TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Senin, 16 April 2012

MENETAPKAN KETUNGGALAN ALLOH (baqo'ulbaqo') dan MENAFIKAN KEJAMA'AN MAHLUQ (fana'ulfana')

                                                           
Setelah menetapkan kesederhanaan dzat alloh, selanjutnya kita akan menetapkan tauhid dzat "al-wâhid" yakni menetapkan bahwa dzat alloh adalah Esa dan tidak mungkin ada wujud yang serupa dan sederajat dengan-Nya. Pada bahagian ini juga terdapat banyak argument yang dikonstruksi, namun kami mencukupkan dengan menyebutkan beberapa dalil saja:

1.Dalil pertama (kesempurnaan mutlak dan ketakterbatasan alloh) : Premis asli dalil ini adalah menunjukkan bahwasanya dzat alloh itu tidak terbatas, sempurna, dan mutlak beserta ithlaq dann tidak dapat sama sekali dikonsepsi keterbatasan pada-NYA sebab wâjibul wujud meniscayakan bahwa dzat alloh tidak memiliki ketidak sempurnaan sebab ketaksempurnaan sama dengan kekurangan dan butuh, sedangkan butuh tidak sesuai dengan wâjibul wujud.

Sekarang jika kita asumsikan dua / lebih tentang alloh yg wâjibul wujud , niscaya di antara keduanya / lainya berbeda sebab dengan menegasikan semua bentuk perbedaan, maka asumsi dua wâjibul wujud juga akan dtegaskan Dalam bentuk ini, kita menuju pada dua kemungkinan (kemungkinan ketiga tidak mungkin lagi dikonsepsi)

Kemungkinan pertama bahwa salah satu dari dua alloh yang di asumsikan adalah sempurna mutlak dan tidak terbatas serta memiliki seluruh kesempurnaan-kesempurnaan, sedangkan satunya lagi adalah kurang dan terbatas serta tidak memiliki sebahagian kesempurnaan-kesempurnaan alloh pertama.


Dalam bentuk ini sudah diketahui bahwa alloh hakiki adalah yang partama dan yang kedua disebabkan kekurangan dan keterbatasan tidak bisa ia adalah alloh.


Dengan demikian kemungkinan pertama ini, dari asumsi kejamakan {banyak}, justru berakhir pada tauhid (keesaan Tuhan).

Adapun kemungkinan kedua bahwa masing-masing dari dua alloh yang diasumsikan mempunyai kesempurnaan yang mana yang lainnya tidak miliki. Natijah dari kemungkinan ini yakni tidak satupun dari keduanya itu adalah alloh dan ini adalah menyalahi asumsi pengertian TAUHID.


Dalil dari bahasan ini yaitu berdasarkan kemungkinan kedua, dua Tuhan diasumsikan, terangkap dari wujud dan adam (ketiadaan sebahagian kesempurnaan-kesempurnaan wujud); padahal sebelumnya telah dibahas secara jelas jika dzat alloh bersih dari setiap bentuk rangkapan...

Dengan demikian asumsi kejamakan (berbilang) wâjibul wujud, dalam bentuk pertama berakhir pada tauhid dan dalam bentuk kedua meniscayakan suatu perkara mustahil (terangkapnya dzat alloh). Dan konklusinya asumsi kejamakan alloh adalah suatu asumsi yang tidak rasional.

Mungkin juga dikatakan terdapat kemungkinan ketiga dimana luput dari perhatian dalil-dalil di atas, dan kemungkinan itu adalah dua alloh yang diasumsikan memiliki seluruh kesempurnaan-kesempurnaan eksistensi.




Dalam menjawab kritik tersebut kami ingatkan bahwa sebagaimana pada awal penalaran (istidlâl) sudah dikatakan, asumsi kejamakan niscaya suatu bentuk perbedaan; oleh sebab itu jika dua wâjibul wujud yang diasumsikan, keduanya memliki seluruh kesempurnaan-kesempurnaan, maka tidak akan terdapat lagi perbedaan diantara keduanya, dan ini tidak sesuai dengan asumsi pertama kita (yakni asumsi adanya dua Alloh).

2.Dalil kedua (menafikan rangkapan) : Jika diasumsikan dua alloh (wâjibul wujud), maka dalam prinsip keniscayaan wujud keduanya adalah sama. Dari sisi lain sesuai dengan dalil yang diisyaratkan sebelumnya, asumsi kejamakan meniscayakan suatu bentuk perbedaan diantara keduanya.


Sebagai contoh ketika dibicarakan tentang adanya dua buku, harus keduanya disamping memiliki kesamaan dalam hal kebukuan, juga paling minimal dari satu sisi (misalnya dari sisi warna, tempat, ketebalan, kandungan, dan…) keduanya mempunyai perbedaan.


Oleh sebab itu asumsi adanya kejamakan Tuhan mempunyai pengertian bahwa dua Alloh yang diasumsikan, dalam prinsip Ke-ILAHIYAHAN (keniscayaan wujud) keduanya adalah sama dan dari sisi bahwa dua Tuhan, maka terdapat perbedaan diantara keduanya.

Natijah dari asumsi di atas, masing-masing dari dua Alloh yang diasumsikan mempunyai sesuatu yang dengannya mereka sama (sisi kesamaan) dan mempunyai sesuatu yang dengannya mereka berbeda (sisi perbedaan); oleh karena itu meniscayakan masing-masing dzat mereka terangkap dari dua bagian: 

a. Bagian yang sama dengan Alloh lain yang diasumsikan (sesuatu yang dengannya mereka sama)

b. bagian yang terkhususkan (sesuatu yang dengannya mereka berbeda); dan ini adalah makna terangkapnya dzat mereka; padahal kami sudah buktikan bahwa dzat Alloh bersih dari berbagai bentuk rangkapan.

Dengan demikian secara singkat dari dalil tersebut adalah asumsi kejamakan wâjibul wujud meniscayakan terangkapnya wâjibul wujud, dan sebab terangkapnya wâjibul wujud adalah mustahil, maka kejamakan wâjibul wujud juga adalah mustahil (merupakan keniscayaan dari itu).

3.Dalil ketiga (Burhan Tamanu'): Salah satu dalil yang paling terkenal tentang Tauhid adalah dalil yang dikenal dengan nama "burhân tamanu". Tentang dalil ini terdapat paparan rumusan dan riwayat yang bermacam-macam, dimana kami hanya mengisyaratkan satu rumusan berikut ini:

Setiap kali diasumsikan dua Alloh , maka kita akan menghadapi tiga kemungkinan:

Kemungkinan pertama :


Hanya satu dari keduanya mampu mencegah terjadinya iradah (kehendak) yang lain akan tetapi yang lain tidak mampu melakukan hal ini. Dalam bentuk ini adalah jelas bahwa Alloh hakiki adalah yang pertama dan yang kedua dikarenakan iradahnya terkalahkan, maka ia tidak mungkin adalah Alloh 

Kemungkinan kedua :

Masing-masing keduanya mampu mencegah terjadinya irodah yang lain...

Kemungkinan ketiga :


Tidak satupun dari keduanya mampu mencegah terjadinya iradah yang lain.

Dua kemungkinan terakhir juga adalah suatu bentuk yang tidak sesuai dengan asumsi pertama kita, yakni asumsi adanya dua Alloh (dua wujud / lebih) sebab kemungkinan kedua meniscayakan terkalahkannya irodah Alloh - Alloh  yang diasumsikan dan kemungkinan ketiga mengharuskan kelemahan dan ketidak mampuan mereka dari keunggulan atas satu sama lain dan dua makna ini, yakni terkalahkannya iradah dan ketidakmampuan dari keunggulan yang lain adalah menyalahi wâjibul wujud.

Oleh sebab itu kemungkinan kedua dan ketiga juga tidak rasional, dan sebab tidak ada kemungkinan yang lain lagi diantara kemungkinan-kemungkinan tersebut, maka asumsi kejamakan Alloh adalah batil.

mari terus belajar & mengkaji sampai pada titik dimana kebenaran apa yang kita yaqini tentang haqiqat AL-ILAAHIYAH yang menjadi penyelamat buat diri kita ... 
semoga Alloh selalu memberikan bimbingan dalam panggilan HIDAYAH RUBUBIYAH Pada kita semua ...

By : Al-faqir ilalloh 

PENJELASAN TENTANG WUJUD‘ARDH PADA MAHIYYAH

                                                     

                         Segala puji bagi Allah Swt, yang hakikat pujian hanya terbatas pada-Nya. Salawat dan salam atas rasul-Nya Muhammad Saw sebaik-baik makhluk-Nya dan salawat serta salam juga atas keluarga Nabi-Nya yang suci dari Ahlibait dan Fitrahnya As.

Definisi Hikmah Ilahiyyah:

Hikmah Ilahiyyah adalah suatu ilmu yang membahas keadaan eksisten sebagaimana ia eksisten(ahwalul maujud bima huwa maujud).

Subyek Hikmah Ilahiyyah:

Yang dibahas dalam disiplin ilmu ini yakni yang termasuk sebagai ’aradh dzatinya, yaitu eksisten sebagaimana ia eksisten(wujud mutlak).

Penjelasan: Dalam ilmu logika Aristotelian, predikat dibagi atas dua bagian:

1. Predikat dzati (’aradh dzati)

2. Predikat non-dzati (’aradh gharib)

Yang dimaksud dengan predikat dzati (esensial) adalah suatu predikat yang tidak dapat dipisahkan dari dzat subyek (mustahil dipisahkan dari dzat subyek). Sebab itu setiap kali kita hubungkan suatu predikat dengan dzat suatu subyek, dan kita lihat bahwa mempredikasikan predikat tersebut atas subyek itu adalah dharuri dan mustahil subyek itu diasumsikan tanpa memiliki predikat tersebut, maka predikat tersebut termasuk dzati subyek itu.

Sebaliknya suatu predikat yang dihubungkan dengan suatu subyek tidak menunjukkan hal seperti tersebut di atas, maka predikat ini termasuk predikat non-dzati atau predikat ini disebut sebagai ’aradh gharib (asing). Contoh bagi yang pertama (’aradh dzati) seperti imkan, hewan dan nâtiq dihubungkan pada manusia, sedangkan contoh bagi yang kedua (’aradh gharib) seperti warna hitam dan ukuran tinggi direlasikan pada manusia.

Tujuan Hikmah Ilahiyah:

Memahami eksisten-eksisten dalam bentuk universal (kulli) dan membedakan eksisten-eksisten hakiki dari non-hakiki (iktibari, persepsi mental).

Uraian pembahasan:

Sesungguhnya manusia mendapatkan dirinya, bahwa pada dirinya terdapat hakikat dan realitas, dan sesungguhnya di luar dirinya juga terdapat hakikat dan relitas. Manusia juga menemukan di dalam dirinya perasaan ingin tahu terhadap hakikat dan realitas tersebut. Oleh sebab itu manusia tidak mencari sesuatu (suatu obyek) dan tidak menjadi tujuannya kecuali dari sisi bahwa sesuatu itu (obyek itu) memiliki realitas, dan manusia tidak lari dari sesuatu dan tidak menghindar darinya (menolaknya) kecuali karena sesuatu itu memiliki hakikat.

Anak kecil (bayi) yang mencari susu ibu misalnya, sesungguhnya ia mencari sesuatu yang hakikatnya adalah susu, bukan sesuatu yang hanya merupakan tawahhum (imajinasi) bahwa itu adalah susu. Dan manusia yang lari dari singa, sesungguhnya ia lari dari sesuatu yang hakikatnya adalah singa, bukan sesuatu yang hanya tawahhum (imajinasi) dan khurafat (supertisi). Akan tetapi manusia terkadang salah dalam pandangannya, ia memandang sesuatu yang tidak benar adalah benar (hak) serta memiliki relaitas di luar seperti keberuntungan (lucky) dan raksasa khayalan, atau sebaliknya manusia meyakini sesuatu yang benar dan memiliki realitas di luar sebagai sesuatu yang batil dan khurafat seperti jiwa non-materi dan akal non-materi. Oleh sebab itu setiap kali manusia ingin menghukumi validitas sesuatu dan realitas sesuatu, ia harus dan mesti terlebih dahulu meneliti serta mengobservasi keadaan maujud sebagaimana ia maujud dan mendapatkan keadaan hakikat maujud, sehingga dengan perantaraan keadaan maujud (hakikat maujud) ia dapat membedakan sesuatu yang maujud secara rill dengan sesuatu yang tidak maujud secara rill. Dan ilmu yang bertanggung jawab membahas masalah ini, adalah hikmah ilahiyah.

Dengan demikian ilmu hikmah ilahiyah (filsafat) adalah ilmu yang membahas keadaan eksisten qua (sebagaimana ia) eksisten–al ahwâlul maujud- dan ilmu ini juga dinamakan sebagai falsafah uulâ (filsafat pertama) dan ilmu a`alâ (ilmu transendental). Subjek ilmu ini adalah eksisten qua (sebagaimana ia) eksisten–al maujud bima huwa maujud-. Tujuan hikmah ilahiyah adalah untuk membedakan maujud-maujud hakiki dari yang non hakiki, dan makrifat (kognisi) sebab-sebab `aliyah (transenden) bagi wujud, khususnya makrifat (kognisi) sebab pertama (kausa prima) yang kepada-Nya berakhir silsilah seluruh maujud, dan makrifat pada nama-nama-Nya yang baik (al-asmaul husnâ) dan sifat-sifat-Nya yang agung, dan Dia adalah Allah yang mulia nama-Nya
 

                                                                 
Maksud dari wujud ‘aaridh pada kuiditas (mahiyyah) adalah makna yang dipahami dari wujud, bukan (tidak sama) makna yang dipahami dari kuiditas (mahiyyah) (yakni kita dapat mengkonsepsi kata wujud dan kuiditas atau mahiyah secara terpisah di dalam mental, meskipun di alam luar keduanya tidak terpisahkan). Maka akal dapat mengabstraksikan mahiyah - dan ia (mahiyyah) apa yang dikatakan dalam menjawab pertanyaan : apa ia? (keapaan sesuatu) – dari wujud. Akal memperhitungkan kuiditas (mahiyyah) secara sendiri (terpisah) dari wujud, dan mengkonsepsinya, kemudian menyifatkannya dengan wujud -dan ini adalah makna dari ‘urudh -. Maka wujud bukanlah mahiyah itu sendiri, dan wujud bukan pula bagian dari kuiditas dan mahiyah.

Adapun dalil-dalilnya:

1. Menegaskan wujud dari mahiyah adalah benar (sahih), sekiranya wujud adalah kuiditas itu sendiri atau bagian dari kuiditas, maka penegasian wujud dari kuiditas tidak dapat dilakukan (tidak benar dilakukan), sebab mustahil sesuatu itu dinegasikan dari dirinya atau bagian dari dirinya.

2. Mempredikasikan wujud atas kuditas / keterangan yg butuh kepada dalil, maka itu wujud bukan kuiditas itu sendiri dan bukan bagian darinya, sebab dzatnya sesuatu dan esensinya (dzat) sesuatu jelas tsubut (tetap) baginya, yakni tidak butuh kepada dalil.

3. Dzat (esensi) pada insan adalah jelas tsubut-nya (tetapnya) bagi insan, dan dzati (jamaknya dzatiyyât) (esensial) seperti hewan dan nâtiq pada insan adalah juga jelas tsubut-nya bagi insan.

4. Kuiditas dinisbahkan terhadap wujud (ada) dan ‘adam (ketiadaan) adalah sama, sekiranya wujud adalah kuiditas itu sendiri atau bagian darinya maka mustahil kuditas dinisbahkan pada ‘adam yang merupakan kotradiksi dari wujud (kuiditas ditinjau dari sisi sebagaimana ia bukanlah sesuatu yang mustahil ada atau tidak ada, sebab itu kuiditas dinisbahkan pada wujud dan ketiadaan (‘adam) memiliki kondisi yang sama).

Minggu, 15 April 2012

RISALAH NUR WILAYAH (NUR AHMAD) BILA MIM


Sesungguhnya, sebelum Rabb mu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari NURNYA nur Nabimu, dan NUR itu di istirahatkan haithu mashaAllah, dimana Allah menghendakinya untuk istirahat. Dan pada waktu itu tidak ada hal lainnya yang hadir tidak lawh al-mahfudh, tidak Sang Pena, tidak Surga ataupun Neraka, tidak Malaikat Muqorrobin,tidak langit ataupun dunia tiada matahari, tiada rembulan, tiada bintang, tiada jinn atau manusia atau malaikat belum ada apa-apa yang diciptakan, kecuali NUR ini....
                               

NUR DIATAS segala NUR tanpa Adanya MINYAK tuk MENJADI DASAR PENERANGAN KILAU CAHAYA-NYA .... NUR IDLOFI -NUR WILAYAH RUBUBIYAH NUR HAQ NUR TAJALLI .... MASIHKAH KITA RAGU DENGAN KILAUANNYA DALAM MENERANGI ALAM NASUT ,ALAM MALAKUT & ALAM JABARUT ... NUR INI YANG AKAN MEMBIMBING MUKMININ KE ALAM LAHUTIYAH TANPA ADANYA PILAH PILIH KARENA DIALAH NUR SANG MAHA PEMILIH PETUNJUK KEBENARAN AL-ILAAH ,,,,,,,,,, SANG NUR BAHTI FI AL-LAHUUTI .... TANPA PERLU ADANYA SEMBAH & DI PUJI ... KARENA DIA ADALAH SANG PEMILIK SEMBAH & PUJI ......

Allah kemudian berkata, Wahai Pena, jagalah kelakuan mu ! Nama ini adalah nama Kekasih Ku, dari NUR-NYA  Aku menciptakan Arsy dan Pena dan lauhi al-mahfudh kamu, juga diciptakan dari Nur Nubuwwah  Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apapun.

Ketika Allah S.W.T. telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena takutnya akan Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia ilahiah yang agung. Maka, jangan seorangpun gagal dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contoh nya (Nabi) yang cemerlang, atau membangkang/meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada kita.

Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis. Apa yang harus saya tulis, Ya Allah? bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan ! Berkata Pena, Ya Allah, apa yang harus saya mulai? Barkata Allah, Kamu harus memulai dengan kata-kata ini : Bismillah al-Rahman al-Rahim. Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfoudh), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah S.W.T. berbicara dan berkata, Telah memakan 700 tahun untuk kamu menulis tiga Nama Ku; Nama Keagungan Ku, Kasih Sayang Ku dan Empati Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih Ku Muhammad.

Dengan Keagungan Ku Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.
Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat bagian :
Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalatu al-‘Arsy);
Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah
(Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy);
Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluq) langit lainnya;
Dan bagian ke-empat Aku bagi lagi menjadi empat bagian:

Dari bagian pertama Aku membuat semua langit, dari bagian kedua Aku membuat bumi-bumi , dari bagian ketiga Aku membuat Jin dan api.Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tauhid (Hu Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad 

Ruh yang cantik ini diciptakan 360,000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan.
 Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati, matanya dari kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah), mulutnya dari kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, pipinya dari cinta dan ke-hati-hati-an, perutnya dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari mengikuti jalan lurus, dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.
Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas kenabiannya dipasang.
Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya yang penuh barokah, masyhur dan tinggi diatas semua lainnya, didekorasi dengan Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah)yang murni dan suci.

Duabelas Tabir

{ Bismi=786 7+8+6=21 Mirror of 21= 12 Bulan, 12th Rabil Awal, 12 suku, 12 Menunjukkan Penuntasan}

Sesudah ini Allah S.W.T., menciptakan duabelas tabir.

1.      Yang pertama dari itu adalah Tabir Kekuatan didalam mana Ruh Nabi mukim (tinggal) selama 12,000 tahun, membaca Subhana rabbil-ala (Maha Suci Rabb-ku, Maha Tinggi).

2.      Yang kedua adalah Tabir Kebesaran dalam mana dia ditutupi selama 11,000 tahun,berkata, Subhanal Alim al-Hakim (Maha Suci Rabb-ku, Maha Tahu, Maha Bijak).

3.      Tabir ke-tiga adalah Tabir Kebaikan dalam mana dia dipingit selama 10,000 tahun , mengucapkan Subhana man huwa daim, la yaqta (Maha Suci Rabb-ku Yang Abadi, Yang Tidak Berakhir).

4.      Tabir ke-empat adalah Tabir Rahman, disitu ruh mulia itu tinggal selama 9,000 tahun, memuja Allah, berkata: Subhana-rafi-al-‘ala (Maha Suci Rabb ku Yang Ditinggikan, Maha Tinggi).

5.      Tabir ke-lima adalah Tabir Nikmat, dan di situ tinggal selama 8,000 tahun, mengagungkan Allah dan berkata, Subhana man huwa qaimun la yanam. (Maha Suci Rabb-ku Yang Selalu Ada, Yang Tidak Tidur).

6.      Tabir ke-enam adalah Tabir Kemurahan; dimana dia tinggal selama 7,000 tahun, memuja, Subhana-man huwal-ghaniyu la yafqaru (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Kaya, Yang Tidak Pernah Menjadi Miskin).

7.      Kemudian diikuti tabir ke tujuh, Tabir Kedudukan. Disini ruh tercerahkan itu tinggal selama 6,000 tahun, memuja Allah dan berkata : Subhana man huwal Khaliq-an-Nur (Maha Suci Rabb-ku Maha Pencipta, Maha Cahaya ).

8.      Berikutnya, Dia menyelimutinya dengan tabir ke delapan, Tabir Petunjuk dimana dia tinggal selama 5,000 tahun, memuja Allah dan berkata, Subhana man lam yazil wa la yazal. (Maha Suci Rabb-ku Yang Keberadaan Nya Tak Pernah Berhenti, Yang Tidak Musnah).

9.      Kemudian diikuti tabir ke sembilan, yaitu Tabir Kenabian dimana dia tinggal selama 4,000 tahun, mengagungkan Allah: Subhana man taqarrab bil-qudrati wal-baqa. (Maha Suci Rabb-ku yang Mengajak Dekat dengan Maha Kuat dan Maha Langgeng).

10.  Kemudian datang Tabir Keunggulan, tabir ke sepuluh dimana ruh yang tercerahkan ini tinggal selama 3,000 tahun, membaca pepujian untuk Pencipta dari Semua Sebab, berkata, Subhana dhil-‘arsyi ?amma yasifun. (Maha Suci Rabb-ku Pemilik Singgasana Diatas Semua Karakter Yang Dilekatkan Kepada Nya).

11.  Tabir ke-sebelas adalah Tabir Cahaya. Disana dia tinggal selama 2,000 tahun, berdoa, Subhana dhil-Mulk wal-Malakut. (Maha Suci Rabb-ku Maha Raja semua Kerajaan Langit dan Bumi).

12.  Tabir ke-dua belas adalah Tabir Intervensi (Syafaat), dan disana dia tinggal selama 1,000 tahun, berkata Subhana-rabbil-azhim (Maha Suci Rabb-ku, Maha Anggun).

Setelah itu Allah menciptakan sebuah pohon yang dikenal sebagai Pohon Kepastian. Pohon ini memiliki empat cabang. Dia menempatkan ruh yang diberkahi tadi pada salah satu cabang, dan dia terus menerus memuja Allah untuk 40,000 tahun, mengatakan, Allahu dhul-Jalali wal-Ikram. (Allah, Pemilik Keperkasaan dan Kebaikan).

Setelah dia memuja Nya demikian itu dengan pepujian yang banyak dan beragam, Allah S.W.T. menciptakan sebuah cermin ,dan Dia meletakannya demikian hingga menghadapi ruh Habibullah, dan memerintahkan ruh itu untuk memandangi cermin itu.
Ruh itu melihat ke dalam cermin dan melihat dirinya terpantul sebagai pemilik bentuk yang paling cantik/ bagus dan sempurna.

Dia kemudian membaca lima kali, Syukran lillahi taala (terima kasih kepada Allah, Maha Tinggi Dia), dan tersungkur dalam posisi sujud dihadapan Rabb-nya. Dia tetap bersujud seperti itu selama 100 tahun, mengatakan Subhanal-aliyyul-azhim, wa la yajhalu. (Maha Suci Rabb ku Maha Tinggi Maha Anggun, Yang Tidak Mengabaikan Apapun); Subhanal-halim alladhi la yuajjalu. (Maha Suci Rabb-ku Maha Toleran, Yang Tidak Tergesa-gesa); Subhanal-jawadi alladhi la yabkhalu.

(Maha Suci Rabb ku Maha Pemurah Yang Tidak Pelit).

Karena itulah Penyebab (Adanya) Makhluq mewajibkan ummat Muhammad s.a.w. untuk melakukan sujud (sajda) lima kali dalam sehari lima shalat dalam jangka waktu siang sampai malam ini adalah sebuah hadiah kehormatan bagi ummat Muhammad

yang menjadi sebab sholat lima waktu ....

Dari Nur Muhammad, berikutnya Allah menciptakan sebuah lampu jamrut hijau dari Cahaya,dan dilekatkan pada pohon itu melalui seuntai rantai cahaya.
Kemudian Dia menempatkan ruh Muhammad s.a.w. di dalam lampu itu dan memerintahkannya untuk memuja Dia dengan Nama Paling Indah (Asma al-Husna).
Itu dilakukannya, dan dia mulai membaca setiap satu dari Nama itu selama 1,000 tahun.
Ketika dia sampai kepada Nama ar-Rahman (Maha Kasih), pandangan ar-Rahman jatuh kepadanya dan ruh itu mulai berkeringat karena kerendahan hatinya.

Tetesan keringat jatuh dari padanya, sebanyak yang jatuh itu menjadi nabi dan rasul, setiap tetes keringat beraroma mawar berubah menjadi ruh seorang nabi .
Mereka semua berkumpul di sekitar lampu di pohon itu, dan Azza wa Jala berkata kepada Nabi Muhammad

Lihatlah ini sejumlah besar nabi yang Aku ciptakan dari tetesan keringatmu yang menyerupai mutiara.

 Mematuhi perintah ini, dia memandangi mereka itu, dan ketika cahaya mata itu menyentuh menyinari objek itu, maka ruh para nabi itu sekonyong konyong tenggelam dalam Nur Muhammad  dan mereka berteriak, Ya Allah, siapa yang menyelimuti kami dengan cahaya????

Allah menjawab mereka, Ini adalah Cahaya dari Muhammad Kekasih Ku, dan kalau kamu akan beriman kepadanya dan menegaskan risalah kenabiannya, Aku akan menghadiahkan kepada kamu kehormatan berupa kenabian.

Dengan itu semua ruh para nabi itu menyatakan iman mereka kepada kenabiannya, dan Allah berkata, Aku menjadi saksi terhadap pengakuanmu ini, dan mereka semua setuju. Sebagaimana disebutkan di dalam al -furqon :

Dan ketika Allah bersepakat dengan para nabi itu :

Bahwa Aku telah memberi kamu Kitab dan Kebijakan, kemudian akan datang kepadamu seorang Rasul yang menegaskan kembali apa-apa yang telah apa padamu ,
kamu akan beriman kepadanya dan kamu akan membantunya,apa kamu setuju?

Dia berkata. Dan apakah kamu menerima beban Ku kepadamu dengan syarat seperti itu.
Mereka berkata, ?
Benar kami setuju. Allah berkata, ?
Bersaksilah demikian, dan Aku akan bersama kamu diantara para saksi. (Ali Imran, 3:75-76)

Kemudian ruh yang murni dan suci itu kembali melanjutkan bacaan Asma ul Husna lagi. Ketika dia sampai kepada Nama al-Qahhar, kepalanya mulai berkeringat sekali lagi karena intensitas dari al Qahhar itu, dan dari butiran keringat itu Allah menciptakan ruh para malaikat yang diberkati.
Dari keringat pada mukanya, Allah menciptakan Singgasana dan Hadhirat Ilahiah, Kitab Induk dan Pena, matahari, rembulan dan bintang -bintang.
Dari keringat di dadanya Dia menciptakan para ulama, para syuhada dan para mutaqin.
Dari keringat pada punggungnya dibuat lah Bayt-al-Mamur (rumah surgawi), Kabatullah (Ka’bah Fu’ad), dan Bayt-al-Muqaddas (Haram Jerusalem), dan Rauda-i-Mutahhara (kuburan Nabi Suci s.a.w.di Madinah), begitu juga semua mesjid di dunia ini.

Dari keringat di kaki nya dibuatlah semua tanah dari timur ke barat, dan semua apa-apa yang berada didalamnya. Dari setiap tetes keringatlah ruh seorang beriman atau tak-beriman dibuatnya. Itulah sebabnya rosulu al-'aalamin disebut juga sebagai Abu Arwah, Ayah para Ruh. Semua ruh ini berkumpul mengelilingi ruh Muhammad , berputar mengelilinginya dengan pepujian dan pengagungannya selama 1,000 tahun, kemudian Allah memerintahkan para ruh itu untuk memandang ruh Muhammad.
Para ruh mematuhi.Siapa Memandang kepada Ruh Muhammad ... 

Nah, di antara mereka yang pandangannya jatuh kepada kepalanya ditakdirkan menjadi raja dan kepala negara di dunia ini.

Mereka yang memandang kepada dahinya menjadi pemimpin yang adil.
Mereka yang memandang matanya akan menjadi hafiz Kalimat Allah (yaitu seorang yang memegangnya kedalam ingatannya). Mereka yang memandang alisnya akan menjadi pelukis dan artist.
Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan dan nasehat. Mereka yang melihat pipinya yang penuh barakah menjadi pelaksana karya yang bagus dan pantas. Mereka yang melihat mukanya menjadi hakim dan pembuat wewangian, dan mereka yang melihat bibirnya yang penuh barokah menjadi menteri.

Barang siapa melihat mulutnya akan menjadi mereka yang banyak berpuasa. Barangsiapa yang melihat giginya akan menjadi kelihatan bagus/cantik, dan siapa yang melihat lidahnya akan menjadi utusan /duta raja-raja. Barang siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan muadhdhin (yang mengumandangkan adhan).
Barang siapa memandang janggutnya akan menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi seorang pemanah atau pengemudi kapal laut, dan barang siapa melihat lehernya akan menjadi usahawan dan pedagang.

Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan mengukur catu kebutuhan hidup).
Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi; siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa yang melihat ujung jari tangan kanannyaakan menjadi seorang calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan menjadi seorang pandai besi.

Siapa yang melihat dadanya yang penuh baraokah akan menjadi seorang terpelajar, meninggalkan keduniaan (ascetic) dan berilmu. Siapa yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh pada hukum Sharia. Siapa yang melihat sisi badanya yang penuh barokah akan menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruku' dan sujud. Siapa yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu, dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian. 

Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris.
Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan rasul, a.s.
Di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat Allah;
Di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki dan perempuan;
Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak-beriman.
Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah S.W.T.sampai waktu mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik.

Tidak seorang pun tahu kecuali Allah S.W.T. yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh barokah Nabi Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.
Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad s.a.w. bertanya kepada malaikat Jibril, Berapa lama sejak engkau diciptakan?

Malaikat itu menjawab, Ya Rasulullah, saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70,000 tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari belakang kubah Singgasana Ilahiah; sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul 12,000 kali.
Apakah engkau tahu apakah cahaya itu? bertanya Muhammad  Tidak, saya tidak tahu, berkata malaikat itu. Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci  Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70,000 dikalikan 12,000 ! 
Demikianlah sebagian kecil dari kisah tentang penciptaan Nur Muhammad


HADUH PAK RT .... KO NYUEPLOS NGENE IKI piye critane...........

Sabtu, 14 April 2012

MENENGOK SEJARAH LAMA YANG DI RIWAYATKAN OLEH SYECH ABDUL KARIM AL JILLIY

MENENGOK SEJARAH LAMA YANG DI RIWAYATKAN OLEH SYECH
ABDUL KARIM AL JILLIY ..... DENGAN BAHASA SARYANIYAH ...

di sesebutkan pada masa itu injil bisa di pahami dengan  berbagai bahasa & pemahaman 
yang pertama  injil sering di ucapkan dengan menyebut nama bapak , dengan menyebut nama ibu 
dengan menuebut nama anak laki-laki (ibnu) penyebutan ini di ganti dalam al-qur'an dengan sebutan BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM .... di ambil dari perkataan Ulama' yang ahli di bidang tata bahasa bahwasanya penyebutan bapak,ibu & anak laki-laki itu di ruju'kan pada RUHI ALQUDDUS , MARYAM DAN 'ISA as ... dan para 'Alim billah bersepakat menyatakan  

INNALLOHA TSALAATSU TSALAASAH WALAM YA'LAMUU ANNAL MUROODA BIL ABBI HUWA ISMU AL-DZATI WAL UMMU KUNHU AL-DZAATI AL-MU;BIRU 'ANHAA BIMAA HIYATIL KHAQOOIQI WA BIL IBNI AL-KITAABI .. WAHUWAL  WUJUUDU AL-MUTHLAQI  LI'ANNAHU FAR'UN WANATIIJATUN 'AN MAAHIYATIL KUNHI ... 

yang artinya :
sesungguhnya alloh itu terdiri dari 3 sebutan  sehingga para kaum tidak memahami tentang pernyataan ketiganya ( bapa,ibu,anak) padahal yang di kehendaki tentang penyebutan ABI (bapak) itu adanya DZAT wajibul wujud , dan penyebutan UMMI (ibu) itu yang di kehendaki adalah ADANYA dzat yang di ibaratkan penisbatan tentang beberapa haqiqat (kenyataan)  (KUNHI DZAT) sedang penyebutan IBNU itu yang di maksud adalah AL-KITAB , adapun yang di maksud dengan penyebutan AL-KITAB itu adalah wujud muthlaq (NUR AHMAD) , sedang yang di maksud dengan wujud muthlaq adalah cabang & buahnya dari kenyataannya DZAT .... dalam bahasa BANI ISRAEL di sebutkan 

Syalom Aleikhem Be Shem Hammashiah, 

Sebagai latar belakangnya adalah Tauhid Bani Israil, yang diawali dengan kalimat yang berbunyi: "Syema’ Yss-ra’el, YHWH Elohenu, YHWH Ehad" (Dengarlah, hai Israel, TUHAN itu Ilah kita, TUHAN itu Esa – Sefer Ha Debarim/Ulangan 6:4). Orang Yahudi hanya percaya kepada YHWH (baca: ‘ha-Shem’, Sang Nama), Ia adalah satu-satunya Elohim (Ilah, ‘sembahan’).

Secara harfiah, dalam bahasa Arab: "Ar Rabb, huwa al-Ilah" (Ar Rabb/TUHAN, Dialah Al-Ilah). Kata Al-Ilah menjadi Allah (The God, ‘Ilah yang benar’). Mengenai penggunaan kata Allah di lingkungan Arab kuno, yang tidak dapat di baca batasanNYA dalam Al-Kitab Al-Muqaddas : "Allah adalah sebutan bagi Ilah yang menciptakan segala yang ada" (Allah, hadza ism al-Ilah khalaqa jami’al kainat). "Al" pada kata "Allah" dalam bahasa Arab , yang menunjukkan kekhususanNya (cf. Ibrani: "ha-Elohim", Aram : "d’Allaha", Inggris : ‘The God’). Karena itu, ungkapan "Laa Ilaha illa l-lah" secara etimologis, bila direkonstruksi dari bahasa Ibrani: "Ein Elohim ella ha-Elohim", atau dari bahasa Arami: "Lait Allaha ella d’Allaha" (cf. 1 Kor 8:4, Peshitta). Ayat Korintus tersebut dalam Alkitab bahasa Arab-pun tertulis : "Laa Ilaha illa l-lah" ("Tidak ada Ilah selain Allah").

dalam penjelasan lain di sebukan


"wa lam Tamarra lahdhatan min zamaani kaanati  Ald zat al Ilaahiyyati bidzunni Al-Aql, fal Aqlu fil Laahi laysa juz’un minhu, lianallooha laa yutajaaza " 


(‘Tidak pernah ada sekejap-pun dalam suatu waktu, dimana Dzat Ilahi itu ada tanpa ‘Aql atau pikiranNya, karena itu ‘Aql atau pikiranNya tersebut berada dalam Allah tanpa pemisahan denganNya, sebab Allah itu tidak terbagi-bagi’). Karena itu secara logis pula, "Pikiran Ilahi itu selalu berdiam dalam Dzat Ilahi secara azaliy atau tanpa permulaan" ("Al ‘Aqal al-Ilahiy al-kaainu fi AL-Dzaati al-Ilaahiya mundzu ‘azaliy"). 



Sementara perdebatan-perdebatan ummat islam pada umumnya mengenai salah persepsi tentang tauhid Kalimatullah  yang mementaskan pertanyaan makhluq (ciptaan) atau ghiyar al-Makhluq (bukan ciptaan) dalam pandangan kaum, yang mengatakan: ‘ada suatu waktu tertentu dimana Kalimatullah ISA belum ada’

menurut pandangan filsafat Yunani menyatakan tentang adanya Demiurgos (semacam the intermediary being, "makhluk pengantar") yang bukan Allah dan bukan manusia, dengan demikian dianggap membahayakan Tauhid. padahal pendangan seperti itu hanyalah wasangkanya aqal tentang pemahaman akan haqiqat diri ... dalam al-furqon di jelaskan

WA'INDAHU UMMU AL-KITAABI 

adapun ketetapan Ummu al-kitab itu berada disisiku

 " nabi Isa Al-masih itu sebagai Firman Allah telah lahir sebelum segala zaman dari Bapa tanpa seorang ibu, dan dalam nuzulNya sebagai Manusia ia lahir dari ibu tanpa seorang bapa". kenyataan yang  menekankan bahwa kelahiran Putra (Kalimatu al-ilah) dari  IBU (Kunhu Dzat al-ilah ) dari Bapa (Wujudu al-mahdli / murninya al-ilah)  adalah kelahiran dalam lingkaran keabadian, mengatasi aspek ruang dan waktu, bahwa tidak semua kenyataan itu di awali oleh sebab & musabab ,,, sebab Allah memang "tidak beranak dan tidak pula diperanakkan & maha segala-galanya"
sedang ajaran Nabi isa as selalu menekankan kearah tauhid rububiyah 
seperti yang di isyarahkan nabi isa dalam perkataannya :

MAA QULTU LAHUM ILLA MAA AMARTANII 

ya alloh ,aku tidak pernah mengatakan pada ummatku
kecualai apa yg engkau perintahkan kepadaku

pada perkataan yang lain nabi isa mengatakan :

ANI'BUDULLOOH ROBBII WAROBBUKUM 

aku memerintahkan kepada ummatku untuk menyembah tuhanku dan tuhanmu (umatnya) semua 

sedangkan gelar Kalimulloh bagi Nabi Isa as sama sekali tidak berkonotasi fisik atau biologis!  serta tidak 
berkonotasi  serupa dengan makna 

"Lam Yalid wa Lam Yuulad"

dalam Al-Qur’an; prinsip ini dikenal dalam ungkapan bahasa Arruumi: "La min tsivyana de Basra, wla min tsivyana de gabra" ("bukan lahir dari daging dan bukan pula lahir dari darah"). 

pemahaman nabi ISA as sebenarnya tidakklah menyempitkan akan pemahaman dzahirnya kitab INJIL
akan tetapi malah meluaskan pandangan tentang pemahaman untuk memper jelas isi yang tertulis .
supaya para kaumnya nabi ISA as tidak salah dalam pemahaman bahwasanya nabi ISA as itu adalah tuhan beserta IBU & BAPA ....

ADAPUN KESIMPULANNYA 

dengan pernyataan seperti ini nabi ISA as terlepas dari prasangka pengakuan ....

Di nuqil Dari kitab:

INSAN AL-KAAMIL FI BAABI BAYANI AL-INJIL .. 

By : ALKIS 




PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila