اعلم عينك كلهم شرك خفي
I'LAM 'AINUKA KULLUHUM SYIRKUN KHOFIYU.
Ketahuilah bahwa keADAanmu Keseluruhannya adalah syirik yang samar
وما يبن لك توحيدك الا اذا خرجت عنك
WA MAA YUBAYYINU LAKA TAUHIDUKA ILLA IDZA KHOROJTA ‘ANKA.
Dan tauhidmu itu tidak akan bisa nyata bagimu kecuali kamu keluar dari dirimu sendiri.
كلما اخلصت يكشف لك انه هو انت تستغفر منك
KULLAMAA AKHLASHTA YAKSYIFU LAKA ANNAHU HUWA LAA ANTA TASTAGHFIRU MINKA
Ketika kamu dapat melepaskan dirimu darimu, maka akan tampak bagimu bahwa sesungguhnya DIA adalah DIA, bukan dirimu yang mohon ampunan darimu.
وكلما وجدت نوعا منها بيان لك الشرك فتجده في كل وقة توحيد او ايمان
WA KULLAMA WAJADTA NAU’AN MINHA, BAYAANA LAKAS SYIRKU FATAJIDUHU FII KULLI WAQTIN TAUHIDUN AU IIMANUN.
Pada saat kamu temukan satu macam dari itu, maka syirik nyata bagimu; kemudian kamu temukan syirik itu pada setiap saat berupa tauhid atau iman
Berdasarkan beberapa keterangan diatas, Alfaqir mengemukakan juga selain manusia tersusun dari dua unsur yaitu jasad dan ruh atau materi dan imateri, ia berpandangan bahwa, akal (aql) dan hati (qolb) sangat berpengaruh dalam kehidupan dan pencapaian ma’rifat.
Karena itu Al-faqir pempriortiskan keduanya untuk melakukan suluk agar jiwa dapat bersih dari ketergantungan materi, sebagaimana hikmah yang ditulisnya :
اُخْرُجْ مِنْ اَوْصَافِ بَشَرِيَّتِكَ عَنْ كُلِّ وَصْفٍ مُنَاقِصٍ لِعُبُوْدِيَّتِكَ لِتَكُوْنَ لِنِدَاءِاْلحَقِّ
مجُيْبًاوَمِنْ حَضْرَتِهِ قَرِيْبًا.
Artinya : “keluarlah kamu dari sifat-sifat kemanusiaanmu (materi) yang buruk dari setiap sifat yang dapat merusak sifat kebudihanmu agar kamu berada untuk menyambut panggilan dzat yang haq (Alloh Swt.), dan dari kehadirat-Nya adalah lebih dekat.”
Artinya : “keluarlah kamu dari sifat-sifat kemanusiaanmu (materi) yang buruk dari setiap sifat yang dapat merusak sifat kebudihanmu agar kamu berada untuk menyambut panggilan dzat yang haq (Alloh Swt.), dan dari kehadirat-Nya adalah lebih dekat.”
seperti contoh doa dalam hadist qudsi di bawah ini
اذ نب عبد ذنبا فقال : اللهم اغفرلي ذنبي فقال الله تبارك وتعالى
اذنب عبدي ذنبا فعلم ان له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب ثم عاد
فأذنب فقال اي رب اغفرلي ذنبي فقال الله تبارك وتعالى اذنب
عبدي ذنبا فعلم ان له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب ثم عاد فأذنب
ثم عاد فأذنب فقال اي رب اغفرلي ذنبي فقال الله تبارك وتعالى
اذنب عبدي ذنبا فعلم ان له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب قد
غفرت لعبدي فليفعل ما شاء.(الحديث)
Artinya :
Ada seseorang melakukan dosa lalu dia berdo’a :
Ada seseorang melakukan dosa lalu dia berdo’a :
Ya Alloh ampunilah dosaku. Lalu Alloh berkata : Hambaku telah melakukan dosa lalu dia mengerti bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa sebab melakukan dosa.
Kemudian sang hamba kembali melakukan dosa, lalu dia berdo’a : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku.
Lalu Alloh berkata : Hambaku telah melakukan dosa lalu dia mengerti bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa sebab melakukan dosa.
Kemudian sang hamba kembali melakukan dosa,
Lalu dia berdo’a : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku. Lalu Alloh berkata : Hambaku telah melakukan dosa lalu dia mengerti bahwa dia memilik Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa sebab melakukan dosa.
Sungguh aku telah mengampui hambaku, maka hendaknya dia berbuat apa yang dia mau.
Semua penjelasan diatas juga bisa difahami secara terbalik (Mafhum Mukholafah) bahwa orang yang bertambah harapannya terhadap rahmat Alloh SWT ketika melakukan amal shalih, maka dia termasuk orang yang mengandalkan amalnya.
Semua penjelasan diatas juga bisa difahami secara terbalik (Mafhum Mukholafah) bahwa orang yang bertambah harapannya terhadap rahmat Alloh SWT ketika melakukan amal shalih, maka dia termasuk orang yang mengandalkan amalnya.
Hal tersebut bisa divisualisasikan dengan keadaan seseorang yang sudah tua yang selalu melakukan ibadah dan memperbanyaknya sampai-sampai dia merasa bahwa dengan ibadah yang banyak dia akan memperoleh pahala yang banyak dan pasti termasuk penghuni surga.
Adapun cara menjauhinya adalah dengan mengetahui bahwa hak-hak Alloh SWT yang wajib dilakukan hambanya tidak bisa dipenuhi dengan banyak atau sedikitnya taat. Seandainya hak tersebut bisa dipenuhi dengan taat, maka orang yang paling utama melakukan hal tersebut adalah para Nabi dan Rosul. Tetapi tidak ada satu pun Nabi dan Rosul yang menghubungkan harapan rahmat Alloh dan ampunan-Nya dengan taat dan ibadah mereka, namun mereka selalu mengharapkan ampunan Alloh SWT.