TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Minggu, 11 Maret 2012

CINTA PADAMU KARENA KAULAH PACAR TERAKHIRKU

                                                            


Sekarang, apapun kehendak-Mu pada diriku akan aku ikuti saja tanpa protes, tanpa bertanya-tanya. Apakah karena kehendak-Mu itu hatiku menjadi senang atau sedih, susah atau gembira, derita atau bahagia, terserah. Bencana dan keberuntungan bagiku sama saja asalkan itu semua adalah demi untuk melayani-MU.

Hati yang peka, mampu menangkap getaran keberadaan serta petunjuk Tuhan. Sebaliknya, hati yang keras membatu, tidak akan mampu merasakan keberadaan dan petunjuk Tuhan. Itu sebabnya di dalam agama, kita diminta untuk melembutkan hati. Hati yang lembut adalah modal dasar agar seseorang itu mampu untuk merasakan berbagai sifat-sifat-Nya dan membuat seseorang itu mengalami KESAKSIAN.

Sebenarnya, Tuhan sudah menganugerahi setiap manusia yang hidup di dunia hati yang peka. Cobalah amati anak-anak, bagaimana dia rebutan mainan dengan temannya. Bagaimana dia sedih dan menangis bila tiba-tiba ditinggal ibunya pergi ke pasar. Itu karena, anak-anak memiliki hati yang peka.

Seiring berjalannya waktu, anak-anak akan tumbuh remaja dan menjadi dewasa. Kepekaan hati anak-anak itu semakin berkurang sedikit demi sedikit. Akibat dominannya otak untuk merasionalisasikan kejadian-kejadian. Misalnya, buat apa menangisi ibu yang pergi ke pasar? Toh, dia nanti akan pulang ke rumah juga. Buat apa sedih ditinggal pacar? Toh kita bisa cari lagi yang lebih cantik dan sebagainya.

Otak pada orang dewasa kemudian berkuasa di atas hati. Hati tersisihkan dan terpinggirkan bahkan kemudian bisa jadi kalau bisa ditekan dan dihilangkan. Hanya pada saat-saat tertentu saja, orang dewasa merasa butuh untuk menggunakan hatinya. Namun secara umum, mereka adalah makhluk rasional (animal rationale) yang suka bermain-main dengan otaknya.

Kecerdasan intelektual lebih dominan dibandingkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Di dunia kerja, orang dewasa dituntut untuk pintar dan cerdas dibanding tuntutan untuk mampu menguasai emosi dan tuntutan untuk mampu mengerti hakikat-hakikat (kecerdasan spiritual).

Celakanya, bila manusia dewasa tidak mampu untuk menggerakkan otaknya, rasionya, nalarnya untuk menghayati betapa perlunya kita kembali mengolah kepekaan hati dan rasa maka lambat laun hatinya akan menjadi mati. Penderitaan orang lain dipahami sebagai hubungan sebab akibat dari sebuah hukum alam semata, ketimbang sebagai fenomena yang harus dibantu dan ditolong untuk dientaskan dari penderitaan.

Manusia itu seperti daun. Lambat laun daun yang hijau bugar akan menguning, tua dan gugur ke tanah. Di tanah, daun yang gugur akan diurai lagi oleh cacing dan bakteri-bakteri mikroba untuk menjadi tanah lagi. Persis manusia.

Sangat celaka bila pada masa senja dan mati, manusia tidak pernah mampu mengenal siapa Tuhan. Tidak memiliki referensi dan wacana yang holistik tentang hakikat perjalanan hidupnya di dunia yang hanya sesaat ini. Tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran bahwa tujuan hidupnya adalah untuk mengabdi pada kehendak Tuhan.

Untunglah Tuhan Maha Welas Asih, sehingga Tuhan memberi manusia petunjuk-petunjuk yang nyata. Bisa berupa kegelisahan, penderitaan, sakit, bencana alam dan sebagainya sehingga manusia pada akhirnya mampu menalar secara logis: ada faktor X yang berada di luar logika sebab dan akibat. Tidak semua mampu diprediksi oleh manusia meskipun dia sudah mengarahkan semua potensi kecerdasannya.

Namun bagi si manusia, bencana dan derita jelas merupakan pukulan berat, bagaimana bisa terjadi bencana alam yang datangnya tiba-tiba tanpa mampu untuk bersiap-siap. Pikiran yang deterministik yang melihat segala sesuatu dalam hubungan sebab akibat, ternyata tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi. Pola pikir seperti ini yang kemudian dibuat secara kuantitatif dengan data-data matematis kemudian melahirkan ilmu statistik.

Ilmu statistik itu sangat arogan dan congkak. Seolah-olah semua persoalan manusia dan alam itu mampu diolah menjadi data-data matematis. Prediksi letusan gunung berapi, misalnya ditulis dalam garis-garis melalui sebuah pencatat pergerakan gunung yang kemudian dikenal engan nama seimograf. Di rumah sakit dan balai-balai pengobatan, perkembangan kesehatan pasien dicatat dalam rekam medis, hingga sedikit banyak diketahui kapan nyawa si pasien akan meninggalkan badan. Padahal, kadang-kadang prediksi itu salah. Banyak orang sakit kanker stadium empat yang telah divonis mati dalam jangka waktu tertentu ternyata bisa sehat kembali!

Ilmuwan yang dibangun dengan basis ilmu positivistik semacam ini menggejala di dunia yang serba modern. Orang modern lupa bahwa ternyata pendekatan deterministik berdasarkan hukum sebab akibat saja tidaklah cukup. Ada faktor-faktor penentu sebuah kejadian yang sering dikenal dengan invisible hand, alias tangan-tangan yang tidak terlihat.

Tangan-tangan yang tidak terlihat (bagi kacamata ilmuwan) itulah sesungguhnya takdir Gusti Allah. Hanya manusia yang peka hati, batin dan rasanya, mampu meraba apa yang akan terjadi berdasarkan atas fakta-fakta batiniah juga. Bukan berdasarkan atas fakta-fakta yang bisa dirasionalisasikan.

Persoalannya sekarang, bagaimana sebenarnya melatih agar kita memiliki kepekaan hati yang sudah luntur saat kita beranjak dewasa?

Ada banyak cara untuk latihan. Salah satunya yang sedang kita jalankan saat ini yaitu puasa. Namun kesemuanya haruslah dilakukan dengan niat yang sungguh-sungguh, bahwa latihan itu bukan tujuan melainkan hanya sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan dari latihan adalah mencapai derajat manunggaling kawulo lan gusti. Artinya bersatunya kehendak manusia dengan kehendak Tuhan yang dalam agama dikatakan manusia yang bertakwa.

Selain latihan-latihan “resmi” sebagaimana yang dituntunkan dalam agama, kita juga mengenal berbagai latihan “tidak resmi” yang diajarkan oleh para leluhur pendahulu kita. Apalagi di Jawa yang konon gudangnya aliran kebatinan. Para sesepuh paguron ngelmu batin itu memiliki cara-cara tertentu untuk mengasah kepekaan batin dan hati.

Sebenarnya bila dipahami dalam kerangka yang lebih luas, dalam semua kegiatan hidup manusia itu sesungguhnya merupakan latihan kejiwaan dan latihan ruhani agar kita memiliki rasa yang landep/tajam.

Contohnya, dulu kita saat remaja asyik memadu kasih atau berpacaran. Pacaran itu juga bisa merupakan latihan olah rasa bila di dalamnya kita menghayati persinggungan rasa antara “aku” dengan “engkau”, bagaimana “aku” tidak ingin menyakiti “hatimu”, bagaimana “aku” ingin toleran, tidak memaksakan kehendak, dan ingin membahagiakan”mu”, dan bagaimana “aku” tidak egois dan meleburkan “aku” dan “engkau” dalam “kita”.

Bila kita sudah mampu untuk menggali hakikat hubungan asmara dengan kekasih hati, maka seiring dengan berjalannya waktu maka “pacaran” kita juga hendaknya meningkat kualitasnya. Yaitu tidak mencintai karena alasan-alasan yang hanya melulu karena dia cantik/ganteng, kaya, terpandang, berstatus dan sebagainya. Sebab alasan-alasan yang seperti itu masih berada di taraf benda. Padahal, bukankah di atas wujud jasad manusia ada yang namanya dimensi batiniah? Apalagi ruhaniah? Apalagi… apalagi … dan seterusnya.

Itu sebabnya, di dalam agama kita diperintahkan untuk memilih calon suami atau calon iseri bukan karena dia cantik/ganteng, kaya, terpandang, berstatus. Namun karena AGAMA. Sebab agama adalah keyakinan yang paling luhur yang dipegang oleh seseorang. Keyakinan wujudnya abstrak, tidak bisa dipegang dan dilihat. Namun kita yakin ada.

Bila diteruskan lagi, maka kisah kasih asmara kita hendaknya berlanjut. Berlanjut tidak hanya berada di taraf wujud fisik, jasad dan benda-benda. Naik meninggi ke taraf yang lebih substantif: abstrak, umum, universal. Meninggalkan asmara kongkret, individual, khusus.

Bila dulu “aku” mencintai “kamu” karena wajahmu yang cantik maka sekarang “aku” mencintai “kamu” karena kehalusan budi pekertimu. Selanjutnya, bila budi pekertimu sudah bagus, maka sekarang “aku” mencintaimu karena “kau” adalah memancarkan kecantikan-Nya. Bila “kau” adalah pancaran kecantikan-Nya maka sekarang “aku” mencintaimu karena “kau” adalah “Kau Gusti Allah, yang Maha Segala-Galanya”, bila “Kau Gusti Allah, yang Maha Segala-Galanya”, maka sekarang “aku” mencintaimu karena cintaku sumbernya dari Cinta-Mu. Bila “aku” mencintaimu karena cintaku sumbernya dari Cinta-Mu maka tidak bisa tidak selain “aku harus pasrah kepada kehendak-Mu….

Sekarang, apapun kehendakMu pada diriku akan aku ikuti saja tanpa protes, tanpa bertanya-tanya. Apakah karena kehendak-Mu itu hatiku menjadi senang atau sedih, susah atau gembira, derita atau bahagia, terserah. Bencana dan keberuntungan bagiku sama saja asalkan itu semua adalah demi untuk melayani-MU.

Kepada saudara-saudaraku yang kini sedang dirundung kesedihan, derita dan bencana… yakinlah bahwa itu adalah ujian bagaimana kita akhirnya harus yakin bahwa apa yang kita miliki itu sesungguhnya hanyalah milik-Nya. Apa yang selama ini kia anggap “milik” kita apakah itu anak, isteri, keluarga, rumah, kendaraan, status, pangkat, diri, pacar, kekasih gelap atau terang, hewan ternak, tanah kaplingan, sawah maupun kerbau itu sesungguhnya hanyalah “perhiasan”-Nya semata-mata.

Ya, saudaraku, bencana alam yang sedang kau alami saat ini di belahan bumi selatan, dan kegembiraan di belahan bumi utara semuanya adalah perhiasan. Keduanya tetap sebagai bukti cintaNya kepada kita. Itu sebenarnya hakekat cinta…Bahwa sejatinya yang harus kita cintai adalah pemilik perhiasan, bukan perhiasannya itu sendiri

13 macam ‘kesenangan’ untuk NGUDI KAWRUH

 yaitu:

1. Dalam hal mencari keterangan, tanda-tanda atau urusan, kesenangan yang diperolehnya sepanjang jalan seperti kesenangan agen ‘telik sandi’ yang yang mencari ‘SISIK MELIK’.
2. Terpeliharanya DAYA RASA seperti petani yang memelihara tanaman dengan penuh kegembiraan namun belum menemukan hasilnya, yaitu WATAK.


3. Dalam hal melatih PANCA INDERA, kesenangan yang kita peroleh seperti kesenangan joki saat melatih kuda atau seperti pawang melatih gajah, atau kesenangan guru mendidik anak didiknya.


4. MENABUNG DAYA GAIB; kesenangan yang diperolehnya seperti menabung uang, atau pada waktu ditemukannya pedoman-pedoman tertentu sama seperti tukang kayu memperoleh tatah, bur, jangka, penggaris.


5. MENGURAI DAN MENYUSUN DAYA BATIN. Apabila diperoleh rasa dan daya baru, rasa baru itu diolah lagi dan diperhalus lagi. Misalnya untaian ratna. Kesenangan seperti itu sama sekali tidak terhingga, kecuali oleh yang sudah mengalami.
6. MEMBAGI, MENGATUR, MENYUSUN PIKIRAN DAN DISELARASKAN DENGAN RASA dan bisa menghasilkan karya yang indah.


7. MENJUMBUHKAN RASA YANG BERMACAM-MACAM, diatur menurut urutan tingkatan, diselaraskan sehingga tercapai rasa yang indah. Seperti juru masak yang ahli meracik masakan. “Rasa kang sumingit ana layang kikidungan anggitane para linuwih apa dene kang ana ing candi, wayang, gamelan, pakem lan liya-liyane, kabeh wujud gugubahan utawa oncen-oncen (anyar) kang banget endahe. Rasa kang digubah pada maujud ana ing kaalusan, dadi rerenggan sajroning gaib, kang ora kena kinaya ngapa endahe”


8. Orang yang sedang NGELMU dengan penuh ketekunan akan merasakan dan memperhatikan kemajuan yang dicapai, selalu MENDAPAT PETUNJUK DARI PRIBADINYA SENDIRI. Kesenangannya seperti anak sekolah, rasa dan budinya seperti guru, alam semesta ini sebagai pelajaran. “Kabeh pada aweh pitutur marang kang ahli sasmita: kaya-kaya sarupaning kang tumuwuh pada muni dewe-dewe, sarta unine laras kaya gending kang banget kepenake”


9. Penuntut ngelmu akan gemar berbuat baik kepada sesama. Tumbuh niatnya seperti itu dari kehendak yang luhur dan niat itu akan memperbesar DAYA KELUHURAN. Hasilnya langsung akan mengenai diri pribadinya juga; yaitu lenyapnya penyakit watak dan tumbuhnya perasaan dan budi yang luhur.


10. Penuntut ngelmu mempunyai kesenangan seperti pengadu ayam, jangkrik, permainan. Sebab setiap hari selalu menghayati PERANGNYA ANASIR-ANASIR BAIK BURUK. Apabila yang buruk dikalahkan yang baik, kepuasannya melebihi pengadu ayam sebab ia memperoleh ganjaran berupa: DAYA HALUS. Sedangkan pemain ayam asuan hanya memperoleh uang.


11. Penuntut ngelmu yang gentur/gigih mempelajari RAHASIA KEHIDUPAN juga memiliki kesenangan yang sama dengan kesenangan raja yang berperang menaklukkan negara lain. Yaitu bila kekuatan “setan” dikalahkan oleh unsur ILAHIAH pada pribadi kita.


12. Orang yang ngelmu pelajaran kebijaksanaan hidup juga mempunyai kepuasan dan rasa bebas seperti orang yang berhasil melenyapkan KLILIP atau kotoran di pelupuk mata, atau belenggu yang mengganggu perjalanan hidup. Dia terbebas dari ikatan KECANDUAN DUNIA dan RASA BEBAS DARI KEKANGAN. Seperti anak yang tidak lagi menangis karena disapih.


13. Ahli ngelmu mengerti dengan jelas bahwa berbuat baik sangat besar manfaatnya untuk dijalankan. Misalnya kita kehilagan 2 sen dan dapat ganti 100 rupiah, menanam satu biji kelapa dapat hasil banyak dan terus-terusan bagi orang yang AHLI RASA. Mengerti saja sudah senang seperti memperoleh keuntungan yang besar, sebab kenyataannya tidak banyak orang yang menghayati kalimat-kalimat ‘mandes’ hingga ke lubuk hati:



“KANG AKEH MUNG KUMAMBANG DIANGGO KEMBANG LAMBE, ORA BISA YAKIN SAJRONING ATI. APA MANEH PANGERTI BAB RASA TRESNA MARANG DAT, DADI WOT MARANG SEGARA RAHMAT. MANUNGSA KANG BISA NGREGANI MARANG PANGERTI KANG SAMAR IKU NGRASA NEMU KANUGRAHAN GEDE, SUKA SUKURE NGUNGKULI KANG NEMU EMAS”

MENJADI PRIBADI UNGGULAN-DIRI

Menjadi pribadi yang unggul dan disukai banyak orang adalah idaman semua orang. Anda ingin menjadi pribadi yang unggul? Mengapa tidak. Anda bisa mewujudkannya tanpa harus mengeluarkan goceh sepersenpun, hanya dengan mengikuti tips dibawah ini Insya Allah dalam waktu yang tidak lama Anda akan merasakan manfaatnya.
Tips menjadi pribadi unggulan:
1. Taat kepada Allah dan rasul-Nya.
Taat kepada Allah dan rasul dibuktikan dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mencontohi akhlak Rasulullah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Senantiasa meningkatkan kualitas ibadah baik itu ibadah wajib maupun ibadah sunah. Karena pribadi yang unggul akan lahir dari seorang yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat kepada sang penciptanya.
2. Peka terhadap dunia luar
Seseorang akan dapat menjadi seorang yang memiliki pribadi yang luar biasa ketiak ia peka terhadap lingkungannya, dan mampu memberikan kotribusi serta solusi terhadap masalah yang ada di sekelilingnya. Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Hari ini orang lain membutuhkan uluran tangan kita, suatu hari nanti kita yang membutuhkan uluran tangan mereka.
3. Bijak dalam menyikapi kritikan
Mengkritik itu mudah, seni itu sulit. Mungkin slogan ini tidak asing di telinga kita. Diakui atau tidak mengkritik memang jauh lebih mudah daripada menciptakan sesuatu. Namun bagaimana ketika kritikan itu ditujukan kepada kita? Apakah kita menyumpahi orang tersebut? Tentu tidak. Semua punya etika. Berlaku bijaklah dalam menaggapi setiap kritikan, karena bisa jadi kritikan itu benar. Jangan pernah merasa diri paling hebat, sehingga merasa risih ketika dikritik. Berlapang dada dalam menerima kritikan adalah salah satu sikap yang bijak, karena ketika Anda dikritik oleh seseorang yakinlah bahwa orang tersebut adalah orang yang selalu setia mendampingi dan memperhatikan Anda, sehingga ia tahu dimana letak kekurangan Anda.
4. Mengaplikasikan 5S dalam kehidupan sehari-hari
Apa itu 5S? 5S itu adalah:
a. Salam
Rasul saw menganjurkan umatnya untuk saling menguluk salam, karena di dalamnya mengandung do’a. Merupakan hak seorang muslim bagi saudaranya untuk saling mendo’akan. Karena dengan doa dapat mengakrabkan tali ukhuwah antar sesama muslim. Jika ada seseorang diantara kamu yang saling bermarahan, maka lunakkanlah hatinya dengan salam. Insya Allah sedikit demi sedikit hatinya akan menjadi luluh.
b. Sapa
Semua orang suka disapa walau dengan kata sederhana sekalipun, selamat pagi misalnya, atau apa kabar? Atau mau berangkat kerja? dan berbagai sapaan lainnya. Karena dengan menyapa berarti kita peduli dengan orang-orang disekeliling kita. Nah kalau Anda suka disapa maka mulailah menyapa.
c. Senyum
Tersenyumlah pada orang lain karena senyuman itu mendakan keakraban, keramahan dan kasih sayang. Senyum yang tulus dari pemiliknya mempunyai kekuatan yang mampu mendorong orang lain berinteraksi baik dengannya. Rasulullah sangat menganjurkan umatnya untuk banyak tersenyum kepada siapapun terutama pada saudara seiman, sebagaiman dalam sabdanya: “Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah”. (HR.Turmuzi)


d. Sopan dan Santun
Sopan santun adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Dua kata ini juga tidak asing dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menjadi seorang pribadi yang unggul dan disukai banyak orang sangat perlu memperhatikan tatakrama dalam berinteraksi baik berupa ucapan, sikap dan tingkah laku, lirikan mata dan sebagainya. jangan sampai tuturkata dan bahasa atau tingkah laku kita menyakiti hati orang lain. Anggun dalam bersikap dan lembut dalam bertutur kata menjadi salah satu kunci yang dapat menjadika seseorang dicintai oleh orang banyak.
Demikian tips menjadi pribadi unggulan dan disukai banyak orang. Selamat mencoba, dijamin Anda tidak akan kecewa.

RINDU

Ini bukan syair cinta..
Juga bukan nyanyian asmara
Lagu ini…nyanyian rindu
Dari insan yang dahaga
Mengalun dalam ruang waktu
Berdesir bagai angin malam

Bunyi dawai –dawai kecapi
Bagai melodi kematian
Memanggil ruh dalam jiwa-jiwa sepi
Lagu ini laguku

Jika aku mampu
Akan kutulis baitnya pada langit
Kutoreh dengan tinta darah
Agar dunia tahu betapa aku sangat merindu

Lagu ini laguku
Nyanyian rindu pada kedamaian
Rindu akan keadilan
Rindu akan kesejahteraan
Di bumi pertiwiku

Untukmu yang sedang menunggu hari bahagia itu

Ketika seorang muslim baik pria ataupun wanita yang ingin menikah, biasanya akan timbul berbagai macam perasaan . Rasa gundah, galau, resah, bimbang dan ragu, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pedamping hidup. Bahkan dalam proses taaruf sekalipun masih ada rasa keraguan.

Tulisan ini hanya sebagai muhasabah diri menjalani hari-hari menunggu hari bahagia itu datang. Menjadikan diri pribadi yang sabar tapi tidak pernah berputus asa. Karena jodoh, rezeki, pertemuan dan maut semua telah ditentukan Allah, tinggal menunggu waktu dengan terus berusaha dan berdoa. Karena, kita tidak tau apa yang telah ditentukan oleh Allah. Siapa jodoh kita nanti?? Kita juga tidak bisa menjawabnya dengan pasti .

Ketika rasa takut itu datang ..

Rasa takut itu mulai datang. Bila di usia-usia dua puluh tahunan menunda menikah, karena takut dengan ekonominya yang belum mapan. Di usia menjelang tiga puluh hingga sekitar tiga puluh lima berubah lagi masalahnya. Laki-laki sering mengalami sindrom kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30 tahun). Mereka menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi.

Seperti hukum kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori. Begitu pula dengan kriteria tentang jodoh, ketika kita menetapkan kriteria yang terlalu banyak, akhirnya bahkan tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita. Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun. Masalah mereka bukan soal kriteria, tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya. Ketika usia 40-an, ketakutan yang dialami oleh laki-laki sudah berbeda lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya. Jika sebelumnya, banyak kriteria yang dipasang. Pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi istri dengan baik. Sehungga perasaan takut itu terus saja berlanjut.

Terkadang di usia 25 ke atas bagi sebagian orang akan merasa sensitive ketika membahas masalah pernikahan terutama bagi wanita. Ketika rasa takut itu datang janganlah berlarut-larut dengan perasaan itu, terus saja optimis dalam berusaha dan berdoa,

Ada rasa yang tidak bisa di ingkari..

Kadang ada perasaan kepada seseorang. Perasan cinta atau sayang. Kemanapun ia melangkah. Mata kita mengawasi, hati kita mencari-cari dan telinga kita merasa indah setiap kali mendengar namanya. Perasaan itu begitu kuat bersemayan di dada. Bukan karena kita menenggelamkan diri dalam lautan perasaan, tetapi seperti kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip dari Al-Mada’iny, “Andaikan orang yang jatuh cinta boleh memilih, tentu aku tidak akan memilih jatuh cinta", karena rasa cinta dapat membunuh dengan perlahan-lahan”.

Perasaan ini kadang mengganggu kita, sehingga tak sanggup berpikir jernih lagi. Kadang membuat kita banyak berharap, sehingga mengabaikan setiap kali ada yang mau serius. Kita sibuk menanti –kadang sampai membuat badan kita kurus kering – sampai batas waktu yang kita sendiri tak berani menentukan. Kita merasa yakin bahwa dia jodoh kita, atau merasa bahwa jodoh kita harus dia. Akibatnya, diri kita tersiksa oleh angan-angan. Walaupun kadang kalanya perasaan itu mendapat balasan, belum tentu perjalanan selanjutnya menjadi mulus tanpa rintangan. Saling mencintai tapi pada akhirnya tidak bisa bersatu karena dengan berbagai macam sebab. Namun semua kejadian yang terjadi jangan sampai membunuh rasa sehingga tak sanggup membuka hati kepada yang lain.

Permasalahan hati memang rumit, kita harus berpikir positif terhadap segala yang terjadi karena semua ada hikmahnya karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Dan Allah tahu apa yang terbaik bagi kita.

Ya Rabb ,,, jangan biarkan aku sendiri ..

Di atas semua itu, Allah bukakan pintu-pintu-Nya untuk kita. Ketuklah pertolongan-Nya dengan do’a. Di saat engkau merasa tak sanggup menanggung kesendirian, serulah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan,
"Rabbi, laa tadzarni fardan wa Anta khairul waritsin" (‘Tuhanku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik Warits’) QS. Al-Abiya’: 89.

Ini sesungguhnya adalah do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Zakariya untuk memohon keturunan kepada Allah Ta’ala. Ia memohon kepada Allah untuk menghapus kesendiriannya karena tak ada putra yang bisa menyejukkan mata.

Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu kita adukan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Semoga Ia hadirkan bagi kita seorang pendamping yang menenteramkan jiwa dan membahagiakan hati. Kita memohon kepada-Nya pendamping yang baik dari sisi-Nya. Kita memasrahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk kita.

Kapan do’a itu kita panjatkan? ..

Kapan saja kita merasa gelisah oleh rasa sepi yang mencekam. Panjatkan do’a itu di saat kita merasa amat membutuhkan hadirnya seorang pendamping. Saat hati kita dicekam oleh kesedihan karena tidak adanya teman sejati, atau ketika jiwa dipenuhi kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu.

Mempunyai sebuah keluarga adalah impian setiap kita, selalu ada orang di samping kita yang selalu menyayangi dan mencintai. Selalu ada penguat ketika rapuh, selalu ada suara-suara riang yang selalu tertawa lucu disamping kita.

Janji Allah kepada orang yang akan menikah ..

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An Nuur : 26).

Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Walaupun terkadang Allah memberikan pedamping kepada seorang yang shaleh/shalehah bukan yang sholeh atau shalehah pula tapi itu semua adalah sebagai ujian, seperti Asiah seorang yang shalehah di berikan suami seorang fir'aun.

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (An Nuur: 32).

Sebagian orang ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika mereka telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “Apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”

Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada mereka dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah. Dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab mereka bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya – maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

"Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ” (Al Mu’min : 60).

Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut. Teruslah berdoa kepada Allah. Allah mencipatakan segala sesuatu berpasang pasangan. Ada siang dan malam, ada langit dan bumi begitu juga kita dicipatakan Allah berpasang pasangan.

“Untuk siapa saja yang menunggu hari bahagia itu datang jangan pernah bersedih, teruslah berusaha dan berdoa hingga waktu bahagia itu datang dan smua indah pada waktunya. karena aku, kau dan juga kita semua tidak bisa menjawab kapan, dimana dan dengan siapa waktu bahagia itu akan datang.. hanya allah yang tau”

Kumenangis Karenamu..

Keringnya airmata disebabkan gersangngnya jiwa,
Gersangnya jiwa disebabkan kuranngnya berzikir kepada Allah

Menangis, merupakan suatu ekspresi yang ditunjukkan manusia dalam menanggapi sesuatu, baik itu sedih ataupun senang. Kendati umumnya menangis dialamatkan sebagai apresiasi bagi kesedihan. Jika ditelaah mendalam, ternyata menangis merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Bahkan jika bayi yang lahir tanpa menangis, maka bayi ini diindikasikan tidak sehat. Setiap manusia tentu pernah menangis, setidaknya saat dia dilahirkan ke dunia ini. Bagaimana seseorang yang tidak pernah menangis dalam hidupnya? tidak sanggup kita bayangkan.

Menangis bisa menjadi alat ukur untuk mengukur halus kasar perasaan seseorang. Orang yang cepat menangis diindikasi memiliki perasaan yang halus. Sedangkan orang yang tidak cepat menangis diindikasikan memiliki perasaan yang keras. Demikian diasumsikan orang. Menangis bisa menjadi alat untuk melihat respon seseorang terhadap sesuatu masalah yang diutarakan, pesimiskah dia atau optimis.

Menangis bisa juga sebagai alat untuk memuluskan rencana. Bahkan meluluhkan hati seseorang untuk mendukung rencana orang yang menangis. Menurut Oren Hasson, seorang ilmuwan dari Universitas Tel Aviv, Israel, mengungkap bahwa menangis dapat dijadikan sebagai penghalang keagresifan yang dimiliki seseorang, sebab air mata seseorang sebenarnya tengah menurunkan mekanisme pertahanan dirinya dan memberikan simbol dirinya menyerah. Di dalam relasi kelompok, menangis bisa dianggap sebagai bentuk keterpaduan antara satu dengan lainnya. Pastinya, menangis memiliki mamfaat bagi manusia, baik mamfaat itu baik atau pun jahat.

Ibnu Qayyim Al-Jauzi membagi menangis dalam 10 Jenis. Menangis karena kasih sayang dan kelembutan, menangis karena takut, menangis karena cinta, menangis karena gembira, menangis karena penderitaan, menangis karena terlalu sedih, menangis karena terasa hina dan lemah, menangis untuk mendapatkan kasihan orang, menangis karena ikut-ikutan, dan menangis pura-pura atau munafik.
                                                                     
Kendati Ibnu Qayyim telah membaginya, namun dalam praktiknya kita tidak dapat menilai seseorang yang menangis, apakah itu benar atau pura-pura. Bisa saja kedustaan dibungkus dengan menangis, sehingga terkesan menjadi kebenaran. Bisa saja kebohongan dihiasi dengan air mata menjadi kebenaran dan fakta. Dalam Islam, baik tertawa atau pun menangis harus proporsional dan tetap berada dalam batas-batas kesopanan dan kebenaran. Tidak boleh melampaui batas-batas kewajaran yang dibenarkan agama. Menangis karena ditinggalkan orang yang dicintainya tidak boleh sampai ke tingkat meratap apalagi sampai meraung-raung.

Menangis ideal dan wajar telah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah dan ahlul arif billah terdahulu.

Sebut saja Imam Sufyan ats Tsauriy, beliau menangis tatkala kematian hampir datang kepadanya. Maka berkata salah seorang yang hadir kepada beliau“Wahai Abu `Abdillah apakah dikarenakan banyaknya dosa tangisan ini?” Maka beliau menjawab “Tidak, akan tetapi saya khawatir akan dicabutnya keimanan ini sebelum kematian”.(Mukhtashar Minhaajul Qaashidiin hal. 391).

Salma Al-Farisi menangis menjelang wafatnya, lalu ditanyakan kepadanya, “Mengapa engkau menangis padahal engkau adalah Sahabat Rasulullah?” Lalu beliau menjawab “Aku sama sekali tidak menangis karena menyesal akan dunia atau karena cinta akan dunia, Aku menangis karena Rasulullah mengikat janji dengan kami agar kehidupan kami hendaklah seperti seseorang yang ada dalam perjalanan, tetapi kami meninggalkannya,” lalu diperlihatkan kepadanya harta yang ia tinggalkan dan ternyata sebanyak dua puluh dirham lebih atau tiga puluh dirham lebih (Adabud Dun-yaa wad Diin, halaman 119).

Umar bin Khattab, terkenal sebagai sahabat yang tegas dan keras, Beliau pernah mendengarkan seorang laki-laki sedang membaca, “Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi, tidak seorang pun yang dapat menolaknya” [QS. Ath-Thur: 7-8]. Kemudian Umar pun menangis dan tangisannya semakin menjadi-jadi. Maka ditanya tentang hal tersebut. Ia pun menjawab, “Tinggalkan aku sendiri! Karena aku telah mendengar sumpah yang haq itu dari Rabbku”.

Menangis memang luar biasa, menangis telah tercatat dan mengubah sejarah dunia, Nabi Adam menangis selama 300 tahun memohon ampun kepada Allah. Dalam sejarah Aceh, status Aceh berubah disebabkan tangisan Soekarno saat menghadap Tengku Muhammad Daud Beureueh, Daud Beureueh luluh oleh air mata Soekarno.
Air mata yang keluar sebab menangis, menjadi anugerah, jika memang menangis untuk mencari dan mencapai keridhaan Allah. Sebaliknya, air mata menjadi saksi bisu angkara murka, jika ia keluar karena dusta dan kebohongan belaka. Untuk itu, berhati-hatilah dalam menangis.

Yaa allah,izinkan lah aku menangis karena mengharap keridhaanmu dan jadikanlah setiap tetesan air mataku,sebagai penebus dosa kepadamu.amin!

Mengapa Wanita Lebih Banyak Menghuni Neraka?

Sebuah pernyataan yang cukup lazim terdengar di telinga kita bahwa kebanyakan penduduk neraka dihuni oleh para wanita.

Berdasarkan Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.”

Muncul pertanyaan di benak kita, apa yang menyebabkan kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka? Dalam sebuah kisah ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.
                                                                 
Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda, “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)

Bagi para muslimah atau umumnya wanita ketika membaca atau mendengar hadist-hadist di atas sontak naik darah dan tidak bisa menerima sepenuhnya. Minimal akan berhujjah bahwasanya wanita bisa berbuat demikian karena ada penyebabnya, bukan tiba-tiba ingin berlaku demikian. Siapapun kalau ditanya tentu saja tidak ada yang ingin masuk neraka apalagi diklaim akan masuk neraka. Naudzubillah mindzalik!

Memang, berlayar mengarungi bahterah rumah tangga itu tidak semudah yang dibayangkan. Seorang muslimah tepatnya seorang istri, tidak saja harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup tapi juga mutlak dibutuhkan mental baja dan manajemen yang baik dalam mengelola gelombang kehidupan beserta segala pernak pernik yang menyertainya.

Ketika urusan rumah tangga tidak pernah ada habisnya, anak-anak rewel dan kondisi fisik sedang tidak fit, kemudian suami pulang kerja minta dilayani tanpa mau perduli dengan kondisi kita, biasanya, dalam kondisi seperti ini tidak banyak wanita yang tetap mampu mengendalikan kesabarannya. Manusiawi bukan? Belum tentu! Justru dalam situasi seperti inilah keimanan dan kesabaran kita akan teruji. Apakah kita masih bisa mengeluarkan kata-kata manis sekaligus rona muka penuh dengan senyum ketulusan? Sulit memang! Tapi sulit bukan berarti tidak bisa!

Jika kita cermati hadist diatas secara seksama, maka akan kita dapati beberapa sebab mengapa wanita bisa menjadi penduduk minoritas di surga, di antaranya :

Pertama, kufur terhadap kebaikan-kebaikan suami. Sebuah fenomena yang sering kita saksikan, seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya dalam waktu yang panjang hanya karena satu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal seharusnya seorang istri selalu bersyukur terhadap apa-apa yang diberikan suaminya, karena Allah SWT tidak akan melihat istri yang seperti ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr).

Kedua, durhaka terhadap suami. Durhaka yang sering dilakukan seorang istri adalah durhaka dalam ucapan dan perbuatan. Wujud durhaka dalam ucapan di antaranya ketika seorang istri membicarakan keburukan-keburukan suaminya kepada teman-teman atau keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar’i. Sedangkan durhaka dalam perbuatan diantaranya bersikap kasar atau menampakkan muka yang masam ketika memenuhi panggilan suami, tidak mau melayani suami dengan alasan yang tidak syar’i, pergi atau ke luar rumah tanpa izin suami, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, atau sebaliknya enggan berdandan dan mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu.

Jika demikian keadaannya maka sungguh merugi wanita-wanita yang kufur dan durhaka terhadap suaminya. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada surga karena mengikuti hawa nafsu belaka.

Jalan ke surga memang tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan melalui rintangan-rintangan yang berat dan terjal. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini Allah menjanjikan surga bagi orang-orang yang sabar menempuhnya.

Sementara, jalan menuju ke neraka penuh dengan keindahan yang menggoda dan setiap manusia sangat tertarik untuk melaluinya. Tetapi, sadarlah bahwa di ujung jalan ini, neraka telah menyambut dengan beragam siksa-Nya.

Lalu, bagaimana caranya agar para wanita atau para istri tidak terperosok ke dalam neraka?

Jangan pesimis, masih banyak cara dan tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri jika kita ingin menjadi penduduk minoritas di surga.

Masih ingat kan, ketika rasulullah bersabda dalam sebuah hadist shahih jami’, “Perempuan apabila shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.”

Mengacu dari hadist di atas, mari kita berlomba menegakkan sholat dengan lebih khusu’, memperbayak sholat-sholat sunah karena sholat yang benar dan khusu’ bisa membentengi diri kita dari perbuatan yang munkar. Selain puasa/shaum wajib di bulan romadhon, latihlah diri untuk terbiasa melakukan shaum sunah. Hiasilah diri dengan sabar dalam ketaatan dengan suami dan banyak-banyaklah beristigfar karena istigfar bisa meruntuhkan dosa-dosa kecil yang tidak kita sadari.

Dan juga ada sebuah amalan yang sepele tapi sering terlupakan adalah bershodaqoh (sedekah). Bershodaqohlah dalam keadaan lapang dan sempit karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka.

Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda, “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)

Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin. Wallahu’alam.

IQRO : Bisikan Allah, Bisikan Malaikat, Bisikan Nafsu, Bisikan Syetan

Bisikan Allah, Bisikan Malaikat, Bisikan Nafsu, Bisikan Syetan

Imam Al-Ghazali dalam Tulisan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazaly dari kitab Roudlotut Tholibin wa-‘Umdatus Salikin, ini kami turunkan karena banyaknya pertanyaan dari pembaca soal cara membedakan bisikan-bisikan dari dalam hati, apakah dari Allah, nafsu atau syetan. Red.)

Kajian ini seputar bisikan-bisikan hati (khawathir) dengan segala bentuknya, upaya memerangi, mengalahkan dan unggul dalam menghalau perbuatan syetan yang jahat. Juga tentang berlindung kepada Allah dari syetan dengan tiga cara:

Pertama, harus mengetahui godaan, rekayasa dan tipuan syetan.
Kedua, hendaknya tidak menanggapi ajakannya, sehingga qalbu anda tidak bergantung dengan ajakan itu.
Ketiga, langgengkan dzikrullah dalam qalbu dan lisan.

Sebab dzikrullah bagi syetan seperti penyakit yang menyerang manusia.

Untuk mengetahui rekayasa godaan syetan, akan tampak pada bisikan-bisikan (khawathir) dan berbagai macam caranya. Mengenai pengetahuan tentang berbagai macam bisikan hati, patut diketahui, bahwa bisikan-bisikan itu adalah pengaruh yang muncul di dalam qalbu hamba yang menjadi pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, proses yang sepenuhnya terjadi di dalam qalbu ini berasal dari Allah - yang menjadi Pencipta segala sesuatu.

Dalam kaitan ini, bisikan hati ada empat macam:

Suatu bisikan yang datang dari Allah swt. dalam qalbu hamba adalah sebagai bisikan awal, sehingga Dia disebut dengan Nama al-Khathir (Sang Pembisik).
Bisikan yang relevan dengan watak alam manusia, yang disebutan-nafs (jiwa).
Bisikan yang terdorong oleh ajakan syetan, yang disebut waswas (perasaan ragu-ragu).
Bisikan yang juga datang dari Allah yang disebut al-Ilham.
Al-Khathir adalah bisikan yang datang dari Allah swt. sebagai bisikan awal, terkadang berdimensi kebaikan, kemuliaan dan pemantapan dalam berhujjah. Kadang-kadang berdimensi negatif dan sebagai ujian.
Al-Khathir yang datang dari pemberi Ilham tidak akan terjadi, kecuali mengandung kebajikan, karena Dia adalah Yang Memberi nasihat dan bimbingan. Sedangkan al-Khathir yang datang dari syetan, tidak datang kecuali mengandung elemen kejahatan.

Bisikan ini terkadang sepintas mengandung kebajikan, tetapi dibalik itu ada makar dan istidraj (covernya nikmat, dalamnya siksa bencana).
Sementara bisikan yang tumbuh dari hawa nafsu tidak luput dari elemen kejahatannya. Terkadang juga ada elemen baik tidak sekadar untuk pencapaian kenikmatan saja.

Ada tiga persoalan yang harus ketahui di sini:

Pertama-tama, beberapa ulama berkata bahwa jika ingin mengenal dan mengetahui perbedaan antara bisikan kebaikan dan bisikan kejahatan, maka pertimbangkan dengan tiga ukuran nilai (mawazin), yang dapat mendeteksinya:
Apabila bisikan itu relevan dengan syariat, berarti baik. Jika sebaliknya - baik karena rukhshah atau syubhat, maka tergolong bisikan jahat.

Manakala dengan mizan(ukuran nilai) itu tidak diperoleh kejelasan perbedaan masing-masing, sebaiknya konfirmasikan dengan teladan orang-orang saleh. Jika sesuai dengan teladan mereka, maka ikutilah, jika tidak ada kebaikan, berarti hanya suatu keburukan.

Apabila dengan ukuran nilai (miizan) demikian masih belum menemukan kejelasan, konfrontasikan dengan motivasi yang terdapat pada nafs (ego) dan hawa (kesenangan). Jika ukuran nilainya merujuk sekadar pada kecenderungan nafs (ego) yakni kecenderungan naluriah dan bukan untuk mencari harapan (raja’) dari Allah, tentu saja termasuk keburukan.

Kedua, apabila ingin membedakan antara bisikan kejahatan yang bermula dari sisi syetan, atau dari sisi nafs (ego) ataukah bisikan itu dari sisi Allah swt., perlu anda perhatikan tiga hal ini:
Jika anda menemui bisikan yang kokoh, permanen, sekaligus konsisten pada satu hal, maka bisikan itu datang dari Allah swt., atau dari nafs (jika menjauhkan diri dari Allah). Namun jika bisikan itu menciptakan keraguan dan mengganjal dalam hati , maka itu muncul dari syetan.

Apabila bisikan itu jumpai setelah melakukan dosa, berarti itu datang dari Allah sebagai bentuk sanksi dari-Nya kepada anda. Jika bukan muncul dari akibat dosa, bisikan itu datang dari diri anda, yang berarti dari syetan.
Jika anda temui bisikan itu tidak melemahkan atau tidak mengurangi dari dzikir kepada Allah swt., tetapi bisikan itu tidak pernah berhenti, berarti dari hawa nafsu. Sebaliknya, jika melemahkan dzikir berarti dari syetan.

Ketiga, apabila ingin membedakan apakah bisikan kebaikan itu datang dari Allah swt. atau dari malaikat, maka perlu diperhatikan tiga hal pula:

Manakala melintas sekejap saja, maka datang dari Allah swt. Namun jika berulang-ulang, berarti datang dari malaikat, karena kedudukannya sebagai penasihat manusia.

Manakala bisikan itu muncul setelah usaha yang sungguh-sungguh dan ibadah yang lakukan, berarti datang dari Allah swt. Jika bukan demikian,bisikan itu datang dari malaikat.
Apabila bisikan itu berkenaan dengan masalah dasar dan amal batin, bisikan itu datang dari Allah swt. Tetapi jika berkaitan dengan masalah furu` dan amal-amal lahiriah, sebagian besarnya dari malaikat. Sebab, menurut mayoritas ahli tasawuf malaikat tidak memiliki kemampuan untuk mengenal batin hamba Allah.

Sementara itu, bisikan untuk suatu kebaikan yang datang dari syetan, merupakan istidraj menuju amal kejahatan yang lantas menjadi berlipat-lipat, maka perlu memperhatikan dengan cermat:

Lihatlah, apabila dalam diri anda, pada salah satu perbuatan jika berasal dari bisikan di dalam hati dengan penuh kegairahan tanpa disertai rasa takut, dengan ketergesa-gesaan bukan dengan waspada dengan tanpa perasaan aman, ketakutan pada Allah, dengan bersikap buta terhadap dampak akhirnya, bukan dengan mata batin, ketahuilah bahwa bisikan itu berasal dari syetan. Maka jauhilah, Bisikan seperti itu, harus jauhi.

Sebaliknya jika bisikan itu muncul bukan seperti bisikan-bisikan di atas, berarti : datang dari Allah swt., atau dari malaikat.

Saya katakan, bahwa semangat yang membara dapat mendorong manusia untuk segera melakukan aktivitas, tanpa adanya pertimbangan dari mata hatinya, tanpa mengingat pahala bisa menjadi faktor yang membangkitkan kondisi itu semua.
Sedangkan cara hati-hati adalah cara-cara yang terpuji dalam beberapa segi.

Khauf, lebih cenderung seseorang untuk berusaha menyempurnakan dan mempraktekkan suatu perbuatan yang benar dan bisa diterima Allah atas amal perbuatan itu.

Adapun perspektif hasil akhir suatu amal, hendaknya membuka mata hati dengan cermat dalam diri ada keyakinan bahwa amal tersebut adalah amalan yang lurus dan baik, atau adanya pandangan mengharapkan pahala di akhirat kelak. Ketiga kategori di atas harus ketahui dan sekaligus anda jaga. Sebab, semuanya mengandung ilmu-ilmu yang rumit sehingga sulit didapatkan dan rahasia-rahasia yang mulia.
IQRO....

EPISODE KEHIDUPAN (Sebuah Renungan)





Setiap kita pasti mendambakan ketenangan hidup secara batin maupun lahir. Jika hati tenang dan fisik sehat, kita akan merasa nyaman dalam melakukan berbagai macam aktivitas duniawi dan ukhrawi. Terutama ketenangan batin, hati merupakan sesuatu yang penting dan sangat berarti. Jika hati sedang galau dan gundah, tentu kita akan mencari obat mujarab untuk mengobati kegalauan dan kegelisahan hati itu.

Allah swt. telah memberikan cara kepada hambanya untuk mendapatkan ketenangan hati. Bagaimanakan kita mendapatkan ketenangan hati? Jawabnya adalah "zikir". Banyak-banyak lah berzikir supaya hati kita menjadi tenang dan tenteram. Allah swt. berfirman dalam Al Qur'an : "Bukankah dengan mengingat allah hati akan menjadi tenang" Jadi perbanyaklah zikir siang dan malam agar kita dekat dengan Allah swt. Tak perlu lari ke hal-hal lain yang terkadang malah mambuat kita semakin gundah. Curhatlah kepada Rabb mu di sepertiga malam. Karena dialah yang menciptakanmu dan tau segalanya tentangmu.

Hidup adalah belajar serta ujian. Kehidupan kita akan dihadapkan dengan berbagai kejadian dan permasalahan, yang mengharuskan kita belajar memilih dan memutuskan. Tentunya untuk melewati ini semua kita membutuhkan "ilmu". Layaknya sebuah tempat belajar bernama "kehidupan", mempunyai visi misi sebagai standar kelulusan bagi peserta didiknya. Apa tujuan Allah menciptakan kita di dunia ini? Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an: "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku”.

Dunia dan kehidupan ini telah meluluskan banyak angkatan dan generasi. Banyak yang lulus dan banyak pula yang gagal. Namun, dari semua generasi yang telah lulus ada satu generasi yang sangat luar biasa yaitu Rasulullah dan para sahabatnya. Disinilah posisi kita sebagai peserta didik yang sedang berada di tempat belajar ini, untuk mencontoh teladan baik dari generasi ini. Sehingga jika kelak tiba saatnya kita meninggalkan tempat belajar ini, kita dapat keluar sebagai lulusan yang baik, walaupun bukan mendapatkan predikat jayyid jiddan ataupun mumtaz.

Namun sayangnya, kita sendiri sering lupa bahwa hidup adalah belajar. Belajar dari segala hal, untuk menjadikan kita lebih baik. Tapi, seringkali kita terlena dengan hal-hal yang sebetulnya tidak urgent, tapi cukup menggoda. Ibarat seorang pelajar yang lupa akan tugas utamanya untuk belajar, karena terlena bermain game atau jalan-jalan di mall menghabiskan waktu tanpa mendapatkan hal bermanfaat. Seperti itulah kadang kita menempatkan diri dalam kehidupan ini. Karena sebagian orang berpikir "Hidup hanya sekali, untuk apa dibikin susah, nikmati saja sepuas-puasnya" Hal ini kembali tidak jauh berbeda seperti anak SMA yang mengatakan " Masa SMA adalah masa indah, bersenang-senang dan hanya sekali jadi harus dinikmati".

Hal-hal seperti inilah yang melalaikan kita sebagai peserta didik dalam kehidupan ini. Sehingga lahirlah generasi-generasi yang begitu cinta dunia sehingga melupakan akhirat. Kenyataannya banyak sekarang kita melihat peserta didik di tempat belajar ini yang menjadikan kekayaan, kecantikan, jabatan, dll sebagai tujuan hidup utama. Padahal tujuan utama keberadaan kita di dunia ini untuk beribadah kepada Allah swt., sehingga banyak kita temukan yang stress akibat apa yang menjadi tujuan hidupnya hilang seketika, dan salah memilih pedoman hidup. Hidup menjadi tak terarah lagi karena dulunya mendewakan dunia, dunia adalah segala-galanya tanpa memikirkan amalan-amalan apa saja yang telah diperbuat untuk bekal nanti jika kita meninggalkan kehidupan ini.

Kehidupan ini mempunyai episode tersendiri. Dunia ini terus berputar. Jika hari ini kita sedang di bawah, maka episode kehidupan berikutnya bisa jadi kita berada paling atas dan menjadi orang yang paling di hormati dan disegani. Apapun keadaan kita di tiap episode kehidupan ini intinya adalah bersyukur. Tentu saja bersyukur dengan tidak mengeluh walaupun yang kita dapat itu sedikit. Teruslah berproses menjadi insan yang lebih baik di tiap episode nya tanpa lupa akan tujuan utama kita hidup di dunia ini. Karena dunia dan kehidupan ini hanyalah tempat belajar. Bagaimana kita akan berlaku di dalamnya tergantung pribadi masing-masing kita. Keputusan di tangan kita. Ingin lulus dengan predikat apakah kita kelak jika meninggalkan tempat belajar ini, maqbul, jayyid, jayyid jiddan atau mumtaz-kah?

Semoga kita tidak menjadi generasi gagal… Ini hanya renungan perjalanan hidup. Untuk muhasabah diri, semoga bermanfaat .. Amien ya Rabb.

Jumat, 10 Februari 2012

KETIKA TERBUKANYA MATA HATI (MA'RIFATULLOH) DENGAN HAQIQAT PANGGILANNYA



اِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَلِ مَعَهَا اِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ اَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالأَعْمَالُ اَنْتَ مُهْدِيْهَا اِلَيْهِ , وَاَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ اِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ .



Apabila Allah berkehendak membukakan wijhah hatimu untuk menerima ma’rifat, maka tidak peduli lagi walau amalmu sedikit. Karena bila Allah membuka hatimu semata-mata karena berkehendak memperkenalkan diri-Nya kepadamu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ma’rifat itu didatangkan untukmu dan amalmu adalah persembahan untuk-Nya, mana yang lebih tinggi nilainya bagimu, apa yang datang darimu atau apa yang didatangkan kepadamu?.

Wijhah merupakan anugerah Allah s.w.t kepada seorang hamba yang letaknya di dalam hati sanubari. Meski didatangkan sebagai buah ibadah, namun datangnya wijjah tersebut semata-mata kehendak azaliah bukan karena ibadah yang dilakukan itu. Dengan wijhah, seorang hamba dapat melaksanakan tawajjuh (menghadap dan wushul) kepada Allah s.w.t. dengan benar. Yang dimaksud tawajjuh sebagaimana yang dinyatakan Allah s.w.t dalam firman-Nya berikut ini:



إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ


“Sesungguhnya aku menghadapkan hadapanku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan tidak menoleh kepada yang selain-Nya (hanifa) dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Tuhan”. (QS. al-An’am; 6/79) 

Dengan wijhah itu pula seorang hamba mendapatkan kemuliaan dan kedekatan di sisi Tuhannya: “Seorang terkemuka (mempunyai wijhah) di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran; 45)



Namun hal tersebut bisa terjadi manakala pintu wijhah itu sudah dibuka (di dalam hati), atau seorang hamba telah mendapatkan futuh dari Tuhannya, dengan itu maka dia akan berma’rifat dengan-Nya. Ma’rifat artinya mengenal dan yang dimaksud adalah mengenal Allah s.w.t (ma’rifatullah). Orang yang ma’rifatullah adalah orang yang kenal kepada Allah s.w.t.


Kenal kepada nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan pengaturan-Nya, akhlak dan perbuatan-Nya. Kenal, baik secara rasional (teori ilmiah) maupun secara spiritual (perasaan dalam hati).

 Namun yang dimaksud ma’rifatullah adalah kenal secara spiritual lahir bathin. 

Seorang hamba yang ma’rifat adalah seorang hamba yang bertakwa kepada Tuhannya. Seorang hamba yang ma’rifat adalah seorang hamba sanggup berbuat benar (shiddiq) dan tidak salah di hadapan Tuhannya. Yang demikian itu, karena ia tahu apa yang dikehendaki Allah s.w.t untuk dirinya. 


Semakin seorang hamba berma’rifat kepada Allah s.w.t, maka ia akan menjadi semakin mencintai-Nya karena ia semakin mengetahui dan semakin merasakan, bahwa Allah s.w.t sudah berbuat kebaikan yang sangat banyak kepada dirinya: “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (QS. Al- Qoshosh; 77)


Semakin seorang hamba mencintai Tuhannya, semakin itu pula ia mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki. Sebab, hanya kepada yang dicintai, seseorang akan mampu melaksanakan pengabdian yang benar.

Demikian juga, semakin seorang hamba mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki kapada Tuhannya berarti derajatnya di sisi Allah s.w.t akan menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu, orang yang paling berma’rifat dan paling bertakwa dan paling mulia di sisi Allah s.w.t adalah Rasulullah s.a.w.



Hal itu karena Beliau paling mencintai dan paling dicintai oleh Allah s.w.t. Untuk mencapai ma’rifatullah. Secara teori, seorang hamba akan diperjalankan oleh tarbiyah Allah s.w.t dengan dua cara: 1. Kehendak yang datangnya dari atas ke bawah. Artinya, semata-mata wijhah yang ada di dalam hati—yang asalnya tertutup—dibuka oleh Allah s.w.t. Hijab-hijab matahati dihapuskan.

Penutup pintu rahasia dibukakan. Seperti orang menyalakan lampu, maka yang asalnya gelap menjadi terang, yang asalnya tidak kenal kemudian menjadi kenal. Bagaikan mendung ketika sirna, matahari kemudian berada di atas kepala. Hal itu karena Allah s.w.t memang berkehendak mengenalkan diri kepada hamba-Nya, tidak dengan sebab yang lain, tidak dengan sebab amal ibadah yang sudah dikerjakan. Yakni, seorang hamba menjadi mengenal kepada-Nya semata-mata karena Allah s.w.t adalah Dzat Yang Maujud:



قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ “


Katakanlah : “Allah-lah” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. al-An’am; 6/91)

Kehendak dari bawah kemudian ke atas. Artinya terlebih dahulu seorang hamba dikenalkan kepada makhluk-makhluk-Nya baru kemudian dikenalkan kepada Al-Khalik (penciptanya), Sebagaimana firman Allah s.w.t:



إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS. 2; 164)


Pengenalan seorang hamba kepada Sang Pencipta langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar serta kemanfaatan-kemanfaatan yang dapat dimanfaatkan bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Allah s.w.t hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.

Perhatian dan penelitian seorang hamba terhadap semua itu menghasilkan suatu kesimpulan bahwa betapa Allah s.w.t telah banyak berbuat baik kepada umat manusia dan betapa sangat banyak manusia yang tidak mengetahui dan tidak menyadarinya dan bahkan kafir kepada-Nya.



Pemahaman tersebut kemudian menjadikan tumbuhnya rasa kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Hasilnya, mendorong dirinya untuk bertaubat dengan taubatan nasuha dan meningkatkan diri dalam melaksanakan pengabdian kepada Allah s.w.t. Ma’rifat yang pertama adalah ma’rifat yang langsung memancar dari hati dan ruh (spiritual) yang kemudian dipancarkan lagi di dalam akal dan fikir (rasional ilmiah) yang selanjutnya dapat teraktualisasikan melalui akhlak dan perbuatan.


Itu bisa terjadi karena seorang hamba memang telah terlebih dahulu dicintai Allah kemudian ia mencintainya.
Ma’rifat yang pertama ini lebih kuat daripada ma’rifat yang kedua karena ia lebih hakiki adanya dan karena sesungguhnya letak ma’rifat itu adalah di dalam hati.



Ma’rifat yang kedua adalah ma’rifat hati (spiritual) juga, akan tetapi masuknya terlebih dahulu melalui akal dan fikir (rasional). Yakni pengenalan seorang hamba kepada kejadian-kejadian yang ada di bumi dan di langit menjadikannya mengenal kepada Sang Pencipta.


Seperti orang yang mengenal buah karya tulis, ketika semakin dalam pengenalannya akhirnya ia ingin mengenal penulisnya. Walau jalan masuknya ma’rifat yang kedua ini melalui rasional, akan tetapi ketika masuk ke dalam spiritual (hati), masuknya ma’rifat itu semata kehendak Allah.

Hanya saja kehendak itu telah didahului oleh kehendak-kehendak yang sebelumnya—sebagai sebab-sebab yang tersusun tertib untuk mendapatkan akibat yang baik,—yaitu pahala dari amal ibadah yang sudah dilakukan. Bukan karena semata-mata amal ibadah yang dapat menjadikan seorang hamba berma’rifat kepada Allah s.w.t, akan tetapi sesungguhnya amal ibadah tersebut terlebih dahulu dijadikan sebab-sebab untuk bisa terpenuhi suatu proses pematangan ilmu pengetahuan secara rasional.

من عرف الحق شهده في كل شيئ, و من فني به غاب عن كل شيئ, ومن أحبه لم يؤثر عليه شيئا



Artinya : " Barang siapa yang ma'rifat kepada Al Haq (Allah), maka ia akan menyaksikanNya disetiap sesuatu, barang siapa yang fana' denganNya maka ia akan merasa hilang dari setiap sesuatu dan barang siapa yang mahabbah (cinta) kepadaNya maka tidak akan mendahulukan sesuatu dariNya (Allah) ". 


Pokok dan yang paling penting adalah ma'rifat. ma'rifatullah tidaklah seperti halnya manusia tahu makhluq lainnya secara kasat mata dan ini sangatlah mustahil karena bagaimana bisa akal makhluq bisa menemukan Dzat al kholiq, oleh karena itu dikatakan :


كل ما خطر ببالك فالله بخلاق ذلك

Artinya : " Apapun yang terlintas dihatimu, maka Allah adalah selainnya "

و من فني به غاب عن كل شيئ



Hanya saja haliyah fana' kulli ini sangatlah langka, karena orang yang sudah merasa hilang dengan ma'rifat billah dari setiap sesuatu, tidak bisa mu'amalah dengan manusia, ia tidak bisa bangkit untuk menuntun/membimbing manusia dan tidak bisa melakukan dakwah, tapi ia tetap dalam keadaan menyaksikan Allah dengan hatinya.

Akan tetapi, haliyah fana' kulli ini, kebanyakan hanyalah dirasakan oleh orang yang ‘arif disebagian haliyahnya saja. Kemudian ia akan kembali pada haliyah baqo' namun masih ma'rifat billah

Yakni supaya sampai kepada suatu akibat yang baik, yaitu pendewasaan ilmu dan akhlak secara spiritual. Amal ibadah adalah persembahan seorang hamba kepada Tuhannya sedangkan ma’rifat adalah pemberian Allah kepada hamba-Nya, manakah yang lebih tinggi nilainya?



Oleh karena itu, apabila Allah s.w.t berkehendak membukakan pintu wijhah hati seorang hamba untuk menerima Nur Ma’rifat, tidak peduli walau hamba-Nya itu sedang lemah dan sedikit amal ibadahnya .......


semoga selalu dalam minnah menuju himmah al-lathiifahNYA selalu ........

By : al - hikam ibnu athoo'illah assakandariy ...........

Selasa, 07 Februari 2012

KETIKA TAUHID & ILMU AQIDAH TENTANG IMAN DI LALAIKAN OLEH UMMAT YANG MENGAKU MUSLIM

Prihatin, inilah yang pertama kali alfaqir ingin tulis dalam dokumen ini, berapa banyak orang yang bangga ketika dirinya telah berhasil menyelesaikan studi dalam disiplin ilmu dunia tertentu atau banyak orang tua telah bangga dan merasa telah berhasil mendidik anak ketika anaknya meraih gelar dalam disiplin ilmu dunia tertentu. tapi sangat memprihatinkan sekolah tinggi-tinggi menempuh waktu yang tidak sedikit, ditanya tentang permasalahan agama yang paling pokok tidak tahu, ditanya tentang permasalah aqidah yang paling sederhana tidak tahu, ditanya masalah tauhid tidak tahu …!! Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi sebab dia diciptakan.



وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ



Artinya : ” Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)



Berkata Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhu : “Setiap apa yang terdapat di Al -Qur’an dari perintah ibadah, bermakna tauhid “ ( Silahkan lihat Tafsir Al Baghowi )



Bagaimana dia tidak tahu perkara islam yang dibangun diatasnya, Rasululloh Shalallahu ‘alahi wassalam : ‘ Islam dibangun atas lima perkara , supaya mereka mentauhidkan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum ramadhan, dan haji” (HR. Imam Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim dari hadist Ibnu Umar)



Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi inti dari dakwah para Rasul :



وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ



Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah Thogut” (QS. An-Nahl : 36)



Bagaimana dia tidak tahu perkara yang pertama kali diwajibkan atas nya untuk diapelajari. Berkata Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuuri, salah seorang ulama yaman, ” Apabila ditanyakan kepadamu apa yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba maka jawablah mempelajari Tauhidullah azza wa jalla dan dalilnya adalah hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu berkata ke Yaman berkata Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam : ” Sesungguhnya kamu akan mendatangi sebuah kaum dari ahlu kitab, maka yang pertama kali kamu dakwahkan adalah supaya mereka mentauhidkan Alloh Ta’ala ”
                                                         


( Hadist Mutafaq ‘alahi dan ini lafadz Bukhari – Kitab Mabadiul Mufidah fi Tauhid wal Fiqh wal Aqidah Syaikh Yahya al-Hajuri : 8 )



Oleh karena itu penting dan wajib bagi kita untuk mengilmui ilmu tauhid dan aqidah kemudian mengamalkannya secara dzohir dan bathin. Bahkan kewajiban yang paling wajib.





Pengertian Tauhid :



Secara Bahasa : Berasal dari kata (wahada – yuwahidu tauhidan, ja’ala syai’i wahidan) maknanya menjadikan sesuatu menjadi satu



Secara Syar’i : Mentauhidkan Alloh dengan apa-apa yang menjadikan kekhususan bagi Alloh, didalam Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan Asma wa Sifat-Nya





PEMBAGIAN TAUHID :



Para ulama Ahlus Sunnah membagi tauhid menjadi tiga. Berkata Syaikh Ibnu Baaz Rahimahullah : ” Bahwa Tauhid yang dengannya Allah mengutus Rasul dan menurunkan dengannya kitab dibagi menjadi 3 macam, menurut penelitian nash-nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah dan menurut kenyataan orang-orang yang dibebani syariat….yang pertama tauhid rububiyah, yang kedua tauhid ibadah dan dinamakan juga tauhid uluhiyyah dan yang ketiga tauhid asma’ wa sifat “



Tauhid rububiyah adalah : ” Mentauhidkan Allah di dalam perbuatannya yaitu mengilmui dan meyakini bahwa Allah esa dalam penciptaan, memberi rejeki dan pengaturan”



Dalilnya firman Allah ta’ala :



الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ



Artinya: “Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)



اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ



Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu “ (QS. Az-Zumar : 62)



Macam yang pertama ini diakui dan diyakini oleh orang-oang Musyrik zaman dahulu dan tidak menyebabkan masuknya ke dalam Islam. Dalilnya adalah firman Allah :



قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ



Artinya : “ Katakanlah: ” Siapakah yang melimpahkan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)



Sangat jelas sekali ayat ini menjelaskan orang musyrik zaman dahulu mengakui bahwa Allah sebagai penciptanya tapi tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Sedikit sekali orang yang mengingkari Tauhid Rububiyah kecauli orang -orang yang sombong sepert fir’aun, Namrud dan Dahriyah pada zaman dahulu, komunis pada zaman sekarang. Dan keingkarannya terhitung kafir mulhid.



Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan hamba, yaitu dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata tidak ada sekutu baginya dengan seluruh macam-macam ibadah seperti cinta, khouf (takut), roja’, tawakkal , doa dan selainnya dari macam-macam ibadah menuju 'ubudiyah al-haq



Sebagimana firman Allah :



إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ



Artinya : “Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan” (QS. Al-fatihah : 5)



وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا



Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”. (QS. An-Nisaa : 36)



Tauhid uluhiyah inilah yang diingkari oleh orang musyrik zaman dahulu, dalilnya adalah sebagaimana firman Allah ketika nabi berkata kepada kaumnya :” ucapankanlah kalian لا إِلَهَ إِلا اللهُ Supaya kalian beruntung, mereka berkata :



أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ



Artinya : ” Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu hal yang sangat mengherankan “ (QS. Shaad : 5)



Tauhid asma wa sifat yaitu beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan untuk dirinya di dalam kitabnya dan apa yang Allah disifati dengannya oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari nama-namaNya yang husna dan sifatnya yang ulya. Menetapkan sebagaimana adanya, tanpa takhrif (menyelewengkan makna dari sifat Allah ke makna yang batil), tanpa takyif (menanyakan bagaimana hakikat sifat Allah) tanpa tamsil (menyamakan sifat Allah dengan makhluknya )



لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ



Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.” (QS. As-Syura’ : 11)



Wahai saudaraku, tauhid adalah bukan ilmu yang dipelajari sejam dua jam, bukan juga sehari dua hari, tapi ilmu yang dipelajari sampai akhir hayat kita karena tauhid adalah kewajiban yang paling wajib yang jika seseorang meninggalkannya atau melalaikan dari mempelajarinya sehingga dia terjatuh dari perbuatan syirik akbar maka dia bukanlah seorang muslim tetapi sorang musyrik kafir, murtad (keluar dari agama jika sebelumnya dia seorang muslim)



إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ



Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, Dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)



Oleh karena itu wahai saudaraku, jangan pernah engkau tinggalkan dan lalaikan dari mempelajari tauhid.Saya akhiri dokumen sederhana ini KHUSUSNYA buat diri & semoga bisa buat kajian sudara (i) ku semuanya dengan membawakan perkataan seorang ulama yaman,

” Jangan pernah meremehkan masalah tauhid, baik itu nasehat, dakwah dan dari merealisasikannya.”

"Bagaimana dia tidak tahu perkara yang jika dia meninggalkan dari mempelajarinya dan mengamalkannya sebab dia terjatuh pada dosa kekufuran ”

" Yang ketiga al-amal, beramal tanpa ilmu & iman . beramal dengan ilmu & iman diantaranya ada yang jika di tinggalkan merupakan hukumnya kafir dan diantara nya jika ditinggalkan hukumnya maksiat,



dan diantaranya jika ditinggalkan hukumya makruh, dan diantaranya jika ditinggalkan hukumnya mubah bagaimana bisa seperti itu …?

ilmu bermacam -macam, maka ilmu tentang tauhid, bahwasanya Alloh ‘Azza wa jalla Dialah yang berhak untuk di ibadahi semata jika seorang hamba telah mengetahuinya dan tidak mengamalkan ilmunya,

dengan berbuat syirik (dualisme) kepada Alloh tidak bermafaat ilmunya , maka meninggalkan amal dalam kondisi orang seperti ini merupakan kekafiran”

BAROKALLOHU FIKUM ILA SHIROOTIL MUSTAQIIM YAA ROBBAL 'ALAMIIN



BY: AL- FAQIR AL-DLO'IF ABDUL KHAQ ..............

7 YANG TERBALIK PADA SANG PENILAI

                                                           


1. Yang tahu tidak bicara yang bicara tidak tahu, karena hakekat ilmu itu hilang lepas dari huruf dan suara, kebenaran tiap-tiap orang berbeda dan kebenaran tidak berpihak kepada siapa atau siapa, ketika kita menyampaikan suatu hal yang kita anggap benar maka disitu kita sudah salah jika kebenaran itu tidak bisa diterimanya.


2. Yang tampil memamerkan diri dengan atributnya itu tidak benar, yang benar tidak mau menampilkan dirinya, Kebenaran yang ditampilkan menutupi kebenaran yang hakiki kita anggap benar sesungguhnya kejahatanlah yang menang, karena tampak baik bukan ber-arti dia baik, yang kelihatan jahat belum tentu dia jahat, yang tampak tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai kedalaman ilmu seseorang.


3. Yang kerja disalahkan yang tidak kerja tidak disalahkan, belajar dulu pada ahlinya agar tidak membuat kesalahan dalam bekerja, karena apa yang dikerjakan harus kita tahu dengan ilmunya, tahu saja tidak cukup itu namanya ikut-ikutan tapi harus dengan ilmunya hingga hilang tanda tanya dalam diri tentang apa yang dikerjakannya, sementara yang tidak kerja hanya karena kita melihat dengan mata zahir kita saja.


4. Yang sudah kita yakini itu belum, yang belum perlu kita yakini, dalam meyakini suatu keyakinan kita harus bisa melampaui keyakinan itu sendiri agar kita bisa berfikir bebas, dengan kebebasan akan timbul kesadaran dan dalam kesadaran akan muncul pencerahan untuk menghargai keyakinan-keyakinan lain yang pada gilirannya membuat kita jadi orang yang bijaksana.


5. Yang ada itu tiada yang tiada itulah hakekat yang ada, yang ada semuanya akan hancur (fana) yang tiada itulah yang abadi (baqa), yang ada hanya bisa berfungsi kalau ada yang tiada seperti radio yang berbunyi hanya kalau bisa menerima siaran dari pusatnya, sesungguhnya tidak ada yang nyata kecuali dia,


6. Yang benar menurut kita bisa jadi yang salah dan yang salah menurut kita bisa jadi yang benar karena dari keterangan yang kita dapatpun ada yang mengatakan benar tapi ada juga yang mengatakan salah, oleh karenanya kita perlu meningkatkan mutu kita dari keterangan ketingkat merasakan.


7. Yang dilarang bisa jadi diperbolehkan sementara yang diperbolehkan bisa jadi dilarang, aturan hanya dikenakan untuk orang yang tidak tahu aturan, anak kecil perlu dikasih aturan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh karena dia belum tahu, apakah kita anak kecil?

Wasiat Nasehat ( Karomah ) & Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi

                                                           


“Jika engkau melihat seseorang berjalan di atas air dan bisa terbang di udara, maka janganlah kehebatan itu menjadikan kalian lengah dan terheran-heran kepadanya sampai kamu mengetahui secara persis atas apa yang di kerjakannya itu berlandaskan pada Al-Qur’an dan as-sunnah.”
( Imam Syafi’i )

“Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qur’an dan Sunah. Katakan pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qur’an dan Sunah terlebih dahulu.”


( Sayyidina Syekh Abul Hasan Ali Asy Syazili )

”Karomah yang paling besar ialah istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT.” “Jangan heran pada orang yang bisa berjalan sangat cepat di bumi, atau bisa terbang di udara, atau berjalan di atas air. Karena sesungguhnya setan juga bisa melakukannya.”
( Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri )

Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas (kepada salah seorang muridnya):


“Insya Allah ucapanku yang kau tulis dan kumpulkan akan memberikan manfaat yang besar. Dan usahamu ini lebih bermanfaat dan langgeng daripada mencatat karomah-karomah yang terjadi. Karomah yang berlangsung hanya saat itu saja dan akan dilupakan dengan berjalannya waktu. Namun, manfaat ucapanku ini Insya Allah Ta’ala akan abadi. Orang yang menghargai ucapanku belum datang, mereka adalah orang-orang masa depan.”



                                                          
Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi

Definisi Sufi yang Dikemukakan oleh Para Ulama’


a. Menurut Imam Junaidi al-Baghdady


وَقَالَ جُنَيْدِيْ: اَلصُّوْفِيْ كَالاَرْضِ يُطْرَحُ عَلَيْهَا كُلُّ قَبِيْحٍ وَلاَ يَخْرُجُ مِنْهَا إِِلاَّ كُلُّ مَلِيْحٍ وَقَالَ اَيْضًا: اَلصُّوْفِى كَالاَرْضِ يَطَئُوْهَا الْبِرُّ وَالْفَاجِرُ وَكَالسَّمَاءِ وَكَالسَّحَابِِ تُظِلُّ كُلَّ شَيْءٍ وَكَالْمَطَارِ يُسْقِى كُلَّ شَيْءٍِ . في الكتاب نشأة التصوف وتصريف الصوف ص 22



“Seorang sufi itu bagaikan bumi yang bila dilempari keburukan maka ia akan selalu membalasnya dengan kebaikan. Seorang sufi itu bagaikan bumi yang mana di atasnya berjalan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk (semua diterimanya). Seorang sufi juga bagaikan langit atau mendung yang menaungi semua yang ada di bawahnya, dan seperti air hujan yang menyirami segala sesuatu tanpa memilah dan memilih, [yang baik maupun yang buruk semuanya diayominya”. 
Kitab Nasyatu at-Tashawuf Wa Tashrifu as-Shufi hal 22

b. Dan menurut Aba Bakar al-Syibly dalam kitab Hilyah al-Auliya’ Hal 11.


قَالَ اَبَا بَكَرْ الشِّبْلِيْ: اَلصُّوْفِيْ, مَنْ صَفاَ قَلْبَهُ فَصَفَى، وَسَلَكَ طَرِيْقَ اْلمُصْطَفَى صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَمَى الدُّنْيَا خَلْفَ اْلقَفَا، وَأَذَاقَ اْلهَوَى طَعْمَ اْلجَفَا.

(كتاب حلية الاولياء ص:11)

“Orang sufi itu adalah seseorang yang membersihkan hatinya maka bersihlah hatinya, dan mengikuti jalannya Nabi al-Musthafa Saw. Serta tidak terlalu memikirkan perkara duniawi (lebih mementingkan masalah ukhrowi), dan menghilangkan keinginan hawa nafsunya.

Hilyatu al-Auliya’ halaman 11

c. Aba Hammam Abd. Rahman bin Mujib as-Shufi berpendapat:


سَمِعْتُ أَبَا هَمَّامْ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنِ مُجِيْبٍ اَلصُّوْفِي وَسُئِلَ عَنِ اَلصُّوْفِيْ فَقَالَ: لِنَفْسِهِ ذَابِحٌ، وَلِهَوَاهُ فَاضِحٌ، وَلِعَدُوِّهِ جَارِحٌ، وَلِلْخَلْقِ نَاصِحٌ. دَائِمِ اْلوَجَلِ، يَحْكُمُ اْلعَمَلَ، وَيَبْعَدُ اْلأَمَلَ وَيَسُّدُّ اْلخِلَلَ، ويَغْضَى عَلىَ الزَّلَلِ، عُذْرُهُ بِضَاعَةٍ، وَحَزْنُهُ صَنَاعَةٌ وَعَيْشُهُ قَنَاعَةٌ بِالْحَقِّ عَارِفٌ وَعَلىَ الْبَابِ عَاكِفٌ وَعَنِ الْكُلِّ عَازِفٌ. (كتاب حلية الاولياء ص:11)


“Ciri-ciri orang sufi itu adalah sebagai berikut;


1. Seseorang yang merasa dirinya hina


2. Menahan dan memerangi hawa nafsunya


3. Memberi nasehat kepada mahluk


4. Selalu mendekatkan diri kepada Allah


5. Berperilaku bijaksana


6. Menjauhi berandai-andai (berangan-angan terlalu tinggi dalam hal duniawi)


7. Tidak mau mencela


8. Mencegah perbuatan dosa


9. Waktu luangnya digunakan untuk beribadah


10. Susahnya sengaja di buat-buat (karena memang seorang sufi itu terhindar dari berbagai macam kesedihan dan kesusahan duniawiyah)


11. Hidupnya sederhana


12. Arif terhadap sesuatu yang benar


13. Mengasingkan diri dan mencegah dari segala sesuatu yang sia-sia.

Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi


Menurut Imam Qusyairi dalam kitabnya Risalah al-Qusyairiyah hal. 126-127


عَلاَمَةُ الصُّوْفِيّ الصَّادِقِ: أَنْ يَفْتَقِرَّ بَعْدَ الغِنىَ، وَيَذِلَّ بَعْدَ الْعِزِّ، وَيَخْفىَ بَعْدَ الشُّهْرَةِ، وَعَلاَمَةُ الصُّوْفِيْ اَلْكَاذِبِ: أَنْ يَسْتَغْنِيَ بِالدُّنْيَا بَعْدَ الْفَقْرِ، وَيَعِزَّ بَعْدَ الذِلِّ، وِيَشْتَهِرَ بَعْدَ الْخُلَفَاءِ.
( كتاب رسالة القشيرية ص 126-127



ciri-ciri kepribadian dan perilaku seorang sufi dibagi menjadi dua yaitu:

Seorang sufi al-Shadiq: merasa miskin setelah memperoleh kekayaan, merasa hina setelah mendapatkan kemulyaan, dan menyamarkan dirinya setelah terkenal.


Seorang sufi al-Kadzib: merasa kaya akan harta sesudah faqir, merasa mulia setelah hina, merasa terkenal yang mana sebelumnya dia tidak masyhur.

PENGERTIAN WASILAH & ROBITHOH

                            BISMILLAAHI AL ROHMAANI AL ROHIIM
Rasulullah SAW bersabda :

كن مع الله فإن لم تكن مع الله كن مع من مع الله فإنه يصيلك الى الله

"Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah" (H.R. Abu Daud).

WASILAH dan RABITAH

Pengertian Wasilah

 Sebagaimana halnya masalah mursyid, masalah wasilah dan rabitah dalam suatu tarekat pada waktu melaksanakan zikir dan ibadah menempati posisi penting dan menentukan. Seluruh sufi yang bertarekat pasti bermursyid, berwasilah dan merabitahkan rohaniahnya dalam beramal dan beribadah :

Artinya :Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (sukses). (QS.Al Maidah :35).

 Dalam Kamus al Munjid dikatakan :

اَلْوَسِيْلَةُ مَا يَتَقَرَّبُ إلىَ الْغَيْرِ

“Wasilah adalah sesuatu yang mendekatkan kepada yang lain.”

 Ibnu Abbas menegaskan :

اَلْوَسِيْلَةُ هِيَ الْقَرَابَةُ

“Wasilah adalah suatu pendekatan “

 Dalam Tafsir Ibnu Katsir II :52-53 pada waktu menafsirkan QS Al Maidah :35 , menyatakan :


اَلْوَسِيْلَة هِيَ الَّتِى يُتَوَصَّلُ بِهَا إلَى تَحْصِيْلِ الْمَقْصُوْدِ

“Wasilah itu ialah sesuatu yang menyampaikan kepada maksud”

 firman alloh QS.Al Maidah:35 menyatakan :

اَلْوَسِيْلَةُ عَامٌُ لِكُلِّ مَا يَتَوَصَلُ بِهِ إلَ الْمَقْصُوْدِ وَالنَّبِيُّ صلعم اَقْرَبُ الْوَسَا ئِلِ إلىَ اللهِ تَعَالىَ ثُمَّ تَوَائِبُهُ صلعم مِنَ الْمُسْتَكْمِلِيْنَ الْوَاصِلِيْنَ إلىَ اللهِ تَعَالىَ فِيْ كُلِّ قَرْنٍِ

“Pengertian umum dari wasilah adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kita kepada suatu maksud atau tujuan. Nabi Muhammad SAW adalah wasilah yang paling dekat untuk sampai kepada Allah SWT, kemudian kepada penerusnya-penerusnya yang Kamil Mukammil yang telah sampai kepada Allah SWT yang ada pada tiap-tiap abad atau tiap-tiap masa”

 Dalam ilmu balaghah dikenal istilah “Majaz Mursal :

مِنْ إطْلاَقِ الْمَحَلِّ وَإرَادَةِ الْحَال

artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya yang dimaksud adalah isinya. Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani Rasulullah SAW.

al-faqir menyatakan bahwa wasilah itu adalah suatu channel, saluran atau frekuensi yang tak terhingga yang langsung membawa kita (ASRO BI'ABDIHI) menjalankan pada hambanya * kehaderat Allah swt

 Wasilah itu ialah :

نُوْرٌُ عَلىَ نُوْرٍِ يَهْدِاللهُ لِنُوْرِهِ مَنْ يَشَآءُ

“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)," Allah membimbing kepada cahaya-NYA" siapa yang dia kehendaki “(QS An-Nur :35).
  " Allah membimbing kepada cahaya-NYA" pengertian ini hanya alloh untuk alloh bukan untuk mahluk

 Wasilah itu telah ditanamkan ke dalam diri rohani Arwahul Muqaddasah Rasulullah (nur muhammad) yang merupakan sentral penghubung antara Rasulullah SAW dan ummatnya menuju kehaderat Allah SWT.

 Para Sahabat dan ummat Rasulllah SAW harus mendapatkan wasilah ini di samping menerima Alquran dan As-Sunah untuk pedoman serta petunjuk ,,,, karena
  "Alquran dan As-Sunah" di ibarat padi dan beras yang masih perlu di kupas ...agar bisa bermanfaat buat kehidupan DIRI ... apapun penilaian anda tentang pusaka itu itulah yang kalian dapat ...

  "Dan di sis Allah-lah kunci-kunci
semua yg ghaib & yg nyata
tak ada yg mengetahuinya kecuali Di sendiri,
dan Dia mengetahui apa yg di
daratan dan di lautan,
dan Tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi
dan tidak sesuatu yang basah atau kering. melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfudz)"

Manusia unggul adalah yg terpilh
menjadi kalifah-Nya Allah
Tubuhnya mengakar ke bumi
Jiwanya menjangkau langit
Ruhnya selalu hadir dalam kebersamaan dengan-Nya
Bagaikan samudra, semua dilarutkan dalam dirinya
Tanpa ada perubahan di dalamnya
Itulah makna sejati, apa yang disebut JAWA
Pribadi teguh, memegang prinsip
Luwes menerima segala perubahan yang terjadi,
tanpa perlu adanya konflik
Sebab se-alam semesta adalah saudara
Tetapi cukup dengan kesadaran bahwa perbedaan adalah dinamika kehidupan (prosesnya pendewasaan diri)
Pertentangan adalah Qodrati, evolusi untuk menghasilkan sintesa-sintesa pembaharuan...
dan tak mungkin di samakan karena itu nash di
adakannya aqal pada MANUSIA  

KURANG LEBIHNYA MOHON MASUKANNYA DARI SAUDARAKU SEMUANYA .....
MOHON MAAF KU JIKA ADA YANG TIDAK SEPAHAM DENGAN PENULISAN ....
BAROKALLOOHU LANAA  WALAKUM FIDDAAROINI AAMIIN
NB: gus Eko Alyady
WASHILAH : jln or cr mendekatkan diri kpdNya yaitu iman , amal sholeh , ibadah , pendekatan ini dilakukan seseorang tanpa melalui perantara melainkan langsung kpdNya " bertaqwalah kpd allah , allah akan mengajarimu, al baqarah 282"

Washilah di dlm alquran di sebut 2x di al maidah 35, dan al isra 57 n mnurut para sufi jg disebut amal sholeh yaitu sarana utk mendrkatkan diri kpdNya 

dgn begitu WASHILAH adalah permintaan tolong n yg ini msh di bagi lag
i

Dalam ilmu balaghah dikenal istilah “Majaz Mursal :

مِنْ إطْلاَقِ الْمَحَلِّ وَإرَادَةِ الْحَال

artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya yang dimaksud adalah isinya. Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani Rasulullah SAW.


yg di maksud disini Nurun ala nurin adalah hakikat "diri" hal ini merujuk kpd ayt berikutnya 

Nuurun alaa nuurin yahdillaahu li nuurihii mayyasyaa'u".
(Nur Ilahi beriring dengan Nur Muhammad, yang diberikan-Nya pada orang-orang yang dikehendaki-Nya (QS An-Nur:35).

,yang disebut nur disurah an nur itu bukan hanya ilmu...ia adalah keselurahan cahaya hidup ilahi yang bertajalli pd sluruh jagad raya...nur itu adalah hidupnya jagad ini dan adalah jagad itu sendiri..!!..yang pada tubuh kita berpancar 12 cahaya hidup,isyarat 12 rabiul awal(kelahiran nabi),krn pd hari ke 13 gaib ALLAH pada rasulullah,maka inilah yang disebut khalifah ALLAH....adapun "LUBANG TAK TEMBUS" itu "DADA"......"KACA" itu qalbi....."PELITA" itu "RUH"......ruh itu nur,nur itu sifat,sifat itu tiada lain dr dzat.......maka dalam dada itu ada qalbi,dalam qalbi ada ruh,asal ruh adalah nur,nur adalah sifatullah(rahasia muhammad)....maka sebenar benar nur dzat(nurun ala nurin) adalah nur muhammad,dan nur muhammad itu tiada lain adalah "SIFAT 7 KITA"...MAKA TIADA DAPAT DICARI,KRN SUDAH MENJADI DIRIMU ZAHIR DAN BATIN..




BY: ABDUL FAQIR AL-KHAQ ALKIS ............ 

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila