Carilah oleh mu Wasilah yang bisa menenteramkan hati kamu,
Ingatlah akan Awal
& Akhir mu,
Duduklah dengan Nabi
mu disisi Al-Ilahmu dengan Tauhid MUTAJALI Kullih
memperbanyakkan sholawat
atas NUR ahmad karena sekalian alam
adalah Untuknya
yang duduk dengan nya akan mendapan petunjuk jalan terang.
Lihatlah akhir pada para Sahabat nya semua,
Kemudian kerahkan
Aqal mu agar berlaku jujur pada pengertianNya,
Pastikan hati mu
ikhlas di dalam kehendakNya dan ketentuanNya
Bagaimana aku bisa mempersiapkan Al-Akhiroh ku Yaa washilata
al-ruh
Kembalikanlah jiwa mu pada Penciptanya dengan istighfar,
karena tatkala itu Dia kan mendekap mu dengan penuh kasih
dan sayang,
Nafikan keberadaan
Ad-Dunyamu karena Al-Dunya bukanlah sebab kamu diciptakan,
Ad-Dunya itu tidak
lebih dari satu sandiwara yang penuh kepalsuan belaka…
tetapi sempurna penciptaannya
karena al-dunya menepati hukum yang telah ditentukanNya
dan kesempurnaan sandiwaraNya telah menjebakmu sehingga
dirimu lalai jalan kembali merdeka,
Luruskan hatimu dalam
Niat al-ubudiyah serta keluar dari sifat al-basyariyah
yang tak Nyata
karena di situ lah
kamu akan menemukan Al-Akhiroh mu (Alloh) .....
Bukankah kamu sudah mengakui bahwasanya seluruh alam dan
semua yang ada pada diriku dirimu
itu adalah pinjaman
semata-mata dari dzat Yang Maha Esa kenapa untuk melepas al-basyariyah sebagai
penebus IMAN dirku dan dirimu berat ,,,, apakah ini ajaran jalan yang lurus
yang cahayaNya mampu menembus tanpa melalui pintu dan meliputi seluruh ruang
dan waktu ....?
Apakah kita masih merasa memiliki hati dan aqal kita ?
Apakah kita yang merasa
menciptakan penglihatan dan pendengaran kita ?
Apakah kita yang merasa memiliki kekuatan kedua-dua tangan
dan kaki kita ?
Jika benar kita lah
pemiliknya, mengapa kita semua menjadi
buta dan tuli ?
Mengapa kita menjadi lemah setelah diri kita itu dimakan lapuknya usia ?
Hanyalah washilah keIMANan pada SAIYIDINA AHMAD ,,, kita
menempati keABADIan
Dalam keBAQO’anNya ,,, ??? marilah cermati dalam AQAL yang
selalu bersandar dalam ILMUNYA ...
....................................................................................................................................................
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil dari pelajaran
HIDUP apakah kita selalu sibuk mengurus urusan perut sehingga gak ada waktu
kita untuk mengkaji hakikat alloh
Marilah kita bertanya
mengapa begitu banyak nama Alloh di ucapkan dalam al-qur’an &
al-furqon , (bagi) Dzat yang maha Esa
itu apa hikmahnya bagi kita …?
Alloh, Dzat yang Maha Esa, berpesan:
“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaKu “
Maksudnya : Alloh itu namaKu dan Dzatku,?? Antara Nama,af’al
,sifat dan dzatKu tidak akan pernah berpisah , Antara Nama,af’al ,sifat dan dzatKu
itu,, ia satu (esa) dan tidak ada suatu
apapun disisiKu.
Alloh Swt telah menurunkan 100 kitab kepada para
nabi-nabinya sebagai petunjuk untuk seluruh umatNya, kemudian ditambah
empat kitab lagi untuk para rosul terpilih.
Sehingga jumlah keseluruhan
kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah
kitab itu rahasianya terhimpun di dalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia
Al-Qurannul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLOH”.
Begitu pula dengan kalimah Laa Ilaha Ilalloh, jika ditulis
dalam bahasa arab ada dua belas huruf,
dan jika di kurangi delapan huruf pada awal kalimah Laa Ilaha Ilalloh,
maka akan tertinggal empat huruf saja,
yaitu Alloh.
INSAN KAMIL
لا اله الا الله
SYARI’AT THORIQOT HAQIQAT MA’RIFAT
4 dari ALLOH :
KHAYUN
ا ل ل ه
AF’AL ASMA SIFAT DZAT
4 dari MUHAMMAD :
‘ALIIMUN
ح
م د م
SYUHUD NUR ‘ILMU WUJUD
4 DARI ADAM & HAWA :
اَ دَ مٌ حوآء
QODIRON
4-MANIKEM 3-WADI 2- MADI 1- MANI
MANUNGSO
Dan sebagai washilahNya tersimpan dalam huruf wawu :
MURIDUN
قهار كمال جلال
جمال
1-BUMI 2-BANYU 3- ANGIN 4- GENI
JISIM
1-NAFAS 2- TANAFFAS 3-ANFAS 4-NUFUS
1-QOLAM 2- AQAL 3- NUR 4- RUH
Makna kalimah ALLOH
itu adalah sebuah nama saja, sekalipun di kurangai satu persatu nilainya tidak akan pernah
berkurang, bahkan akan mengandung makna dan arti yang mendalam, dan mengandung
rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah di ‘ADA’kan
oleh Alloh Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLOH jika di bahasakan Arabkan maka Ia akan berhuruf dasar
Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandainya kata ingin kita melihat
kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu, atau huruf demi hurufnya.
1 - jika di kurangi huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا
), maka akan tersisa tiga huruf saja dan bunyinya tidak Alloh lagi, tetapi akan
berbunyi Lillah, artinya bagi Alloh, dari Alloh, kepada Allohlah kembalinya
segala makhluk.
2 - jika di kurangi huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل
), maka akan tersisa dua huruf saja dan
bunyinya tidak lillah lagi, tetapi akan berbunyi Lahu (له) bermakna untuk / bagi yang haq . Lahu Mafissamawati wal Ardli,
artinya Bagi Alloh segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh
lapis bumi....
3 - jika di kurangi huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل),
maka akan tersisa satu huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi, tetapi Hu,
Huwal haiyul qoiyuum, artinya dzat Alloh yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap
kalimah Huwa, artinya dzat,
Lafadz HU ini lebih sering di sebut dzomir ... ini yang memperkaya kaidah makna makna
yang di sembunyikan di balik marji’Nya (tempat kembali)
membahas tentang dzomir dzomir yang ada dalam al qur’an.
Dhomir mempunyai kata yang digantikan
yang disebut isim zhohir (yang jelas) marji’ (tempat kembali) nya. Secara garis
besar damir dibagi menjadi tiga antara lain:
1. Orang pertama,
menggunakan dhamir mutakallim.
2. Orang kedua,
menggunakan dhamir mukhottob.
3. Orang ketiga,
menggunakan dhamir ghoib.
Marji’ (tempat kembali) untuk dhomir mutakallim dan mukhottob
sudah jelas diketahui maksudnya melalui keadaan yang melingkupinya. Sedangkan
dhomir ghoib memerlukan ketentuan tersendiri untuk menelaah secara terperinci
yang biasa disebut sebelumnya. Syech Ibnu malik dalam kitabnya at tashil
mengatakan: “kaidah menetapkan, marji’ (tempat kembali) bagi dhomir goaib harus
didahulukan. Marji’ adalah lafadz yang terdekat dengannya kecuali bila ada
dalil yang menunjukkan lain”.
a. Marji`
Dalam kaidah dhomir, dikenal istilah marji’ yakni tempat
kembalinya dhomir yang di gunakan untuk menggantikan kata kata
sebelumnya maupun sesudahnya. Ada beberapa tempat disebutnya marji’ dhomir dalam Al Qur’an antara lain:
1) Kadang marji’
dhomir disebutkan sesudah dhomir.
فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى
Maka Musa merasa takut dalam hatinya. (QS. Thaha:67)
Marji’ dhomir yakni lafadz musa disebutkan sesudah dhomir
(kata gantinya) yakni “hi” pada lafadz “nafsihi”.
2) Marji’ dari dhomir
terkadang tidak dijelaskan secara jelas, tapi difahami dari konteks kalimat.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى
وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
* Semua yang ada di
bumi itu akan binasa. * Dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.(QS. Al-Rohman:26-27)
Dalam contoh ayat diatas marji’ dari dhomir haa pada lafadz ‘alaihaa
tidak di sebutkan dengan jelas, tetapi bisa kita melihat dari konteks ayat
tersebut. Maksud lafadz عَلَيْهَا adalah على الارض, jadi dhomir haa marji’nya lafadz ardhi.
3) Marji’ terkadang
kembali pada makna bukan pada lafadz
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ
مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلَا تَضَعُ
إِلَّا بِعِلْمِهِ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا
فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Dan Alloh menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari air
mani, Kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan
tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan
dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang
berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Alloh adalah
mudah. (QS. Fathir: 11)
Dhomir haa dalam ayat tersebut tidak kembali kepada muammar
sebelumnya, tetapi pada kata muammar yang lain.
4) Kadang
menggunakan dhomir jama’ padahal dhomirnya mutsanna (dua)
وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ
فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya
memberikan Keputusan mengenai tanaman, Karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah kami menyaksikan Keputusan yang
diberikan oleh mereka itu, (QS. Al-Anbiya`: 78)
Dari
ayat di atas, dapat dilihat bahwa Marji’ dhomir hum pada ayat tersebut kembali
kepada daud dan sulaiman, menggunakan dhomir jama’ (hum) tapi marji’nya
mutsanna (daud dan sulaiman)
Kaidah umum dalam hal ini tetaplah berlaku yakni marji’
suatu dhamir biasanya terletak sebelum dhomir tersebut. Contohnya dalam surat
hud ayat 42:
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ
وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ
مَعَ الْكَافِرِينَ
Dan bahtera itu
berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. dan Nuh memanggil
anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai
anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama
orang-orang yang kafir."
Marji’ dhomir hu pada lafadz ibnahu dalam ayat diatas sudah
jelas yaitu nuh yang terletak sebelumnya.
Dhomir nya juga bisa menempati lafadz untuk menunjukkan
tempat kembali ... misalnya :
Qul Huwalloohu Ahad., artinya dzat yang bersifat
kesempurnaan yang dinamai Alloh. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi
AH, artinya dzat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih
hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan
kalimah ALLOH, ke bawah tiada berbatas dan ke atas tiada terhingga.
Perhatikan beberapa pengurangan-pengurangan di bawah ini:
Ketahui pula,, jika pada
kalimah ALLO H itu kita kurangi Lam (ل
) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang
akhir (di pangkal dan di akhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar
masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas ke atas atau ke bawah tetapi hanya
dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri dua
huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA’ (Kesudahan dan keakhiran),
seandai saja kita berjalan mencari Alloh tentu akan ada permulaannya dan
tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafadz dzikir
AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya
kepada ahlinya).
Selanjutnya dikurangi Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan
dikurangi huruf akhirnya, yaitu huruf
HA, maka akan tersisa dua buah huruf di tengahnya, yaitu huruf LAM
pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafi). Qaidah para sufi menyatakan
tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada), jika LAM ALIF itu di sebut huruf
nafi (pentiadaan) maka membutuhkan huruf ILLA (kecuali) yang berarti huruf penetapan
karena setiap Nafi mengandung Itsbat, Itsbat mengandung Nafi tidak bisa
terpisahkan Nafi dan Itsbat itu....
Selanjutnya jika di kurangi huruf LAM kedua dan huruf HU,
maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang
pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam maka di sebut AL-TA’RIF (pengertian muthlaq) dan kedua huruf itu
menunjukkan Dzat Alloh, maksudnya Makrifat
yang sesungguhnya dalam pengertian yang mendalam, bahwa kalimah Alloh bukan
NAKIRoH, kalimah Alloh adalah Makrifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam
yang pertama pada awal kalimah ALLOH . kemudian jika di kurangi tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama,
LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang
tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda
Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U .A dan setiap berbunyi A maka
dipahamhan Ada dzat Alloh, begitu pula dengan bunyi I dan U, jika dipahami Ada
dzat Alloh dan jika semua bunyi itu (A.I.U.A) Jika di ucapkan Adalah wujud
pengakuan alam berarti segala bunyi/suara di dalam alam, baik itu yang terbit
atau datangnya dari alam Nasut,malakut & jabarut yang empat (Tanah, Air,
Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada dzat
Alloh. A.I.U.A : AKU Iki IMAN , IMAN iku
URIP ,URIP iku ALLOH, yang menjadi dasar musyahadah para sufi semuanya ....
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari
apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLOH, nama dari dzat yang maha Esa sedangkan
huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada dua puluh delapan huruf dan 2 huruf yang tersembunyi ...
Dengan demikian jika
kita melihat huruf Alif maka kita telah
melihat dua puluh lapan huruf yang ada.
Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal
usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Katsrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak
kepada yang satu,
maka yang ada hanya satu saja, yaitu satu dzat dan dari dzat itulah
datangnya Alam beserta isinya.
Dari ayat- ayat akan tersusun al-furqon di kumpulkan ke dalam Surotul Fatekhah, dan Surotul Fatekhah
itu diringkas pada lafad Bismallah, dan lafadz Bismallah itu pun
diringkas pada huruf BA’, dan huruf BA di ringkas pada titiknya (Nukthoh). Jika
kita lihat dengan teliti maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf,
terlihat banyak padahal titik satu dan terlihat satu padahal titik itu banyak
dengan berbeda’’ bentuk untuk tersusun sebuah kalimat yang berfaedah ...
WALLOOHU A’LAM ‘ALA QOULINAA .... BIJAAHI NABIYYINAL MUKHTAR
..AHMAD BILAA MIIM ....
BAROKALLOH FIIKUM ... YAA ROBBAL ‘AALAMIIN
...................