TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Jumat, 13 April 2012

RAWATLAH DUHAI DZAT WAJIBUL-WUJUD DENGAN CINTA-MU

Debu berkejar-kejaran dibawa bayu. Tak terkecuali di malam hari. Malam-malam terasa gerah. Meskipun di penghujung pagi, halimun dingin turun menyerang lalu menjari pada daun dan rerumputan serta ilalang. Mengartikulasikan tanda bumi bahwa panas terik kan datang.

Duniaku telah berganti. Dunia sejuk dan dingin yang dulu menghuni kini telah berganti menjadi dunia yang panas, gerah dan pengap


Udara panas itu telah mempengaruhi suasana hati yang tak tertaut pada sang wajibul wujud. Gelisah, sedih, amarah, ria, dengki dan berbagai penyakit hati telah menghinggapi sebagian umat bumi. Agama tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang menyejukkan. Agama tak lagi dipegang sebagai tautan sublimasi pemecah depresi. Kita terjebak pada tradisi yang me-rukun dan lupa bahwa hati adalah sumber dari segala sumber kesejukan. Kita lalai menekuni hakikat dibalik syariat, makna dibalik rupa, mengangkat gada tapi tak tahu musuh siapa.


kembalilah pada hati dimana segala arah terarah. Melunakkannya dengan mengembalikannya pada ‘mata’ yang pandangannya hanya tertuju padanya. Bukan dzahir yang berhias emas permata, berbalut sutra, dan berjabat tahta serta terlulur indahnya wanita. Dzahir itu akan lusuh, menua lalu terbujur kaku menjadi seonggok mayat dan akhirnya terurai bersisa tulang belulangng. Mari.. mari lunakkan hati. Hati yang lunak sesungguhnya adalah hati yang mudah merintih dalam luatan kecintaannya pada sang khalik, bukan pada sang diri ataupun makhluk. Dalam tasawuf, menangis termasuk salah satu hal yang harus dilatih. Ali bin Abi Thalib berkata, “Salah satu ciri orang yang celaka adalah ia yang memiliki hati yang keras. Dan ciri hati yang keras adalah hati yang sukar menangis.”

Hati manusia dapat merasa jemu dan lesu sebagaimana badan juga merasa jemu dan lesu. Karena itu carilah ilmu dan hikmah sebagai obatnya.


Mari terangi gelapnya dan dinginnya penghujung malam. Mari basahi kelopak, bulu mata dan pipi kita dengan air suci kedua mata kita. Mari melirih, berserah diri dan mengetuk mahligai besar pintu rumah Ilahi. Mengharap iba dan ridhoNya untuk diperkenankan mencicipi nikmatnya hidangan cinta.


Inilah hamba sahaya-Mu rebah di halaman kebesaran-Mu. 

Inilah si malang-Mu rebah di halaman kebesaran-Mu.

Inilah si fakir-Mu rebah di halaman kebesaran-Mu.

Tuhanku, demi kebesaran-Mu, keagungan-Mu, dan kemuliaan-Mu,

sekiranya sejak Engkau menciptakan aku,

sejak masa permulaan aku menyembah-Mu sekekal badai rububiyah-Mu,

dengan setiap lembar rambutku,

setiap pejam mataku sepanjang masa,

dengan pujian dan syukur segenap makhluk-Mu,

maka aku takkan mampu mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang paling tersembunyi padaku. Sekiranya aku menggali tambang besi dunia dengan gigiku,

dan menanami buminya dengan lembar-lembar alis mataku,

dan menangis takut kepada-Mu dengan air mata dan darah sebanyak samudera langit dan bumi, maka semua itu kecil dibandingkan dengan banyaknya kewajibanku atas-Mu.

Sekiranya setelah itu,

Engkau menyiksaku dengan azab seluruh makhluk,

Engkau besarkan tubuh dan ragaku,

Engkau penuhi Jahanam pada seluruh sudutnya dengan tubuhku sehingga di sana tidak ada lagi yang disiksa selainku,

tidak ada lagi kayu bakar selain diriku,

maka semua itu kecil dibandingkan dengan keadilan-Mu dan besarnya hukuman-Mu yang harus kuterima mengingat dosa-dosa yang kulakukan.”

Semoga cinta itu tumbuh berkembang menyejukkan gerahnya hari. Bagaikan puisi Rumi:

Sekarang kulihat kekasih jiwaku,

mutiara segala ciptaan,

terbang ke langit bagaikan Nur Mustafa AhMad bila Mim

Matahari malu melihat wajahnya,

di angkasa cuaca kelam kabut bagaikan hati

Cahayanya membuat air dan lumpur lebih terang daripada api.

Kataku,

“Mana tangganya untuk tempat naik, tunjukkan! Aku ingin juga terbang ke langit!”

Ia menjawab,

“Tangga tempatmu naik ialah kepalamu, sujudkan kepalamu di bawah telapak kakimu!”

Apabila kau jejakkan kakimu di atas kepalamu, maka kakimu akan mengendarari bintang-gemintang!

Apabila kau ingin mengarung angkasa luas, angkatlah kakimu ke langit, mari naik!

Di hadapanmu terbentang seratus jalan menuju langit, setiap subuh kau terbang tinggi ke langit seperti seuntai doa.

Duhai cintaku, Allah telah ajarkan dalam renungan malam ini begitu dalam cintamu. Begitu besar pengorbananmu. Biarkan cinta ini begitu subur tumbuh dalam taman hati kita. Mari kita pupuk dengan pupuk kasih. Tak lekang dan tak pudar terkikis waktu hingga bunga-bunga di taman cinta kita tumbuh begitu indah. Serahkan pada Allah Al Bathinu semoga Dia merahmati dan memelihara taman cinta kita.


Demikian ghaibnya cinta itu. Tidak ada satu manusiapun yang mampu mengetahui seberapa dalam dan kuatnya cinta yang dia miliki terhadap pasangannya, kecuali sang Maha Ghaib Al Bathin. Cinta dibangun bukan saja karena ketertarikan, tetapi juga karena komitmen. Komitmen untuk mempertahankan dan menyuburkan bunga-bunga cinta itu sendiri. Ketertarikan untuk selalu melihat sisi lain yang selalu penuh hakikat atas cinta yang berkembang. Atas dasar cinta itu pulalah, mahligai pernikahan dibangun. Pernikahan tanpa cinta tentu akan menjadi sangat timpang. Ibarat bangunan tak berpondasi. Rapuh dan mudah roboh. Bukankah hakikat pernikahan itu adalah penyatuan dan penciptaan? Kaum pencari cinta Ilahi menyebutnya sebagai Ittihad.

Cinta itu pula yang kemudian menjadi media pembelajaran Ilahi tentang rasa dan hati. Bahwa mencintai pasangannya adalah cerminan ajaran tentang bagaimana sesungguhnya mencintai Ilahi Rabbi. Karena sejatinya, cinta itulah yang benar-benar fitri bagi seorang manusia terhadap penghambaannya kepada dzat Al Haq. Demikianlah kita sepatutnya menumbuhkan cinta pada Ilahi dengan kuadratisasi dan refleksi dari mencintai pasangan maupun buah hati kita.



Salam pengembaraan mencari cinta kelana Jiwa 



By : Alkis Annabila 

Tidak ada komentar:

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila