Pengertian An-Natsr (Prosa)
An-natsr atau yang lebih kita kenal dengan nama prosa adalah sebuah sastra tulis yang menjadi bagian dari kesenian.
Beberapa sumber literatur memberikan definisi prosa sebagai berikut:
• Jenis karya sastra yang dibedakan puisi karena tidak terikat oleh kaidah puitika
• Karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas yang tidak terikat oleh rima dan irama
• Perkataan yang tidak diatur oleh wazan-wazan dan qofiah
• Karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat oleh irama dan rima
Perkembangan sastra prosa dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, hal ini dikarenakan bentuk prosa yang beragam. Jika dahulu prosa merupakan bagian dari seni, maka pandangan demikian sedikit berbeda dengan sekarang. Hal ini terlihat beberapa bentuk prosa tidak nampak sebagai seni. Seperti khithâbah (retorika) dan tarassul (korespondensi) meskipun ada beberapa prosa yang memang berbentuk seperti dua tersebut.
2. Macam-Macam Prosa
Secara global sastra prosa terbagi menjadi dua, yakni natsr ilm (prosa ilmiah) dan natsr fanni (prosa seni). Akhmad muzakki menulis tentang kualifikasi atau pembagian sastra prosa dalam kesusastraan arab: pengantar teori dan terapan mengutip ungkapan ahmad al-syayib menjelaskan bahwa dalam kesusastraan arab belum ada pembagian yang jelas mengenai sastra prosa oleh para sastrawan arab sebagaimana yang dilakukan para sastrawan barat, hal ini tentu dapat mempengaruhi terhadap apa yang dilakukan para sastrawan arab. Namun demikian tidaklah didiamkan oleh para sastrawan arab kemudian, misalnya Ibn Ja’far (w. 338 H) telah membagi prosa arab terdiri dari khithâbah (retorika), tarassul (korespondensi), ihtijâj (argumentasi), dan hadîts (cerita).
Kajian sastra prosa berdasarkan karakteristiknya secara garis besar terbagi menjadi tiga macam, diantaranya:
1. An-Natsr Al-Adabi (Prosa Sastra)
An-natsr al-adabi atau prosa estetis adalah jenis prosa yang mengedepankan tujuan untuk membangkitkan rasa dan emosi para pembacanya. Akan tetapi sebuah karya bisa disebut sebagai prosa estetis jika prosa tersebut memenuhi empat unsur sastra, yakni: fikrah (gagasan), athîfah (emosi), lafadz atau uslûb (bahasa), dan khayal (imajinasi).
2. An-Natsr Al-Ilmi (Prosa Ilmiah)
An-natsr al-ilmi atau prosa ilmiah adalah jenis prosa yang mengungkapkan realitas secara rasional atau menyampaikan pemikiran murni, seperti filsafat, sains, dan teknologi. Tidak seperti prosa estetis, sebuah karya bisa disebut sebagai prosa ilmiah jika hanya memenuhi dua unsur sastra, yakni gagasan dan bahasa saja.
3. Natsr Ar-Rasâil (Korespondensi)
Natsr ar-rasâil atau korespondensi adalah jenis prosa yang berbentuk surat menyurat. Prosa jenis ini banyak berkaitan dengan terutama tugas-tugas pemerintahan pada masa dahulu. Meskipun secara terpisah prosa sendiri ada yang berbentuk seni dan resmi. Seni dalam kaitan prosa ar-rasâil adalah surat-surat yang berisi ungkapan hati dan banyak digunakan para sastrawan dalam mengungkapkan apa yang sedang bergejolak dalam hatinya. Sementara resmi kaitan prosa ar-rasâil adalah surat menyurat yang digunakan para raja sebagai sarana menjalankan pemerintahan.
Sementara Prof. DR. Nabila Lubis dalam bukunya Al-Mu’in fi Al-Adab Al-Arabiyah wa Tarikhihi menjabarkan macam-macam prosa, seperti:
1. Al-Khithâbah
2. Ar-Rasâil
3. Al-Amtsal
4. Al-Hikam
5. Al-Washaya
6. Al-Maqâmât
7. Al-Qishas
8. Al-Masrahiyyah
beberapa bentuk prosa yang dihadirkan diatas tentu barkaitan dengan prosa yang terjadi pada suatu masa dimana prosa itu tumbuh dan berkembang. Dan memperhatikan macam-macam prosa diatas, maka beberapa bentuk prosa bisa dikategorikan sebagai prosa estetis (an-natsr al-adabi) terkecuali ar-rasâil. Tentu saja, karena ar-rasâil mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding lainnya sebagaimana disebutkan diatas.
Menurutr kami sendiri prosa bisa dikelompokkan berdasarkan kurun sejarahnya, yakni:
1. Sastra prosa masa jahiliyah; prosa pada masa ini bahasanya tinggi, ringkas, padat dan berisi. Dan prosa yang berkembang pada masa ini adalah sebagaimana disebutkan dalam tulisan Prof. DR. Nabila Lubis.
2. Sastra prosa masa permulaan islam dan dinasti umayyah; prosa yang berkembang pada masa ini adalah khotbah dan rasâil
3. Sastra prosa masa dinasti abbasiyah; prosa yang berkembang pada masa ini seperti khitobah dan tawqi’at (disposisi)
4. Sastra prosa masa dinasti-dinasti kecil;
5. Sastra prosa masa dinasti usmaniyah; prosa yang berkembang pada masa ini masih seperti masa-masa dahulu yakni khitabah dan rasâil
6. Sastra prosa masa modern; pada masa ini berkembang beberapa jenis prosa, meskipun tidak jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Namun prosa ini banyak dipengaruhi sastra barat. Secara garis besar, prosa yang berkembang ada tiga, yakni; Al-Kitâbah Ad-Diwaniyyah, Al-Kitâbah Al-Ilmiyyah, Al-Kitâbah Al-Adabiyyah (Al-Fanniyyah Al-Insya-iyyah)
Sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang unsur-unsur sastra, maka unsur-unsur yang mempengaruhi sebuah prosa dalam hal ini unsur intrinsik sangat menentukan sekali terhadap sebuah karya sastra, meskipun tidak semua bentuk prosa sebagaimana disebutkan dalam Al-Mu’in tidak memiliki unsur-unsur intrinsik. Apakah ia bisa dikategorikan sebagai sastra prosa atau bukan.
Setiap karya prosa yang ingin disajikan oleh pengarang kepada pembaca, tentu harus mempunyai nilai yang bisa didapat pembaca dari buah karyanya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa sebuah karya prosa yang baik adalah karya yang bisa membangkitkan dan mempengaruhi emosi pembacanya. Dan untuk menghasilkan karya yang baik, seorang pengarang harus memperhatikan unsur-unsur yang membangun sebuah karya prosa.
Unsur-unsur intrinsik dalam prosa , antara lain:
a) Tema
tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita. Keberadaan tema sangat penting untuk memahami sebuah prosa
b) Alur
alur merupakan pola pengembangan yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
c) Latar
latar meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam cerita. Hal ini dilakukan untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita.
d) Penokohan
penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
e) Point of view (sudut pandang)
point of view (sudut pandang) sangat penting sekali dalam sebuah cerita. Hal ini dilakukan pengarang untuk menempatkan dirinya dalam cerita tersebut.
Selain itu, prosa berdasarkan aliran-aliran sastra arab adalah:
a) Aliran Klasik (Al-Madrasah Al-Kalâsikiyyah); prosa jenis ini lebih mementingkan fasâhah dan bayân. Aliran ini banyak mengikuti prosais semacam Ibnu Muqafa, Al-Jahiz dll.
b) Aliran Romantisme (Al-Madrasah Al-Rumantikiyyah); aliran ini banyak menghasilkan puisi bebas yaitu puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan dalam puisi, yang secara bentuk terkadang bergaya prosa (sementara prosa ini menekankan pembaca tersentuh dan terbuai emosinya). Beberapa prosais yang beraliran ini seperti adalah Umar bin Rabi’ah, Jamil, Al-Mazini, Al-Aqqad.
c) Aliran Realisme (Al-Madrasah Al-Waqi’iyyah); aliran ini menyerukan agar para sastrawan menjadikan masyarakat sebagai sumber sastranya. Aliran ini lebih banyak menceritakan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat. Beberapa prosais yang bisa dimasukan dalam kategori ini adalah Najib Mahfuz dengan karyanya Al-Sukriyah, Yusuf Siba’i dengan karyanya Ard Al-Nifaq, dan Muhammad Kamal Abdul Halim dengan kumpulan puisinya Israr.
d) Aliran Simbolis (Al-Madrasah Al-Ramziyyah); aliran ini memakai tokoh binatang yang disimbolkan atau dikiaskan seakan-akan dapat berbuat seperti manusia. Prosais yang termasuk aliran ini adalah Ibnu Muqafa dengan karyanya Kalilah wa Dimnah.
e) Aliran Barnasiyah (Al-Madrasah Al-Barnasiyyah); aliran ini berprinsip bahwa seni untuk seni. Bagi aliran ini bentuk atau struktur artistik sebagai sesuatu yang utama dan kebebasan berkarya adalah segalanya dengan tidak memperhatikan aspek sosial, moral dan agama. Aliran ini lebih mementingkan gaya bahasa.