TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Minggu, 17 Juni 2012

PROSES terbentuknya akhlak DALAM TASAWWUF I

 adalah sebagai berikut: 


1- Niat: hasil dari perbuatan yang mempertimbangkan masukan berupa ilham (HIDAYAH AL-IMAN) dan was-was (RAGU-RAGU)



2-Prilaku: ekspresi niat dengan kesadaran dan pemikiran, biasanya masih ada rasa keterpaksaan





3- Kebiasaan: setelah perilaku dibiasakan maka ia menjadi ringan untuk dilakukan, tidak ada rasa berat dalam melakukan itu



4- Akhlak: jika kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah pebuatan yang muncul tanpa pemikiran dan pertimbangan lagi. Pada level ini pelaku akan selalu merasakan kenikmatan melakukan akhlak terkait.



Dari bagan diatas dituliskan hal itu bermula dari sebuah wacan ke deskontruksi menuju rekonstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. Perilaku dilihat kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dianikan maka menjadi sebuah akhlak. Patokan ia sudah menjadi akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya.



Proses pembentukan akhlak diawali dengan terbentuknya niat di dalam diri kita. Niat merupakan keinginan kuat didalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat juga merupakan asas segala perbuatan sehingga keduanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempurnaan dan kerusakan.



Menurut Al-FAQIR dalam teori Dinamika Perbuatan, niat merupakan hasil dari perdebatan batin yang mempertimbangkan masukan berupa ilham dan was-was. Niat datang karena adanya ilham yang bersifat positif (datang nya dari Allah) dan was-was yang bersifat Negatif (datangnya dari syetan dan iblis).



Ilham (panggilan hati) adalah pengaruh yang alloh berikan dalam jiwa seorang sehingga mendorongnya untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu.



Batin yang menentukan Ilham untuk masuk kepada niat, maka niat itu akan menghasilkan niat yang baik. Sebaliknya,



was-wass merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa.



Niat yang dimasuki oleh Was-was akan menghasilkan niat yang jelek atau tercela, karena datangnya dari Iblis/Syetan dalam diri (ciri sifat al-insan).



Niat termasuk perbuatan hati maka tempatnya adalah didalam hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam didalam hatinya. Oleh karena itu, niat merupakan awal yang sangat penting bagi pembentukan akhlak manusia. Karena, nuat dapat dikatakan sebagai penentu bagaimana perilaku, kebiasaan dan akhlak kita nantinya....



proses terbentuknya akhlak DALAM TASAWWUF adalah sebagai berikut:



1- Niat: hasil dari perbuatan yang mempertimbangkan masukan berupa ilham (HIDAYAH AL-IMAN) dan was-was (RAGU-RAGU)



2-Prilaku: ekspresi niat dengan kesadaran dan pemikiran, biasanya masih ada rasa keterpaksaan





3- Kebiasaan: setelah perilaku dibiasakan maka ia menjadi ringan untuk dilakukan, tidak ada rasa berat dalam melakukan itu



4- Akhlak: jika kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah pebuatan yang muncul tanpa pemikiran dan pertimbangan lagi. Pada level ini pelaku akan selalu merasakan kenikmatan melakukan akhlak terkait.



Dari bagan diatas dituliskan hal itu bermula dari sebuah wacan ke deskontruksi menuju rekonstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga menjadikan sebuah perilaku. Perilaku dilihat kuantitas masih lemah. Ketika kuantitasnya dinaikan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan. Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika kualitasnya dianikan maka menjadi sebuah akhlak. Patokan ia sudah menjadi akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya.



Proses pembentukan akhlak diawali dengan terbentuknya niat di dalam diri kita. Niat merupakan keinginan kuat didalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat juga merupakan asas segala perbuatan sehingga keduanya berkaitan dalam hal kebaikan dan keburukan, serta kesempurnaan dan kerusakan.



Menurut Al-FAQIR dalam teori Dinamika Perbuatan, niat merupakan hasil dari perdebatan batin yang mempertimbangkan masukan berupa ilham dan was-was. Niat datang karena adanya ilham yang bersifat positif (datang nya dari Allah) dan was-was yang bersifat Negatif (datangnya dari syetan dan iblis).



Ilham (panggilan hati) adalah pengaruh yang alloh berikan dalam jiwa seorang sehingga mendorongnya untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu.



Batin yang menentukan Ilham untuk masuk kepada niat, maka niat itu akan menghasilkan niat yang baik. Sebaliknya,



was-wass merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa.



Niat yang dimasuki oleh Was-was akan menghasilkan niat yang jelek atau tercela, karena datangnya dari Iblis/Syetan dalam diri (ciri sifat al-insan).



Niat termasuk perbuatan hati maka tempatnya adalah didalam hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam didalam hatinya. Oleh karena itu, niat merupakan awal yang sangat penting bagi pembentukan akhlak manusia. Karena, nuat dapat dikatakan sebagai penentu bagaimana perilaku, kebiasaan dan akhlak kita nantinya....



ruang lingkup akhlaq kedalam lima macam aspek kehidupan, yaitu:

1) الأخلا ق الفرد ية = akhlaq perorangan. Akhlak ini dibagi menjadi

a) semua hal yang diperintahkan (al-awamir)

b) segala yang dilarang ( al-nawahi)

c) hal-hal yang diperbolehkan ( al-mubahat), dan

d) akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).

2) الأخلا ق الأ سرية = akhlak keluarga Akhlak ini juga terbagi menjadi

a) kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu)

b) kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj)

c) kewajiban terhadap kerabat dekat ((wajibat nahwa al-aqarib).

3) الأخلا ق الإجتماعية = Akhlak bermasyarakat, Akhlak ini meliputi

a) hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat)

b) hal-hal yang diperintahkan (al-awamir), dan

c) kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).

4) الأخلاق الد و لة = Akhlak bernegara Akhlak ini meliputi ;

a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina al-rais wa al-sya’b) b) hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah).

5) الأخلا ق الد ينية = Akhlak beragama; kewajiban terhadap Allah swt. Ruang lingkup di atas dipandang sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia. Jika ruang lingkup akhlak tersebut dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat dibagi menjadi

a) Akhlak (tata krama) kepada Allah swt.

b) Akhlak kepada Rasul Allah saw.

c) Akhlak untuk diri pribadi.

d) Akhlak dalam keluarga.

e) Akhlak dalam masyarakat.

f) Ahlak bernegara.



"akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalqun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al- Qur'an, sebagaimana dalam surat Al-Qalam, ayat 4 berikut ini:

وإنك لعلى خلق العظيم



Artinya : .Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. Sedangkan pengertian akhlaq MENURUT ulama' sufi



a) الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر الأفعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر ورؤية.



"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan".



b) الخلق حال للنفس داعية لها إلى أفعالها من غير فكر وروية .



“Akhlaq adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”



c) الخلق عادة الإرادة



“Khuluq (akhlaq) adalah membiasakan kehendak”.

Berbagai definisi tentang akhlak di atas, secara substansial tampak saling melengkapi sehingga kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.



b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudahdan tanpa pemikiran.



c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar.



d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan bersandiwara ataupun main-main.



e. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak terpuji) adalah perbuatan yang dilakukan semata karena ikhlas kepada Allah.



HUBUNGAN AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA



Disamping akhlaq ada istilah lain yang disebut dengan etika, moral dan susila. Keempat istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan seseorang. Namun, setiap istilah memiliki perbedaan. Karena penjelasan tentang istilah akhlak telah diuraikan diatas, maka pada bagian ini akan kami uraikan tentang istilah etika, moral dan susila saja.



Etika Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Berbagai pendapat telah disampaikan para ahli mengenai definisi etika, diantaranya sebagaiman dikemukakan syeikh al-ghozali bahwa ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam kehidupan manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Al-faqir menyimpulkan bahwa etika berhubungan dengan empat hal:



Pertama, dilihat dari obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.



Kedua, dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.



Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia.



Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman. Berdasar cirri-ciri tersebut, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.



Moral

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan istilah moral seringkali diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari seringa dikatakan “orang yang bermoral” maka yang dimaksud adalah orang yang tingkah lakunya baik.

Jika dikaitkan dengan pengertian etika diatas, maka keduanya memiliki obyek pembahasan yang sama, perbuatan manusia. Namun demikian, ada perbedaan diantara keduanya, diantaranya:



a) tolak ukur penilaian etika terhadap perbuatan manusia adalah rasio/pikiran, sedangkan tolok ukur penilaian moral adalah norma-norma yang tumbuh, berkembang dan berlangsung dalam masyarakat.



b) kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif., karena ia dapat diterima seluruh masyarakat sebgai hal obyektif dan dapat diberlakukan secara universal.



c) kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Bebas dalam menentukan perilakunya dan didalam penentuan itu sekaligus terpampang nilai manusia itu sendiri. Berdasarkan keterangan di atasdapat disimpulkan bahwa moral lebih mengacu pada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan dan diberlakukan oleh masyarakat. System dan nilai itu diyakini masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketenteraman.



Susila



Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata Su dan Sila. Su berarti baik, bagus, dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma''.

Kata susila diartikan sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan tidak baik. Kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.



HUBUNGAN AKHLAK DAN ILMU JIWA



Dilihat dari segi bidang garapannya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang dimilki seseorang. Jadi ilmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek batin manusia dengan cara menginterpretasikan perilakunya yang tampak.

Pada dasarnya, antara ilmu jiwa dengan ilmu akhlak mempunyai bidang garapan yang berbeda. Kalau Akhlaq mempunyai bidang garapan tentang tingkah laku yang esoterik; tingkah laku itu indah dipandang kalau dilihat dari ‘frame work atau ‘kacamata ‘ agama. Sementara Ilmu Jiwa lebih menggarap tingkah laku yang isoterik sebagai gejala-gejala kejiwaan. Dengan psikologi ini, bisa diinterpretasi sifat-sifat psikologis seseorang. Teori Psikologi (Agama) mengatakan : ‘Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan misalnya, akan melahirkan perbuatan dan sikap yang tenang, bahkan bahagia selalu; dan tentu sebaliknya.





SALAM RAHAYU SELALU BERSAMBUNG ....

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila