Ketika seorang muslim baik pria ataupun wanita yang ingin menikah, biasanya akan timbul berbagai macam perasaan . Rasa gundah, galau, resah, bimbang dan ragu, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pedamping hidup. Bahkan dalam proses taaruf sekalipun masih ada rasa keraguan.
Tulisan ini hanya sebagai muhasabah diri menjalani hari-hari menunggu hari bahagia itu datang. Menjadikan diri pribadi yang sabar tapi tidak pernah berputus asa. Karena jodoh, rezeki, pertemuan dan maut semua telah ditentukan Allah, tinggal menunggu waktu dengan terus berusaha dan berdoa. Karena, kita tidak tau apa yang telah ditentukan oleh Allah. Siapa jodoh kita nanti?? Kita juga tidak bisa menjawabnya dengan pasti .
Ketika rasa takut itu datang ..
Rasa takut itu mulai datang. Bila di usia-usia dua puluh tahunan menunda menikah, karena takut dengan ekonominya yang belum mapan. Di usia menjelang tiga puluh hingga sekitar tiga puluh lima berubah lagi masalahnya. Laki-laki sering mengalami sindrom kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30 tahun). Mereka menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi.
Seperti hukum kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori. Begitu pula dengan kriteria tentang jodoh, ketika kita menetapkan kriteria yang terlalu banyak, akhirnya bahkan tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita. Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun. Masalah mereka bukan soal kriteria, tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya. Ketika usia 40-an, ketakutan yang dialami oleh laki-laki sudah berbeda lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya. Jika sebelumnya, banyak kriteria yang dipasang. Pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi istri dengan baik. Sehungga perasaan takut itu terus saja berlanjut.
Terkadang di usia 25 ke atas bagi sebagian orang akan merasa sensitive ketika membahas masalah pernikahan terutama bagi wanita. Ketika rasa takut itu datang janganlah berlarut-larut dengan perasaan itu, terus saja optimis dalam berusaha dan berdoa,
Ada rasa yang tidak bisa di ingkari..
Kadang ada perasaan kepada seseorang. Perasan cinta atau sayang. Kemanapun ia melangkah. Mata kita mengawasi, hati kita mencari-cari dan telinga kita merasa indah setiap kali mendengar namanya. Perasaan itu begitu kuat bersemayan di dada. Bukan karena kita menenggelamkan diri dalam lautan perasaan, tetapi seperti kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip dari Al-Mada’iny, “Andaikan orang yang jatuh cinta boleh memilih, tentu aku tidak akan memilih jatuh cinta", karena rasa cinta dapat membunuh dengan perlahan-lahan”.
Perasaan ini kadang mengganggu kita, sehingga tak sanggup berpikir jernih lagi. Kadang membuat kita banyak berharap, sehingga mengabaikan setiap kali ada yang mau serius. Kita sibuk menanti –kadang sampai membuat badan kita kurus kering – sampai batas waktu yang kita sendiri tak berani menentukan. Kita merasa yakin bahwa dia jodoh kita, atau merasa bahwa jodoh kita harus dia. Akibatnya, diri kita tersiksa oleh angan-angan. Walaupun kadang kalanya perasaan itu mendapat balasan, belum tentu perjalanan selanjutnya menjadi mulus tanpa rintangan. Saling mencintai tapi pada akhirnya tidak bisa bersatu karena dengan berbagai macam sebab. Namun semua kejadian yang terjadi jangan sampai membunuh rasa sehingga tak sanggup membuka hati kepada yang lain.
Permasalahan hati memang rumit, kita harus berpikir positif terhadap segala yang terjadi karena semua ada hikmahnya karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Dan Allah tahu apa yang terbaik bagi kita.
Ya Rabb ,,, jangan biarkan aku sendiri ..
Di atas semua itu, Allah bukakan pintu-pintu-Nya untuk kita. Ketuklah pertolongan-Nya dengan do’a. Di saat engkau merasa tak sanggup menanggung kesendirian, serulah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan,
"Rabbi, laa tadzarni fardan wa Anta khairul waritsin" (‘Tuhanku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik Warits’) QS. Al-Abiya’: 89.
Ini sesungguhnya adalah do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Zakariya untuk memohon keturunan kepada Allah Ta’ala. Ia memohon kepada Allah untuk menghapus kesendiriannya karena tak ada putra yang bisa menyejukkan mata.
Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu kita adukan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Semoga Ia hadirkan bagi kita seorang pendamping yang menenteramkan jiwa dan membahagiakan hati. Kita memohon kepada-Nya pendamping yang baik dari sisi-Nya. Kita memasrahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk kita.
Kapan do’a itu kita panjatkan? ..
Kapan saja kita merasa gelisah oleh rasa sepi yang mencekam. Panjatkan do’a itu di saat kita merasa amat membutuhkan hadirnya seorang pendamping. Saat hati kita dicekam oleh kesedihan karena tidak adanya teman sejati, atau ketika jiwa dipenuhi kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu.
Mempunyai sebuah keluarga adalah impian setiap kita, selalu ada orang di samping kita yang selalu menyayangi dan mencintai. Selalu ada penguat ketika rapuh, selalu ada suara-suara riang yang selalu tertawa lucu disamping kita.
Janji Allah kepada orang yang akan menikah ..
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An Nuur : 26).
Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Walaupun terkadang Allah memberikan pedamping kepada seorang yang shaleh/shalehah bukan yang sholeh atau shalehah pula tapi itu semua adalah sebagai ujian, seperti Asiah seorang yang shalehah di berikan suami seorang fir'aun.
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (An Nuur: 32).
Sebagian orang ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika mereka telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “Apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”
Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada mereka dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah. Dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab mereka bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya – maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?
"Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ” (Al Mu’min : 60).
Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut. Teruslah berdoa kepada Allah. Allah mencipatakan segala sesuatu berpasang pasangan. Ada siang dan malam, ada langit dan bumi begitu juga kita dicipatakan Allah berpasang pasangan.
“Untuk siapa saja yang menunggu hari bahagia itu datang jangan pernah bersedih, teruslah berusaha dan berdoa hingga waktu bahagia itu datang dan smua indah pada waktunya. karena aku, kau dan juga kita semua tidak bisa menjawab kapan, dimana dan dengan siapa waktu bahagia itu akan datang.. hanya allah yang tau”
Tulisan ini hanya sebagai muhasabah diri menjalani hari-hari menunggu hari bahagia itu datang. Menjadikan diri pribadi yang sabar tapi tidak pernah berputus asa. Karena jodoh, rezeki, pertemuan dan maut semua telah ditentukan Allah, tinggal menunggu waktu dengan terus berusaha dan berdoa. Karena, kita tidak tau apa yang telah ditentukan oleh Allah. Siapa jodoh kita nanti?? Kita juga tidak bisa menjawabnya dengan pasti .
Ketika rasa takut itu datang ..
Rasa takut itu mulai datang. Bila di usia-usia dua puluh tahunan menunda menikah, karena takut dengan ekonominya yang belum mapan. Di usia menjelang tiga puluh hingga sekitar tiga puluh lima berubah lagi masalahnya. Laki-laki sering mengalami sindrom kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30 tahun). Mereka menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi.
Seperti hukum kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori. Begitu pula dengan kriteria tentang jodoh, ketika kita menetapkan kriteria yang terlalu banyak, akhirnya bahkan tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita. Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun. Masalah mereka bukan soal kriteria, tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya. Ketika usia 40-an, ketakutan yang dialami oleh laki-laki sudah berbeda lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya. Jika sebelumnya, banyak kriteria yang dipasang. Pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi istri dengan baik. Sehungga perasaan takut itu terus saja berlanjut.
Terkadang di usia 25 ke atas bagi sebagian orang akan merasa sensitive ketika membahas masalah pernikahan terutama bagi wanita. Ketika rasa takut itu datang janganlah berlarut-larut dengan perasaan itu, terus saja optimis dalam berusaha dan berdoa,
Ada rasa yang tidak bisa di ingkari..
Kadang ada perasaan kepada seseorang. Perasan cinta atau sayang. Kemanapun ia melangkah. Mata kita mengawasi, hati kita mencari-cari dan telinga kita merasa indah setiap kali mendengar namanya. Perasaan itu begitu kuat bersemayan di dada. Bukan karena kita menenggelamkan diri dalam lautan perasaan, tetapi seperti kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip dari Al-Mada’iny, “Andaikan orang yang jatuh cinta boleh memilih, tentu aku tidak akan memilih jatuh cinta", karena rasa cinta dapat membunuh dengan perlahan-lahan”.
Perasaan ini kadang mengganggu kita, sehingga tak sanggup berpikir jernih lagi. Kadang membuat kita banyak berharap, sehingga mengabaikan setiap kali ada yang mau serius. Kita sibuk menanti –kadang sampai membuat badan kita kurus kering – sampai batas waktu yang kita sendiri tak berani menentukan. Kita merasa yakin bahwa dia jodoh kita, atau merasa bahwa jodoh kita harus dia. Akibatnya, diri kita tersiksa oleh angan-angan. Walaupun kadang kalanya perasaan itu mendapat balasan, belum tentu perjalanan selanjutnya menjadi mulus tanpa rintangan. Saling mencintai tapi pada akhirnya tidak bisa bersatu karena dengan berbagai macam sebab. Namun semua kejadian yang terjadi jangan sampai membunuh rasa sehingga tak sanggup membuka hati kepada yang lain.
Permasalahan hati memang rumit, kita harus berpikir positif terhadap segala yang terjadi karena semua ada hikmahnya karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Dan Allah tahu apa yang terbaik bagi kita.
Ya Rabb ,,, jangan biarkan aku sendiri ..
Di atas semua itu, Allah bukakan pintu-pintu-Nya untuk kita. Ketuklah pertolongan-Nya dengan do’a. Di saat engkau merasa tak sanggup menanggung kesendirian, serulah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan,
"Rabbi, laa tadzarni fardan wa Anta khairul waritsin" (‘Tuhanku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik Warits’) QS. Al-Abiya’: 89.
Ini sesungguhnya adalah do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Zakariya untuk memohon keturunan kepada Allah Ta’ala. Ia memohon kepada Allah untuk menghapus kesendiriannya karena tak ada putra yang bisa menyejukkan mata.
Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu kita adukan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Semoga Ia hadirkan bagi kita seorang pendamping yang menenteramkan jiwa dan membahagiakan hati. Kita memohon kepada-Nya pendamping yang baik dari sisi-Nya. Kita memasrahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk kita.
Kapan do’a itu kita panjatkan? ..
Kapan saja kita merasa gelisah oleh rasa sepi yang mencekam. Panjatkan do’a itu di saat kita merasa amat membutuhkan hadirnya seorang pendamping. Saat hati kita dicekam oleh kesedihan karena tidak adanya teman sejati, atau ketika jiwa dipenuhi kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu.
Mempunyai sebuah keluarga adalah impian setiap kita, selalu ada orang di samping kita yang selalu menyayangi dan mencintai. Selalu ada penguat ketika rapuh, selalu ada suara-suara riang yang selalu tertawa lucu disamping kita.
Janji Allah kepada orang yang akan menikah ..
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An Nuur : 26).
Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Walaupun terkadang Allah memberikan pedamping kepada seorang yang shaleh/shalehah bukan yang sholeh atau shalehah pula tapi itu semua adalah sebagai ujian, seperti Asiah seorang yang shalehah di berikan suami seorang fir'aun.
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (An Nuur: 32).
Sebagian orang ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika mereka telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “Apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”
Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada mereka dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah. Dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab mereka bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya – maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?
"Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ” (Al Mu’min : 60).
Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut. Teruslah berdoa kepada Allah. Allah mencipatakan segala sesuatu berpasang pasangan. Ada siang dan malam, ada langit dan bumi begitu juga kita dicipatakan Allah berpasang pasangan.
“Untuk siapa saja yang menunggu hari bahagia itu datang jangan pernah bersedih, teruslah berusaha dan berdoa hingga waktu bahagia itu datang dan smua indah pada waktunya. karena aku, kau dan juga kita semua tidak bisa menjawab kapan, dimana dan dengan siapa waktu bahagia itu akan datang.. hanya allah yang tau”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar