Tingkatan-tingkatan dalam pengenalan dan pemahaman DIRI...
secara realita dan secara logika..
1.naluri..
2.akal dan budi...
masuk dalam kesadaran diri...
3.pengenalan terhadap roh atau sifat roh...
4.pengenalan terhadap jiwa....
ruh sangat dipengaruhi oleh tiga sifat tri guna..yaitu satuan(esa), raja' (pengharapan/aktif), tamat (waqof /pasif)...
itu yang menyebabkan manusia memiliki diri atau sifat-sifat yang berpengaruhdisana...
sattwam berhubungan dengan sifat baik, kebijaksanaan dsb...
sedangkan rajas berhubungan dengan nafsu, rajin, ambisi dsb...
tamas berhubungan dengan sifat malas, bebal, cuek, tidak mau maju.. dsb
dengan mengenal DIRI sebagaimana diri itu, maka manusia bisa mencapai sifat yang dileburkan oleh sifat ILAHI..yaitu menSIFATINYA....
manakah sifatnya....yaitu satuan, dengan raja' yang sesuai dengan pengendalian satuan..dan nol tamat / wukufiyah ...
sedangkan pengenalan terhadap jiwa adalah pengenalan terhadap DIRI yang terdapat pada suatu ENTITAS AGUNG tersebut...menyatu dengan JIWA pada dasarnya adalah pembebasan itu sendiri..
bagaimana pengenalan jiwa itu dilaksanakan?? banyak cara tergantung dari pemahaman serta praktek2 spiritual dari masing2 orang...ada dengan saderhana (seperti menjalankan kewajibanNYA secara mutlak), telaah kitab dengan penerapannya, bekerja tanpa pamrih sembari mengenalNYA dalam budaya kerja tersebut, atau dengan teknik-teknik meditasi)..yaps dijalankan sesuai kemampuannya...
selanjutnya ADA pada panggilan masing''
dan jangan tanya mana jalanMU ...
اعلم أيها الإنسانُ العاقلُ أنَّ الله تعالى أعطاكَ العقلَ وهو هيئةٌ راسخةٌ في الإنسانِ يُمَيِّزُ بها بينَ الحسَنِ والقبيحِ وبينَ ما ينفعهُ وما يضُرُّهُ فلا ينبغي للعاقِلِ أن يُهدِرَ هذا العقلَ الذي أنعَمَ الله به عليه
KETAHUILAH , hai manusia yang bijaksana bahwa Alloh telah memberi Anda pikiran, tubuh yang didirikan pada manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk dan apa yang akan menguntungkan dia dan membahayakan dirinya tidak ada orang waras seharusnya ditawarkan ini pikiran yang Alloh telah diberikan kepada Aqal .... jika dirimu waras TEMUKAN lah di balik NUSIA kalalaianmu .... semuanya
“Alloh memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang di tetapkan, sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir.”
“Dan kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa : “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba – hambaKu (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan di susuli.”
“Dia di bawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).”
Ruh yang menggerakkan badan atau jasmani suatu saat akan meninggalkan jasmaninya tersebut dengan jalan kematian, yang akan meninggalkan jasmani tersebut adalah ruh yang telah di tiupkan kedalam jasmani tersebut melalui di panggil kembali atau dicabut oleh malaikat izra’il yang memang bertugas untuk menjemput ruh atau nyawa dari seseorang anak manusia (adam).
“Dan kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa : “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba – hambaKu (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan di susuli.”
“Dia di bawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).”
Ruh yang menggerakkan badan atau jasmani suatu saat akan meninggalkan jasmaninya tersebut dengan jalan kematian, yang akan meninggalkan jasmani tersebut adalah ruh yang telah di tiupkan kedalam jasmani tersebut melalui di panggil kembali atau dicabut oleh malaikat izra’il yang memang bertugas untuk menjemput ruh atau nyawa dari seseorang anak manusia (adam).
Ruh dan jiwa itu tidak berbeda satu kesatuan dan beda fungsinya semata, jika ada yang mengatakan bahwa berbeda adalah suatu hal yang keliru, sebab berdasarkan dalil – dalil dari Al-Qur’an dapat di ketahui akan hal ruh ini adalah yakni suatu jiwa di cabut oleh malaikat dan di bawa kembali kepada penciptaNya.
Ruh inilah yang menimbulkan kehidupan dan kehidupan akan lenyap bersamaan dengan perginya ruh ini (mati), jadi kata – katanya saja yang berbeda tetapi maknanya sama saja, yaitu ruh atau jiwa adalah sama atau satu jua adanya, perbedaannya terletak adalah jika ruh bersatu dengan jasmani atau badan, maka kerap kali di namakan dengan jiwa, jika telah meninggalkan badan atau jasmani (mati/di cabut) maka di namakan dengan ruh, demikian adanya letak perbedaan tetapi maknanya satu jua.
Ruh di ciptakan atau asal kejadiannya tidak berupa dari benda alam nyata yang wujud ini, maknanya tidak ada misalnya dengan di dunia ini, maka dari itu manusia tidak akan dapat mengetahui akan sifat – sifat atau dzatnya, tetapi Alloh Swt menjelaskan kepada manusia bahwa ruh itu bisa naik dan turun, mendengar, melihat serta berbicara seperti layaknya yang di perbuat oleh jasmani kita sekarang ini, walau begitu sifat mendengarnya, melihatnya dan berdirinya serta lain sebagainya bukanlah seperti yang kita ketahui sekarang ini, jadi hati – hati juga dalam menafsirkannya, contohnya
Ruh di ciptakan atau asal kejadiannya tidak berupa dari benda alam nyata yang wujud ini, maknanya tidak ada misalnya dengan di dunia ini, maka dari itu manusia tidak akan dapat mengetahui akan sifat – sifat atau dzatnya, tetapi Alloh Swt menjelaskan kepada manusia bahwa ruh itu bisa naik dan turun, mendengar, melihat serta berbicara seperti layaknya yang di perbuat oleh jasmani kita sekarang ini, walau begitu sifat mendengarnya, melihatnya dan berdirinya serta lain sebagainya bukanlah seperti yang kita ketahui sekarang ini, jadi hati – hati juga dalam menafsirkannya, contohnya
Rosululloh Saw menceritakan perjalanan ruh adalah bahwasanya ruh itu di bawa ke langit kemudian di kembalikan ke kuburnya dalam waktu singkat untuk di beri kenikmatan atau siksaan, tentu definisinya berbeda dengan keadaan alam nyata.
Ruh menyebar di seluruh badan dan tiada suatu tempat khusus bagi ruh ini dalam jasmani atau jasad, prosesnya seperti kehidupan menyeluruh yang automatis, apabila di masukkan ruh tersebut maka secara keseluruhan akan menjadi hiduplah seluruh badan tersebut tanpa kecuali, begitu juga sebaliknya.
Apabila ruh tersebut meninggalkan jasmani atau jasad, maka secara otomatis pula seluruh jasad atau jasmani tersebut akan mati seketika, beginilah kinerjanya ruh dalam bersatu dengan jasad atau jasmani, tidak ada tempat yang khusus tetapi meliputi secara keseluruhan terkhusus bagi jasmani atau jasad.
Ruh ini di ciptakan seperti layaknya makhluk yang di ciptakan lebih dahulu daripada jasad atau jasmani anak adam, jelasnya ruh lebih dulu di ciptakan daripada jasad, sebagaimana di jelaskan Alloh Swt berikut ini :
قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا
“Tuhan berfirman : “Demikianlah”. Tuhan berfirman : “Hal itu adalah mudah bagiKu, dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” (Surah Maryam Ayat 9).
Jiwa yang membawa kepada sifat mencela dan mengumpat serta menyesali diri sendiri, sehingga ianya selalu melakukan perbuatan dosa seperti, mengumpat dan menyesali diri, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah Al-Qiyamah Ayat 2 yang berbunyi :
وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَه
"Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?."
Ini sifat ruh jika telah di panggil kembali ke hadiratNya adalah selalu menyesali akan ingin kembali ke dunia supaya dapat membuat amal perbuatan yang lebih banyak lagi, sementara sewakti dia di dunia sifat jiwa ini membawa kepada sifat suka mengumpat dan mencela – cela diri sendiri ataupun orang lain, yang jelas sifat adalah perbuatan dosa.
dan ikatan itu muthlaq HaqNya
وَلا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ
"dan tiada seorangpun yang mengikat, seperti ikatan-Nya."
Jiwa yang membawa kepada ketenangan jiwa,
Sebagaimana firman Alloh Swt dalam Al-Qur’an Surah Al-Fajr Ayat 27-30 yang berbunyi :
Ayat 27. Artinya :
Ayat 27. Artinya :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
“Hai jiwa yang tenang.”
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
Ayat 28. Artinya : “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas serta di ridhaiNya dengan hakikat keridhoannya.”
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
"Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,"
barokalloh fiikum lillahi al-'aalamin