Yang dikehendaki di sini, bukanlah hubungan yang terjadi dengan cara menempuh jarak atau melewati tempat-tempat tertentu, karena tidak bisa tergambarkan dan memang tidak mungkin ada seorang manusia yang berstatus sebagai makhluk kemudian mempunyai kedekatan letak dan posisi dengan Allah yang menciptakan masa dan tempat. Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat yang tidak terlalui oleh ruang dan waktu, jadi mustahil jika dia dekat dengan makhluk sebagaimana 2 orang yang posisinya berdekatan satu sama yang lain.
وصولك الى الله وصولك الى العلم به وإلاّ فجلّ ربنا أن يتصل به شيئ أو ان يتصل هو بشئ
"Tersambungnya dirimu kepada Allah, berarti sampainya dirimu kepada kemampuan untuk mengerti Allah secara Hakiki. Jika bukan seperti itu, maka. Maha Agung Allah terhadap sesuatu yang tersambung dengan-Nya dan menyambungkan Dzat-Nya kepada sebuah pekara."
Berikut ini ada sebuah do'a yang telah masyhur dilafalkan para Ulama'
اللهم لاتقطعني عنك بقواطع الذنوب ولا تحجبني عنك بقبائح العيوب
"Ya Allah Janganlah engakau memutusakan hubungnanku dengan-Mu karena dosa-dosa ku dan janganlah engkau menghalangiku dari-Mu karena keburukan-keburukanku yang Hina."
Dan juga Salah satu kalam yang bisa mempengaruhi sebagian orang-orang shalih ialah syair.
فما عذابي إلا حجابي # وما نعيمي إلا وصالي
"Maka tidak ada siksa yang berarti bagiku selain terhalangnya diriku dari Allah dan tidak ada ni'mat yang paling Agung untuk aku kecuali terhubungnya diriku dengan Allah."
Dalam do'a dan syair yang diucapkan oleh sebagian ulama' di atas, kita bisa menemukan adanya keinginan mereka agar terhubung kepada Allah dan juga terdapat kehawatiran akan terpasangnya pembatas yang memisahkan mereka dengan-Nya. Lalu apa sebenarnya makna terhubung (wishol) dan pembatas (hijab) yang dimaksud?
Yang dikehendaki di sini, bukanlah hubungan yang terjadi dengan cara menempuh jarak atau melewati tempat-tempat tertentu, karena tidak bisa tergambarkan dan memang tidak mungkin ada seorang manusia yang berstatus sebagai makhluk kemudian mempunyai kedekatan letak dan posisi dengan Allah yang menciptakan masa dan tempat. Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat yang tidak terlalui oleh ruang dan waktu, jadi mustahil jika dia dekat dengan makhluk sebagaimana 2 orang yang posisinya berdekatan satu sama yang lain.
Al-hijab, Al-firoq, dan Al-qothi'ah.
Ketiga kata di atas mempunyai arti yang sama, yaitu sebuah keadaan yang dialami seorang manusia ketika dia sedang dikuasai oleh keinginan-keinginan nafsu hewani dan kemauan sahwat liarnya sehingga akal fikiran dan perasaan jiwanya hanya tunduk mengikuti nafsunya, dia tidak berdaya memberikan perlawanan apa-apa. Padahal kita tahu bahwa yang di namakan manusia (tanpa memandang jasad luarnya) hanyalah pikiran yang tersimpan dalam otak dan disertai perasaan yang mengisi hatinya.
Keadaan seperti ini akan memunculkan sebuah pembatas yang bisa menyebabkan dia lupa akan firman-firman Allah. Sehingga dia tidak memperdulikan perintah dan larangan yang ditujukan padanya. Ketika kedua telinganya mendengar kalam suci yang menjelaskan tentang hakikat kehidupan dan fase-fase yang harus dilalui atau ayat-ayat yang menerangkan peringatan dan kabar gembira serta nasehat dan pengajaran maka ia menganggap semua itu seperti angin lalu.
Saat kedua bola matanya menyaksikan tanda-tanda alam yang mengisaratakan keagungan dan kekuasaan Allah serta menunjukan kelemahan serta kehinaan manusia sebagai hamba sahaya. Maka dia hanya melihat bahwa itu adalah bayangan yang tiada arti. Apa yang menyebabkan kalalaian tersebut adalah gerakan pemberontakan yang dikabarkan oleh hawa nafsu hingga sampai menaklukan kekuatan hati dan akal fikiran ,dengan sendirinya seluruh anggota badan akan tunduk dan patuh atas komando yang diucapkan oleh hati dan dikendalikan hawa nafsu, kemudian terjadi bencana yang disebut sebagai kalalaian.
Seperti itulah gambaran mengenai hijab yang selalu ditakutkan dan dianggap sebagai musibah besar oleh hamba-hamba Allah Yang bertaqwa, terkadang mereka menyebut hijab ini dengan ungkapan kekerasan hati dan hilangnya perasaan takut kepada Allah dari dalam jiwa. Hal ini sesuai firman Allah Swt.
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً [البقرة/74]
Artinya: "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS. Al baqoroh:74)
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [المطففين/14]
Artinya: "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (QS. Al muthofifin:14)
Dengan melihat kenyataan yang ada pada diri kita sendiri dan mayoritas kaum muslimin, ternyata hijab yang berupa kalalian ini tengah melanda kehidupan islam. Lihat saja ketika seorang Qori' sedang melantunkan Ayat-ayat suci Al quran yang berisi petunjuk, peringatan dan pengagungan ketuhanan Allah subhanahu wata'ala, namun banyak di antara kita, orang-orang yang mendengarnya dengan lebih Asyik menikmati kesibukan dan mimpi-mimpi materialis mereka.
Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dan datang silih berganti semakin mendekatkan manusia kepada ajalnya. Akan tetapi banyak sekali orang-orang yang tidak menyadari peringatan tersebut karena terlena oleh kemegahan dan kemewahan duniawi , Maha Besar Allah Yang telah berfirman:
الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا (101) [الكهف/101]
Artinya : "Yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar." (QS. Al kahfi:101.)
Wushul kepada Allah tidak menghalangi rasa hina dan salah dihadapan-Nya.
Dengan mengetahui arti dari Hijab dan firoq atau terpisash dari Allah. Maka kita akan mengerti makna Wushul atau terhubung dengan-Nya. Wushul Adalah sebuah keadaan dimana Nafsu yang berada dalam diri sendiri tidak menghalanginya untuk selalu mengerti, meyakini dan mencintai Allah. Artinya, keinginan Syahwatnya tidak melalaikan akal fikiran dan hatinya untuk senantiasa mengingat dan menghadap kepada Allah subhanahu wata'ala.
Tersambungnya beberapa hamba kepada Allah, terdiri dari beberapa macam tingkatan sesuai dengan kualitas iman yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Jadi tidak seperti apa yang dibayangkan oleh orang-orang yang menyangka bahwa hubungan ini terbatas oleh sebuah keadaan yang jika seorang hamba telah sampai kepada-Nya, maka dia telah bebas dari taklif sehingga boleh berbuat semaunya.
Ketika hijab yang menutupi hati seorang hamba samakin pudar dan kian menipis, maka dia akan semakin mengerti Allah subhanahu wata'ala, Kesadarannya akan keagungan Allah Semakin bertambah meningkat dan dia juga terus menemukan begitu banyak kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan sebagai seorang hamba yang dimilki Allah.
Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang mempunyai hubungan paling dekat kepada Allah. Namun keadaan ini hanya menjadikan beliau kian bersyukur kepada-Nya , bahkan semakin merasa kurang dalam melakukan penghambaan kepada-Nya.
Menempuh Tangga demi tangga (maqom).
Kita bisa menggambarkan persambungan hubungan manusia kepada Allah, Seperti anak-anak tangga yang jumlahnya hanya diketahuii oleh Allah. Secara global, hubungan ini bisa dikategorikan 3 tingkatan.
1. Tingkatan Ma'rifat (mengerti). Dengan Ma'rifat yang benar, seseorang akan memilki perasan takut kepada Allah. Ma'rifat yang dimaksud disisni tidaklah berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan yang hanya mengisi akal, tetapi tidak membekas ke dalam hati, karena pengatahuan semacam ini Justru malah menghalangi seseorang untuk mengerti Allah dengan benar.
Contohya adalah Ilmu pengatahuan yang dimiliki oleh kaum Orientalis dan para pemikir Liberalis yang dikomandani oleh Iblis dan dilaknati oleh Allah subhanahu wata'ala. karena pengetahuan mereka hanya terdapat dalam akal dan lisan, maka akhirnya akan dikendlikan oleh hawa nafsu dengan sangat mudah hingga kemudian dijadikan tentara yang berjuang menegakkan keinginan-keinginan sahwat liar. Klasifikasi ilmu yang terdiri 2 bagian telah dinyatakan oleh rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir:
وفي الحديث عن النبي صلى الله عليه وسلم: (العلم علمان علم في القلب فذلك العلم النافع وعلم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على ابن آدم).
Artinya : Didalam hadist, dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam, beliau bersabda: "Ilmu itu ada 2 macam. Ilmu yang berada di dalam hati dan itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang berada pada lisan, maka ilmu semacam ini akan menjadi bukti bagi Allah yang berakibat buruk terhadap anak adam."
Orang-orang yang memusuhi islam akan selalu menggunakan ilmu yang mereka milki sebagai senjata untuk mengalahkan dan menghancurkan agama islam, akal pikiran mereka telah terlepas dari hati Nurani, karena hati mereka telah dikuasai hawa nafsu, persis seperti apa yang telah dikatakan oleh imam Ghozali: "Bertambahnya ilmu dalam diri seorang laki-laki ibarat bertambahnya air yang disiramkan kepada akar pohon handhol (jenis labu), semakin banyak air yang diserap maka buahnya akan semakin pahit".
berbeda dengan ilmu yang menancap kuat dalam akal pikiran serta mampu memasuki relung-relung hati dan memberikan pengaruh positif kepadanya. Ilmu semacam ini akan menghilangkan hijab kebodohan yang menjauhkan seseorang dari Allah subhanahu wata'ala. Ilmu yang telah menguasai hati akan mengarahkan pikiran untuk selalu mengingat-Nya. Ia akan selalu menumbuhkan benih-benih cinta yang telah disemaikan Allah di dalam hatinya, perasaan takut dan hormat akan bercampur dalam jiwanya sehingga dia senantiasa menyadari adanya control dan pengawasan Allah yang tidak pernah terhenti sedikit pun.
tingakatan Wushul.
وصولك الى الله وصولك الى العلم به وإلاّ فجلّ ربنا أن يتصل به شيئ أو ان يتصل هو بشئ
"Tersambungnya dirimu kepada Allah, berarti sampainya dirimu kepada kemampuan untuk mengerti Allah secara Hakiki. Jika bukan seperti itu, maka. Maha Agung Allah terhadap sesuatu yang tersambung dengan-Nya dan menyambungkan Dzat-Nya kepada sebuah pekara."
Berikut ini ada sebuah do'a yang telah masyhur dilafalkan para Ulama'
اللهم لاتقطعني عنك بقواطع الذنوب ولا تحجبني عنك بقبائح العيوب
"Ya Allah Janganlah engakau memutusakan hubungnanku dengan-Mu karena dosa-dosa ku dan janganlah engkau menghalangiku dari-Mu karena keburukan-keburukanku yang Hina."
Dan juga Salah satu kalam yang bisa mempengaruhi sebagian orang-orang shalih ialah syair.
فما عذابي إلا حجابي # وما نعيمي إلا وصالي
"Maka tidak ada siksa yang berarti bagiku selain terhalangnya diriku dari Allah dan tidak ada ni'mat yang paling Agung untuk aku kecuali terhubungnya diriku dengan Allah."
Dalam do'a dan syair yang diucapkan oleh sebagian ulama' di atas, kita bisa menemukan adanya keinginan mereka agar terhubung kepada Allah dan juga terdapat kehawatiran akan terpasangnya pembatas yang memisahkan mereka dengan-Nya. Lalu apa sebenarnya makna terhubung (wishol) dan pembatas (hijab) yang dimaksud?
Yang dikehendaki di sini, bukanlah hubungan yang terjadi dengan cara menempuh jarak atau melewati tempat-tempat tertentu, karena tidak bisa tergambarkan dan memang tidak mungkin ada seorang manusia yang berstatus sebagai makhluk kemudian mempunyai kedekatan letak dan posisi dengan Allah yang menciptakan masa dan tempat. Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat yang tidak terlalui oleh ruang dan waktu, jadi mustahil jika dia dekat dengan makhluk sebagaimana 2 orang yang posisinya berdekatan satu sama yang lain.
Al-hijab, Al-firoq, dan Al-qothi'ah.
Ketiga kata di atas mempunyai arti yang sama, yaitu sebuah keadaan yang dialami seorang manusia ketika dia sedang dikuasai oleh keinginan-keinginan nafsu hewani dan kemauan sahwat liarnya sehingga akal fikiran dan perasaan jiwanya hanya tunduk mengikuti nafsunya, dia tidak berdaya memberikan perlawanan apa-apa. Padahal kita tahu bahwa yang di namakan manusia (tanpa memandang jasad luarnya) hanyalah pikiran yang tersimpan dalam otak dan disertai perasaan yang mengisi hatinya.
Keadaan seperti ini akan memunculkan sebuah pembatas yang bisa menyebabkan dia lupa akan firman-firman Allah. Sehingga dia tidak memperdulikan perintah dan larangan yang ditujukan padanya. Ketika kedua telinganya mendengar kalam suci yang menjelaskan tentang hakikat kehidupan dan fase-fase yang harus dilalui atau ayat-ayat yang menerangkan peringatan dan kabar gembira serta nasehat dan pengajaran maka ia menganggap semua itu seperti angin lalu.
Saat kedua bola matanya menyaksikan tanda-tanda alam yang mengisaratakan keagungan dan kekuasaan Allah serta menunjukan kelemahan serta kehinaan manusia sebagai hamba sahaya. Maka dia hanya melihat bahwa itu adalah bayangan yang tiada arti. Apa yang menyebabkan kalalaian tersebut adalah gerakan pemberontakan yang dikabarkan oleh hawa nafsu hingga sampai menaklukan kekuatan hati dan akal fikiran ,dengan sendirinya seluruh anggota badan akan tunduk dan patuh atas komando yang diucapkan oleh hati dan dikendalikan hawa nafsu, kemudian terjadi bencana yang disebut sebagai kalalaian.
Seperti itulah gambaran mengenai hijab yang selalu ditakutkan dan dianggap sebagai musibah besar oleh hamba-hamba Allah Yang bertaqwa, terkadang mereka menyebut hijab ini dengan ungkapan kekerasan hati dan hilangnya perasaan takut kepada Allah dari dalam jiwa. Hal ini sesuai firman Allah Swt.
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً [البقرة/74]
Artinya: "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS. Al baqoroh:74)
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [المطففين/14]
Artinya: "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (QS. Al muthofifin:14)
Dengan melihat kenyataan yang ada pada diri kita sendiri dan mayoritas kaum muslimin, ternyata hijab yang berupa kalalian ini tengah melanda kehidupan islam. Lihat saja ketika seorang Qori' sedang melantunkan Ayat-ayat suci Al quran yang berisi petunjuk, peringatan dan pengagungan ketuhanan Allah subhanahu wata'ala, namun banyak di antara kita, orang-orang yang mendengarnya dengan lebih Asyik menikmati kesibukan dan mimpi-mimpi materialis mereka.
Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dan datang silih berganti semakin mendekatkan manusia kepada ajalnya. Akan tetapi banyak sekali orang-orang yang tidak menyadari peringatan tersebut karena terlena oleh kemegahan dan kemewahan duniawi , Maha Besar Allah Yang telah berfirman:
الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا (101) [الكهف/101]
Artinya : "Yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar." (QS. Al kahfi:101.)
Wushul kepada Allah tidak menghalangi rasa hina dan salah dihadapan-Nya.
Dengan mengetahui arti dari Hijab dan firoq atau terpisash dari Allah. Maka kita akan mengerti makna Wushul atau terhubung dengan-Nya. Wushul Adalah sebuah keadaan dimana Nafsu yang berada dalam diri sendiri tidak menghalanginya untuk selalu mengerti, meyakini dan mencintai Allah. Artinya, keinginan Syahwatnya tidak melalaikan akal fikiran dan hatinya untuk senantiasa mengingat dan menghadap kepada Allah subhanahu wata'ala.
Tersambungnya beberapa hamba kepada Allah, terdiri dari beberapa macam tingkatan sesuai dengan kualitas iman yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Jadi tidak seperti apa yang dibayangkan oleh orang-orang yang menyangka bahwa hubungan ini terbatas oleh sebuah keadaan yang jika seorang hamba telah sampai kepada-Nya, maka dia telah bebas dari taklif sehingga boleh berbuat semaunya.
Ketika hijab yang menutupi hati seorang hamba samakin pudar dan kian menipis, maka dia akan semakin mengerti Allah subhanahu wata'ala, Kesadarannya akan keagungan Allah Semakin bertambah meningkat dan dia juga terus menemukan begitu banyak kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan sebagai seorang hamba yang dimilki Allah.
Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang mempunyai hubungan paling dekat kepada Allah. Namun keadaan ini hanya menjadikan beliau kian bersyukur kepada-Nya , bahkan semakin merasa kurang dalam melakukan penghambaan kepada-Nya.
Menempuh Tangga demi tangga (maqom).
Kita bisa menggambarkan persambungan hubungan manusia kepada Allah, Seperti anak-anak tangga yang jumlahnya hanya diketahuii oleh Allah. Secara global, hubungan ini bisa dikategorikan 3 tingkatan.
1. Tingkatan Ma'rifat (mengerti). Dengan Ma'rifat yang benar, seseorang akan memilki perasan takut kepada Allah. Ma'rifat yang dimaksud disisni tidaklah berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan yang hanya mengisi akal, tetapi tidak membekas ke dalam hati, karena pengatahuan semacam ini Justru malah menghalangi seseorang untuk mengerti Allah dengan benar.
Contohya adalah Ilmu pengatahuan yang dimiliki oleh kaum Orientalis dan para pemikir Liberalis yang dikomandani oleh Iblis dan dilaknati oleh Allah subhanahu wata'ala. karena pengetahuan mereka hanya terdapat dalam akal dan lisan, maka akhirnya akan dikendlikan oleh hawa nafsu dengan sangat mudah hingga kemudian dijadikan tentara yang berjuang menegakkan keinginan-keinginan sahwat liar. Klasifikasi ilmu yang terdiri 2 bagian telah dinyatakan oleh rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir:
وفي الحديث عن النبي صلى الله عليه وسلم: (العلم علمان علم في القلب فذلك العلم النافع وعلم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على ابن آدم).
Artinya : Didalam hadist, dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam, beliau bersabda: "Ilmu itu ada 2 macam. Ilmu yang berada di dalam hati dan itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang berada pada lisan, maka ilmu semacam ini akan menjadi bukti bagi Allah yang berakibat buruk terhadap anak adam."
Orang-orang yang memusuhi islam akan selalu menggunakan ilmu yang mereka milki sebagai senjata untuk mengalahkan dan menghancurkan agama islam, akal pikiran mereka telah terlepas dari hati Nurani, karena hati mereka telah dikuasai hawa nafsu, persis seperti apa yang telah dikatakan oleh imam Ghozali: "Bertambahnya ilmu dalam diri seorang laki-laki ibarat bertambahnya air yang disiramkan kepada akar pohon handhol (jenis labu), semakin banyak air yang diserap maka buahnya akan semakin pahit".
berbeda dengan ilmu yang menancap kuat dalam akal pikiran serta mampu memasuki relung-relung hati dan memberikan pengaruh positif kepadanya. Ilmu semacam ini akan menghilangkan hijab kebodohan yang menjauhkan seseorang dari Allah subhanahu wata'ala. Ilmu yang telah menguasai hati akan mengarahkan pikiran untuk selalu mengingat-Nya. Ia akan selalu menumbuhkan benih-benih cinta yang telah disemaikan Allah di dalam hatinya, perasaan takut dan hormat akan bercampur dalam jiwanya sehingga dia senantiasa menyadari adanya control dan pengawasan Allah yang tidak pernah terhenti sedikit pun.
tingakatan Wushul.
Tingkatan ini akan dialami seorang hamba ketika mata hatinya telah terlupa dan terpisah dari pengaruh-pengaruh sebab dan perantara. Segala apa yang dia lihat, nikmat yang dia rasakan dan musibah yang menimpanya, semuanya hanya akan menambah keyakinan akan keagungan dan kekuasaan Allah subhanahu wata'ala.
Seseorang akan memasuki fase ini jika dia mampu melaksanakan 2 hal. Pertama, sealalu berpikir dan mengingat Allah. Kedua memperbanyak ibadah sunnah.
Dengan melakukan kedua perkara ini secara konsisten dan istiqomah, seorang hamba akan merasakan cinta kepada Allah subhanahu wata'ala. Konsekuensinya, dia tidak akan pernah mencintai apa pun selain-Nya. dia akan menghindari dan meninggalkan segala sesuatu ynag menyebabkan dirinya lalai dari Allah. Nafsu yang ada pada dirinya akan menjadi semakin lemah dan akhirnya akan mengikuti keinginan cintanya kepada Allah. Tidak ada lagi gerak-gerik atau tingkah yang dia lakukan kecuali demi memperoleh ridlo-Nya. Semua pikiran, ucapan dan perbuatan yang keluar darinya hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah yang maha sempurna .
Semua itu berpangkal pada sebuah perkara yaitu hati. Hati yang telah dipenuhi perasaan takut hormat dan cinta kepada Allah akan menjadikannya tenang, tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya. Dengan segera semua anggota badan akan mengikuti isyarat dan perintah yang berasal dari dalam hati. keadaan seperti inilah rasulallah melakukan ruku' sambil berdo'a:
اللهم لك ركعت وبك أمنت ولك أسلمت خشع لك سمعي وبصري ومخّي وعظمي وعصبي ومااستقلت به قدمي(رواه مسلم)
Artinnya: "Ya Allah Hanya karena-Mu aku Ruku' dan hanya kepada-Mu aku beriman dan menyerahkan diri. Pendengaranku, penglihatanku, sumsumku, tulangku, ototku & semua anggota tubuh yang membebani kedua kakiku tunduk semuanya kepada-Mu (HR.Muslim)
3.Tingakatan ini akan dialami seorang hamba yang selalu diliputi keadaan, Al-haibah (berwibawa), Al-unsu (senang), Al-wujdu (menemukan), Al-jam'u wal farqu (kumpul dan berpisah), Al-fana' wal baqo' (ruksak dan kekal), As-shahwu was-sakru (siuman dan mabuk), hingga sampai pada keadaan-keadaan yang tidak mungkin tergambarkan oleh akal manusia.
Mula-mula perasaan takut, hormat dan cinta kepada Allah. Akan menjadikan seorang hamba untuk selalu menuruti dan mengukuti kemauan perasaan tersebut, jika semakin bertambaah kuat, maka perasaan itu akan memunculkan keadaan-keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan kualitas masing-masing.
Keadaan Al ansu (senang) akan membuat seorang hamba selalu merasakan gembira senang dan bahagia karena Allah. Segala keadan susah atau pun sedih, mudah atau pun senang semua akan menjadi sebab dan perantara baginya untuk menambah perasaan bahagia karena Allah.
Keadaan Al Wadju bisa diibaratka seperti api yang menyala di dalam hati karena rasa cinta dan rindu kepada Allah, terkadang keadaan ini akan memunculkan perbuatan-perbuatan yang tidak bisa dimengerti dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, hal ini terjadi saat ia telah berada di luar kendali akal karena dominan perasaan Al Wujdu yang menguasainya.
Dalam tingkatan ini, seorang hamba akan merasakan Al Fana' (kelenyapan) dan Al Baqo' (kekekalan) serta Al Sukr (mabuk) dan Al Shohwu (Siuman) keadaan-keadaan ini hampir sama dan hanya memiliki perbedaan yang sangat tipis.
Al Wushul kepada Alah tidak boleh diartikan sebagai halangan kedekatan posisi yang diliputi oleh ruang dan waktu. Al wushul adalah hubungan seorang hamba kepada Alalh subhanahu wata'ala, karna ilmu dan ma'rifat yang dia miliki.
Dengan ilmu yang menancap dalam akal dan hati, seseorang akan tunduk dan menyerah kepada aturan-aturan Allah. Ibadah yang dilakukan secara konsisten akan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, dan selanjutnya cinta yang bertahta di hatinya akan menggerakan seluruh anggota tubuhnya demi mencapai ridlo-Nya. Persambungan ini akan semakin bertambah dan terus menerus seiring dengan kesucian hatinya dan hilangnya hubungan dengan makhluk.
Rahasia wushul adalah cahaya Allah yang bernama Hidayah, sedangkan hidayah adalah murni kehendak Allah, Tanpa campur tangan siapa pun. Namun kita harus tahu bahwa Rahmat, Hidayah dan anugerah-Nya sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Seseorang akan memasuki fase ini jika dia mampu melaksanakan 2 hal. Pertama, sealalu berpikir dan mengingat Allah. Kedua memperbanyak ibadah sunnah.
Dengan melakukan kedua perkara ini secara konsisten dan istiqomah, seorang hamba akan merasakan cinta kepada Allah subhanahu wata'ala. Konsekuensinya, dia tidak akan pernah mencintai apa pun selain-Nya. dia akan menghindari dan meninggalkan segala sesuatu ynag menyebabkan dirinya lalai dari Allah. Nafsu yang ada pada dirinya akan menjadi semakin lemah dan akhirnya akan mengikuti keinginan cintanya kepada Allah. Tidak ada lagi gerak-gerik atau tingkah yang dia lakukan kecuali demi memperoleh ridlo-Nya. Semua pikiran, ucapan dan perbuatan yang keluar darinya hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah yang maha sempurna .
Semua itu berpangkal pada sebuah perkara yaitu hati. Hati yang telah dipenuhi perasaan takut hormat dan cinta kepada Allah akan menjadikannya tenang, tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya. Dengan segera semua anggota badan akan mengikuti isyarat dan perintah yang berasal dari dalam hati. keadaan seperti inilah rasulallah melakukan ruku' sambil berdo'a:
اللهم لك ركعت وبك أمنت ولك أسلمت خشع لك سمعي وبصري ومخّي وعظمي وعصبي ومااستقلت به قدمي(رواه مسلم)
Artinnya: "Ya Allah Hanya karena-Mu aku Ruku' dan hanya kepada-Mu aku beriman dan menyerahkan diri. Pendengaranku, penglihatanku, sumsumku, tulangku, ototku & semua anggota tubuh yang membebani kedua kakiku tunduk semuanya kepada-Mu (HR.Muslim)
3.Tingakatan ini akan dialami seorang hamba yang selalu diliputi keadaan, Al-haibah (berwibawa), Al-unsu (senang), Al-wujdu (menemukan), Al-jam'u wal farqu (kumpul dan berpisah), Al-fana' wal baqo' (ruksak dan kekal), As-shahwu was-sakru (siuman dan mabuk), hingga sampai pada keadaan-keadaan yang tidak mungkin tergambarkan oleh akal manusia.
Mula-mula perasaan takut, hormat dan cinta kepada Allah. Akan menjadikan seorang hamba untuk selalu menuruti dan mengukuti kemauan perasaan tersebut, jika semakin bertambaah kuat, maka perasaan itu akan memunculkan keadaan-keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan kualitas masing-masing.
Keadaan Al ansu (senang) akan membuat seorang hamba selalu merasakan gembira senang dan bahagia karena Allah. Segala keadan susah atau pun sedih, mudah atau pun senang semua akan menjadi sebab dan perantara baginya untuk menambah perasaan bahagia karena Allah.
Keadaan Al Wadju bisa diibaratka seperti api yang menyala di dalam hati karena rasa cinta dan rindu kepada Allah, terkadang keadaan ini akan memunculkan perbuatan-perbuatan yang tidak bisa dimengerti dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, hal ini terjadi saat ia telah berada di luar kendali akal karena dominan perasaan Al Wujdu yang menguasainya.
Dalam tingkatan ini, seorang hamba akan merasakan Al Fana' (kelenyapan) dan Al Baqo' (kekekalan) serta Al Sukr (mabuk) dan Al Shohwu (Siuman) keadaan-keadaan ini hampir sama dan hanya memiliki perbedaan yang sangat tipis.
Al Wushul kepada Alah tidak boleh diartikan sebagai halangan kedekatan posisi yang diliputi oleh ruang dan waktu. Al wushul adalah hubungan seorang hamba kepada Alalh subhanahu wata'ala, karna ilmu dan ma'rifat yang dia miliki.
Dengan ilmu yang menancap dalam akal dan hati, seseorang akan tunduk dan menyerah kepada aturan-aturan Allah. Ibadah yang dilakukan secara konsisten akan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, dan selanjutnya cinta yang bertahta di hatinya akan menggerakan seluruh anggota tubuhnya demi mencapai ridlo-Nya. Persambungan ini akan semakin bertambah dan terus menerus seiring dengan kesucian hatinya dan hilangnya hubungan dengan makhluk.
Rahasia wushul adalah cahaya Allah yang bernama Hidayah, sedangkan hidayah adalah murni kehendak Allah, Tanpa campur tangan siapa pun. Namun kita harus tahu bahwa Rahmat, Hidayah dan anugerah-Nya sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.