TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Senin, 16 April 2012

DILAALAH AL-IMAAN MENURUT PANDANGAN Ilmu Thariqat para Sufi yang ahli Ma'rifat Billah

Ilmu Thariqot disini adalah ilmu yang memastikan arah hatinurani agar supaya
diam dan geraknya, ucapan dan tingkah lakunya, hati itu selalu hadir di hadapan
Dzat Allah. Jadi bukannya ucapan wirid Allah...sekian ribu kali atau Laa ilaaha
illallah ...sekian ribu kali dllsb. Sebab ilmu thariqat di wilayah penempuh
jalan Sufi Islam yang sesungguh-sungguhnya adalah ilmu ingatnya hatinurani
kepada musamma-Nya Allah (Asma Rahasia Tuhan) yang baru dapat dimengerti orang
kalau digurukan kepada Guru Mursyid yang haq dan sah mengajari ilmu hakekat
untuk ma'rifat kepada Allah.

Dalam kitabnya ahli ma’rifat billah yaitu kitab Bayanu Haqiqatin, dinyatakan
bahwa :

1]. Barang siapa menyembah asma dengan tidak beserta makna, maka benar-benar
KAFIR orang itu. Artinya yang diketahuinya hanya kepada Asma Allah, padahal Asma
Allah ini adalah nama-Nya Dzat Yang Wajib WujudNya. Nama tidak bisa apa-apa,
Yang menciptakan jagad raya seisinya dan Yang memberi manfaat dan mudhorot
adalah Yang “Empunya” Asma Allah yaitu Dzat Yang Wajib WujudNya. Tanyakanlah
kepada ahlinya tentang Dzat Yang Wajib WujudNya (QS.21:7, QS.16:43), Tuhan yang
menyatakan DiriNya dengan Asma Allah (QS.20:14) tersimpan dalam makna rahasia
dhomir “Huwa” Allah Yang Ahad (QS. Al Ikhlash).

2]. Dan barangsiapa menyembah makna dengan tidak beserta asma, maka benar-benar
MUNAFIK orang itu. Artinya dengan secara mendetail ia mampu dengan akalnya
membahas tentang adanya Tuhan, sifat Kesempurnaan-Nya, Malaikat-Nya, para
Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dllsb dengan berbagai ilmu filsafat, ilmu kalam,
dll. Ia hanya puas disitu. Hakekat Tuhan yang mestinya harus di ingat dalam
hatinuraninya, sama sekali tidak tersentuh akal pikirnya. Bagaimana ihsan,
bagaimana dgn ayat ttg ulul-albab, ihsan, dan maksud QS. al-Hijr ayat 99, dan
ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menegaskan ttg dzikr ?.

3]. Barang siapa menyembah asma beserta makna, maka sama dengan MUSYRIK
(menyekutukan Tuhan) orang itu. Artinya ia hanya mengawinkan kedua penjelasan
tsb diatas, maka aku dirinyalah yang tampil dengan kepuasan ilmunya ini,
sehingga merasa dirinya telah cukup dan mampu, karena membanggai kemampuan akal
pikirnya.

4]. Dan barangsiapa menyembah makna dengan ilmu hakekat untuk mencapai
ma’rifat, maka inilah MUKMIN YANG HAQ. Artinya orang tersebut berguru secara
benar kepada ahli yang berkewajiban, hak dan sah menunjuki ilmu hakekat untuk
ma’rifat kepada Allah, sehingga inilah mukmin yang haq. Mengetahui maknanya
berarti akan sebagai alat tafakurnya kepada kekuasaan dan kesempurnaan Allah.
Dan ilmu hakekat sebagai jalan, supaya dalam hati dan rasa selalu dapat
murroqobah (mengintai-intai dg sekasama) Dzat Allah.

5]. Kemudian siapa yang meninggalkan asma dan makna, itulah orang yang telah
ma’rifat billah (ma’rifatun min kulli ma’rifatin). Artinya mereka telah
benar-benar ma’rifat kepada Allah. Sebab orang yang ma’rifat dgn yakin dan telah
 sampai ke hadhirat Allah, penglihatan hatinya tidak ragu (wa’bud rabbaka hattaA ya’tiyakal yaqin), tetapi ia tidak akan dapat mengatakan seperti apa Dzat Allah
itu. Sebab orang yang ma’rifat itu berarti fana’dzat. “mati ikhtiar” namanya,
dzat dirinya nafi, tiada, atas Fadhal dan Rahmat Allah yang menariknya masuk
dalam alam ma’rifat kepada Allah.

6]. Al Ma’rifatu kullul ma’rifati. Artinya atas Fadhal dan RahmatNya Allah,
dadanya terbuka, harinurani roh dan sirr(rasa)nya terbuka. Mengetahui bahwa “Ma
kana fi ‘alamil kabiri kamitsli ma kana fi ‘alamishshoghiri”. Rekaman apapun
baik bangsa dunia dan jagad raya beserta isinya maupun rekaman bangsa akherat
dengan berbagai alam keajaiban Tuhannya, semua ada didalam dadanya orang yang
telah benar-benar ma’rifat kepada Allah . Tetapi ia sadar, bahwa selain Allah
itu semua adalah makhluk yang akhirnya akan sirna. “Kullu syai’in haalikun illa
wajhahu (QS.Al Qashash 88).

Jangankan begitu, sudah ma’rifat billah saja kok
masih merasa ma’rifat …. Ini masih keliru, masih musyrik.

Sebab masih ada dua,yaitu yang ma’rifat dan yang di ma’rifati.
Supaya sempurna dan tidak musyrik
lagi, maka yang ma’rifat itu masuk kedalam yang di ma’rifati. Sehingga benarlah
wujud itu hanyalah Tuhan Allah SWT. AdaNya Dia tak tampak wujud oleh
penglihatan mata hati, karena terdinding oleh yang mestinya
tiada atau fana’, yaitu ujud jiwaraganya sendiri dan dunia seisinya (maujud).

Itulah sebabnya untuk menafikan yang mestinya tiada atau fana’, harus secara
benar dengan sungguh2 dan ikhlas ber jihadunnafsi (sbg jihadul akbar) mengikuti
petunjuk dan bimbingan Guru yang ahli yang berkewajiban, hak dan sah menunjuki
ilmu hakekat untuk ma’rifat kepada Allah. Di wilayah penempuh jalan Sufi Islam
disebut Guru Mursyid yang hak dan sah.

Kemudian para ahli m’rifat mengatakan bahwa :

“Siapa yang menyembah kepada Allah setelah mengetahui ilmunya menyembah, maka
Allah akan memberitahukan kepadanya hal yang mestinya harus diketahui. Allah
akan menempatkan orang tersebut kepada tempat yang belum pernah ditempati,
tetapi orang takkan bisa mengetahui tentang ilmunya menyembah yang haq, kecuali
setelah mengetahui jatidirinya sendiri, sebab “Man ‘arofa nafsahu faqod ‘arifa
Robbahu”.

Demikian sekilas tentang ilmu thariqat dalam wilayah Sufi Islam untuk ma’rifat
kepada Allah SWT.

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila