TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Sabtu, 04 Agustus 2012

RISALAH SABDA ROSULULLOH TENTANG PENGERTIAN AKAN HAKIKAT DIRI




من عرف نفسه فقد عرف ربه

Barang siapa yang mengenal Dirinya maka mengenal tuhannya

يستحيل على الإنسان أن يدرك ويعرف شخصيته الواقعية منفصلة عن علتها وخالقها، فإن علة كل موجود مقدمة على وجود ذلك

Tidak mungkin bagi manusia untuk memahami dan mengetahui kepribadiannya yang terpisah dari kenyataan serta ketiAdaan dan Pencipta, maka sesungguhnya ketiAdaan tersebut pada semua keberadaan yang  telah di Adiakan .

“Sesungguhnya kesempurnaan hidup manusia berkisar pada dua poros, yaitu mengetahui kebenaran dari kebatilan dan mengutamakan kebenaran dari selainNya. Tidaklah terjadi perbedaan kedudukan seorang hamba di hadapan Alloh Subhanahu wa Ta’ala melainkan perbedaan mereka dalam dua pondasi ini.

Dengan kedua hal inilah, Alloh Subhanahu wa Ta’ala memuji para nabi-Nya di dalam sebuah firman-Nya:

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيْمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ أُولِي اْلأَيْدِي وَاْلأَبْصَارِ

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (Shad: 45)

أُولِي الْأَيْدِي artinya kekuatan dalam menerapkan kebenaran (IMAN). الْأَبْصَارِ artinya ilmu tentang Hakikat penglihatan ('arif) . Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengsifati mereka dengan kesempurnaan pengetahuan mereka tentang kebenaran dan kesempurnaan penerapan mereka dengannya.” 

الشيء، فهي أقرب إليه من نفسه: (وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

Sesuatu (Hal yang diwujudkan), mereka itu lebih dekat baginya daripada sama: (Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher nya) . 

Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Alloh dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Alloh membatasi (berdiri) antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (QS. Al-Anfal : 24) 

وقد أكد العرفاء المسلمون على عدم الفصل بين معرفة الله ومعرفة النفس، وقالوا بالملازمة بين معرفة النفس على ما هي عليه: (وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي) ومعرفة الحق المطلق (الله سبحانه)، وهم يخطئون الحكماء المسلمين في مسائل معرفة النفس ولا يرون كلامهم فيها كلاماً وافياً بالمعنى

Para 'arif telah menegaskan pada para umat muslim tentang ketidak adaannya pemisahan antara pengetahuan tentang Alloh dan pengetahuan diri, dan mereka mengatakan serta menetapkan antara pengetahuan diri & antara tentang apa itu: (dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku) dan untuk mengetahui hak mutlak (Tuhan), Dan kaum muslimin banyak  membuat kesalahan  yang kurang bijaksana dalam hal pengetahuan diri dan tidak melihat kata-kata mereka sendiri saat berdakwah kalo perkataannya  penuh mengandung rasa (hikmah)

ونكتفي بالقول: بعدم الفصل بين معرفة النفس ومعرفة الخالق، كما جاء في كلام رسول الله وأمير المؤمنين صلوات الله وسلامه عليهما: (من عرف نفسه فقد عرف ربه ومن عرف ربه فقد ذهب نفسه)اي الفناء كل نفسه لله

Dan para 'Arif cukup dengan mengatakan: Bahwasanya tidak ada pemisah antara pengetahuan diri dan pengetahuan tentang Sang Pencipta, seperti yang dinyatakan dalam Sabda'' Rasululloh dan pada Amirul mukminin yang setia dengan Ucapan Sholawat damai  & salam sejahtera selalu pada Beliau semua dengan pesan'' beliau : (Barang siapa yang mengetahui kenyataan dirinya, maka orang itu telah mengetahui Tuhannya dan barang siapa yang telah mengetahui (mengerti) akan tuhan maka orang itu sesungguhnya telah sirna / musnah dirinya ) yang artinya seluruh dirinyatelah  fana' bagi alloh ...

وهذا هو معنى كلام الإمام (عليه السلام) حينما سأله ذعلب اليماني: (هل رأيت ربك)؟ فقال: (أفأعبد ما لا أرى)؟ ثم يوضح مراده 

Dan Inilah arti dari Sabda rosululloh Imamnya ummat muslim (saw) ketika beliau  di tanya Oleh dzal'ab Yamani: (Apakah Engkau melihat Tuhanmu)? dan rosululloh Menjawab: (Saya tidak menyembah sesuatu yang tak terlihat (Ghoib) )?
Dan kemudian rosululloh menjelaskan apa yang di kehendaki (maksud) dengan sabdanya beliau kemudian menjelaskan dengan sabdanya :

فيقول: (لا تراه العيون بمشاهدة العيون، ولكن تدركه القلوب بحقائق الإيمان

(Bukan melihatnya mata dengan penyaksiannya mata, tapi sadar akan pertemuannya beberapa HATI dengan Hakikat IMANNYA seseorang ).

وهنا نقطة جميلة نستفيدها من تعبير االفرقآن الكريم، هي أن الإنسان لا يكون فاقداً نفسه إذا كان واجداً ربه، ولا يكون ناسياً نفسه إذا كان غير غافل عن خالقه، إذ أن نسيان الله يلازم نسيان الذات وفقدانها وضياعها: 


Inilah catatan Yang terpenting di sini  & cukup menarik untuk di kaji atas ungkapan yang di i'tibarkan dalam al-furqon yang Agung adalah bahwa sesungguhnya Manusia itu tidak bisa sadar akan dirinya sendiri ketika adanya  manusia itu telah bertemu Tuhan, dan manusia itu juga tidak bisa melupakan dirinya sendiri jika ia tidak menyadari kelalaiannya pada Penciptanya, ketika manusia itu hendak melupakan Alloh yang melekat dalam kelalaian diri pada dzat alloh,maka sesungguhnya manusia itu telah kehilangan dan merugi 

Demikianlah, tabiat manusia menyukai sesuatu yang bersifat menguntungkan sementara dan keselamatan yang bersifat semu serta melupakan yang hakiki. Itulah sifat kelalaian dan lupa yang selalu melekat pada setiap insani kecuali yang dirahmati oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ الَّذِيْنَ لاَ يَرْجُوْنَ لِقَاءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami.” (Yunus: 7)


Itulah penyakit kejahilan (kebodohan), yang merupakan akhlak tercela serta akhlak orang-orang yang hina.

Kejahilan adalah Penyakit yang Berbahaya
Sedikit sekali orang mengetahui bahwa kejahilan adalah sebuah penyakit yang lebih berbahaya dari segala penyakit kronis. Bahkan bukan sesuatu yang aneh lagi, orang yang dijangkiti penyakit ini tidak merasa kalau dirinya sakit. Justru yang terjadi adalah mengklaim diri sebagai orang yang sehat segala-galanya. Seseorang yang tertimpa penyakit kronis hanya merasakannya di dunia. Namun penyakit kejahilan akan dirasakan pedihnya di dunia dan di akhirat.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ يَسْمَعُوْنَ بِهَا أُولَئِكَ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُوْنَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)

Ingat pesan oleh Alloh dalam firman-Nya 

وَلاَ تَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ

“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr: 19)

يَعْلَمُوْنَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ اْلآخِرَةِ هُمْ غَافِلُوْنَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Ar-Rum: 7)

di jelaskan pula dalam hadist yang di riwayatkan oleh syeikh imam bukhori
derajatnya paling agung di sisi Alloh, karena itu Ingatlah pesan Rasul agar menjadi orang yang bersyukur. 

1867حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ

1867. Abu Hurairah ra menuturkan : “Rosululloh saw bersabda : “Jika seorang di antara kalian melihat orang lain lebih baik harta dan bentuknya dari dirinya, maka lihatlah orang yang lebih rendah dari dirinya.”

أَخْرَجَهُ اْلبُخَارِي
فِي: 81 كِتَابُ الرِّقَاقِ: 30 بَابٌ لِيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْهُ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ
 
(Bukhori, 81, Kitabur Ruqaq, 30, bab hendaknya seorang melihat orang yang lebih rendah bukan yang lebih tinggi dari dirinya). 

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُوْنَ

“Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.” (Yunus: 92)

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Thalaq 2


مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًةً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلىَ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang suluk / menempuh jalan kepada alloh dalam rangka menuntut ilmu maka Alloh akan memudahkan jalannya menuju surga (kebahagiaan ridho alloh).” (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu)

pesan-pesan alloh sangatlah jelas maka seruan rosululloh untuk mengenal diri adalah penting dan itu pelajaran buat umat muslim agar dalam ibadahnya tidak sia-sia belaka
akhir kata

قَالَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
 
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
( Q.S.Ar –Arof 19 – 23)

Tidak ada komentar:

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila