TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Selasa, 08 Mei 2012

ADAB SOPAN SANTUN BERAGAMA (AL-ADAB FI AD-DIN) PENGARANG: IMAM ALGHAZALI

                                Bismillahirrahmanirrahim

MUKADDIMAH


Segala puji bagi Allah yang menciptakan kita, lalu menyempurnakannya; mendidik kita, lalu membaguskannya; dan memuliakan kita dengan mengutus Muhammad, Rasul utusan-Nya.



Dengan memohon taufik-Nya, kami tuturkan bahwa:
Akhlak yang paling sempurna dan paling tinggi, amal yang paling bagus dan paling baik, adalah adab dalam beragamayang diikuti oleh orang-orang yang beriman dari tindak kerja Tuhan Semesta Alam dan dari akhlak para Nabi dan Rasul Allah.


Allah telah mendidik kita dengan aneka penjelasan yang tertulis di dalam Alquran. Dia mendidik kita melalui tuntunan Nabi-Nya, Muhammad Saw, yakni as-Sunnah, dengan kewajiban-kewajiban yang dipikulkan kepada kita.



Karena itu, milik-Nya segala kenikmatan.
Demikian pula melalui para sahabat, para tabi’in, dan generasi sesudah mereka, yakni orang-orang beradab dari kalangan orang-orang beriman yang mengharuskan kita untuk mengikuti mereka.


Adab dalam beragama sangat penting kedudukannya dan jumlahnya pun banyak.

Oleh karena itu, di sini kami hanya akan memaparkan sebahagiannya saja agar pembahasannya tidak bertele-tele, sehingga sulit untuk dipahami.

Adab Mukmin di Hadapan Allah


Seorang mukmin semestinya selalu menundukkan pandangan matanya dan memusatkan segenap perhatiannya hanya kepada Allah. Membiasakan diam dan menenangkan anggota-anggota badan. Bersegera melaksanakan perintah, menjauhi larangan, tidak suka membantah dan berakhlak baik. Membiasakan berzikir dan mensucikan pikiran.



Mengendalikan anggota-anggota badan dan menenangkan hati. Mengagungkan kebesaran Tuhan, menjauhi sifat marah, dan menyembunyikan cinta. 
Memelihara keikhlasan.
Tidak riya dan pamer.
Mendakwah kebenaran.
Tidak berpedoman kepada makhluk dan mengikhlaskan amal.


Berkata benar, menyucikan pandangan dan mengupayakan pendekatan diri kepada Allah (taqarrub) secara terus-menerus. Tidak banyak memerintah, menyembunyikan keutamaan dan bersemangat memperbaiki diri. Marah ketika melanggar yang haram, mengekalkan haybah (keseganan akan kewibawaan Allah), menumbuhkan rasa malu, dan merasa takut (kepada Allah). Menjadikan sikap tenang sebagai keyakinan bathin dan tawakal sebagai kesadaran terhadap baiknya suatu ikhtiar.

Menyempurnakan wudhu tatkala merasa berat dan menunggu (kembali) shalat berikutnya setelah mengerjakan suatu shalat. Kalbu bergetar karena takut akan meninggalkan fardhu. Membiasakan bertaubat karena takut bergelimang dosa, dan memelihara keyakinan terhadap yang ghaib. Kalbu merasa takut saat berzikir dan cahayanya bertambah ketika menerima petuah. Mengembangkan sikap tawakkal ketika miskin dan ketika mampu mengeluarkan sedekah tanpa sikap kikir.



Adab Kaum Terpelajar
Adab seorang terpelajar antara lain adalah selayaknya terus-menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Memelihara ketenangan. Meninggalkan sifat takabur dan tidak memancingnya. Mengasihi para pencari ilmu dan tidak merespon orang-orang yang sombong. Menyelesaikan masalah orang-orang awam dan tidak merasa gengsi untuk mengatakan, “Saya tidak tahu.” Memberikan perhatian yang serius atas sebuah pertaanyaan. Tidak berpura-pura. Dan memperhatikan serta menerima sebuah argumentasi kebenaran, walaupun berasal dari lawan.

Adab Seorang Murid di Hadapan Guru


Seorang murid – di hadapan gurunya – selayaknya memulai setiap pertemuan dengan mengucapkan salam, tidak banyak bicara di hadapannya, ikut berdiri ketika ia berdiri dan tidak mengatakan, “Fulan mengatakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang kamu katakan.” Tidak bertanya kepada teman ketika duduk di hadapannya.



Tidak tertawa ketika guru sedang berbicara. Tidak mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya. Tidak memegang bajunya ketika dia berdiri. Tidak meminta penjelasan tentang suatu masalah di tengah perjalanan hingga sampai ke rumahnya. Dan tidak banyak bertanya ketka dia terlihat merasa jenuh.

Adab Guru Pengajar Alquran (Muqri'u)


Adab guru seorang pengajar Alquran antara lain adalah senantiasa duduk seperti duduknya seorang yang ketakutan, menyimak perintah, berusaha untuk paham, dan senantiasa mengharap kasih-Nya. Memperhatikan ayat-ayat mutasyabihah, memperhatikan tanda waqf, mengetahui tanda-tanda permulaan bacaan, menjelaskan ihwal hamzah, mengajarkan bilangan, dan membaguskan pengucapan huruf. Menerangkan manfaat dan pahala menamatkan bacaan Alquran.
Ia juga harus menyayangi kaum pemula yang mempelajari Alquran. Bertanya-tanya apabila ada murid yang tidak hadir. Meninggalkan perdebatan. Memulai dengan mengajarkan bacaan yang dibaca ketika shalat, atau – jika perlu – mengimami orang lain.

Adab Pembaca Alquran


Seorang pembaca Alquran seyogianya membiasakan duduk di hadapan Alquran seperti duduknya orang yang tawadhu’. Memusatkan perhatian. Menundukkan kepala, dan memohon izin sebelum membaca. Memohon perlindungan kepada Allah dan membaca basmalah serta berdo’a ketika selesai membaca Alquran.

Adab Pengajar Anak-Anak


Adab pengajar anak-anak diantaranya adalah memulai dengan perbaikan diri, karena mata dan telinga mereka tertuju ke arahnya. Apa-apa yangbaik menurut dirinya, akan menjadi baik pula bagi mereka, dan apa-apa yang jelek menurutnya, akan menjadi jelek pula di mata mereka. Membiasakan diam saat terduduk. Dan tidak melirik marah dengan pandangannya. Seyogianya, sebagian besar pengajarannya dilakukan dengan upaya ‘menakut-nakuti’ tidak memukul dan apalagi menyiksa.


Tidak banyak bercakap-cakap dengan mereka, karena mereka akan menjadi berani. Tidak membiarkan mereka bercengkrama, karena mereka akan menjadi kurang ajar. Tidak mengajak siapapun bersenda gurau di hadapan mereka.



Menolak pemberian mereka dengan wira’i. Mencegah mereka dari sikap mengadu domba atau menghasut dan menghindarkan diri mereka dari mencari-cari aib orang lain.


Mengajari mereka bahwa menggunjing itu jelek. Mengajak mereka untuk takut pada tindakan berdusta dan provokasi. Tidak menanyakan suatu ihwal yang menimpa mereka, sehingga membebaninya. Tidak banyak menuntut pada keluarga mereka, sehingga mereka mendiktenya. Mengajarkan pada mereka tentang bersuci dan shalat. Dan memberitahukan pada mereka tentang najis-najis yang harus dihilangkan.

Adab Periwayat Hadits


Adab periwayat hadits adalah harus bertujuan benar, menghindari dusta, menyampaikan hadits yang masyhur, meriwayatkan hadits dari orang-orang siqah dan meninggalkan hadits munkar. Tidak menyampaikan apa yang terjadi dikalangan ulama salaf. Mengenal zaman. Menjaga diri dari kesalahan, kekeliruan, kesalahan baca, dan penyimpangan.


Meninggalkan senda gurau, menghindari hasutan dan mensyukuri nikmat Allah karena dia telah berada di dalam derajat Rasulullah sebagai penyampai hadits.

Memelihara sikap tawadhu’ dan menjadikan sebagian besar dari omongannya bermanfaat bagi kaum muslimin, baik berupa hal yang wajib, sunnah dan adab mereka di dalam menjelaskan kitab Allah Azza wa Jalla.

Tidak membawa ilmunya kepada para menteri (pejabat pemerintah) dan tidak mendatangi pintu para penguasa, sebab hal tersebut akan merendahkan kredibilitas para ulama dan menurunkan kualitas ilmu mereka tatkala bermaksud mengajarkannya kepada para penguasa dan orang-orang kaya. Tidak meriwayatkan hal-hal yang tidak diketahui asal-usulnya dan tidak membacakan apa-apa yang tidak ada di dalam kitabnya. Tidak berkata ketika ada orang yang menbacakan sesuatu kepadanya. Berhati-hati agar tidak mencampurkan satu hadits ke dalam hadits lain.

Adab Pencari Hadits


Senantiasa menulis hadits-hadits masyhur dan tidak menulis hadits-hadits garib, tidak juga menulis hadits-hadits munkar. Menukil hadits dari orang-orang yang siqah. Tidak melebihkan hadits masyhur dari hadits lain. Pencariannya tidak mengurangi kehormatan dirinya dan tidak melalaikan shalatnya. Menghindari pergunjingan, diam untuk mendengar, melazimkan diam di hadapan perawi hadits dan menaruh perhatian terhadap upaya perbaikan tulisannya.



Tidak mengatakan, “Saya telah mendengar”, padahal belum pernah mendengar. Tidak menyebarkan hadits untuk mencari kemasyhuran, lalu menukil hadits dari orang-orang yang tidak siqah dan ahli makrifat, tetapi harus mengambil hadits dari ahli agama. Tidak menukil hadits dari orang yang tidak mengenal hadits yang bersumber dari orang-orang salih.

Adab Penulis


Seorang penulis selayaknya selalu berupaya memperindah tulisannya dan membaguskan goresan tangannya. Merajuk pada ilmu i’rab untuk menjelaskan kalimat, mengetahui perhitungan dan memiliki pendapat yang benar. Memakai pakaian yang bagus dan menggunakan wewangian. Mengetahui sejarah orang-orang terdahulu di antara para ahli saraf.



Mengambil secara berangsur-angsur dari sumber-sumbernya dan mengetahui urusan yang utama. Bertoleransi dan berpeengalaman dalam hal-hal kebaikan. Menghindari kezaliman dan menjauhi segala yang haram. Menjaga harga diri, membaguskan pergaulan dan menjaga diri dari kehinaan. Menjauhi perkataan keji di dalam majlis, menghindari senda gurau dan percakapan, serta bujukan kepada para pelayan.

Adab Da’i Pemberi Nasihat


Adab pemberi nasihat diantaranya adalah senantiasa menghindari sikap takabur dan selalu memelihara rasa malu kepada Tuhannya. Senantiasa menampakkan pengharapan kepada sang Pencipta dan berkeinginan memberi manfaat kepada para pendengarnya.



Mengoreksi diri untuk mengetahui aibnya. Memandang pendengar dengan pandangan kebenaran, berbaik sangka kepada mereka dengan bathin agama (batin ad-diyanah), dan tidak berharap pada mereka untuk memberi perlindungan. Metode pengajarannya lembut. Menyayangi para pemula. Meyakini bahwa dirinya dapat melaksanakan ucapannya, agar orang lain dapat mengambil manfaat dari yang dia katakan.

Adab Pendengar


Seorang pendengar semestinya senantiasa menampakkan kekhusyukan dan memelihara ketundukan. Menjernihkan hati dan berbaik sangka. Meyakini ucapannya dan membiasakan berdiam. Tidak banyak bertingkah dan senantiasa memusatkan perhatian. Serta menghindari menuduh (yang tidak-tidak).

Adab Ahli Ibadah


Ahli ibadah seyogianya mengetahui saat-saat beribadah, memahami wiridnya, membaguskan ucapannya dan berusaha meneteskan air mata. Memelihara kekhusukan dan melazimkan ketundukan. Menundukkan pandangan, menggetarkan hatinya, senantiasa memikirkan agamanya, memperhatikan waktu dan membiasakan diri untuk berpuasa.



Bangun di malam hari, bersikap wira’i, dan mengurangi makan-minum. Selalu menunggu kedatangan ajal, menjauhi teman-temannya, meninggalkan syahwat, memelihara shalat – mengetahui keutamaan dan ihwal yang menyebabkan ketidaksempurnaannya. Tidak merasa butuh pada ilmu orang lain, selain pengetahuan dirinya dan hakikat keberadaannya.
bersambung .................. 

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila