TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Senin, 28 Mei 2012

Maqom Nabi SAW di Hadirat Ilahi


A’udhu bil Lahi minash Shaytanir rajim
Bismillahir Rahman ir Rahim

Kita perlu belajar begitu banyak. Tetapi yang paling penting adalah bahwa kalian harus belajar, kalian harus berusaha untuk mengetahui sumber kekuatan bagi jiwa kita. Untuk mengetahui di mana sumber kekuatan itu. Bukan berarti kalian hidup sebagai binatang, tetapi kalian tidak akan berurusan sebagai binatang nanti di Hari Kebangkitan. Binatang, mereka boleh makan, tidak ada kewajiban bagi mereka. Tetapi kalian, jika kalian tidak memperhatikan apa yang kalian makan dan minum, kalian akan ditanya di Hari Kebangkitan, mengapa kalian tidak meminta sumber kekuatan yang dapat membuat kalian lebih dekat dengan Hadirat Ilahiah-Ku?

Dan setiap orang harus berhati-hati untuk menemukan jalan mereka agar lebih dekat dengan Hadirat Ilahi. Hadirat Ilahi—jangan pikir itu hanya satu level.

Hadirat Ilahi bagi para anbiya hanya dapat diraih oleh anbiya. Dan Hadirat Ilahi bagi awliya, mereka juga mempunyai level yang lain di mana orang lain tidak dapat meraihnya, tidak dapat mendekatinya. Karena Cahaya-Cahaya Ilahi pada level itu akan membakar mereka. Mereka tidak akan sanggup. Dan level para awliya, orang-orang suci, menurut maqam-maqam mereka, mereka juga akan berbeda satu sama lain. Hadirat Ilahi bagi setiap orang tidak sama, tidak.

Sayyidina Rasulullah saw—Sultanul ‘Arafin Abayazid, minta untuk dapat mendekati samudra makrifat Nabi saw. Ia minta agar bisa mendekat, sampai pada maqam Nabi saw, dan berusaha untuk mencapainya. Tetapi, haatif Rabbani—suara Surgawi—pengumuman surgawi muncul dan mengatakan, “Wahai Abayazid, waspadalah! Antara kau dengan Nabi Penutup saw terdapat 10.000 samudra cahaya.” 10.000 samudra cahaya. Tetapi tetap saja ia berkata, “Walaupun yang pertama, aku harus berusaha untuk meraihnya.” Dan ia meminta agar bisa bergerak. Dan pengumuman yang lain datang dari langit, “Wahai Abayazid, waspadalah! Jika kau meletakkan kakimu satu langkah di depanmu menuju samudra cahaya yang pertama, kau akan terbakar, kau akan musnah dari eksistensimu, tak ada lagi kesempatan bagimu untuk kembali ke eksistensimu ketika kesempatan lain… tak ada kesempatan bagimu. Kau tamat. Tak ada lagi kesempatan untukmu. Cahaya itu bisa membakarmu, dan tak ada kesempatan bagimu untuk tiba di maqam yang kau tempati sekarang ini. Kau tamat, musnah dari eksistensimu. Waspadalah!”

Di mana hadirat Nabi saw? Di mana beliau hadir? Hadirat Ilahi, bagaimana menurut kalian?

Oleh sebab itu jangan berpikir bahwa, ketika kalian mengatakan, “Kami berusaha untuk meraih maqam-maqam surgawi,” bahwa kalian berusaha untuk mencapai maqam kami di Hadirat Ilahi. Kalian tidak akan pernah tahu di mana kalian hadir—di mana maqam kalian di Hadirat Ilahi. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Oleh sebab itu, ketika seorang hamba, ia berusaha untuk membuat jalannya—kami menyebutnya “suluk,” untuk menemukan jalannya menuju Hadirat Ilahi, itu hanya untuknya saja. Kalian tidak dapat menemukan dua orang pada level yang sama. Masing-masing mempunyai level yang berbeda di Hadirat Ilahi, atau maqam yang berbeda di Hadirat Ilahi.

Dan kita harus berusaha untuk mencapai maqam-maqam kita di Hadirat Ilahi, dalam semua ibadah dan salat hanya untuk diri kita, untuk membuat diri kita lebih dekat dengan maqam kita di Hadirat Ilahi. Itu bukanlah untuk Allah, apa yang kita lakukan, bukanlah untuk-Nya. Itu hanya untuk diri kita sendiri, agar diri kita lebih dekat, lebih dekat lagi. Jika kita kehilangan kekuatan yang sangat besar, himmat, kuda yang besar. Kalian dapat melakukannya untuk diri kalian sendiri untuk mencapainya, atau mendekati maqam kalian di Hadirat Ilahi.

Itu artinya apa yang kita lakukan sekarang di sini, jika kalian hidup semilyar tahun, kita dapat mencapainya. Tidak cukup untuk membuat diri kita berusia jutaan tahun, beribadah untuk mendekati maqam surgawi kita di Hadirat Ilahi. Tetapi yuhayyit—mempersiapkan diri kita untuk mencapai maqam-maqam kita. Dan jika Allah swt rida dengan perbuatan kalian dan ibadah kalian, Dia akan menganugerahkan kepada kalian sebagaimana Dia berfirman, “Jika hamba-Ku mendekati-Ku satu kaki, Aku akan datang kepadanya 10.” Ketika kalian akan meraih maqam kalian di Hadirat Ilahi, membuat kalian mencapai 10. 10 kekuatan yang lebih banyak diberikan kepada kalian, setiap kalian melangkah satu kaki, Dia memberi kalian 10. dan kemudian yang 10 itu akan menjadi 100. 100 akan menjadi 1.000. 1.000 akan menjadi 10.000. 10.000 akan menjadi 100.000. Jadi, apa yang kita lakukan bukanlah apa-apa. Tak ada nilainya, tak ada suatu kekuatan. Tetapi itu adalah karena Allah melihat niat kalian. Sesuai dengan niat kalian, Dia membuka jalan bagi kalian untuk naik. Oleh sebab itu, niat adalah faktor yang paling penting dalam setiap ibadah dalam Islam. Karena itu membuat kalian lebih dekat dengan Hadirat Ilahi, untuk meraih maqam kalian pada level Hadirat Ilahi milik kalian.

PESAN-PESAN ROSULULLOH

Rasulullah saw. bersabda:
Orang yang memandang rendah lima manusia ia merugi akan lirna hal
memandang rendah Ulama, rugi tentang agama memandang rendah Penguasa, rugi tentang dunia
memandang rendah Tetangga, rugi akan bantuannya
memandang rendah Saudara, rugi akan darmanya
dan memandang rendah Keluarga, rugi akan harmonisnya
Rasulullah saw. bersabda:
Akan datang suatu masa
dimana ummatku mencinta lima
hingga mereka lupakan lima
cinta dunia, lupa alam baka
cinta tanah subur, lupa alam kubur
cinta harta benda, lupa hisab amalnya
cinta anak istri, lupa bidadari
dan cinta diri sendiri, lupa pada Ilahi
Rasulullah saw. bersabda:
Allah berikan lima upaya
dan disediakan-Nya imbalan lima
Allah ajari insan bersyukur
dan Dia berikan tambahan makmur
Allah ajari insan berdoa
dan Dia jamin akan ijabahnya
Allah ajari insan bertobat
dan Dia jamin diterma tobatnya
Allah ajari insan istighfar
dan Dia sediakan pengampunannya
Allah ajari insan berderma
dan Dia bersedia membalas dermanya

Rasulullah saw. bersabda:

Di balik limpahan harta,
tersimpan lima tipu daya
Pertama, kesulitan menyatukannya
Kedua, sibuk berdoa
demi keselamatannya
Ketiga, khawatir ada perampok akan menjarahnya
Keempat, memungkinkan predikat bakhil pada empunya
Kelima, menjauhkan diri
dari keakraban bersama

Dan dibalik derma, tersimpan lima rahasia
Membawa empunya pada ketenangan jiwa
Tak perlu berdoa untuk keselamatannya
Aman dari perampok yang mengintainya
Menyandang predikat insan penderma
Dan merasa tentram bersama sesama insan

Rasulullah saw. bersabda:

Mengunjungi saudara, berarti menjaga rahasia
Berderma pada sesama, berarti melindungi harta benda
Berhati tulus, berarti menjaga amal mulia
Berjiwa jujur, berarti menjaga alur kata-kata
Dan bermusyawarah, berarti mengasah logika

Rasulullah saw. bersabda:

Akan datang suatu masa atas ummatku
mereka cinta dunia lupa alam baka
cinta kehidupan lupa kematian
cinta istana lupa surga
cinta harta benda lupa hisab amalnya
dan cinta alam semesta lupa Penciptanya

Pohon Mari’fat (pengertian):

Metafora Ma’rifat itu seperti pohon yang memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan cabang-cabangnya tegak dengan iman dan tauhid.

 Cabang pertama, Khauf (rasa takut) dan Raja’ (harapan pada anugerah-rahmatNya) yang disertai dengan cabang perenungan...

Cabang kedua, berlaku benar dan serasi dengan kehendak Allah, yang disertai dengan cabang Ikhlas.
Cabang ketiga, Khasyyah (takut penuh cinta) dan menangis, yang disertai dengan cabang Taqwa.
Cabang keempat, Qana’ah (menerima pemberian Allah) dan ridlo, yang disertai cabang Tawakkal.
Cabang kelima, Pengagungan dan rasa malu yang disertai dengan cabang ketentraman.
Cabang keenam, Istiqomah dan berselaras dengan Allah yang disertai dengan cabang cinta dan kasih.

 Setiap cabang dari masing-masing akan bercabang pula sampai tiada hingga dalam jumlah kebajikan, dalam tindakan benar dan perbuatan, kemesraan berdekat –dekat dengan Allah, kesunyian Qurbah (dekat denganNYA), kebeningan waktu dan segala sepadan yang tak bisa disifati oleh siapa pun jua.

Di setiap cabang yang ada akan berbuah berbagai-bagai, yang satu sama lainnya tidak sama, rasanya, yang di bawahnya ada cahaya-cahaya taufiqNya, yang mengalir dari sumber anugerah dan pertolonganNya. Dalam hal ini manusia berpaut-paut dalam derajat dan berbeda-beda dalam kondisi ruhani.
Diantara mereka :

1- Ada yang mengambil cabangnya saja, tapi alpa dari akarnya, tertutup dari pohonnya dan tertirai dari rasa manis buahnya. 
2-Ada yang hanya berpegang teguh pada cabangnya belaka. 
3-Ada yang pula yang berpegang pada akar aslinya, dan meraih semuanya (pohon, cabang dan buah) tanpa sedikit pun menoleh pada semuanya, tetapi hanya memandang yang memilikinya, Sang Penciptanya. 
Siapa yang tak memiliki cahaya dalam lampu pertolongan Ilahi, walaupun telah mengumpulkan, mengkaji semua kitab dan hadits, kisah-kisah, maka tidak akan bertambah kecuali malah jauh dan lari dari Allah, sebagaimana keledai yang memikul buku-buku.

Ada seseorang yang datang kepada Imam Ali Karromallahu Wajhah:
“Ajari aku tentang ilmu-ilmu rahasia…”pintanya.
“Apa yang kau perbuat perihal ilmu utama?” kata Sayyidina Ali.
“Apakah pangkal utama ilmu?” orang itu balik bertanya.
“Apakah kamu mengenal Tuhanmu?” Tanya beliau.
“Ya..” jawabnya.
“Apa yang sudah kau lakukan dalam menjalankan kewajibanNya?”
“Masya Allah…” jawab orang itu.
“Berangkatlah dan teguhkan dengan itu (hak dan kewajiban), jika kamu sudah kokoh benar, kamu baru datang kemari, kamu akan saya ajari ilmu-ilmu rahasia…” Jawab beliau.

Ada yang mengatakan, “Perbedaan antara ilmu ma’rifat dan ilmu lainnya adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati.

Semoga Allah mengampuni kita. Amin.

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila