومفهومه رجحان الرجاء عند التحلي بالعمل والتخلي عن الزلل 

Setengah dari tanda-tandanya bahwa hamba / abdu masih bergantung pada perbuatannya adalah masih adanya siratan Roja' / harapannya belas kasihan Alloh buah dari ibahnya dan harapan pengampunan ketika ia tergelincir ke dalam kesalahan atau melakukan dosa. Harapannya, dalam hal ini, akan sebanding dengan tindakan dan untuk melakukan perbuatan dan menghindari kesalahan dan dosa

وهذه الحكمة إنما تناسب العارفين الذين يشاهدون أن الأعمال كلها

من رب العالمين لملاحظتهم قوله سبحانه في كتابه المكنون:


.
Inilah Hikmah dari sudut pandangnya
'aarifiin yang melihat semua tindakan
dan perbuatan mahluk itu semua berasal dari

رب العالمين
.
Para 'arifin memandang dan memahami seluruh amal mahluk itu di liputi oleh alloh


seperti penjelasan alloh dalam firman-Nya:

{وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ .(الصافات-٩٦)}

"Dan Allohlah yang telah menciptakan kamu semua dan semua apa yang Anda lakukan [37:96]".

 فلا يعظم رجاؤهم بالأعمال الصالحة حيث إنهم

لا يشاهدون لأنفسهم عملا 

ولا ينقص عملهم في رحمة الله إذا قصروا في الطاعة 

أو اكتسبوا زللا لأنهم غرقى في بحار الرضا بالأقدار متمسكون بحبل قضاء

Para 'arifin tidak mengagungkan pengharapan pada setiap amal sholeh lahir maupun batin biarpun dengan sekira parasaan itu menyaksikan bahwasanya amal itu adalah dari dirinya, dan para 'arifin itu tidak memandang pada amalnya diri dan tidak berkurang amalnya ketika dirinya berbuat kesalahan dirinya serta selalu yaqin dalam rahmat alloh swt di setiap amal-amal yang di kerjaknnya. karena sesungguhnya para 'arifin itu telah tenggelam pada samudra kerelaan dalam ketentuanNya (rela dengan nasib dan takdir) dan selalu berpegang pada tali ketentuan alloh pada baik dan buruknya setiap amalnya ...



وان يعذب فبمحض العدل # فإن يثبنا فبمحض الفضل

Artinya :

Apabila Alloh memberi pahala kepada kita maka itu adalah murni dari anugrah-Nya, dan bila Alloh menyiksa kita maka itu adala murni keadilan-Nya

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila