TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Jumat, 10 Februari 2012

KETIKA TERBUKANYA MATA HATI (MA'RIFATULLOH) DENGAN HAQIQAT PANGGILANNYA



اِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَلِ مَعَهَا اِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ اَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالأَعْمَالُ اَنْتَ مُهْدِيْهَا اِلَيْهِ , وَاَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ اِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ .



Apabila Allah berkehendak membukakan wijhah hatimu untuk menerima ma’rifat, maka tidak peduli lagi walau amalmu sedikit. Karena bila Allah membuka hatimu semata-mata karena berkehendak memperkenalkan diri-Nya kepadamu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ma’rifat itu didatangkan untukmu dan amalmu adalah persembahan untuk-Nya, mana yang lebih tinggi nilainya bagimu, apa yang datang darimu atau apa yang didatangkan kepadamu?.

Wijhah merupakan anugerah Allah s.w.t kepada seorang hamba yang letaknya di dalam hati sanubari. Meski didatangkan sebagai buah ibadah, namun datangnya wijjah tersebut semata-mata kehendak azaliah bukan karena ibadah yang dilakukan itu. Dengan wijhah, seorang hamba dapat melaksanakan tawajjuh (menghadap dan wushul) kepada Allah s.w.t. dengan benar. Yang dimaksud tawajjuh sebagaimana yang dinyatakan Allah s.w.t dalam firman-Nya berikut ini:



إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ


“Sesungguhnya aku menghadapkan hadapanku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan tidak menoleh kepada yang selain-Nya (hanifa) dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Tuhan”. (QS. al-An’am; 6/79) 

Dengan wijhah itu pula seorang hamba mendapatkan kemuliaan dan kedekatan di sisi Tuhannya: “Seorang terkemuka (mempunyai wijhah) di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran; 45)



Namun hal tersebut bisa terjadi manakala pintu wijhah itu sudah dibuka (di dalam hati), atau seorang hamba telah mendapatkan futuh dari Tuhannya, dengan itu maka dia akan berma’rifat dengan-Nya. Ma’rifat artinya mengenal dan yang dimaksud adalah mengenal Allah s.w.t (ma’rifatullah). Orang yang ma’rifatullah adalah orang yang kenal kepada Allah s.w.t.


Kenal kepada nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan pengaturan-Nya, akhlak dan perbuatan-Nya. Kenal, baik secara rasional (teori ilmiah) maupun secara spiritual (perasaan dalam hati).

 Namun yang dimaksud ma’rifatullah adalah kenal secara spiritual lahir bathin. 

Seorang hamba yang ma’rifat adalah seorang hamba yang bertakwa kepada Tuhannya. Seorang hamba yang ma’rifat adalah seorang hamba sanggup berbuat benar (shiddiq) dan tidak salah di hadapan Tuhannya. Yang demikian itu, karena ia tahu apa yang dikehendaki Allah s.w.t untuk dirinya. 


Semakin seorang hamba berma’rifat kepada Allah s.w.t, maka ia akan menjadi semakin mencintai-Nya karena ia semakin mengetahui dan semakin merasakan, bahwa Allah s.w.t sudah berbuat kebaikan yang sangat banyak kepada dirinya: “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (QS. Al- Qoshosh; 77)


Semakin seorang hamba mencintai Tuhannya, semakin itu pula ia mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki. Sebab, hanya kepada yang dicintai, seseorang akan mampu melaksanakan pengabdian yang benar.

Demikian juga, semakin seorang hamba mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki kapada Tuhannya berarti derajatnya di sisi Allah s.w.t akan menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu, orang yang paling berma’rifat dan paling bertakwa dan paling mulia di sisi Allah s.w.t adalah Rasulullah s.a.w.



Hal itu karena Beliau paling mencintai dan paling dicintai oleh Allah s.w.t. Untuk mencapai ma’rifatullah. Secara teori, seorang hamba akan diperjalankan oleh tarbiyah Allah s.w.t dengan dua cara: 1. Kehendak yang datangnya dari atas ke bawah. Artinya, semata-mata wijhah yang ada di dalam hati—yang asalnya tertutup—dibuka oleh Allah s.w.t. Hijab-hijab matahati dihapuskan.

Penutup pintu rahasia dibukakan. Seperti orang menyalakan lampu, maka yang asalnya gelap menjadi terang, yang asalnya tidak kenal kemudian menjadi kenal. Bagaikan mendung ketika sirna, matahari kemudian berada di atas kepala. Hal itu karena Allah s.w.t memang berkehendak mengenalkan diri kepada hamba-Nya, tidak dengan sebab yang lain, tidak dengan sebab amal ibadah yang sudah dikerjakan. Yakni, seorang hamba menjadi mengenal kepada-Nya semata-mata karena Allah s.w.t adalah Dzat Yang Maujud:



قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ “


Katakanlah : “Allah-lah” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. al-An’am; 6/91)

Kehendak dari bawah kemudian ke atas. Artinya terlebih dahulu seorang hamba dikenalkan kepada makhluk-makhluk-Nya baru kemudian dikenalkan kepada Al-Khalik (penciptanya), Sebagaimana firman Allah s.w.t:



إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS. 2; 164)


Pengenalan seorang hamba kepada Sang Pencipta langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar serta kemanfaatan-kemanfaatan yang dapat dimanfaatkan bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Allah s.w.t hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.

Perhatian dan penelitian seorang hamba terhadap semua itu menghasilkan suatu kesimpulan bahwa betapa Allah s.w.t telah banyak berbuat baik kepada umat manusia dan betapa sangat banyak manusia yang tidak mengetahui dan tidak menyadarinya dan bahkan kafir kepada-Nya.



Pemahaman tersebut kemudian menjadikan tumbuhnya rasa kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Hasilnya, mendorong dirinya untuk bertaubat dengan taubatan nasuha dan meningkatkan diri dalam melaksanakan pengabdian kepada Allah s.w.t. Ma’rifat yang pertama adalah ma’rifat yang langsung memancar dari hati dan ruh (spiritual) yang kemudian dipancarkan lagi di dalam akal dan fikir (rasional ilmiah) yang selanjutnya dapat teraktualisasikan melalui akhlak dan perbuatan.


Itu bisa terjadi karena seorang hamba memang telah terlebih dahulu dicintai Allah kemudian ia mencintainya.
Ma’rifat yang pertama ini lebih kuat daripada ma’rifat yang kedua karena ia lebih hakiki adanya dan karena sesungguhnya letak ma’rifat itu adalah di dalam hati.



Ma’rifat yang kedua adalah ma’rifat hati (spiritual) juga, akan tetapi masuknya terlebih dahulu melalui akal dan fikir (rasional). Yakni pengenalan seorang hamba kepada kejadian-kejadian yang ada di bumi dan di langit menjadikannya mengenal kepada Sang Pencipta.


Seperti orang yang mengenal buah karya tulis, ketika semakin dalam pengenalannya akhirnya ia ingin mengenal penulisnya. Walau jalan masuknya ma’rifat yang kedua ini melalui rasional, akan tetapi ketika masuk ke dalam spiritual (hati), masuknya ma’rifat itu semata kehendak Allah.

Hanya saja kehendak itu telah didahului oleh kehendak-kehendak yang sebelumnya—sebagai sebab-sebab yang tersusun tertib untuk mendapatkan akibat yang baik,—yaitu pahala dari amal ibadah yang sudah dilakukan. Bukan karena semata-mata amal ibadah yang dapat menjadikan seorang hamba berma’rifat kepada Allah s.w.t, akan tetapi sesungguhnya amal ibadah tersebut terlebih dahulu dijadikan sebab-sebab untuk bisa terpenuhi suatu proses pematangan ilmu pengetahuan secara rasional.

من عرف الحق شهده في كل شيئ, و من فني به غاب عن كل شيئ, ومن أحبه لم يؤثر عليه شيئا



Artinya : " Barang siapa yang ma'rifat kepada Al Haq (Allah), maka ia akan menyaksikanNya disetiap sesuatu, barang siapa yang fana' denganNya maka ia akan merasa hilang dari setiap sesuatu dan barang siapa yang mahabbah (cinta) kepadaNya maka tidak akan mendahulukan sesuatu dariNya (Allah) ". 


Pokok dan yang paling penting adalah ma'rifat. ma'rifatullah tidaklah seperti halnya manusia tahu makhluq lainnya secara kasat mata dan ini sangatlah mustahil karena bagaimana bisa akal makhluq bisa menemukan Dzat al kholiq, oleh karena itu dikatakan :


كل ما خطر ببالك فالله بخلاق ذلك

Artinya : " Apapun yang terlintas dihatimu, maka Allah adalah selainnya "

و من فني به غاب عن كل شيئ



Hanya saja haliyah fana' kulli ini sangatlah langka, karena orang yang sudah merasa hilang dengan ma'rifat billah dari setiap sesuatu, tidak bisa mu'amalah dengan manusia, ia tidak bisa bangkit untuk menuntun/membimbing manusia dan tidak bisa melakukan dakwah, tapi ia tetap dalam keadaan menyaksikan Allah dengan hatinya.

Akan tetapi, haliyah fana' kulli ini, kebanyakan hanyalah dirasakan oleh orang yang ‘arif disebagian haliyahnya saja. Kemudian ia akan kembali pada haliyah baqo' namun masih ma'rifat billah

Yakni supaya sampai kepada suatu akibat yang baik, yaitu pendewasaan ilmu dan akhlak secara spiritual. Amal ibadah adalah persembahan seorang hamba kepada Tuhannya sedangkan ma’rifat adalah pemberian Allah kepada hamba-Nya, manakah yang lebih tinggi nilainya?



Oleh karena itu, apabila Allah s.w.t berkehendak membukakan pintu wijhah hati seorang hamba untuk menerima Nur Ma’rifat, tidak peduli walau hamba-Nya itu sedang lemah dan sedikit amal ibadahnya .......


semoga selalu dalam minnah menuju himmah al-lathiifahNYA selalu ........

By : al - hikam ibnu athoo'illah assakandariy ...........

Selasa, 07 Februari 2012

KETIKA TAUHID & ILMU AQIDAH TENTANG IMAN DI LALAIKAN OLEH UMMAT YANG MENGAKU MUSLIM

Prihatin, inilah yang pertama kali alfaqir ingin tulis dalam dokumen ini, berapa banyak orang yang bangga ketika dirinya telah berhasil menyelesaikan studi dalam disiplin ilmu dunia tertentu atau banyak orang tua telah bangga dan merasa telah berhasil mendidik anak ketika anaknya meraih gelar dalam disiplin ilmu dunia tertentu. tapi sangat memprihatinkan sekolah tinggi-tinggi menempuh waktu yang tidak sedikit, ditanya tentang permasalahan agama yang paling pokok tidak tahu, ditanya tentang permasalah aqidah yang paling sederhana tidak tahu, ditanya masalah tauhid tidak tahu …!! Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi sebab dia diciptakan.



وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ



Artinya : ” Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)



Berkata Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhu : “Setiap apa yang terdapat di Al -Qur’an dari perintah ibadah, bermakna tauhid “ ( Silahkan lihat Tafsir Al Baghowi )



Bagaimana dia tidak tahu perkara islam yang dibangun diatasnya, Rasululloh Shalallahu ‘alahi wassalam : ‘ Islam dibangun atas lima perkara , supaya mereka mentauhidkan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum ramadhan, dan haji” (HR. Imam Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim dari hadist Ibnu Umar)



Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi inti dari dakwah para Rasul :



وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ



Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah Thogut” (QS. An-Nahl : 36)



Bagaimana dia tidak tahu perkara yang pertama kali diwajibkan atas nya untuk diapelajari. Berkata Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuuri, salah seorang ulama yaman, ” Apabila ditanyakan kepadamu apa yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba maka jawablah mempelajari Tauhidullah azza wa jalla dan dalilnya adalah hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu berkata ke Yaman berkata Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam : ” Sesungguhnya kamu akan mendatangi sebuah kaum dari ahlu kitab, maka yang pertama kali kamu dakwahkan adalah supaya mereka mentauhidkan Alloh Ta’ala ”
                                                         


( Hadist Mutafaq ‘alahi dan ini lafadz Bukhari – Kitab Mabadiul Mufidah fi Tauhid wal Fiqh wal Aqidah Syaikh Yahya al-Hajuri : 8 )



Oleh karena itu penting dan wajib bagi kita untuk mengilmui ilmu tauhid dan aqidah kemudian mengamalkannya secara dzohir dan bathin. Bahkan kewajiban yang paling wajib.





Pengertian Tauhid :



Secara Bahasa : Berasal dari kata (wahada – yuwahidu tauhidan, ja’ala syai’i wahidan) maknanya menjadikan sesuatu menjadi satu



Secara Syar’i : Mentauhidkan Alloh dengan apa-apa yang menjadikan kekhususan bagi Alloh, didalam Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan Asma wa Sifat-Nya





PEMBAGIAN TAUHID :



Para ulama Ahlus Sunnah membagi tauhid menjadi tiga. Berkata Syaikh Ibnu Baaz Rahimahullah : ” Bahwa Tauhid yang dengannya Allah mengutus Rasul dan menurunkan dengannya kitab dibagi menjadi 3 macam, menurut penelitian nash-nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah dan menurut kenyataan orang-orang yang dibebani syariat….yang pertama tauhid rububiyah, yang kedua tauhid ibadah dan dinamakan juga tauhid uluhiyyah dan yang ketiga tauhid asma’ wa sifat “



Tauhid rububiyah adalah : ” Mentauhidkan Allah di dalam perbuatannya yaitu mengilmui dan meyakini bahwa Allah esa dalam penciptaan, memberi rejeki dan pengaturan”



Dalilnya firman Allah ta’ala :



الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ



Artinya: “Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)



اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ



Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu “ (QS. Az-Zumar : 62)



Macam yang pertama ini diakui dan diyakini oleh orang-oang Musyrik zaman dahulu dan tidak menyebabkan masuknya ke dalam Islam. Dalilnya adalah firman Allah :



قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ



Artinya : “ Katakanlah: ” Siapakah yang melimpahkan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)



Sangat jelas sekali ayat ini menjelaskan orang musyrik zaman dahulu mengakui bahwa Allah sebagai penciptanya tapi tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Sedikit sekali orang yang mengingkari Tauhid Rububiyah kecauli orang -orang yang sombong sepert fir’aun, Namrud dan Dahriyah pada zaman dahulu, komunis pada zaman sekarang. Dan keingkarannya terhitung kafir mulhid.



Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan hamba, yaitu dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata tidak ada sekutu baginya dengan seluruh macam-macam ibadah seperti cinta, khouf (takut), roja’, tawakkal , doa dan selainnya dari macam-macam ibadah menuju 'ubudiyah al-haq



Sebagimana firman Allah :



إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ



Artinya : “Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan” (QS. Al-fatihah : 5)



وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا



Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”. (QS. An-Nisaa : 36)



Tauhid uluhiyah inilah yang diingkari oleh orang musyrik zaman dahulu, dalilnya adalah sebagaimana firman Allah ketika nabi berkata kepada kaumnya :” ucapankanlah kalian لا إِلَهَ إِلا اللهُ Supaya kalian beruntung, mereka berkata :



أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ



Artinya : ” Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu hal yang sangat mengherankan “ (QS. Shaad : 5)



Tauhid asma wa sifat yaitu beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan untuk dirinya di dalam kitabnya dan apa yang Allah disifati dengannya oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari nama-namaNya yang husna dan sifatnya yang ulya. Menetapkan sebagaimana adanya, tanpa takhrif (menyelewengkan makna dari sifat Allah ke makna yang batil), tanpa takyif (menanyakan bagaimana hakikat sifat Allah) tanpa tamsil (menyamakan sifat Allah dengan makhluknya )



لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ



Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.” (QS. As-Syura’ : 11)



Wahai saudaraku, tauhid adalah bukan ilmu yang dipelajari sejam dua jam, bukan juga sehari dua hari, tapi ilmu yang dipelajari sampai akhir hayat kita karena tauhid adalah kewajiban yang paling wajib yang jika seseorang meninggalkannya atau melalaikan dari mempelajarinya sehingga dia terjatuh dari perbuatan syirik akbar maka dia bukanlah seorang muslim tetapi sorang musyrik kafir, murtad (keluar dari agama jika sebelumnya dia seorang muslim)



إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ



Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, Dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)



Oleh karena itu wahai saudaraku, jangan pernah engkau tinggalkan dan lalaikan dari mempelajari tauhid.Saya akhiri dokumen sederhana ini KHUSUSNYA buat diri & semoga bisa buat kajian sudara (i) ku semuanya dengan membawakan perkataan seorang ulama yaman,

” Jangan pernah meremehkan masalah tauhid, baik itu nasehat, dakwah dan dari merealisasikannya.”

"Bagaimana dia tidak tahu perkara yang jika dia meninggalkan dari mempelajarinya dan mengamalkannya sebab dia terjatuh pada dosa kekufuran ”

" Yang ketiga al-amal, beramal tanpa ilmu & iman . beramal dengan ilmu & iman diantaranya ada yang jika di tinggalkan merupakan hukumnya kafir dan diantara nya jika ditinggalkan hukumnya maksiat,



dan diantaranya jika ditinggalkan hukumya makruh, dan diantaranya jika ditinggalkan hukumnya mubah bagaimana bisa seperti itu …?

ilmu bermacam -macam, maka ilmu tentang tauhid, bahwasanya Alloh ‘Azza wa jalla Dialah yang berhak untuk di ibadahi semata jika seorang hamba telah mengetahuinya dan tidak mengamalkan ilmunya,

dengan berbuat syirik (dualisme) kepada Alloh tidak bermafaat ilmunya , maka meninggalkan amal dalam kondisi orang seperti ini merupakan kekafiran”

BAROKALLOHU FIKUM ILA SHIROOTIL MUSTAQIIM YAA ROBBAL 'ALAMIIN



BY: AL- FAQIR AL-DLO'IF ABDUL KHAQ ..............

7 YANG TERBALIK PADA SANG PENILAI

                                                           


1. Yang tahu tidak bicara yang bicara tidak tahu, karena hakekat ilmu itu hilang lepas dari huruf dan suara, kebenaran tiap-tiap orang berbeda dan kebenaran tidak berpihak kepada siapa atau siapa, ketika kita menyampaikan suatu hal yang kita anggap benar maka disitu kita sudah salah jika kebenaran itu tidak bisa diterimanya.


2. Yang tampil memamerkan diri dengan atributnya itu tidak benar, yang benar tidak mau menampilkan dirinya, Kebenaran yang ditampilkan menutupi kebenaran yang hakiki kita anggap benar sesungguhnya kejahatanlah yang menang, karena tampak baik bukan ber-arti dia baik, yang kelihatan jahat belum tentu dia jahat, yang tampak tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai kedalaman ilmu seseorang.


3. Yang kerja disalahkan yang tidak kerja tidak disalahkan, belajar dulu pada ahlinya agar tidak membuat kesalahan dalam bekerja, karena apa yang dikerjakan harus kita tahu dengan ilmunya, tahu saja tidak cukup itu namanya ikut-ikutan tapi harus dengan ilmunya hingga hilang tanda tanya dalam diri tentang apa yang dikerjakannya, sementara yang tidak kerja hanya karena kita melihat dengan mata zahir kita saja.


4. Yang sudah kita yakini itu belum, yang belum perlu kita yakini, dalam meyakini suatu keyakinan kita harus bisa melampaui keyakinan itu sendiri agar kita bisa berfikir bebas, dengan kebebasan akan timbul kesadaran dan dalam kesadaran akan muncul pencerahan untuk menghargai keyakinan-keyakinan lain yang pada gilirannya membuat kita jadi orang yang bijaksana.


5. Yang ada itu tiada yang tiada itulah hakekat yang ada, yang ada semuanya akan hancur (fana) yang tiada itulah yang abadi (baqa), yang ada hanya bisa berfungsi kalau ada yang tiada seperti radio yang berbunyi hanya kalau bisa menerima siaran dari pusatnya, sesungguhnya tidak ada yang nyata kecuali dia,


6. Yang benar menurut kita bisa jadi yang salah dan yang salah menurut kita bisa jadi yang benar karena dari keterangan yang kita dapatpun ada yang mengatakan benar tapi ada juga yang mengatakan salah, oleh karenanya kita perlu meningkatkan mutu kita dari keterangan ketingkat merasakan.


7. Yang dilarang bisa jadi diperbolehkan sementara yang diperbolehkan bisa jadi dilarang, aturan hanya dikenakan untuk orang yang tidak tahu aturan, anak kecil perlu dikasih aturan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh karena dia belum tahu, apakah kita anak kecil?

Wasiat Nasehat ( Karomah ) & Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi

                                                           


“Jika engkau melihat seseorang berjalan di atas air dan bisa terbang di udara, maka janganlah kehebatan itu menjadikan kalian lengah dan terheran-heran kepadanya sampai kamu mengetahui secara persis atas apa yang di kerjakannya itu berlandaskan pada Al-Qur’an dan as-sunnah.”
( Imam Syafi’i )

“Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qur’an dan Sunah. Katakan pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qur’an dan Sunah terlebih dahulu.”


( Sayyidina Syekh Abul Hasan Ali Asy Syazili )

”Karomah yang paling besar ialah istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT.” “Jangan heran pada orang yang bisa berjalan sangat cepat di bumi, atau bisa terbang di udara, atau berjalan di atas air. Karena sesungguhnya setan juga bisa melakukannya.”
( Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri )

Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas (kepada salah seorang muridnya):


“Insya Allah ucapanku yang kau tulis dan kumpulkan akan memberikan manfaat yang besar. Dan usahamu ini lebih bermanfaat dan langgeng daripada mencatat karomah-karomah yang terjadi. Karomah yang berlangsung hanya saat itu saja dan akan dilupakan dengan berjalannya waktu. Namun, manfaat ucapanku ini Insya Allah Ta’ala akan abadi. Orang yang menghargai ucapanku belum datang, mereka adalah orang-orang masa depan.”



                                                          
Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi

Definisi Sufi yang Dikemukakan oleh Para Ulama’


a. Menurut Imam Junaidi al-Baghdady


وَقَالَ جُنَيْدِيْ: اَلصُّوْفِيْ كَالاَرْضِ يُطْرَحُ عَلَيْهَا كُلُّ قَبِيْحٍ وَلاَ يَخْرُجُ مِنْهَا إِِلاَّ كُلُّ مَلِيْحٍ وَقَالَ اَيْضًا: اَلصُّوْفِى كَالاَرْضِ يَطَئُوْهَا الْبِرُّ وَالْفَاجِرُ وَكَالسَّمَاءِ وَكَالسَّحَابِِ تُظِلُّ كُلَّ شَيْءٍ وَكَالْمَطَارِ يُسْقِى كُلَّ شَيْءٍِ . في الكتاب نشأة التصوف وتصريف الصوف ص 22



“Seorang sufi itu bagaikan bumi yang bila dilempari keburukan maka ia akan selalu membalasnya dengan kebaikan. Seorang sufi itu bagaikan bumi yang mana di atasnya berjalan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk (semua diterimanya). Seorang sufi juga bagaikan langit atau mendung yang menaungi semua yang ada di bawahnya, dan seperti air hujan yang menyirami segala sesuatu tanpa memilah dan memilih, [yang baik maupun yang buruk semuanya diayominya”. 
Kitab Nasyatu at-Tashawuf Wa Tashrifu as-Shufi hal 22

b. Dan menurut Aba Bakar al-Syibly dalam kitab Hilyah al-Auliya’ Hal 11.


قَالَ اَبَا بَكَرْ الشِّبْلِيْ: اَلصُّوْفِيْ, مَنْ صَفاَ قَلْبَهُ فَصَفَى، وَسَلَكَ طَرِيْقَ اْلمُصْطَفَى صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَمَى الدُّنْيَا خَلْفَ اْلقَفَا، وَأَذَاقَ اْلهَوَى طَعْمَ اْلجَفَا.

(كتاب حلية الاولياء ص:11)

“Orang sufi itu adalah seseorang yang membersihkan hatinya maka bersihlah hatinya, dan mengikuti jalannya Nabi al-Musthafa Saw. Serta tidak terlalu memikirkan perkara duniawi (lebih mementingkan masalah ukhrowi), dan menghilangkan keinginan hawa nafsunya.

Hilyatu al-Auliya’ halaman 11

c. Aba Hammam Abd. Rahman bin Mujib as-Shufi berpendapat:


سَمِعْتُ أَبَا هَمَّامْ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنِ مُجِيْبٍ اَلصُّوْفِي وَسُئِلَ عَنِ اَلصُّوْفِيْ فَقَالَ: لِنَفْسِهِ ذَابِحٌ، وَلِهَوَاهُ فَاضِحٌ، وَلِعَدُوِّهِ جَارِحٌ، وَلِلْخَلْقِ نَاصِحٌ. دَائِمِ اْلوَجَلِ، يَحْكُمُ اْلعَمَلَ، وَيَبْعَدُ اْلأَمَلَ وَيَسُّدُّ اْلخِلَلَ، ويَغْضَى عَلىَ الزَّلَلِ، عُذْرُهُ بِضَاعَةٍ، وَحَزْنُهُ صَنَاعَةٌ وَعَيْشُهُ قَنَاعَةٌ بِالْحَقِّ عَارِفٌ وَعَلىَ الْبَابِ عَاكِفٌ وَعَنِ الْكُلِّ عَازِفٌ. (كتاب حلية الاولياء ص:11)


“Ciri-ciri orang sufi itu adalah sebagai berikut;


1. Seseorang yang merasa dirinya hina


2. Menahan dan memerangi hawa nafsunya


3. Memberi nasehat kepada mahluk


4. Selalu mendekatkan diri kepada Allah


5. Berperilaku bijaksana


6. Menjauhi berandai-andai (berangan-angan terlalu tinggi dalam hal duniawi)


7. Tidak mau mencela


8. Mencegah perbuatan dosa


9. Waktu luangnya digunakan untuk beribadah


10. Susahnya sengaja di buat-buat (karena memang seorang sufi itu terhindar dari berbagai macam kesedihan dan kesusahan duniawiyah)


11. Hidupnya sederhana


12. Arif terhadap sesuatu yang benar


13. Mengasingkan diri dan mencegah dari segala sesuatu yang sia-sia.

Ciri-Ciri Kepribadian dan Perilaku Seorang Sufi


Menurut Imam Qusyairi dalam kitabnya Risalah al-Qusyairiyah hal. 126-127


عَلاَمَةُ الصُّوْفِيّ الصَّادِقِ: أَنْ يَفْتَقِرَّ بَعْدَ الغِنىَ، وَيَذِلَّ بَعْدَ الْعِزِّ، وَيَخْفىَ بَعْدَ الشُّهْرَةِ، وَعَلاَمَةُ الصُّوْفِيْ اَلْكَاذِبِ: أَنْ يَسْتَغْنِيَ بِالدُّنْيَا بَعْدَ الْفَقْرِ، وَيَعِزَّ بَعْدَ الذِلِّ، وِيَشْتَهِرَ بَعْدَ الْخُلَفَاءِ.
( كتاب رسالة القشيرية ص 126-127



ciri-ciri kepribadian dan perilaku seorang sufi dibagi menjadi dua yaitu:

Seorang sufi al-Shadiq: merasa miskin setelah memperoleh kekayaan, merasa hina setelah mendapatkan kemulyaan, dan menyamarkan dirinya setelah terkenal.


Seorang sufi al-Kadzib: merasa kaya akan harta sesudah faqir, merasa mulia setelah hina, merasa terkenal yang mana sebelumnya dia tidak masyhur.

PENGERTIAN WASILAH & ROBITHOH

                            BISMILLAAHI AL ROHMAANI AL ROHIIM
Rasulullah SAW bersabda :

كن مع الله فإن لم تكن مع الله كن مع من مع الله فإنه يصيلك الى الله

"Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah" (H.R. Abu Daud).

WASILAH dan RABITAH

Pengertian Wasilah

 Sebagaimana halnya masalah mursyid, masalah wasilah dan rabitah dalam suatu tarekat pada waktu melaksanakan zikir dan ibadah menempati posisi penting dan menentukan. Seluruh sufi yang bertarekat pasti bermursyid, berwasilah dan merabitahkan rohaniahnya dalam beramal dan beribadah :

Artinya :Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (sukses). (QS.Al Maidah :35).

 Dalam Kamus al Munjid dikatakan :

اَلْوَسِيْلَةُ مَا يَتَقَرَّبُ إلىَ الْغَيْرِ

“Wasilah adalah sesuatu yang mendekatkan kepada yang lain.”

 Ibnu Abbas menegaskan :

اَلْوَسِيْلَةُ هِيَ الْقَرَابَةُ

“Wasilah adalah suatu pendekatan “

 Dalam Tafsir Ibnu Katsir II :52-53 pada waktu menafsirkan QS Al Maidah :35 , menyatakan :


اَلْوَسِيْلَة هِيَ الَّتِى يُتَوَصَّلُ بِهَا إلَى تَحْصِيْلِ الْمَقْصُوْدِ

“Wasilah itu ialah sesuatu yang menyampaikan kepada maksud”

 firman alloh QS.Al Maidah:35 menyatakan :

اَلْوَسِيْلَةُ عَامٌُ لِكُلِّ مَا يَتَوَصَلُ بِهِ إلَ الْمَقْصُوْدِ وَالنَّبِيُّ صلعم اَقْرَبُ الْوَسَا ئِلِ إلىَ اللهِ تَعَالىَ ثُمَّ تَوَائِبُهُ صلعم مِنَ الْمُسْتَكْمِلِيْنَ الْوَاصِلِيْنَ إلىَ اللهِ تَعَالىَ فِيْ كُلِّ قَرْنٍِ

“Pengertian umum dari wasilah adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kita kepada suatu maksud atau tujuan. Nabi Muhammad SAW adalah wasilah yang paling dekat untuk sampai kepada Allah SWT, kemudian kepada penerusnya-penerusnya yang Kamil Mukammil yang telah sampai kepada Allah SWT yang ada pada tiap-tiap abad atau tiap-tiap masa”

 Dalam ilmu balaghah dikenal istilah “Majaz Mursal :

مِنْ إطْلاَقِ الْمَحَلِّ وَإرَادَةِ الْحَال

artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya yang dimaksud adalah isinya. Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani Rasulullah SAW.

al-faqir menyatakan bahwa wasilah itu adalah suatu channel, saluran atau frekuensi yang tak terhingga yang langsung membawa kita (ASRO BI'ABDIHI) menjalankan pada hambanya * kehaderat Allah swt

 Wasilah itu ialah :

نُوْرٌُ عَلىَ نُوْرٍِ يَهْدِاللهُ لِنُوْرِهِ مَنْ يَشَآءُ

“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)," Allah membimbing kepada cahaya-NYA" siapa yang dia kehendaki “(QS An-Nur :35).
  " Allah membimbing kepada cahaya-NYA" pengertian ini hanya alloh untuk alloh bukan untuk mahluk

 Wasilah itu telah ditanamkan ke dalam diri rohani Arwahul Muqaddasah Rasulullah (nur muhammad) yang merupakan sentral penghubung antara Rasulullah SAW dan ummatnya menuju kehaderat Allah SWT.

 Para Sahabat dan ummat Rasulllah SAW harus mendapatkan wasilah ini di samping menerima Alquran dan As-Sunah untuk pedoman serta petunjuk ,,,, karena
  "Alquran dan As-Sunah" di ibarat padi dan beras yang masih perlu di kupas ...agar bisa bermanfaat buat kehidupan DIRI ... apapun penilaian anda tentang pusaka itu itulah yang kalian dapat ...

  "Dan di sis Allah-lah kunci-kunci
semua yg ghaib & yg nyata
tak ada yg mengetahuinya kecuali Di sendiri,
dan Dia mengetahui apa yg di
daratan dan di lautan,
dan Tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi
dan tidak sesuatu yang basah atau kering. melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfudz)"

Manusia unggul adalah yg terpilh
menjadi kalifah-Nya Allah
Tubuhnya mengakar ke bumi
Jiwanya menjangkau langit
Ruhnya selalu hadir dalam kebersamaan dengan-Nya
Bagaikan samudra, semua dilarutkan dalam dirinya
Tanpa ada perubahan di dalamnya
Itulah makna sejati, apa yang disebut JAWA
Pribadi teguh, memegang prinsip
Luwes menerima segala perubahan yang terjadi,
tanpa perlu adanya konflik
Sebab se-alam semesta adalah saudara
Tetapi cukup dengan kesadaran bahwa perbedaan adalah dinamika kehidupan (prosesnya pendewasaan diri)
Pertentangan adalah Qodrati, evolusi untuk menghasilkan sintesa-sintesa pembaharuan...
dan tak mungkin di samakan karena itu nash di
adakannya aqal pada MANUSIA  

KURANG LEBIHNYA MOHON MASUKANNYA DARI SAUDARAKU SEMUANYA .....
MOHON MAAF KU JIKA ADA YANG TIDAK SEPAHAM DENGAN PENULISAN ....
BAROKALLOOHU LANAA  WALAKUM FIDDAAROINI AAMIIN
NB: gus Eko Alyady
WASHILAH : jln or cr mendekatkan diri kpdNya yaitu iman , amal sholeh , ibadah , pendekatan ini dilakukan seseorang tanpa melalui perantara melainkan langsung kpdNya " bertaqwalah kpd allah , allah akan mengajarimu, al baqarah 282"

Washilah di dlm alquran di sebut 2x di al maidah 35, dan al isra 57 n mnurut para sufi jg disebut amal sholeh yaitu sarana utk mendrkatkan diri kpdNya 

dgn begitu WASHILAH adalah permintaan tolong n yg ini msh di bagi lag
i

Dalam ilmu balaghah dikenal istilah “Majaz Mursal :

مِنْ إطْلاَقِ الْمَحَلِّ وَإرَادَةِ الْحَال

artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya yang dimaksud adalah isinya. Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani Rasulullah SAW.


yg di maksud disini Nurun ala nurin adalah hakikat "diri" hal ini merujuk kpd ayt berikutnya 

Nuurun alaa nuurin yahdillaahu li nuurihii mayyasyaa'u".
(Nur Ilahi beriring dengan Nur Muhammad, yang diberikan-Nya pada orang-orang yang dikehendaki-Nya (QS An-Nur:35).

,yang disebut nur disurah an nur itu bukan hanya ilmu...ia adalah keselurahan cahaya hidup ilahi yang bertajalli pd sluruh jagad raya...nur itu adalah hidupnya jagad ini dan adalah jagad itu sendiri..!!..yang pada tubuh kita berpancar 12 cahaya hidup,isyarat 12 rabiul awal(kelahiran nabi),krn pd hari ke 13 gaib ALLAH pada rasulullah,maka inilah yang disebut khalifah ALLAH....adapun "LUBANG TAK TEMBUS" itu "DADA"......"KACA" itu qalbi....."PELITA" itu "RUH"......ruh itu nur,nur itu sifat,sifat itu tiada lain dr dzat.......maka dalam dada itu ada qalbi,dalam qalbi ada ruh,asal ruh adalah nur,nur adalah sifatullah(rahasia muhammad)....maka sebenar benar nur dzat(nurun ala nurin) adalah nur muhammad,dan nur muhammad itu tiada lain adalah "SIFAT 7 KITA"...MAKA TIADA DAPAT DICARI,KRN SUDAH MENJADI DIRIMU ZAHIR DAN BATIN..




BY: ABDUL FAQIR AL-KHAQ ALKIS ............ 

DO'A SANG KEKASIH UNTUK KEKASIH... TIADA aku TANPA_MU



kalopun aku salah.. maafkanlah,
tunjukkanlah yang benar kalo aku tersesat..
tunjukkanlah jalan keluarkalo aku buta..
tuntunlah akukalo aku masih lemah.. bimbinglah.. berikan sokongan bagiku


aku manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa
mungkin sepatah kataku telah menghancurkan semuanya..
mungkin aku tidak tahu balas atas kasihMU


hanya satu yang kutahuaku menyanyagiMU...
sepenuh hatikuku ingin hidup bersamaMU
kan kubuktikan bahwa aku mencintaiMU
meski aku harus menunggu..sampai kapanpun
engkau mau..walau musti sendiri..sampai aku mati.


 Kasih sayang Tak akan lapuk ditelan masa 
Perasaan itu tulus dan abadi Tak pernah menuntut
dan memaksa Semata hanya ingin membuat bahagia 
S'moga selamanya Kasih sayang itu selalu ada Diantara KAU dan aku


hakikat ilmu adalah perbuatan, hakikat perbuatan adalah keikhlasan, 
hakikat keikhlasan adalah kesabaran, dan hakikat kesabaran adalah penyerahan.
 Dan baginya hakikat tidak akan terbentuk kecuali dengan Syari’at (gerak diri). 
Demikian pula ide tidak akan terlaksana jika tidak ada penerapan
dan perbuatan apapun yang ada padaku semata-matakehendak & kuasaMU ....
sungguh tiada pantas segala amalku tanpaMU

mengapa harus ada mimpI kalau akhirnya takkan terjadi
mengapa harus ada hasratkalau akhirnya takkan tersirat
mengapa harus kudekap harap kalau akhirnya takkan tertangkap
mengapa harus ada cinta kalau akhirnya takkan tercipta
mengapa harus ada sukakalau akhirnya takkan bahagia
mimpi membuat ku gembira mimpi jua
membuat ku tersiksa hasrat membuat ku terlena hasrat jua
membuat ku berduka harap membuat ku berusaha harap jua
membuat ku putus asa cinta membuat ku berbunga cinta jua
membuat ku terluka suka membuat ku ceria suka jua membuat ku merana


PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila