Dalam sejarah tasawuf, Abu Yazid al-Bustami (w. 261 H/876 H)disebut-sebut sebagai sufi yang pertama kali memperkenalkan paham fana dan baqaini. Nama kecilnya adalah Thaifur. Nama beliau sangat istimewa dalam hati kaum sufi seluruhnya. Bermacam-macam pula anggapan orang tentang pendiriannya. Iapernah mengatakan: "Kalau kamu lihat seseorang sanggup melakukan pekerjaankeramat yang besar-besar, walaupun dia sanggup terbang di udara, maka janganlah kamu tertipu, sebelum kamu lihat bagaimana dia mengikuti perintah syariat dan menjauhi batas-batas yang dilarang syari'at."
Ketika Abu Yazid telah fana dan mencapai baqa maka dari mulutnya keluarlah kata-kata yang ganjil, yang jika tidak hati-hati memahami akan menimbulkan kesan seolah-olah Abu Yazid mengaku dirinya sebagai Tuhan, padahal yang sesungguhnya ia tetap manusia, yaitu manusia yang mengalami pengalaman batin berTAUHID dengan , pada al-haq Di antara ucapan ganjil yang keluar dari dirinya, misalnya: "Tidak ada Tuhan, melainkan saya.Sembahlah saya, amat sucilah saya, alangkah besarnya kuasaku."لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنَا فَاعْبُدْنِيْ
"Tidak ada Tuhan selain Aku, makasembahlah Aku."
سُبْحَانِيْ, سُبْحَانِيْ, مَا اَعْظَمُشَأْنِيْ
"Maha Suci Aku, Maha Suci Aku, MahaBesar Aku."
Selanjutnya diceritakan yang berikut:اَتىَ رَجُلُ اَبَا يَزِيْدَ وَدَقَّعَلَيْهِ الْبَابَ فَقَالَ: مَنْ تَطْلُبُ؟ قَالَ اَبُوْا يَزِيْدَ قَالَ مُرَّفَلَيْسَ فىِ الْبَيْتِ غَيْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
"Seorang lewatdi rumah Abu Yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya: "Siapa yang engkau cari?" Jawabnya: "Abu Yazid". Lalu Abu Yazid mengatakan: "Pergilah". Di rumahini tidak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi."
Pada lain kali Abu Yazid berkata,لَيْسَ فىِ الْجُبَّةِ اِلاَّ اللهُ
"Yang ada dalam baju ini hanyalah Allah."
Ucapan yang keluar dari mulut Abu Yaziditu, bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata itu di ucapkannya melalui diri Alloh dalam ittihad yang di capainya dengan Alloh. Dengan demikian sebenarnya Abu Yazid tidak mengaku dirinya sebagai Alloh
Bagi orang yang bersikap toleran, ittihaddipandang sebagai penyelewengan (inhiraf), tetapi bagi orang yangkeras berpegang pada agama, itu dipandang sebagai kekufuran. Faham ittihad iniselanjutnya dapat mengambil bentuk hulul dan wahdat al-wujud. Dengan demikian untuk mencapai hulul dan wahdatul wujud pun sama dengan al-ittihad, yaitu melalui fana dan baqa.
Ittihad sebagai salah satu metode tasawuf yang di perkenalkan oleh Abu Yazid al-Busthomi ini dapat di kelompokkan kedalam tasawuf metode irfani (pengetahuan Diri)
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana' dan baqa' yang melahirkan ittihad sebagai tahapan selanjutnya. Hanya saja dalam literatur klasik, pembahasan tentang ittihad ini tidak ditemukan. Apakah karena pertimbangan keselamatan jiwa ataukah ajaran ini sangat sulit di praktekkan merupakan pertanyaan yangsangat baik untuk dianalisis lebih lanjut. Menurut Al-faqir uraiantentang ini banyak terdapat di dalam buku karangan umum
Iaseorang zahid yang terkenal. Zahid itu berarti seseorang yang telah menyediakandirinya untuk hidup zuhud demi kedekatan dengan Allah. Yang ia kerjakan melaluitiga fase:
- zuhud terhadap dunia
- zuhud terhadap akherat
- zuhud terhadap selain Allah.
Dalam fase terakhir ini berada dalam suatu kondisi mental yang menjadikan dirinyatidak mengingat apa-apa lagi selain Allah, atau fana' al-nafs. Fana' berarti hilangnya kesadaran Diri akan eksistensi diri pribadi sehingga ia tidak menyadari lagi akan jasad kasarnya sebagai manusia, kesadarannya menyatu ke dalam qudrah-iradah alloh , bukan menyatu dengan wujud Allah.
Dalam tahapan ittihad ini, seorang sufi bersatu dengan Tuhan. Antara yang mencintaidan yang dicintai, baik substansi maupun perbuatannya,sehingga salah satu dari mereka dapatmemanggil yang lain dengan "Hai Aku". Dengan mengutip A.R. al-Baidawi, Alfaqir menjelaskan bahwa dalam ittihad yang dilihat hanya satu wujud sungguh pun sebenarnya ada dua wujud yang berpisah satu dari yang lain. Karena yang disebut dan dirasakan hanya satu wujud,
شهود الوحدة في الكثرة وشهود الكثرة في الوحدة
menyaksikan satu di dalam yang banyak memandang banyak di dalam satu
maka dalam ittihad dapat terjadi pertukaran antara yang mencintai danyang dicintai, atau tegasnya antara sufi dan Tuhan. Dalam ittihad, "identitas telah hilang, identitas telah menjadi satu." Sufi yang bersangkutan, karena fana'-nya tak mempunyai kesadaran lagi dan berbicara dengan nama Tuhan.
Dengan fana'-nya, Abu Yazid meninggalkan dirinya dan pergi ke hadlirat Tuhan. Berada dekat dengan Tuhan hingga ittihad. Hingga sehabis shalat shubuh, Abu Yazid berucap, "Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku." Dan suatu ketika seseorang melewati rumah Abu Yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya,"Siapa yang engkau cari?" Orang itu menjawab, "Abu Yazid". Abu Yazid berkata,"Pergilah, di rumah ini tidak ada, kecuali Allah Yang Mahakuasa danMahatinggi". Ucapan ini sepintas memberi kesan syirik. Karena itu, dalam sejarah ada sufi yang ditangkap dan di penjarakan karena ucapannya membingungkan golongan awam.
Kritikdan celaan banyak bermunculan, bertubi-tubi menyerang syeh abu yazid berkaitan dengan ucapan yang di ucapkannya itu, tetapi seluruh kritik dan celaan itu di dasarkan atas riwayat atau pernyataan yang konteks waktunya tidak bisa di ketahui (diakses) atau dipahami. Karena mereka tidak memahami tujuannya serta tidak mengetahui makna yang dimaksudkan; mereka mengungkapkan semua itu tanpa menggunakan perspektif orang yang pertama mengucapkannya dan tanpa melakukan klarifikasi lebih jauh. Pengetahuan yang mendalam hanya bisa dicapai melalui pemahaman yang lebih dalam pula.
Al-fana'secara bahasa sebetulnya berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda denganal-fasad (rusak). Fana artinya tidak nampaknya sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Dalam hubungan ini Ibn Sina ketika membedakan antara benda-benda yang bersifat samawiyah dan benda-benda yang bersifat alam, mengatakan bahwa keberadaan benda alam itu atas dasarpermulaannya, bukan atas dasar perubahan bentuk yang satu kepada bentuk yanglainnya, hilangnya benda alam itu dengan cara fana, bukan cara rusak.
Sedangkanarti fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengandirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurutpendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengansifat-sifat yang tercela.
Al-faqir mengatakan bahwa yang dimaksud fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan (sifat kemanusiaan) , yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu karena bersandar pada selain alloh dan di luar alloh Orang yang telah diliputi hakikat Ilahiyah , sehingga tiada lagi melihat dari pada alam semesta,alam rupa dan alam wujud ini,keciuali DIA semata . maka dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam Angan-angan makhluk (wahmun). Selain itu fana juga dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin.... Akibat dari seseorang yang telah di tempatkan pada maqom fana maka ia akan berada dalam keadaan baqa' dalam murodNYA semata (tawakkal) Secara harfiah baqa berarti kekal, sedang menurut yang dimaksud para sufi, baqa adalah kekal-NYA sendiri dan sifat-sifat Ilahiyah dalam diri manusia.Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah. Dalam istilah tasawuf, fana dan baqa datang beriringan,sebagaimana dinyatakan oleh para ahli tasawuf:اِذَا اَشْرَقَ نُوْرُ الْبَقَاءِفَيَفْنَى مَنْ لَمْ يَكُنْ وَيَبْقَى مَنْ لَمْ يَزُلْ
"Apabila NUR kebaqa'an Ilahiyah telah
nampak jelas , maka fana / sirnalah yang alam yang tidak kekal, dan baqalah yang kekal dan tidak akan pernah berubah"التَّصَوُّفُ فَانُوْنُ عَنْ اَنْفُسِهِم فَاقُوْنَ بِرَبِّهِمْ بِحُضُوْرِ قُلُوْبِهِمْ مَعَ اللهِ
"Tasawuf itu ialah mereka yang telah terpanggil dlm kefanaan diri Darinya dan baqa dengan IlahiNYA karena kehadiran ALLOH meliputi hatinya (bathinnya sufi) bersama Allah semata ."
Dengan demikian, dapatlah difahamibahwa yang dimaksud dengan fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri manusia. Sedangkan baqa adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai baqa ini perlu dilakukan usaha-usaha seperti bertaubat, berzikir, beribadah, dan menghiasidiri dengan akhlak yang terpuji.
Selanjutnya fana yang dicari oleh orang sufi adalah penghancuran diri (al-fana 'an al-nafs), yaituhancurnya perasaan atau kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Menurut , fana yang dimaksud adalah:فَنَاءُهُ عَنْ نَفْسِه وَعَنِ الْخَلْقِ بِزَوَالِ اِحْسَاسِهِ بِنَفْسِهِ وَبِهِمْ فَنَفْسُهُمَ وْجُوْدَةٌ وَالْخَلْقُ مَوْجُوْدٌ وَلَكِنْ لاَ عِلْمَ لَهُ بِهِمْ وَلاَ بِهِ
"Fananya seseorang dari dirinya dan darimakhluk lain terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan tentangmakhluk lain itu. Sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula makhluk lainada, tetapi ia tak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya."
Apabila seorang sufi telah mencapaial-fana al-nafs, yaitu apabila wujud jasmaniah tak ada lagi (dalam arti takdisadarinya lagi), maka yang akan tinggal ialah wujud rohaninya dan ketika ituia bersatu dengan Tuhan secara rohaniah. Menurut Allloh, kelihatannya persatuan dengan Alloh ini terjadi langsung setelah tercapainya al-fanaal-nafs. Tak ubahnya dengan fana yang terjadiketika hilangnya kejahilan, maksiat dan kelakuan buruk di atas. Denganhancurnya hal-hal ini yang langsung tinggal (baqa) ialah pengetahuan, takwa dankelakuan baik.
Berdasarkan uraian tersebut dapat di ketahui bahwa yang dituju dengan fana dan baqa ini adalah mencapai persatuansecara rohaniah dan batiniah dengan Tuhan, sehingga yang disadarinya hanyaTuhan dalam dirinya. Adapun kedudukannya adalah merupakan hal, karena hal yangdemikian tidak terjadi terus menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Alloh.Fana merupakan keadaan di mana seseorang hanya menyadari kehadiran Alloh dalam dirinya, dan kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam menuju ittihad (penyatuan rohani dengan alloh).
Membicarakan fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Alloh, karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad itu. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa fana dan baqa tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan paham ittihad. Dalam ajaran ittihad sebagai salah satu metode tasawuf sebagaimana yang dikatakan oleh al-faqir,yang dilihat hanya satu wujud sungguhpun sebenarnya yang ada dua wujud yang berpisah dari yang lain. Karena yang di lihat dan yang dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad ini bisa terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai (manusia) dengan yang dicintai (alloh) atau tegasnya antara sufi dan Alloh
Dalam situasi ittihad yang demikian itu, seorang sufi telah tertarik (murod/dikehendaki) dirinya bertauhid dengan Alloh suatu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai telah satu, dalam tingkatan ini telah di tempatkan pada alam lahut (tanpa batas) antara dunia & akhirat surga dan neraka dalam istilah lain menempati haqqul yaqin sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu dengan kata-kata: "Hai Aku". Dalam teks Arabnya kata-kata tersebut berbunyi:فَيَقُوْلُ الْوَاحِدُ لِلاَخَرِ يَا اَنَا
"Maka yang satu kepada yang lainnyamengatakan "aku".
Dengan demikian jika seorang sufi mengatakan misalnya, "mahasuci aku", maka yang dimaksud aku di situ bukan sufi sendiri, tetapi sufi yang telah bersatu batin dan rohaninya dengan alloh, melalui fana dan baqa.
Fahamfana dan baqa yang di tujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh sufi sebagai sejalan dengan konsep liqo' al-rabbi, menemui Alloh. Fana dan baqa merupakan jalan menuju berjumpa dengan Alloh. Hal ini sejalan dengan firmanAllah yang berbunyi:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاءَ رَبِّه فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ اَحَدًا
"Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaandengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan (syirik) seorangpun dalam berubudiyah kepadanya."
Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin melihat Allah. Musa berkata: " YaTuhan, bagaimana supaya aku sampai kepada-Mu?" Tuhan berfirman: اترك نفسك تصل الي " Tinggalkanlah dirimu (lenyapkanlah dirimu) maka kau sampai padaku (bertauhid)." dalam pemahaman aqal tidaklah mungkin mahluk itu ada di karnakan keadaan itu hanyalah untukNYA sendiri ketidah fahaman akan syirik khofi yang selalu kita lalaikan untuk selalu memahami keADAanNYA semata ... diri mahluk telah menjadi TAJALLINYA alloh tanpa adanya yang lain ,,,,, karena sesuatu yang bersifat hudus itu tidaklah kekal & murni tidak ada .... ADA NYA jasad ini tanpa adanya roh idlofi (nur muhammad) mungkinkah bisa dinamakan kehidupan
Dari ayat dan riwayat tersebut diatas memberikan petunjuk bahwa Allah Swt telah memberi peluang kepada manusia untuk memahami & mengenali kefanaan diri agar tidak menempati kesyirikan kata SYIRIK yang berasal dari kata syaroka (persekutuan) antara 2 wujud (kholiq & mahluk) dengan secara rohaniah atau batiniah menyadari ketiadaan diri selalu dalam setiap detik gerakknya diri adalah geraknya alloh sendiri , yang selalu menempati berubudiyah semata-mata karena Allah ,menghilangkan sifat-sifat dan akhlak yang buruk, menghilangkan kesadaran sebagai manusia (MENGENAL DIRI), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat Allah, apa yang dipandang di dunia dan akhirat haram menutupi wujud alhaq karena mustahil keadaan mahluk (bayang'') menutupi yg empunya bayang (kholiq) yang kesemuanya ini tercakup dalam konsep fanaul fana dan baqa'ul baqo'. Adanya konsep fana dan baqa ini dapat dipahami dari isyarat yang terdapatdalam ayat sebagaimana berikut ini:كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَالاِكْرَامِ
"Semua yang ada di dunia ini akan binasa.Yang tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."
COBA KITA KOREKSI DIRI .. SUDAHKAH KITA TIDAK MERASA WUJUD,AMAL,LAHIR,BATHIN KITA KECUALI WUJUD ,AMAL,LAHIR & BATHIN ALLOH SEMATA .... PADAHAL ALLOH MELARANG SYIRIK (PERSEKUATUAN) DALAM ISTHILAH SYIRIK DI SINI ADANYA WUJUD DUA / LEBIH ... JADI TIDAK TAUHID ... SALAM MAYAT LAKNAT LIANG LAHAT ......
BY : alkis annabila al-faqir
Ketika Abu Yazid telah fana dan mencapai baqa maka dari mulutnya keluarlah kata-kata yang ganjil, yang jika tidak hati-hati memahami akan menimbulkan kesan seolah-olah Abu Yazid mengaku dirinya sebagai Tuhan, padahal yang sesungguhnya ia tetap manusia, yaitu manusia yang mengalami pengalaman batin berTAUHID dengan , pada al-haq Di antara ucapan ganjil yang keluar dari dirinya, misalnya: "Tidak ada Tuhan, melainkan saya.Sembahlah saya, amat sucilah saya, alangkah besarnya kuasaku."لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنَا فَاعْبُدْنِيْ
"Tidak ada Tuhan selain Aku, makasembahlah Aku."
سُبْحَانِيْ, سُبْحَانِيْ, مَا اَعْظَمُشَأْنِيْ
"Maha Suci Aku, Maha Suci Aku, MahaBesar Aku."
Selanjutnya diceritakan yang berikut:اَتىَ رَجُلُ اَبَا يَزِيْدَ وَدَقَّعَلَيْهِ الْبَابَ فَقَالَ: مَنْ تَطْلُبُ؟ قَالَ اَبُوْا يَزِيْدَ قَالَ مُرَّفَلَيْسَ فىِ الْبَيْتِ غَيْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
"Seorang lewatdi rumah Abu Yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya: "Siapa yang engkau cari?" Jawabnya: "Abu Yazid". Lalu Abu Yazid mengatakan: "Pergilah". Di rumahini tidak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi."
Pada lain kali Abu Yazid berkata,لَيْسَ فىِ الْجُبَّةِ اِلاَّ اللهُ
"Yang ada dalam baju ini hanyalah Allah."
Ucapan yang keluar dari mulut Abu Yaziditu, bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata itu di ucapkannya melalui diri Alloh dalam ittihad yang di capainya dengan Alloh. Dengan demikian sebenarnya Abu Yazid tidak mengaku dirinya sebagai Alloh
Bagi orang yang bersikap toleran, ittihaddipandang sebagai penyelewengan (inhiraf), tetapi bagi orang yangkeras berpegang pada agama, itu dipandang sebagai kekufuran. Faham ittihad iniselanjutnya dapat mengambil bentuk hulul dan wahdat al-wujud. Dengan demikian untuk mencapai hulul dan wahdatul wujud pun sama dengan al-ittihad, yaitu melalui fana dan baqa.
Ittihad sebagai salah satu metode tasawuf yang di perkenalkan oleh Abu Yazid al-Busthomi ini dapat di kelompokkan kedalam tasawuf metode irfani (pengetahuan Diri)
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana' dan baqa' yang melahirkan ittihad sebagai tahapan selanjutnya. Hanya saja dalam literatur klasik, pembahasan tentang ittihad ini tidak ditemukan. Apakah karena pertimbangan keselamatan jiwa ataukah ajaran ini sangat sulit di praktekkan merupakan pertanyaan yangsangat baik untuk dianalisis lebih lanjut. Menurut Al-faqir uraiantentang ini banyak terdapat di dalam buku karangan umum
Iaseorang zahid yang terkenal. Zahid itu berarti seseorang yang telah menyediakandirinya untuk hidup zuhud demi kedekatan dengan Allah. Yang ia kerjakan melaluitiga fase:
- zuhud terhadap dunia
- zuhud terhadap akherat
- zuhud terhadap selain Allah.
Dalam fase terakhir ini berada dalam suatu kondisi mental yang menjadikan dirinyatidak mengingat apa-apa lagi selain Allah, atau fana' al-nafs. Fana' berarti hilangnya kesadaran Diri akan eksistensi diri pribadi sehingga ia tidak menyadari lagi akan jasad kasarnya sebagai manusia, kesadarannya menyatu ke dalam qudrah-iradah alloh , bukan menyatu dengan wujud Allah.
Dalam tahapan ittihad ini, seorang sufi bersatu dengan Tuhan. Antara yang mencintaidan yang dicintai, baik substansi maupun perbuatannya,sehingga salah satu dari mereka dapatmemanggil yang lain dengan "Hai Aku". Dengan mengutip A.R. al-Baidawi, Alfaqir menjelaskan bahwa dalam ittihad yang dilihat hanya satu wujud sungguh pun sebenarnya ada dua wujud yang berpisah satu dari yang lain. Karena yang disebut dan dirasakan hanya satu wujud,
شهود الوحدة في الكثرة وشهود الكثرة في الوحدة
menyaksikan satu di dalam yang banyak memandang banyak di dalam satu
maka dalam ittihad dapat terjadi pertukaran antara yang mencintai danyang dicintai, atau tegasnya antara sufi dan Tuhan. Dalam ittihad, "identitas telah hilang, identitas telah menjadi satu." Sufi yang bersangkutan, karena fana'-nya tak mempunyai kesadaran lagi dan berbicara dengan nama Tuhan.
Dengan fana'-nya, Abu Yazid meninggalkan dirinya dan pergi ke hadlirat Tuhan. Berada dekat dengan Tuhan hingga ittihad. Hingga sehabis shalat shubuh, Abu Yazid berucap, "Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku." Dan suatu ketika seseorang melewati rumah Abu Yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya,"Siapa yang engkau cari?" Orang itu menjawab, "Abu Yazid". Abu Yazid berkata,"Pergilah, di rumah ini tidak ada, kecuali Allah Yang Mahakuasa danMahatinggi". Ucapan ini sepintas memberi kesan syirik. Karena itu, dalam sejarah ada sufi yang ditangkap dan di penjarakan karena ucapannya membingungkan golongan awam.
Kritikdan celaan banyak bermunculan, bertubi-tubi menyerang syeh abu yazid berkaitan dengan ucapan yang di ucapkannya itu, tetapi seluruh kritik dan celaan itu di dasarkan atas riwayat atau pernyataan yang konteks waktunya tidak bisa di ketahui (diakses) atau dipahami. Karena mereka tidak memahami tujuannya serta tidak mengetahui makna yang dimaksudkan; mereka mengungkapkan semua itu tanpa menggunakan perspektif orang yang pertama mengucapkannya dan tanpa melakukan klarifikasi lebih jauh. Pengetahuan yang mendalam hanya bisa dicapai melalui pemahaman yang lebih dalam pula.
Al-fana'secara bahasa sebetulnya berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda denganal-fasad (rusak). Fana artinya tidak nampaknya sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Dalam hubungan ini Ibn Sina ketika membedakan antara benda-benda yang bersifat samawiyah dan benda-benda yang bersifat alam, mengatakan bahwa keberadaan benda alam itu atas dasarpermulaannya, bukan atas dasar perubahan bentuk yang satu kepada bentuk yanglainnya, hilangnya benda alam itu dengan cara fana, bukan cara rusak.
Sedangkanarti fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengandirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurutpendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengansifat-sifat yang tercela.
Al-faqir mengatakan bahwa yang dimaksud fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan (sifat kemanusiaan) , yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu karena bersandar pada selain alloh dan di luar alloh Orang yang telah diliputi hakikat Ilahiyah , sehingga tiada lagi melihat dari pada alam semesta,alam rupa dan alam wujud ini,keciuali DIA semata . maka dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam Angan-angan makhluk (wahmun). Selain itu fana juga dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin.... Akibat dari seseorang yang telah di tempatkan pada maqom fana maka ia akan berada dalam keadaan baqa' dalam murodNYA semata (tawakkal) Secara harfiah baqa berarti kekal, sedang menurut yang dimaksud para sufi, baqa adalah kekal-NYA sendiri dan sifat-sifat Ilahiyah dalam diri manusia.Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah. Dalam istilah tasawuf, fana dan baqa datang beriringan,sebagaimana dinyatakan oleh para ahli tasawuf:اِذَا اَشْرَقَ نُوْرُ الْبَقَاءِفَيَفْنَى مَنْ لَمْ يَكُنْ وَيَبْقَى مَنْ لَمْ يَزُلْ
"Apabila NUR kebaqa'an Ilahiyah telah
nampak jelas , maka fana / sirnalah yang alam yang tidak kekal, dan baqalah yang kekal dan tidak akan pernah berubah"التَّصَوُّفُ فَانُوْنُ عَنْ اَنْفُسِهِم فَاقُوْنَ بِرَبِّهِمْ بِحُضُوْرِ قُلُوْبِهِمْ مَعَ اللهِ
"Tasawuf itu ialah mereka yang telah terpanggil dlm kefanaan diri Darinya dan baqa dengan IlahiNYA karena kehadiran ALLOH meliputi hatinya (bathinnya sufi) bersama Allah semata ."
Dengan demikian, dapatlah difahamibahwa yang dimaksud dengan fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri manusia. Sedangkan baqa adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai baqa ini perlu dilakukan usaha-usaha seperti bertaubat, berzikir, beribadah, dan menghiasidiri dengan akhlak yang terpuji.
Selanjutnya fana yang dicari oleh orang sufi adalah penghancuran diri (al-fana 'an al-nafs), yaituhancurnya perasaan atau kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Menurut , fana yang dimaksud adalah:فَنَاءُهُ عَنْ نَفْسِه وَعَنِ الْخَلْقِ بِزَوَالِ اِحْسَاسِهِ بِنَفْسِهِ وَبِهِمْ فَنَفْسُهُمَ وْجُوْدَةٌ وَالْخَلْقُ مَوْجُوْدٌ وَلَكِنْ لاَ عِلْمَ لَهُ بِهِمْ وَلاَ بِهِ
"Fananya seseorang dari dirinya dan darimakhluk lain terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan tentangmakhluk lain itu. Sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula makhluk lainada, tetapi ia tak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya."
Apabila seorang sufi telah mencapaial-fana al-nafs, yaitu apabila wujud jasmaniah tak ada lagi (dalam arti takdisadarinya lagi), maka yang akan tinggal ialah wujud rohaninya dan ketika ituia bersatu dengan Tuhan secara rohaniah. Menurut Allloh, kelihatannya persatuan dengan Alloh ini terjadi langsung setelah tercapainya al-fanaal-nafs. Tak ubahnya dengan fana yang terjadiketika hilangnya kejahilan, maksiat dan kelakuan buruk di atas. Denganhancurnya hal-hal ini yang langsung tinggal (baqa) ialah pengetahuan, takwa dankelakuan baik.
Berdasarkan uraian tersebut dapat di ketahui bahwa yang dituju dengan fana dan baqa ini adalah mencapai persatuansecara rohaniah dan batiniah dengan Tuhan, sehingga yang disadarinya hanyaTuhan dalam dirinya. Adapun kedudukannya adalah merupakan hal, karena hal yangdemikian tidak terjadi terus menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Alloh.Fana merupakan keadaan di mana seseorang hanya menyadari kehadiran Alloh dalam dirinya, dan kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam menuju ittihad (penyatuan rohani dengan alloh).
Membicarakan fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Alloh, karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad itu. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa fana dan baqa tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan paham ittihad. Dalam ajaran ittihad sebagai salah satu metode tasawuf sebagaimana yang dikatakan oleh al-faqir,yang dilihat hanya satu wujud sungguhpun sebenarnya yang ada dua wujud yang berpisah dari yang lain. Karena yang di lihat dan yang dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad ini bisa terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai (manusia) dengan yang dicintai (alloh) atau tegasnya antara sufi dan Alloh
Dalam situasi ittihad yang demikian itu, seorang sufi telah tertarik (murod/dikehendaki) dirinya bertauhid dengan Alloh suatu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai telah satu, dalam tingkatan ini telah di tempatkan pada alam lahut (tanpa batas) antara dunia & akhirat surga dan neraka dalam istilah lain menempati haqqul yaqin sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu dengan kata-kata: "Hai Aku". Dalam teks Arabnya kata-kata tersebut berbunyi:فَيَقُوْلُ الْوَاحِدُ لِلاَخَرِ يَا اَنَا
"Maka yang satu kepada yang lainnyamengatakan "aku".
Dengan demikian jika seorang sufi mengatakan misalnya, "mahasuci aku", maka yang dimaksud aku di situ bukan sufi sendiri, tetapi sufi yang telah bersatu batin dan rohaninya dengan alloh, melalui fana dan baqa.
Fahamfana dan baqa yang di tujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh sufi sebagai sejalan dengan konsep liqo' al-rabbi, menemui Alloh. Fana dan baqa merupakan jalan menuju berjumpa dengan Alloh. Hal ini sejalan dengan firmanAllah yang berbunyi:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاءَ رَبِّه فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ اَحَدًا
"Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaandengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan (syirik) seorangpun dalam berubudiyah kepadanya."
Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin melihat Allah. Musa berkata: " YaTuhan, bagaimana supaya aku sampai kepada-Mu?" Tuhan berfirman: اترك نفسك تصل الي " Tinggalkanlah dirimu (lenyapkanlah dirimu) maka kau sampai padaku (bertauhid)." dalam pemahaman aqal tidaklah mungkin mahluk itu ada di karnakan keadaan itu hanyalah untukNYA sendiri ketidah fahaman akan syirik khofi yang selalu kita lalaikan untuk selalu memahami keADAanNYA semata ... diri mahluk telah menjadi TAJALLINYA alloh tanpa adanya yang lain ,,,,, karena sesuatu yang bersifat hudus itu tidaklah kekal & murni tidak ada .... ADA NYA jasad ini tanpa adanya roh idlofi (nur muhammad) mungkinkah bisa dinamakan kehidupan
Dari ayat dan riwayat tersebut diatas memberikan petunjuk bahwa Allah Swt telah memberi peluang kepada manusia untuk memahami & mengenali kefanaan diri agar tidak menempati kesyirikan kata SYIRIK yang berasal dari kata syaroka (persekutuan) antara 2 wujud (kholiq & mahluk) dengan secara rohaniah atau batiniah menyadari ketiadaan diri selalu dalam setiap detik gerakknya diri adalah geraknya alloh sendiri , yang selalu menempati berubudiyah semata-mata karena Allah ,menghilangkan sifat-sifat dan akhlak yang buruk, menghilangkan kesadaran sebagai manusia (MENGENAL DIRI), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat Allah, apa yang dipandang di dunia dan akhirat haram menutupi wujud alhaq karena mustahil keadaan mahluk (bayang'') menutupi yg empunya bayang (kholiq) yang kesemuanya ini tercakup dalam konsep fanaul fana dan baqa'ul baqo'. Adanya konsep fana dan baqa ini dapat dipahami dari isyarat yang terdapatdalam ayat sebagaimana berikut ini:كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَالاِكْرَامِ
"Semua yang ada di dunia ini akan binasa.Yang tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."
COBA KITA KOREKSI DIRI .. SUDAHKAH KITA TIDAK MERASA WUJUD,AMAL,LAHIR,BATHIN KITA KECUALI WUJUD ,AMAL,LAHIR & BATHIN ALLOH SEMATA .... PADAHAL ALLOH MELARANG SYIRIK (PERSEKUATUAN) DALAM ISTHILAH SYIRIK DI SINI ADANYA WUJUD DUA / LEBIH ... JADI TIDAK TAUHID ... SALAM MAYAT LAKNAT LIANG LAHAT ......
BY : alkis annabila al-faqir