Segala puji hanya milik Dzat yang menyendiri dengan sifat
wahdaniyyah (tunggal sifat, dzat, dan af’al), mengasing dengan sifat-sifat robbaaniyyah
(ketuhanan). Sholawat dan salam semoga terlimpakan pada Nabi (Muhammad)
sahabat, keluarga, dan pasukan (umat)nya. Dan setelah itu, kita kaji
sesungguhnya ilmu TAUHID itu ilmu adalah Ilmu yang paling mulia di antara
ilmu-ilmu yang lain, bahkan yang termulia.
Dari salah satu yang
mencukupi dalam pembhasannya adalah ar-Risalah al-Ruslaaniyah (Sepucuk Surat
dari Ruslan) karangan Imam al-‘Arif billah Ruslan al-Dimasyqi (Damaskus).
Semoga Allah bersihkan dosanya dan menjadikan sorga sebagai
tempat tinggalnya. Ketika adanya ar-Risalah al-Ruslaniyah adalah sebaik-baik
kitab dalam ilmu TAUHID yang telah di tulis, dan yang sangat berbobot dari semua
karangan yang berbobot yang telah di susun, maka aku mohon petunjuk kepada
Allah agar al-faqir di beri kemampuan & kefahaman untuk memberi komentar
(syarah) dalam mengurai kalimat-kalimatnya dan mencapai kehendak maksudnya.
Dan Alfaqir menamai komentar (syarah) itu dengan nama fathur rohman (Kemenangan dari Yang Maha Pengasih) sebagai syarah (komentar) atas risalah al-wali Ruslani. Ketahuliah, sesungguhnya ilmu TAUHID itu (wajib) di cari, Allah berfirman, “fa’lam annahu laa ilaha illallah” (maka ketahuilah, bahwa tidak Tuhan selain Allah), firman Allah tersebut menetapkan ketiadaan syirik.
Dan Alfaqir menamai komentar (syarah) itu dengan nama fathur rohman (Kemenangan dari Yang Maha Pengasih) sebagai syarah (komentar) atas risalah al-wali Ruslani. Ketahuliah, sesungguhnya ilmu TAUHID itu (wajib) di cari, Allah berfirman, “fa’lam annahu laa ilaha illallah” (maka ketahuilah, bahwa tidak Tuhan selain Allah), firman Allah tersebut menetapkan ketiadaan syirik.
Syirik itu dua macam: Dhohir, jali (jelas dan terang), syech
imam al-Ghozali dan yang lain, telah menjelaskan tentang syirik dhohir dan jali
serta menjelaskan bagian-bagianya, dan Bathin, khofi (samar), yaitu pengusaan
(akwan-semesta alam) seluruh keadaan pada hati sehingga menghalangi pertolongan
dari alam ghaib (Allah swt). Itu menjadikan syirik khofi (syirik samar) jauh
dari hadirat suci dengan tanda-tanda panca indera. Penyusun (Wali Ruslan) telah
mengingatkan hal itu dengan kalimatnya : keseluruhanmu (mahluk), wahai orang yang
jauh dzat, sifat, dan fi’ilnya itu syirik khofi (syirik samar).
Tempat
tumbuhnya itu adalah prasangka dan hayalan (wahmun / angan-angan daya cipta
aqal). Prasangka dan hayalan itu menumbuhkan yang lainnya, seperti pangkat dan
kedudukan yang hilang sirna. Ketika yang lain itu sirna darimu, maka nyata
dengan ilmu ilahiyah (ilmu ketuhanan) akan TAUHIDmu yang menghilangkan dua
macam syirik yang menetapi prasangka dan hayal.
Tidak tampak, yaitu (tidak) jelas, tauhidmu bagimu kecuali
dengan (cara) kamu keluar dari dirimu (sendiri) dan dari aghyar (yang selain
Allah), yaitu dengan pandanganmu pada aghyar (yang selain Allah) semuanya itu
dari Allah, Allah-lah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat.
والله خلقكم وما تعملون
Penyandaran ilmu serta amalmu pada dirimu sendiri itu penyandaran pengusahaan, dan penyandaran ilmu & amalmu pada Allah swt itu sah sebagai penciptaan. Allah-lah yang menciptakan dan kamu-lah yang mengusahakan, untuk di beri pahala atau di siksa.
Sewaktu kamu mampu melepaskan diri dengan keluar dari semua
itu, maka tanpak nyata bagimu, sesungguhnya Dia Ta’ala Yang menciptakan maujud
(yang berada), bukan dirimu. Ketika kamu tidak menyaksikan selain-Nya Ta’ala,
maka kamu telah menunggalkan-Nya dengan senyatanya (haqiqotan). Syuhud
(penyaksian) ini terkadang (agak) lama, (akan tetapi) hal itu jarang (terjadi).
Dan terkadang (terjadi) bagaikan petir yang menyambar (sekejap). Ketika terbuka
nyata bagimu hal itu bagimu, maka kamu (akan) mengerti, sesungguhnya syuhud
(kenyataan) mu bagimu itu (suatu) dosa (yang) kamu memohon ampunan darimu.
Maksudnya, dari syuhud (kenyataan) mu bagimu dengan
melepaskanmu dari semua itu (akan) terbuka bagimu ilmu tauhid, TAUHID dzati,
TAUHID sifati, dan TAUHID fi’li.
Saat kamu temukan satu warna (macam) dari tauhid itu nyata
syirik bagimu dalam perlawanannya dari yang menyerupai-Nya kepada makhluk, itu
maqom pisah, maka kamu akan temukan pada setiap saat dan masa, bahkan setiap
nafas (suatu) tauhid, bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha Membuat Yang Maha Ada,
dan iman, maksudnya membenarkan hal itu hingga sampai menjadi sempurna
keyakinanmu. Dan ketika kamu naik dari maqom farqi (kedudukan ter pisah) pada
maqom jama’i (kedudukan bareng /kumpul),
maka (semakin) bertambahlah keyaqinan
IMANmu,
sebagaimana perkataan Wali Ruslan:
Ketika kamu keluar, dirimu, dari memandang diri, maksudnya,
dari pandanganmu pada tauhidmu. Dalam naskah lain, minkum (dari mereka).
Maksudnya dari semua makhluk, maka (semakin) bertambahlah imanmu. Maksudnya
pembenaranmu dalam maqom kasyaf (kedudukan terbuka) dan mu’ayanah (maqom
nyata), karena keluar dari salah satu dua yang berlawanan itu masuk pada yang
lainnya. Dan ketika kamu keluar dari dirimu, maka bertambahlah keyakinanmu. Dalam
satu naskah yang lain, qowiyyu yaqinuka, kuatnya yakinmu, dengan sifat
wahdaniyyah (sifat ketunggalan Allah), karena masalah yang berada padamu itu
lebih sempurna dari tu di lain dirimu. Semua ini adalah martabat al-shidiqin
(urut-urutan orang-orang yang benar).