Mengenai sabda Rasulullah SAW,
‘موتوا قبل انتموتن’
Matilah Engkau sebelum engkau di Matikan
“Wahai sahabat, matilah sebelum
engkau dimatikan, jika yang paling engkau kehendaki
adalah hidupm,karena dengan mati seperti itu Idris a.s.
menjadi seorang penghuni al-Jannah terlebih dahulu
daripada kita semua.”
Engkau telah banyak menderita,
tetapi engkau masih tetap terhijab, karena
kematian itu suatu pokok yang mendasar, dan
engkau belum mencapainya.
Deritamu tidak akan berakhir sampai engkau mati:
engkau tidak dapat menjangkau atap tanpa
menyelesaikan tangga panjatan.
Walau hanya tersisa dua buah dari seratus anak-tangga,
sang pemanjat yang telah keras berjuang tetap
saja terhalang dari menjejakkan kaki di atas atap.
Walau tambang hanya kurang satu dari seratus depa,
bagaimanakah caranya air-sumur masuk ke dalam timba.
Wahai pejalan, tidak akan pernah engkau mengalami
kehancuran kapal keberadaan-diri ini, sampai
engkau meletakkan pemberat terakhir.
Ketahuilah pemberat terakhir itu sangatlah pokok,
ia bagaikan bintang yang menembus, yang muncul pada
malam hari: ia menghancurkan kapal yang penuh
ide-jahat dan kesalahan ini.
Kapal bangga-diri ini, ketika ia sepenuhnya hancur,
menjadi matahari di tengah lengkung biru al-Jannah.
Selama engkau belum mati, deritamu akan terus berkepanjangan:
engkau akan dipadamkan manakala fajar merekah,
wahai lilin dari Thiraz!
Ketahuilah, Matahari dari alam ini tetap tersembunyi
sampai bintang-bintang kita tertutup.
Gunakanlah tongkat itu kepada dirimu-sendiri:
hancurkanlah cinta-dirimu, karena mata jasmaniah ini
bagaikan sumbat pada pendengaranmu.
Engkau tengah menggunakan tongkat itu kepada dirimu-sendiri,
wahai manusia rendah: cinta-diri ini adalah bayangan dari
dirimu-sendiri dalam cermin dari tindakan-tindakan-Ku
Engkau telah melihat bayangan dari dirimu-sendiri dalam
cermin dari bentuk-Ku, dan telah meradang,
ingin menempur dirimu-sendiri,
Bagaikan singa yang terjun ke dalam sumur;
karena menyangka bayangan dirinya-sendiri adalah musuhnya.
Tidak diragukan lagi, ketiadaan (‘adam) adalah lawan
dari keberadaan (wujud), maksudnya adalah agar dari
lawannya ini, engkau memperoleh sedikit pengetahuan
tentang yang sebaliknya.
Pada saat ini tidak ada sarana yang menyebabkan diketahuinya
Tuhan, kecuali dengan penyangkalan kebalikan:
dalam kehidupan kini tiada saat yang tanpa jebakan.
Wahai pemilik kesejatian,
jika engkau menginginkan ketersingkapan-hijab al-Haqq,
pilihlah kematian dan robeklah hijab.
Bukanlah ini kematian yang kemudian membawamu
ke dalam kubur, melainkan suatu kematian berupa
transformasi jiwa, sehingga ia akan membawamu ke dalam
suatu Cahaya.
Ketika seseorang beranjak dewasa, masa kanak-kanaknya mati;
ketika dia tumbuh putih seperti orang Yunani,
ia menanggalkan celupan hitamnya yang bagaikan orang Afrika.
Ketika bumi menjadi emas, tiada tertinggal unsur kebumiannya;
ketika sedih menjadi gembira, duri kesedihan tiada tersisa.
Karenanya, Sang Mustafa bersabda: “Wahai pencari
rahasia-rahasia, jika engkau hendak melihat orang mati yang hidup,
Yang berjalan-jalan di atas bumi, seperti orang yang masih hidup,
namun dia telah mati dan jiwanya telah pergi ke al-Jannah;
Orang yang jiwanya memiliki tempat-tinggal yang tinggi saat ini,
ketika ajalnya tiba, tidaklah jiwanya dipindahkan.
Karena dia telah dipindahkan sebelum mati:
rahasia ini hanya dimengerti dengan mengalami kematian,
bukannya dengan menggunakan nalar seseorang;
Tetaplah itu sebuah pemindahan, tetapi tidak sama
dengan pemindahan jiwa-jiwa dari mereka yang rendah:
itu mirip dengan suatu perpindahan dalam hidup ini,
dari suatu tempat ke tempat lain.
Jika ada yang ingin melihat seseorang yang telah mati,
tapi masih tampak berjalan di bumi,
Biarkanlah dia memperhatikan Abu Bakar,
sang shalih, yang dengan menjadi seorang saksi yang shiddiq,
menjadi Pangeran Kebangkitan.
Dalam hidup kebumian kini, tataplah sang shiddiq,
sehingga lebih yakin lagi engkau percaya kepada Kebangkitan.”
Karena itulah, Muhammad merupakan seratus kebangkitan jiwa,
di sini dan kini; sebab terlarutkan dia dalam kematian,
dari kehilangan dan keterikatan sementara.
Ahmad itu lahir dua-kali di alam ini:
dia memanifestasi dalam seratus kebangkitan.
Mereka bertanya kepadanya mengenai Kebangkitan:
“Wahai (engkau yang adalah) Sang Kebangkitan,
berapa jauhkah jalan menuju Kebangkitan?”
Dan sering dia akan berkata, dengan kefasihan bisu:
“Adakah seseorang menanyakan (kepadaku, yang adalah)
Sang Kebangkitan, mengenai Kebangkitan?”
Oleh karenanya, Sang Rasul yang membawa kabar-kabar gembira
berkata, dengan penuh-makna: “Matilah sebelum engkau mati,
wahai jiwa-jiwa mulia,
Seperti aku telah mati sebelum mati,
dan membawa dari Sana kemasyhuran dan keterkenalan ini.”
Sebab itu, jadilah kebangkitan dan, dengan demikian,
lihatlah kebangkitan: menjadi kebangkitan adalah syarat
yang diperlukan agar dapat melihat segala sesuatu
sebagaimana adanya.
Sampai engkau menjadi hal itu,
tidaklah akan engkau ketahui dengan sempurna,
apakah hal itu terang atau gelap.
Jika engkau menjadi ‘Aql,
engkau akan mengetahui ‘Aql dengan sempurna; jika
engkau menjadi Cinta, akan engkau ketahui nyala sumbu Cinta.
Akan aku nyatakan dengan jelas bukti dari pernyataan ini,
jika ada pengertian yang tepat untuk menerimanya.
Buah-ara mudah diperoleh di sekitar sini,
jika ada burung pemakan buah-ara yang mau bertamu.
Semuanya saja, lelaki ataupun perempuan, di seluruh alam,
tiada hentinya dalam sekarat, dan tengah mati.
Anggaplah kata-kata mereka sebagai wasiat kepada anaknya,
yang disampaikan seorang ayah pada saat seperti itu.
Sehingga dengan demikian, semoga tumbuh
di hatimu pertimbangan dan belas-kasih,
supaya akar kebencian dan kecemburuan dan permusuhan
dapat tercabut.
Pandanglah sesamamu dengan cara demikian,
sehingga terbakarlah hatimu dengan belas-kasih,
bagi sekaratnya.
“Semua yang mesti datang, akan datang:”
anggaplah dia sudah datang di sini dan kini,
anggaplah sahabatmu sedang sekarat dan tengah mati.
Dan jika kehendak-kehendak yang mementingkan diri-sendiri
menghalangimu dari pandangan seperti ini,
buanglah kehendak seperti ini dari dadamu;
Dan jika engkau tidak-mampu, janganlah
terus berdiam-diri dalam keadaan tidak-mampu itu:
ketahuilah bersama dengan setiap ketidak-mampuan terdapat
Yang-Membuat-tidak-mampu.
Ketidak-mampuan itu adalah sebuah belenggu:
Dia mengikatmu dengannya, engkau harus membuka
matamu untuk menatap Dia yang mengikatkan belenggu.
Karenanya, bermohonlah dengan rendah-hati, katakanlah:
“Wahai Sang Pemandu kehidupan, sebelumnya aku merdeka,
dan kini aku terjatuh dalam keterikatan;
gerangan apakah sebabnya?
Telah lebih keras dari sebelumnya kuinjak-injakan kakiku
pada kejahatan, karena Engkaulah Sang Maha Kuasa,
dan aku senantiasa berada dalam kerugian.
Selama ini aku tuli kepada seruan-Mu:
seraya mengaku-aku diri seorang penghancur berhala,
padahal sesungguhnya aku adalah seorang pembuat berhala.
Apakah lebih pantas bagiku merenungkan tentang
karya-karya-Mu atau tentang kematian?
(Tentang kematian): Kematian itu bagaikan musim-gugur, dan
Engkau adalah (akar yang merupakan) sumber dari dedaunan.”
Telah bertahun lamanya, kematian ini memukul-mukul
genderangnya, (tetapi hanya ketika) telah terlambat telingamu
tergerak mendengarkan.
Dalam kesakitannya (manusia yang lalai) menjerit dari kedalaman
jiwanya: “Wahai, aku tengah sekarat!” Apakah baru sekarang ini
Kematian membuatmu sadar akan kehadirannya?
Tenggorokan kematian serak karena teriakan-teriakannya;
genderangnya robek karena kerasnya pukulan-pukulan
yang diterimanya.
Tetapi engkau menghancurkan dirimu-sendiri dalam
remeh-temeh: baru kini engkau menangkap rahasia kematian.
Mencari sahabat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang hubungan dalam kehidupan dan tidak terbatasi oleh agama-agama dan keyaqinan masing-masing .... salam persaudaraan semuanya
TANBIIH
hiasan
Sabtu, 05 Mei 2012
LANJUTAN MENGENAL SIFAT WAJIB 20 DAN SIFAT MUSTAHIL ALLOH 20
5- Sifat Wajib: Qiyamuhu
Binafsihi
Artinya: Berdiri
dengan diri-Nya sendiri
القيام بالنفس : صفة سلبية لأنها سلبت و نفت القيام بالغير و معناه في
حقه تعالى انه لا يفتقر الى ذات يقوم بها أو موجد يوجده بل هو الغني عن كل ما سواه
. قال الله تعالى { إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ } و الدليل العقلي على
ذلك انه لو لم يكن قائما بنفسه لكان محتاجا الى غيره و لو احتاج الى غيره لكان حادثا
و هو محال فيستحيل في حقه ضده و هو الاحتياج الى غيره
Al-Qiyam Binnafsi (Berdiri Sendiri) adalah sifat Salbiyyah
artinya sifat yang mencabut atau menolak adanya Allah berdiri dengan yang lain.
Dalam arti lain bahwa Allah tidak butuh dengan sesuatu dzat yang membantu-Nya
untuk berdiri. Berdirinya Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya, tidak
membutuhkan tempat, tidak membutuhkan ruang dan tidak membutuhkan segala dzat,
sifat, dan perbuatan makhluk-Nya. Berbeda dengan makhluk yang selamanya
membutuhkan bantuan dari luar, Allah berfirman:إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
”Sesungguhnya Allah SWT benar-benar
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (al-Ankabut : 6).
Sifat mustahilnya al-qiyam binnafsih
Ihtiyaj Ila Mahal Wa
Mukhashshash
al-ihtiyaj lighairihi
artinya berdiri dengan bantuan yang lain. Keberadaan makhluk Allah, di mana
saja dan kapan saja tidak bisa lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir
karena ada kedua orangtuanya, tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan
dirawat oleh orangtuanya. Bahkan setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain. Sedangkan Allah itu berdiri dengan sendirinya.
Mustahil Allah itu berhajat atau butuh pada makhluk-Nya.
Jelasnya, Di dunia ini semua orang saling membutuhkan. Butuh
bantunan, butuh dokter, butuh teman, butuh istri, butuh anak, butuh ini butuh
itu dan masih banyak lagi kebutuhan. Dari mulai manusia lahir sampai wafat
tidak bisa lepas dari bantuan dan kebutuhan. Saat bayi, ia butuh susu ibunya,
menjelang pertumbuhan ia butuh asuhan, butuh pendidikan. Setelah menanjak
dewasa ia butuh istri, butuh anak. Dan seterusnya dan seterusnya.
Allah Taala itu
berdiri sendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau berdiri
pada lainnya dan berdirinya tidak memerlukan tempat tertentu
Allah berdiri
sendiri. Dia tidak butuh pada ciptaan-Nya, tidak butuh bantuannya, tidak butuh
teman, tidak butuh istri, tidak butuh anak. Dia berdiri sendiri tidak beranak
dan tidak diperanakan, tidak butuh makan, tidak butuh minum, tidak butuh tidur,
tidak butuh istirahat, tidak butuh pujian dari makhluk-Nya. Seandainya seluruh
makhluk memuji-Nya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaan-Nya.
Sebaliknya jika seluruh makhluk menghina-Nya, tidaklah berkurang sedikitpun
keluhuran-Nya. Maha Suci Allah dari segala kebutuhan dan bantuan.
6- Sifat Wajib: Wahdaniyah
Artinya: Esa
الوحدانية : هي صفة سلبية لانها سلبت و
نفت التعدد و معناها في حقه تعالى أنه واحد في ذاته و واحد في صفاته و واحد في أفعاله
، قال الله تعالى { لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا } و الدليل
العقلي على ذلك انه لو لم يكن واحدا لكان متعددا و لو كان متعددا لأمكن التمانع و هو
يستلزم المحال لانه لو فُرِضَ وجود إلهين صانعين للعالم فلا بد إما أن يتفقا أو يختلفا
فإن اتفقا لزم عجز كل واحد منهما و إن اختلفا لزم اجتماع الضدين و هو محال أو عجز أحدهما
فالقادر هو الإله و العاجز باطل ، فثبت أنه سبحانه و تعالى واحد لا شريك له و يستحيل
عليه التعدد .
Wahdaniyah (Esa atau
Satu) adalah sifat Salbiyyah artinya sifat yang mencabut atau menolak
keberadaan Allah lebih dari satu. Dalam arti lain bahwa Allah itu satu atau esa
tidak ada Tuhan selain-Nya. Dia esa atau satu dalam Dzat, Sifat dan
perbuatan-Nya.
Allah itu esa dalam dzat-Nya. Artinya, bahwa dzat Allah
satu, tidak tersusun dari unsur unsur atau anggota badan dan tidak ada satupun
dzat yang menyamai dzat Allah. Allah itu satu dalam sifat-Nya artinya bahwa
sifat Allah tidak terdiri dari dua sifat yang sama, dan tidak ada sesuatupun
yang menyamai sifat Allah. Allah itu satu dalam fi’il atau perbuatan artinya
bahwa hanya Allah yang memiliki perbuatan. Dan tidak satupun yang dapat
menyamai perbuatan Allah.
Sedangkan sifat mustahilnya wahdaniyah bagi Allah yaitu
“Ta’addud” artinya banyak atau bilangan-Nya lebih dari satu, maka mustahil
Allah lebih dari satu. Firman Allah:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ
لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
(al-Anbiya’: 22).
Keesaan Allah itu mutlak. Artinya keesaan Allah meliputi
dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Meyakini keesaan Allah merupakan mabda’ atau
prinsip, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada
pengakuan tentang keesaan Allah. Makanya untuk pertama seseorang menjadi
muslim, ia harus bersaksi terhadap keesaan Allah, yaitu dengan membaca syahadat
yang berbunyi ”Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”.
Meyakini keesaan Allah juga merupakan inti ajaran para nabi,
sejak nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw. Jika keyakinan ini sudah
diterapkan dari dahulu maka mustahil Allah itu lebih dari satu
Sifat Mustahil:
Ta’addud
artinya: berbilangan
/ dua, tiga, empat dan seterusnya. Allah
itu Maha Kuasa. Jika ada Allah lebih dari satu, dan bekerjasama, berarti mereka
itu lemah dan tidak berkuasa. Dan jika mereka berselisihan maka terjadi
sengketa antara mereka. Jadi mustahil Allah itu lebih dari satu. Kalau lebih
dari satu maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi.
”Sekiranya ada di langit dan di bumi
ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (Al-Anbiya:
22)
Dengan menghayati sifat wahdaniyyah ini, kita insyallah akan
terhindar dari berbagai faham yang bisa menyesatkan tentang keesaan Allah.
Allah itu Maha Esa
Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia mempunyai Dzat,
sifat dan perangai yang berbilang-bilang.
7- Sifat Wajib:
Qudrah
Artinya: Kuasa
القدرة : هي صفة وجودية قديمة قائمة بذاته
تعالي يحصل بها ايجاد الممكن و إعدامه على وفق الإرادة فالله سبحانه و تعالى هو القادر
على كل شيئ المنفرد بالايجاد و الإعدام قال الله تعالى { وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ
مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً
} ، فالدليل العقلي على ذلك وجود العالم لانه لو لم يكن قادرا لكان عاجزاو لو كان عاجزا
لما وجد شيئ من هذا العالم فيستحيل عليه العجز
Qudrat (Kuasa) adalah sifat pasti ada pada dzat Alllah yang
mungkin dengan kekuasaan-Nya, Dia berkehendak mewujudkan atau meniadakan segala
sesuatu. Kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Kekuasaan-Nya meliputi terhadap
segala sesuatu. Dia kuasa untuk mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan
kehendakn-Nya atau Dia juga kuasa untuk meniadakan segala sesuatu yang
dikehendaki-Nya.
Sudah menjadi hal yang pasti bahwa kekuasaan Allah berbeda
dengan kekuasaan manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Kekuasan
Allah tidak ada yang bisa menghalangi-Nya. Jika Allah telah berkehendak
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka tidak ada suatu pun makhluk yang
bisa mencegah-Nya atau memberi saran kepada-Nya.
Makanya tidak patut bagi manusia bersifat sombong, angkuh
dan bangga dengan kekuasaan yang dimilikinya, karena sebesar apa pun kehebatan
kekuasaan manusia, tetap kekuasaan Allah pasti lebih besar dan lebih hebat.
Bahkan jika Allah berkehendak menghilangkan kekuasaan manusia, maka dalam
sekejap mata saja kekuasaanya bisa hilang dan ia tidak berdaya untuk
mempertahankannya.
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ
فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً
”Dan tiada sesuatu pun yang dapat
melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (al-Fatir: 44)
Sifat Mustahil:
’Ajzun
Artinya: Lemah
(tidak kuasa atau
lemah), tentu Ia tidak akan kuasa meciptakan alam raya yang sangat menakjubkan
ini. Karena itu, mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah.
Alah Taala itu Maha
Berkuasa, apapun bisa dilakukannya. Mustahil Allah itu lemah atau tidak
berkuasa.
8- Sifat Wajib:
Iradah
Artinya: Menentukan
إلارادة : هي صفة قديمة قائمة بذاته تخصص الممكن ببعض ما يجوز عليه كالعلم
و الجهل و الطول و القصر و نحوها فالله سبحانه و تعالى هو المبدئ المعيد الفعال لما
يريد لا راد لامره قال الله تعالى { إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ
أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ } و الدليل العقلي على ذلك وجود العالم لأنه لو لم
يكن مريدا لكان مكرها و لو كان مكرها لكان عاجزا و لو كان عاجزا لما وجد هذا العالم
فيستحيل عليه سبحانه و تعالى ضدها و هو الكراهة
Iradah (Berkehendak) adalah Sifat Ma’ani yang artinya Allah
berdiri dengan dzat-Nya dan menentukan sesuatu dengan kemungkinan-Nya. Dalam
arti lain bahwa Allah mungkin (boleh atau tidak boleh) berkehendak untuk
bertindak atau menentukan segala sesuatu sesuai keinginan-Nya. Allah memiliki
kehendak yang sangat luas. Dia mungkin berkendak memberikan kekayaan kepada
orang yang Dia kehendaki dan Dia bisa pula mencabut kekayaannya. Dia mungkin
berkehendak memberi kemuliaan kepada orang yang Dia kehendaki dan pula Dia
mungkin mencabut kemuliaannya. Di tangan Allah segala kehendak. Allah maha
kuasa atas segala sesuatau yang Dia kehendaki, tidak seorangpun yang mampu
menahan kehendak-Nya. Dan segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan
keinginan dan kehendak Allah.إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ
أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
” Sesungguhnya perkataan Kami
terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya:
“Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.” (an-Nahl: 40).
Sifat Mustahil:
Karahah
Artinya: Terpaksa
maksudnya mustahil Allah berbuat sesuatu karena dengan
paksaan atau terpaksa atau tidak dengan keinginan dan kehendak-Nya sendiri.
Allah memiliki sifat selalu berkeinginan atau berkehendak. Keinginan dan
kehendak Allah sesuai dengan kemauan-Nya sendiri, tak ada rasa terpaksa atau
dipaksa oleh pihak lain, tidak ada tekanan atau mengharap imbalan. Kehendak
Allah juga tidak dipengaruhi oleh pihak lain, kehendak-Nya tidak terbatas, dan
dapat melakukan apa saja tanpa memberi kuasa kepada yang lain. Begitu pula Allah
mungkin mencegah kehendak-Nya dengan kehendak-Nya sendiri, tidak ada satu
makhlukpun yang bisa mencegah kehendak-Nya.
Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah
terbatas pada kemampuannya sendiri. Manusia boleh berkehendak, namun Allah juga
yang menentukan hasilnya. Berapa banyak seseorang berkehendak menginginkan
sesuatu tapi ia tidak memperolehnya karena Allah berkehendak yang lain. Bercita
cita adalah suatu hal yang baik tapi keberhasilan cita cita itu berada pada
kehendak Allah. Di atas kehendak manusia masih ada kehendak Allah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia itu lemah dan
memiliki keterbatasan, sedang Allah Maha Kuasa memiliki segala kehendak yang
tidak terbatas. Meskipun demikian, Allah menyukai manusia yang berusaha dan berkehendak,
namun semua kembali kepada kehendak Allah dan kita harus menerima apapun
hasilnya.
Allah itu Menentukan
segala-galanya, semua terjadi dengan ketentuan Allah, Mustahil Allah Taala itu
terpaksa dan dipaksa menentukan segala galanya.
9- Sifat Wajib:
’Ilimu
Artinya: Mengetahui
العلم : هو صفة وجودية قديمة قائمة بذاته
تعالى ينكشف بها المعلوم على ما هو به من غير سبق خفاء فالله سبحانه و تعالى يعلم كافة
الاشياء إجمالا و تفصيلا ، قال الله تعالى { وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ
إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ
إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ
إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ } و الدليل العقلي على ذلك وجود هذا العالم و ما هو عليه
من النظام المحكم و الصنع البديع الذي يعجز كل مخلوق عن إدراك حقيقته فضلا عن إيجاده
فصانع هذا العالم بهذه الصفة لا بد أن يكون عالما بالكليات و الجزئيات لانه خالقها
و لو كان الصانع جاهلا لما وجد شيئ من هذا العالم و عدم وجوده باطل بالبداهة فيستحيل
عليه ضده و هو الجهل
Ilmu (Mengetahui) adalah Sifat Ma’ani artinya sifat Allah
yang qadim (dahulu) dan berdiri dengan dzat-Nya, dimana sesuatu bisa diketahui
oleh Allah dengan nyata tanpa tertutup oleh apapun. Dalam arti lain Allah
adalah dzat yang Maha Menciptakan, Ia sudah pasti mengetahui segala sesuatu
yang diciptakan-Nya secara terperinci. Allah mengetahui dengan jelas semua
perkara yang bersangkutan dengan ciptaan-Nya tanpa ada perbedaan apakah itu
nampak, apakah itu tersembunyi atau apakah itu samar samar. Semua diketahui-Nya.
Allah SWT berfirman:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ
إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ
إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ
إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan Allah memiliki kunci semua yang
ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)” [Al An’aam:59]
Segala yang ada di alam raya ini, baik yang besar maupun
yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi, pasti diketahui Allah. Ilmu
Allah maha luas, begitu luasnya sehingga jika seluruh air di lautan ini
dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah maka ia tidak akan mampu menulisnya.
Kita sering kagum atas ilmu yang dimiliki manusia di dunia
ini. Kita sering ta’ajub akan kecanggihan teknologi yang diciptakan manusia.
Tapi kadang kadang kita tidak sadar, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah
sebagian kecil saja yang diberikan Allah pada manusia.
Semoga dengan memahami sifat ilmu Allah, kita akan terdorong
untuk terus mencari ilmu, karena semakin ilmu kita bertambah, semakin kita
rasakan kebodohan kita, semakin banyak pula kekurangan dan kelemahan kita,
karena masih lebih banyak lagi ilmu Allah yang belum kita ketahui. Betapa
hebatnya ilmu Allah, betapa tinggi ilmu Allah. Dan betapa ilmu yang kita miliki
ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Allah.
Sifat Mustahil: Jahil
Artinya: Bodoh
Mustahil bahwa Allah
itu bodoh atau tidak mengetahui atas apa yang diciptakan. Allah Maha Mengetahui
karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia hanya bisa
melihat, mendengar dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga
manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meskipun hanya seekor semut.
Alkisah, nabi Musa as pernah mengikuti nabi Khidhir as. Konon
ceritanya mereka duduk bersama sama di tepi pantai menunggu perahu nelayan yang
akan datang membawa mereka ke tempat yang tidak diketahui. Disaat duduk nabi
Khidir as melihat seekor burung kecil terbang hilir mudik di atas permukaan air
laut. Lalu burung itu turun ke permukaan laut dan mematuk air. Pada saat itu
Khidir as berkata kepada nabi Musa as “Kamu lihat air laut yang tersisa di
patuk burung kecil itu? Itulah ibarat ilmu manusia dibanding dengan ilmu Allah,
semumpama setetes air dibanding lautan yang luas”.
Sungguh, ilmu Allah jauh melampaui semua ilmu ilmu manusia,
begitu tingginya ilmu Allah sehingga terkadang kita tak mampu untuk mengikuti
dan memahaminya.
Allah Taala itu amat
mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahui atau bodoh.
SEMOGA INI BISA MEMBERI PENGERTIAN SEDIKIT BUAT SAUDARAKU
YANG ISLAM SERTA MUKALLAF (BALIGH) … SEKIRANYA BISA MEMBUAT KITA SELALU MAU
MENGKAJI SERTA BELAJAR … BERSAMBUNG DI EDISI BERIKUTNYA … WALLOHU’ALAM ….
Jumat, 04 Mei 2012
MENGENAL SIFAT WAJIB ALLOH 20 DAN SIFAT MUSTAHILNYA 20
Di dalam Ajaran agama islam itu di wajibkan mengetahaui apa Itu agama serta syarat sahnya Agama
Syarat sahnya dalam agama islam itu tidak semudah seperti yang kita fahami selama ini … dengan hanya cukup melakukan mengucapkan dua kalimah syahadat (أشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمد رسول الله )
itu sudah di katakan islam , sungguh sangat tidak layak menurut hukum & tata bahasa arabnya serta menurut al-qur’an serta hadist Rosululloh …
ISLAM
Secara lafadz itu berarti selamat , nah kata selamat itu bukan berarti selamat dari bencana / apa yang merugikan bagi pemeluknya , selamat di sini adalah selamat dari perkataan,fikirannya,serta hatinya dari sifat-sifat tercela yang timbul dari ajakan hawa nafsu syaithoniyah serta mematuhi aturan-aturan yang di atur oleh rosululloh SAW baik secara lahir maupun bathin,, yaitu mengamalkan ajaran ahlakul karimah (budi pekerti yang luhur ) untuk sesama ummat beragama.
syarat awal sebelum masuk ISLAM itu harus melakukan IQRAR (janji setia) kepada keagungan ALLOH SWT sesembahan (tuhan) untuk semesta alam …. jadi dalam hal ini kita di wajibkan untuk tahu siapa itu alloh dan siapa itu rosulloh Saw. Untuk mengenali siapa itu Alloh kita di wajibkan pengenalan yaitu melalui sifat wajib bagi alloh 20 dan sifat mustahil alloh 20
:Jadi, minimal kita harus memahami dan meyakini 20 sifat tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya yang banyak. Sebagaimana wajib dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh maka perlu juga diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan dari sifat wajib.
20 Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh seorang muslim mukallaf (akil baligh) yang terkandung di dalam al-Quran termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui. Untuk mempermudah mempelajarinya terlampir dibawah ini ringkasan sifat sifat Allah yang wajib dan mustahil
الصفات الواجبة : الصفات الواجبة لله سبحانه و تعالى عشرون صفة و هي : الوجود و القدم و البقاء والمخالفة للحوادث و القيام بالنفس و الوحدانية و القدرة والإرادة و العلم و الحياة و السمع و البصر و الكلام و كونه تعالى قادرا مريدا عالما حيا سميعا بصيرا متكلما . - الصفات المستحيلة : الصفات المستحيلة لله سبحانه و تعالى عشرون وهي : العدم و الحدوث و الفناء والمماثلة للحوادث و الاحتياج الى محل و مخصص والتعدد و العجز و الكراهة و الجهل و الموت و الصمم و العمى و البكم و كونه تعالى عاجزا مكرها جاهلا ميتا أصم أعمى أبكم ، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا . - الصفات الجائزة : يجوز في حق الله سبحانه و تعالى فعل كل ممكن أو تركه فلا يجب عليه فعل شيئ أصلا بل هو الفاعل المختار لما يريد { وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ }
1- Sifat Wajib: Wujud Artinya: Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukanlah a’in (kenyataan) maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ainu Al-maujud , karena wujud itu dzat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada dzat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
Sifat Mustahil: ‘Adam Aritnya : Tidak Ada dan ini ketentuan bagi mahluq Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada. 2- Sifat Wajib: Qidam Artinya: Sedia/terdahulu/tidak ada permulaanya
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khos (husus) dan azali itu ‘am (umum). Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian : · Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala ) · Qadim dzati ( Tiada permulaan dzat Allah Ta’ala ) · Qadim Idhofi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapak di umpamakan kepada anak ) · Qadim Zamani ( dahulu masanya atas sesuatu sekurang-kurangnya 1000 tahun ) Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim dzati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala. Sifat Mustahil: Huduts Artinya: Baru ( sesuatu yang ada permulaan dan ada akhir ) Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh ‘Adam (ada permulaanya). 3- Sifat Wajib: Baqa’ Artinya: Kekal (tetap)
ALLOH Senantiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan adanya batasan akhir bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar-benarnya ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang juga seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara azali namun tidak abadi tatkala ia berta’alluq (bergantung) dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala yang mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tulangng ekor manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana mereka adalah kekal aradhi juga. Disini nyatalah perkara yang dii’tibarkan (ibarat) permulaan dan akhir itu terbagi kepada 3 bagian : · Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu dzat dan sifat Alllah SWT. · Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi. · Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
Sifat Mustahil: Fana’ Artinya: Binasa (sirna ? dengan kata lain tidak ada) Allah itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana’ (binasa) 4- Sifat Wajib: Mukhalafah Lilhawadisi
Pada dzat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan (meniadakan) Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baru pada dzatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya dzat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tidak sesekali dzatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis-jenis yang bisa larut , tumbuh-tumbuhan , tidak berpihak ,tidak bertempat dan tidak terikat dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tidak bersamaan dengan sifat yang baru karena sifat Allah Ta’ala itu qadim serta azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat(perkara yang maujud) tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadist yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita i’tiqadkan tsabit ( tetap ) secara patut dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baru Artinya: Tidak sama dengan yang baru Sifat Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi Artinya: Sama dengan yang baru Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil Allah bersamaan dengan yang baru. BERSAMBUNG KE EDISI SELANJUTNYA …..
20 Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh seorang muslim mukallaf (akil baligh) yang terkandung di dalam al-Quran termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui. Untuk mempermudah mempelajarinya terlampir dibawah ini ringkasan sifat sifat Allah yang wajib dan mustahil
الصفات الواجبة : الصفات الواجبة لله سبحانه و تعالى عشرون صفة و هي : الوجود و القدم و البقاء والمخالفة للحوادث و القيام بالنفس و الوحدانية و القدرة والإرادة و العلم و الحياة و السمع و البصر و الكلام و كونه تعالى قادرا مريدا عالما حيا سميعا بصيرا متكلما . - الصفات المستحيلة : الصفات المستحيلة لله سبحانه و تعالى عشرون وهي : العدم و الحدوث و الفناء والمماثلة للحوادث و الاحتياج الى محل و مخصص والتعدد و العجز و الكراهة و الجهل و الموت و الصمم و العمى و البكم و كونه تعالى عاجزا مكرها جاهلا ميتا أصم أعمى أبكم ، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا . - الصفات الجائزة : يجوز في حق الله سبحانه و تعالى فعل كل ممكن أو تركه فلا يجب عليه فعل شيئ أصلا بل هو الفاعل المختار لما يريد { وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ }
1- Sifat Wajib: Wujud Artinya: Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukanlah a’in (kenyataan) maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ainu Al-maujud , karena wujud itu dzat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada dzat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
Sifat Mustahil: ‘Adam Aritnya : Tidak Ada dan ini ketentuan bagi mahluq Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada. 2- Sifat Wajib: Qidam Artinya: Sedia/terdahulu/tidak ada permulaanya
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khos (husus) dan azali itu ‘am (umum). Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian : · Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala ) · Qadim dzati ( Tiada permulaan dzat Allah Ta’ala ) · Qadim Idhofi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapak di umpamakan kepada anak ) · Qadim Zamani ( dahulu masanya atas sesuatu sekurang-kurangnya 1000 tahun ) Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim dzati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala. Sifat Mustahil: Huduts Artinya: Baru ( sesuatu yang ada permulaan dan ada akhir ) Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh ‘Adam (ada permulaanya). 3- Sifat Wajib: Baqa’ Artinya: Kekal (tetap)
ALLOH Senantiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan adanya batasan akhir bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar-benarnya ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang juga seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara azali namun tidak abadi tatkala ia berta’alluq (bergantung) dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala yang mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tulangng ekor manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana mereka adalah kekal aradhi juga. Disini nyatalah perkara yang dii’tibarkan (ibarat) permulaan dan akhir itu terbagi kepada 3 bagian : · Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu dzat dan sifat Alllah SWT. · Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi. · Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
Sifat Mustahil: Fana’ Artinya: Binasa (sirna ? dengan kata lain tidak ada) Allah itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana’ (binasa) 4- Sifat Wajib: Mukhalafah Lilhawadisi
Pada dzat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan (meniadakan) Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baru pada dzatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya dzat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tidak sesekali dzatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis-jenis yang bisa larut , tumbuh-tumbuhan , tidak berpihak ,tidak bertempat dan tidak terikat dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tidak bersamaan dengan sifat yang baru karena sifat Allah Ta’ala itu qadim serta azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat(perkara yang maujud) tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadist yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita i’tiqadkan tsabit ( tetap ) secara patut dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baru Artinya: Tidak sama dengan yang baru Sifat Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi Artinya: Sama dengan yang baru Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil Allah bersamaan dengan yang baru. BERSAMBUNG KE EDISI SELANJUTNYA …..
Kamis, 03 Mei 2012
HAL-HAL / PERKARA YANG SERING DI LALAIKAN SEORANG SALIK / PENGAMAL THORIQOH .......TENTANG TA'ALLUM SERTA MUDAHNYA MENILAI SESAT PADA SESAMA INSAN AL-ILAHI
Kebenaran itu adalah hakekat tentang sesuatu hal yang membuat manusia ingin tahu hal yang sebenarnya. Pertanyaannya bagaimana cara kita mengetahui hakekat kebenaran itu. Andaikan kebenaran itu berada di sebuah bukit yang tinggi, pastilah ada jalan pendakian yang akan menghantarkan kita ke sana. Andaikan kebenaran itu berada dalam sebuah lemari besi yang tertutup rapat, pastilah ada alat untuk bisa membukanya. Untuk mengetahui hakekat kebenaran itu manusia memerlukan alat, jalan, dan sarana. Dan semestinya alat, jalan, dan sarana itu haruslah sesuatu yang sudah dimiliki manusia, atau ada di sekitar manusia, yang bisa dijangkau manusia, sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri.Untuk itu marilah sekali-kali kita telusuri diri kita sendiri. Manusia yang bahagia adalah manusia yang mau mengenali dirinya sendiri NAH bagaimana kita mengenal diri sendiri kalo kita tidak mau belajar ... padahal belajar itu dari sejak kita lahir sampai masuk liang lahat kita harus belajar belajar ...sedang belajar itu ada tata tertib yang sering kita lupakan serta kita batasi atas dasar katanya / larangan guru mursyid ... al-faqir di sini akan menulis risalah singkat tentang belajar ilmu ...
A-Panjang Pendeknya Pelajaran
وأما قدر السبق فى الإبتداء: كان أبو حنيفة رحمه الله يحكى عن الشيخ القاضى الإمام عمر بن أبى بكر الزرنجرى رحمه الله أنه قال: قال مشايخنا رحمهم الله; ينبغى أن يكون قدر السبق للمبتدئ قدر ما يمكن ضبطه بالإعادة مرتين بالرفق ويزيد كل يوم كلمة حتى أنه وإن طال وكثر يمكن ضبطه بالإعادة مرتين, ويزيد بالرفق والتدريج, وأما إذا طال السبق فى الإبتداء واحتاج إلى الإعادة عشر مرات فهو فى الإنتهاء أيضا يكون كذلك, لأنه يعتاد ذلك, ولا يترك تلك الإعادة إلا بجهد كثير
Mengenai ukuran seberapa panjang panjang yang baru dikaji, menurut keterangan Abu Hanifah adalah bahwa Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zanji berkata: guru-guru kami berkata: “sebaiknya bagi oarang yang mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihapalkan dengan faham aqalnya, setelah diajarkannya dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjang pun masih bisa menghapal dengan paham pula setelah diulang'' dua kali. Demikianlah lambat laun setapak demi setapak. Apabila pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga para pelajar memerlukan pengulanganya 10 kali (mathla'ah), maka untuk seterusnya sampai yang terakhirpun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan susah payah.”
ini yang sering terjadi pada pengkaji kayak diri al-faqir ... selalu haus akan ilmu-ilmu pengertian serta pelajaran tidak mau mensyukuri dari pelajaran 1 dahulu sambil mathla'ah biasanya kita di berikan pengenalan dalam bahasa yang tidak di mengerti oleh salik / murid sendiri
وقد قيل: السبق حرف, والتكرار ألف
Ada yang mengatakan: “pelajaran baru satu huruf, pengulangannya seribu kali.”
kata tikror di sini adalah mengulang kembali pelajaran'' yang telah didapati untuk pengoreksian dari tata bahasa atau dari tata makna serta takwilan,serta ta'rifnya agar benar-benar terjaga kebenaran tentang praktek dalam disiplin ilmunya
B-Tingkat Pelajaran Yang Di Dahulukan
وينبغى أن يبتدئ بشيئ يكون أقرب إلى فهمه, وكان الشيخ الإمام الأستاذ شرف الدين العقيلى رحمه الله يقول: الصواب عندى فى هذا ما فعله مشايخنا رحمهم الله, فإنهم كانوا يختارون للمبتدئ صغارات المبسوط لأنه أقرب إلى الفهم والضبط, وأبعد من الملالة, وأكثر وقوعا بين الناس.
Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah telah bisa di fahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata; “Menurut saya, yang benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah dikemukakan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan kitab-kitab yang ringkas / kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di fahami dan di hafal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terperaktekan.
membuat kesimpulan dari setiap pelajaran agar kita mempunyai rujukan & tidak mudah terjebak pada tulisan / bahasa pengungkapan karena dalam wilayah kemanusiaan kita mudah sekali menilai serta menghukumi sesat pada sesama salik ... melebihi hukum alloh sendiri ... sedangkan si salik lupa bahwa rosululloh sendiri dan nabi musa as di tegur karena lalai dan menghakimi ummatnya ...
C- Membuat Catatan
وينبغى أن يعلق السبق بعد الضبط والإعادة كثيرا, فإنه نافع جد
Sebaiknya sang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran yang sudah di fahami hafalannya, untuk kemudian sering diulang-ulang kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali.
ولا يكتب المتعلم شيئا لا يفهمه, فإنه يورث كلالة الطبع ويذهب الفطنة ويضيع أوقاته.
Jangan sampai menulis apa saja yang ia sendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka.
Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti. Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun
D-Usaha Memahami Pelajaran
لتكرار, فإنه إذا قل السبق وكثرة التكرار والتأمل يدرك ويفهم. قيل: حفظ حرفين, خير من سماع وقرين, وفهم حرفين خير من حفظ سطرين, وإذا تهاون فى الفهم ولم يجتهد مرة أو مرتين يعتاد ذلك فلا يفهم الكلام اليسير
Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti. Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun.
E-Berdo’a
فينبغى أن لا يتهاون فى الفهم بل يجتهد ويدعو الله ويتضرع إليه فإنه يجيب من دعاه, ولا يخيب من رجاه, وأنشدنا الشيخ الأجل قوام الدين حماد بن إبراهيم بن إسماعيل الصفار الأنصارى إملاء للقاضى الخليل بن أحمد الشجرى فى ذلك شعرا:
أخدم العلم خدمـــــــة المستفيد وأدم درسه بفعل حـــــــميد
وإذا مـــــــا حفظت شيئا أعده ثم أكده غاية التأكــــــــــــيد
كى لا يزول ثم علقه كى تعود إليه وإلى درسه على التأبيد
فإذا ما أمنت مــــــــــــنه فواتا فانتدب بعده لشيئ جــــــديد
مع تكرار ما تقدم مــــــــــــنه واقتناء لشأن هـــــذا المـزيد
ذاكــــــــر الناس بالعلوم لتحيا لا تكن من أولى النهى ببعيد
إذا كتمت العلوم أنسيت حــتى لا ترى غير جـــــاهل وبليد
ثم ألجمت فـــــــى القيامة نارا وتلهبت بالعـــــــذاب الشديد
Hendaknya pula, dengan sungguh-sungguh memanjatkan do’a kepada Allah dan meratap serta meronta. Allah pasti mengabulkan do’a yang di mohonkan, dan tidak mengabaikan orang yang mengharapkan.
Sya’ir Imlak Al-Qadli Al-Khalil Asy-Syajarzi dibawakan kepada kami oleh guru kami syaikh Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail As-Shaffar, sebagai berikut :
Abdilah ilmu, bagaikan anda seorang abdi
Pelajari selalu, dengan berbuat sopan terpuji
yang telah kau hafal, ulangi lagi berkali-kali
lalu tambatkan dengan temali kuat sekali
Lalu catatlah, agar kau bisa mengulangi lagi
Dan selamanya, ku bisa mempelajari
Jikalau engkau, telah percaya tak kan lupa
Ilmu yang baru, sesudah itu masuki segera
Mengulang-ulang, ilmu yang dulu, jangan terlalai
Dan bersungguhan, agar yang ini, kan menambahi
Percakapilah mereka, agar ilmumu hidup selalu
Jangan menjauh, dari siap berakal maju
Bila ilmu, kau sembunyikan jadi membeku
Kau kan kenal, jadi si bodoh yang tolol dungu
Api neraka kan membelenggumu nanti kiamat
Siksa yang pedihpun menimpamu menjilat-jilat
Mudzakarah Munadharah Dan Mutharahah
ولا بد لطالب العلم من المذاكرة, والمناظرة, والمطارحة, فينبغى أن يكون كل منها بالإنصاف والتأنى والتأمل, ويتحرز عن الشغب [والغضب], فإن المناظرة والمذاكرة مشاورة, والمشاورة إنما تكون لاستخراج الصواب وذلك إنما يحصل بالتأمل والتأنى والإنصاف, ولا يحصل بالغضب والشغب.
Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum saling mengingatkan), munadharah (forum saling mengadu pandangan) dan mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang tidak baik.
فإن كانت نيته من المباحثة إلزام الخصم وقهره, فلا تحل, وإنما يحل ذلك لإظهار الحق, والتمويه والحيلة لا يجوز فيها, إلا إذا كان الخصم متعنتا, لا طالبا للحق, وكان محمد بن يحيى إذا توجه عليه الإشكال ولم يحضره الجواب يقول: ما ألزمته لازم, وأنا فيه ناظر, وفوق كل ذى علم عليم.
Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit dan membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak sekedar mencari kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran. Bila kepada Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan yang beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, maka ia katakan : “pertanyaan anda saya catat dahulu untuk kucari pemecahannya. Diatas orang berilmu, masih ada yang lebih banyak ilmunya.”
وفائدة المطارحة والمناظرة أقوى من فائدة مجرد التكرار لأن فيه تكرارا وزيادة, وقيل: مطارحة ساعة، خير من تكرار شهر, لكن إذا كان [مع] منصف سليم الطبيعة, وإياك والمذاكرة مع متعنت غير مستقيم الطبع, فإن الطبيعة متسرية, والأخلاق متعدية, والمجاورة مؤث
Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru. Ada dikatakan : “Sesaat mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah tentu harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar.
. Dahulu kurang lebih 3000 tahun yang lalu di di atas gerbang kuil Apollo di Yunani ada tertulis suatu kalimat yang berbunyi “Kenalkan dirimu.” Kalimat pendek ini merupakan kesimpulan dari semua filsafah idiel. “Ingatlah dirimu”, sejalan dengan kalimat pendek ini, maka Umar bin Khaththab ra berkata :
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Artinya : “Barangsiapa ingat akan dirinya, maka sesungguhnya dia akan ingat kepada Tuhannya.” 1)
HADIST MAN 'AROFA NAFSAHU FAQOD 'AROFA ROBBAU INI ... KATA SEDERHANA YANG MENJADIKAN ORANG-ORANG SALAH TAFSIR DALAM PENGKAJIANNYA SEHINGGA MENIMBULKAN HUKUM SESAT KARENA HADIS INI TIDAK SHOHIH ATAU DLO'IF ,,, PADAHAL KALO DI KAJI DENGAN TELITI ... ALAM SEMESTA ITU TERTAMPUNG PADA KALIMAH SEDERHANA ITU ... BUKAN KARENA DI BATASI DENGAN AQAL SEMATA NAMUN KAJIALAH DENGAN SUNGGUH - SUNGGUH ,,, NANTI KAN TAHU BUAH APA YANG AKAN KITA TERIMA ,,,
di Dalam tahap ini si salik harus teliti tentang kajian apa yang dia fahami jangan memasukkan pelajaran yang belum pernah di alami ... bagi seorang salik seharusnya teliti dia tidak akan masuk pada wilayah yang dia tidak fahami ... karena bagai mana mungkin tukang besi itu memahami kadar emas / mutiara yang sesungguhnya ... setidaknya diam dan menghormati pada kedudukan masing-masing ,serta menempati pada maqomnya masing-masing agar selalu terjaga disiplinnya belajar .... MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN NYA ... MOHON MASUKANNYA DARI SAUDARAKU SEKALIAN ... DALAM MENYEMPURNAKAN DISIPLIN ILMU
HADIST MAN 'AROFA NAFSAHU FAQOD 'AROFA ROBBAU INI ... KATA SEDERHANA YANG MENJADIKAN ORANG-ORANG SALAH TAFSIR DALAM PENGKAJIANNYA SEHINGGA MENIMBULKAN HUKUM SESAT KARENA HADIS INI TIDAK SHOHIH ATAU DLO'IF ,,, PADAHAL KALO DI KAJI DENGAN TELITI ... ALAM SEMESTA ITU TERTAMPUNG PADA KALIMAH SEDERHANA ITU ... BUKAN KARENA DI BATASI DENGAN AQAL SEMATA NAMUN KAJIALAH DENGAN SUNGGUH - SUNGGUH ,,, NANTI KAN TAHU BUAH APA YANG AKAN KITA TERIMA ,,,
di Dalam tahap ini si salik harus teliti tentang kajian apa yang dia fahami jangan memasukkan pelajaran yang belum pernah di alami ... bagi seorang salik seharusnya teliti dia tidak akan masuk pada wilayah yang dia tidak fahami ... karena bagai mana mungkin tukang besi itu memahami kadar emas / mutiara yang sesungguhnya ... setidaknya diam dan menghormati pada kedudukan masing-masing ,serta menempati pada maqomnya masing-masing agar selalu terjaga disiplinnya belajar .... MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN NYA ... MOHON MASUKANNYA DARI SAUDARAKU SEKALIAN ... DALAM MENYEMPURNAKAN DISIPLIN ILMU
Langganan:
Postingan (Atom)
PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI
JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...
KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN