TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Rabu, 24 Oktober 2012

TRADISI " SESAJEN " DALAM RITUAL KEAGAMAAN DAN MASYARAKAT

                                                  

1. Haram, jika tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub ) pada jin,



2. Boleh, jika hanya bertujuan bersedekah untuk mendekatkan diri pada Alloh (taqarrub ilallah), selama tidak dilakukan dengan menyia-akan harta benda.



Catatan : Sebenarnya sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah tidak pantas dilakukan di tempat-tempat tadi, agar orang-orang awam tidak meyakini bahwa penghuni tempat-tempat tersebut memang dapat mendatangkan malapetaka kalau tidak diberikan sesajen, atau keyakinan-keyakinan lain yang bertentangan dengan syariat.



مسألة -ث : العادة المطردة فى بعض البلاد لدفع شر الجن من وضع طعام أو نحوه فى الأبيار أو الزرع وقت حصاده وفى كل مكان يظن أنه مأوى الجن وكذلك إيقاد السرج فى محل ادخار نحو الأرز الى سبعة أيام من يوم الإدخار ونحو ذلك كل ذلك حرام حيث قصد به التقرب إلى الجن بل إن قصد التعظيم والعبادة له كان ذلك كفرا-والعياذ بالله- قياسا على الذبح للأصنام المنصوص فى كتبهم.

وأما مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله ليدفع شر ذلك الجن فجائز ما لم يكن فيه إضاعة مال مثل الإيقاظ المذكور انفا, فإن ذلك ليس هو التصدق المحمود شرعا كما صرحوا أن الإيقاد أمام مصلى التراويح وفوق جبل أحد بدعة.

قلت : حتى إن مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله لا ينبغى فعله فى خصوص تلك الأماكن لئلا يوهم العوام ما لا يجوز إعتقاده.



“Tradisi yang sudah mengakar di sebagian masyarakat yang menyajikan makanan dan semacamnya kemudian diletakkan di dekat sumur atau tanaman yang hendak dipanen dan ditempat-tempat lain yang dianggap tempatnya jin, serta tradisi lain seperti menyalakan beberapa lampu di tempat penyimpanan padi selama tujuh hari yang dimulai dari hari pertama menyimpan padi tersebut, begitu pula tradisi-tradisi lain seperti dua contoh di atas itu hukumnya haram jika memang bertujuan mendekatkan diri kepada jin. Bahkan bisa menyebabkan kekafiran ( murtad ) jika disertai tujuan pemuliaan dan wujud pengabdian. Keputusan hukum ini diqiyaskan dengan hukum penyembelihan hewan yang dipersembahkan untuk berhala yang disebutkan oleh fuqaha dalam kitab-kitab mereka.

Adapun jika sekedar bersedekah dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah untuk menghindarkan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh jin tersebut maka diperbolehkan selama tidak dengan cara menyia-nyiakan harta benda, seperti tradisi menyalakan lampu yang baru saja disebutkan. Karena hal tersebut tidak termasuk dalam sedekah yang terpuji dalam pandangan syari'at, Sebagaimana ulama menjelaskan bahwa menyalakan lampu di depan tempat shalat tarawih dan di atas gunung arafah itu dikategorikan bid'ah.

Saya berkata : Bahkan sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah pun tidak pantas dilakukan di tempat-tempat ditempat-tempat tersebut, agar orang awam tidak salah faham,lalu meyakini hal yang tidak seharusnya diyakini .” (Bulghatut Thullab hlm. 90/91)

SUFII (Ahlu Suffah) ADALAH PETARUNG SETIA ROSULULLAH SAW YANG BIJAK DAN TANPA PAMRIH

                                                         

Banyak yang menyebut bahwasanya Ahl al-Suffah adalah generasi sufi pertama dalam Islam. Istilah ‘sufi’ sendiri ada yang berpendapat berasal dari kata Ahl al-Suffah. Al-suffah adalah bangku yang dijadikan alas tidur mereka dengan berbantal pelana.

Mereka adalah sekelompok sahabat yang mendiami bilik-bilik yang disediakan Rasulullah SAW di sekitar Masjid Nabawi. Seluruh waktu mereka dipergunakan sebanyak-banyaknya untuk hal-hal yang bermanfaat dan seluas-luasnya untuk memahami ajaran Islam. Keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari mereka diambil dari dana bantuan kaum Muslimin sesuai kemampuan masing-masing.

Ahl al-Suffah bukanlah sekelompok umat yang istimewa atau diistimewakan, mereka juga bekerja, berperang, bahkan diantara mereka adalah panglima perang dan periwayat hadis. Sikap yang menonjol pada Sahabat dan Ahl al-Suffah adalah zuhud. Zuhud atau al-zuhd secara harfiah bermakna keadaan meninggalkan kehidupan dunia yang bersifat materi dan menekuni hal-hal yang bersifat rohani.

Tapi jangan disalah tafsirkan, perilaku yang meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi, misalnya tidak peduli terhadap keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya, bukan merupakan bagian dari zuhud.

Walaupun menjauhi kesenangan duniawi dan memilih hidup sederhana, mereka berbahagia bersama Rasululah SAW, berjihad mendampingi Rasululah SAW, bersikap zuhud dan qana’ah dalam menghadapi hidup. Mereka merasa lebih bahagia bila berada di sisi Rasululah SAW, menimba ilmu dari setiap wahyu yang diterima Rasululah SAW, dengan ikhlas dan penuh kegembiraan.

Dalam khalwah, mereka pergunakan untuk shalat, membaca Al-Qur’an, mengkaji ayat demi ayat secara bersama dan memusatkan diri untuk berdzikir. Sebagian mereka belajar menulis. ‘Ubadah ibn al-Samit merupakan salah seorang yang sering mengajar mereka menulis dan membaca. Bahkan salah seorang dari mereka ada yang terkenal karena pengetahuan dan hafalannya tentang hadis-hadis Nabi, seperti Abu Hurayrah yang meriwayatkan banyak hadis Nabi SAW.

Petarung Ulung

Selain menjadi orang-orang yang mengkhususkan diri untuk mempelajari dan mengembangkan ajaran Islam, Ahl as-Suffah juga merupakan pasukan yang mumpuni yang sewaktu-waktu siap dikirim ke medan perang menghadapi orang-orang kafir. Mereka terkenal sebagai pasukan yang sangat berani.

Ketika pertempuran dan perang berkecamuk dengan silih berganti mereka memimpin pasukan menjadi laskar Islam yang tangguh. Di kala damai mereka sering mendapat tugas dari Rasululah SAW sebagai duta umat ke negeri-negeri yang ditaklukkan pasukan Islam dan sekaligus menjadi da’i yang menyampaikan dakwah dan mengajarkan Islam di sana.

Sebagian mereka yang syahid di Badar, antara lain; Safwan ibn Bayda, Zayd ibn Khattab, Kharim ibn Fatik al-Asadi, Khubayh ibn Yasaf, Salim ibn Umair, dan Haritsah ibn Nu’man al-Ansari.

Yang syahid di Uhud; Hanzhalah al-Ghazil. Syahid dalam Perang Hudaibiyah; Jurhad ibn Khuwa’ad dan Abu Suraybah al-Ghifari. Syahid di Khaibar; Tariq ibn Amr. Syahid di Tabuk; Abd Allah Dzu al-Bijadam. Syahid di Yamamah; Salim dan Zayd ibn al-Khattab. Dengan demikian, mereka menghabiskan malam hari untuk ibadah dan siang hari untuk berperang.

Jumlah mereka bervariasi dari waktu ke waktu. Mereka bertambah saat delegasi berdatangan ke Madinah. Penghuni permanen kira-kira 70 orang, tetapi jumlah mereka bertambah setiap saat. Suatu ketika Sa’ad ibn Ubadah menjamu sekitar 80 orang.

Abu Nu’aim adalah ulama pertama yang membuat daftar nama-nama mereka di kalangan Ahl al-Suffah. Ia mengutip dari sumber-sumber terdahulu tanpa menyebut referensinya. Barangkali dari buku Abu Abd al-Rahman al-Sulami (wafat 412 H) yang menulis tentang Ahl as-Suffah. Diantara sahabat yang termasuk ke dalam golongan Ahl as-Suffah yang ditulis Abu Nu’aim, ditambah lagi dengan nama-nama yang disebut dalam sumber-sumber lain ada 55 orang.

Salah satu Ahl al-Suffah yang tertulis sebagai Mursyid dalam silsilah Tarekat Naqsyabandiyah adalah Sayyidina Salman al-Farisi RA. Beliau inisiator strategi pertahanan dalam ‘Perang Parit’ yang belum pernah dikenal sebelumnya di Jazirah Arab. Sayyidina Salman al-Farisi RA mendapat ilmu yang menjadi amalan para sufi ini berasal dari Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, yang mendapat langsung dari Nabi Muhammad SAW, seperti diterangkan Nabi sendiri:

“Tidak ada sesuatu pun yang dicurahkan Allah ke dalam dadaku, melainkan aku mencurahkan kembali ke dalam dada Abu Bakar.”


hadits Qudsi berikut ini yang diriwayatkan Bukhori dari Abu Hurairah :

 وَمَا تَقَرَّبَ اِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْئٍ أحَبَّ اِلَيَّ مِمَّا افْتَرَطْتُ عَلَيْهِ,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ أِلَيَّ بِالنّـَوَافِلِ حَتَّى اُحِبَّهُ فَاِذَا أحْبَبْتهُ كُنْتُ سَمْـعَهُ الَّذِي يَسمَعُ بِهِ
وَبَصَرَهُ اَلَّذِي يُبْصِرُبِهِ, وَيَدَهُ اَلَّتِي يَبْـطِشُ بِهَا وَرِجْلـَهُ اَلَّتِي يَمْشِي بِهَا
وَاِنْ سَألَنِي لاُعْطَيْنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَـاذَنِي لاُعِيْذَنَّهُ. (رواه البخاري)

"HambaKu yang mendekatkan diri kepadaku dengan sesuatu yang lebih Ku sukai daripada yang telah Kuwajibkan kepadanya, dan selagi hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan nawafil (amalan-amalan atau sholat sunnah) sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku telah mencintainya. Akulah yang menjadi pendengarannya dan dengan itu ia mendengar, Akulah yang menjadi penglihatannya dan dengan itu ia melihat, dan Aku yang menjadi tangannya dengan itu ia memukul (musuh), dan Aku juga menjadi kakinya dan dengan itu ia berjalan. Bila ia mohon kepadaKu itu pasti Kuberi dan bila ia mohon perlindungan kepadaKu ia pasti Ku lindungi”.

Minggu, 21 Oktober 2012

TEMPAT KEBERADAAN ARWAH

Abu bakar RA ditanya tentang arwah2 ketika keluar dari jasadnya,kemanakah perginya??

beliau menjawab,ada 7 tempat

1=adapun arwah para nabi dan rosul tempatnya adalah surga adnin

2=adapun arwah para ulama' tempatnya adalah surga firdaus

3=ad



apun arwah para su'ada' (khusnul khotimah) tempatnya adalah surga illiyyin

4=adapun arwahnya orang2 mati syahid maka arwahnya berterbangan sebagaimana burung dan menuju dalam surga kapan ia mau

5=adapun arwahnya orang2 mukmin yang berdosa maka bergelantungan diudara,tidak dibumi dan tidak dilangit sampai hari kiamat

6=adapun arwah para anak2 orang mukmin tempatnya digunung yang terbuat dari misik

7=adapun arwahnya orang2 kafir itu dineraka sijjin dan disiksa beserta jasad2nya sampai hari kiamat



وسئل ابو بكر رضى الله تعالى عنه عن الارواح حين تخرج من الاجساد اين

تذهب؟

قال فى سبعة مواضع

اما ارواح الانبياء والمرسلين فمقرها جنات عدن

واما ارواح العلماء فمقرها جنات الفردوس

واما ارواح السعداء فمقرها جنات عليين

واما ارواح الشهداء فتطير مثل الطيور فى الجنة حيث شاءت

واما ارواح المؤمنين المذنبين فتكون معلقة فى الهواء لا فى الارض ولا فى السماء الى يوم القيامة

واما ارواح اولاد المؤمنين فتكون فى جبل من المسك

واما ارواح الكافرين فى سجين يعذبون مع اجسادهم الى يوم القيامة



durrotun nasihin hal 179-180 cetakan darul fikri

Arwah anak-anak orang muslim menurut banyak keterangan termasuk yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i berada disurga menempat diperut burung pipit yang berdiam diri dilentera-lentera dan digantungkan di ‘Arsy, ada juga keterangan bahwa mereka berada dibawah gunung MISIK disurga....



الجنة و النار و فقد الاولاد 4



للإمام جلال الدين السيوطي



و سئل بعض العلماء عن الأرواح بعد الموت ، فقال إن روح الأنبياء في جنة عدن و أرواح الشهداء في الفردوس وسط الجنة في حواصل طيور خضر يطيفون في الجنة حيث شاءوا و أرواح أولاد المؤمنين في حواصل عصافير الجنة عند جبال المسك و أرواح أولاد المشركين يترددون في الجنة ليس لهم مكان مخصوص و ارواح الذين عليهم دين و يأكلون أموال الناس بالباطل معلقة في الهواء لا تصل إلى الجنة و لا إلى السماء ، و أرواح فساق الكفار تعذب في القبر مع الجسد ، و أرواح المنافقين في نار جهنم .



Sebagian Ulama ditanya tentang keberadaan arwah setelah meninggal, beliau menjawab :

“Sesungguhnya arwah para nabi berada disurga Adn, arwah para syuhada disurga firdaus menempat pada perut burung hijau yang berlalu lalang mengelilingi surga, arwah para anak-anak orang muslim dalam perut burung pipit surga berada dibawah gunung MISIK, arwah para anak-anak orang musrik berputar-putar disurga namun tiada punya tempat khusus untuk menetap, arwah orang-orang yang memiliki tanggungan hutang, memakan harta orang lain dengan bathil digantungkan diangkasa dan tiada pernah sampai ke surga dan langit, arwah orang-orang fasik yang kafir disiksa dalam kubur mereka dan arwah-arwah orang munafik berada dineraka jahannam”.



ولابن منده عن ابن شهاب قال: بلغني أن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر معلقة بالعرش، تغدو ثم تروح إلى رياض الجنة، تأتي ربها ولابن أبي حاتم عن ابن مسعود قال: إن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر في قناديل تحت العرش، تسرح في الجنة حيث شاءت، ثم ترجع إلى قناديلها، وإن أرواح ولدان المؤمنين في أجواف عصافير، تسرح في الجنة حيث شاءت .



Dari Ibn mandah dari Ibn Syihab, beliau berkata :

“Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau yang digantungkan di ‘Arsy, sembari menikamati makanan dan istirahat damai di taman surga dan mendatangi Tuhannya”



Sedang Ibn Hatim meriwayatkan dari Ibn Mas’ud ra, ia berkata :

“Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau yang digantungkan dalam lentera-lentera ‘Arsy, mereka dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati, sedang arwah para anak-anak orang mukmin berada pada perut burung-burung pipit, mereka juga dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati”.



Dalam keterangan kitab lain terdapat tambahan keterangan bahwa arwah mereka dibawah naungan Nabi Ibrahim As dan Sarah yang kelak dihari kiamat dikembalikan pada orang tua mereka masing-masing.



ملخص لكتاب شرح الصدورفي شرح حال الموتى والقبور للسيوطي

-وأما عن مقر الأرواح......و أولاد المؤمنين ففي جبل في الجنة يكفلهم إبراهيم وسارة حتى يردهم لآبائهم يوم القيامة.



Sedang tempat keberadaan arwah...

Arwah anak-anak orang mukmin berada dibawah gunung yang ada disurga, diasuh oleh Nabi Ibrahim dan Sarah hingga dikemudian datangnya hari kiamat dikembalikan pada orang tua mereka masing-masing, mereka juga dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati”.



أرواح ذراري المسلمين في أجواف طير خضر تسرح في الجنة يكلفهم أبوهم إبراهيم فيدل هذا أنهما خلقنا

وكذلك نص الشافعي عن السلف على أن أطفال المسليمن في الجنة

وجاء صريحا عن السلف على أن أرواحهم في الجنة كما روى الليث عن أبي قيس عن هذيل عن ابن مسعود قال : إن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر تسرح في الجنة حيث شاؤوا وإن أرواح أولاد المسلمين في أجواف عصافير تسرح بهم في الجنة حيث شاءت فتأوي إلى قناديل معلقة في العرش خرجه ابن أبي حاتم



Arwah para anak-anak orang mukmin berada pada perut burung-burung hijau di surga, mereka keluar masuk disurga berada dibawah asuhan Nabi Ibrahim AS, demikian juga pernyataan Imam Syafi’i dari sumber Ulama Salaf menyatakan sesungguhnya arwah anak-anak orang muslim berada disurga sebagaimana riwayat al-Layts dari Abu Qais dari Hudzail dari Ibn Mas’ud ra yang menyatakan :

“Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau yang digantungkan dalam lentera-lentera ‘Arsy, mereka dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati, sedang arwah para anak-anak orang mukmin berada pada perut burung-burung pipit, mereka juga dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati, mereka menempat pada lentera-lentera yang digantungkan di Arsy”.

Ahwaal al-Qubuur I/70



Wallaahu A'lamu Bis Showaab

TRADISI SESAJEN DALAM RITUAL KEAGAMAAN DAN MASYARAKAT

1. Haram, jika tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub ) pada jin,



2. Boleh, jika hanya bertujuan bersedekah untuk mendekatkan diri pada Alloh (taqarrub ilallah), selama tidak dilakukan dengan menyia-akan harta benda.



Catatan : Sebenarnya sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah tidak pantas dilakukan di tempat-tempat tadi, agar orang-orang awam tidak meyakini bahwa penghuni tempat-tempat tersebut memang dapat mendatangkan malapetaka kalau tidak diberikan sesajen, atau keyakinan-keyakinan lain yang bertentangan dengan syariat.



مسألة -ث : العادة المطردة فى بعض البلاد لدفع شر الجن من وضع طعام أو نحوه فى الأبيار أو الزرع وقت حصاده وفى كل مكان يظن أنه مأوى الجن وكذلك إيقاد السرج فى محل ادخار نحو الأرز الى سبعة أيام من يوم الإدخار ونحو ذلك كل ذلك حرام حيث قصد به التقرب إلى الجن بل إن قصد التعظيم والعبادة له كان ذلك كفرا-والعياذ بالله- قياسا على الذبح للأصنام المنصوص فى كتبهم.

وأما مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله ليدفع شر ذلك الجن فجائز ما لم يكن فيه إضاعة مال مثل الإيقاظ المذكور انفا, فإن ذلك ليس هو التصدق المحمود شرعا كما صرحوا أن الإيقاد أمام مصلى التراويح وفوق جبل أحد بدعة.

قلت : حتى إن مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله لا ينبغى فعله فى خصوص تلك الأماكن لئلا يوهم العوام ما لا يجوز إعتقاده.



“Tradisi yang sudah mengakar di sebagian masyarakat yang menyajikan makanan dan semacamnya kemudian diletakkan di dekat sumur atau tanaman yang hendak dipanen dan ditempat-tempat lain yang dianggap tempatnya jin, serta tradisi lain seperti menyalakan beberapa lampu di tempat penyimpanan padi selama tujuh hari yang dimulai dari hari pertama menyimpan padi tersebut, begitu pula tradisi-tradisi lain seperti dua contoh di atas itu hukumnya haram jika memang bertujuan mendekatkan diri kepada jin. Bahkan bisa menyebabkan kekafiran ( murtad ) jika disertai tujuan pemuliaan dan wujud pengabdian. Keputusan hukum ini diqiyaskan dengan hukum penyembelihan hewan yang dipersembahkan untuk berhala yang disebutkan oleh fuqaha dalam kitab-kitab mereka.

Adapun jika sekedar bersedekah dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah untuk menghindarkan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh jin tersebut maka diperbolehkan selama tidak dengan cara menyia-nyiakan harta benda, seperti tradisi menyalakan lampu yang baru saja disebutkan. Karena hal tersebut tidak termasuk dalam sedekah yang terpuji dalam pandangan syari'at, Sebagaimana ulama menjelaskan bahwa menyalakan lampu di depan tempat shalat tarawih dan di atas gunung arafah itu dikategorikan bid'ah.

Saya berkata : Bahkan sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Allah pun tidak pantas dilakukan di tempat-tempat ditempat-tempat tersebut, agar orang awam tidak salah faham,lalu meyakini hal yang tidak seharusnya diyakini .” (Bulghatut Thullab hlm. 90/91)

DALIL-DALIL QUNUT



Bismillaahirrahmaanirraahiim


Ketahuilah, bahwa membaca do’a qunut pada roka’at terakhir setelah ruku’ di dalam sholat fardlu seluruhnya adalah sunnah, bila telah turun kepada umat Islam suatu mushibah, atau marabahaya, atau bencana, atau yang semisalnya. Dan qunut semacam ini disebut dengan nama “Qunut Nazilah”.



Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, berkata :



كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ حِينَ يَفْرُغُ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ مِنَ الْقِرَاءَةِ، وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، ثُمَّ يَقُولُ، وَهُوَ قَائِمٌ : "اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ، وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِي يُوسُفَ، اللَّهُمَّ الْعَنْ لِحْيَانَ وَرِعْلاً وَذَكْوَانَ، وَعُصَيَّةَ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ "، ثُمَّ بَلَغَنَا أَنَّهُ تَرَكَ ذَلِكَ لَمَّا أُنْزِلَ : { لَيْسَ لَكَ مِنَ اْلأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ }. {رواه البخاري (٤٥٦٠)، ومسلم (٦٧٥)، وأبو داود (١٤٤٢)}. واللفظ لمسلم



“Adalah Rasulullah SAW, membaca ketika telah selesai dari sholat shubuh dari membaca Al-Qur’an, lalu beliau bertakbir, dan mengangkat kepalanya, (seraya membaca) : SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH, ROBBANAA WALAKAL HAMDU, beliau membaca (do’a qunut), sedang beliau dalam keadaan berdiri : “Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid, dan Salamah bin Hisyam, dan ‘Aiyyasy bin Abi Rabi’ah, dan orang-orang yang lemah dari golongan orang-orang yang beriman. Ya Allah, kuatkanlah kesengsaraan-Mu atas Bani Mudhor, dan jadikanlah kesengsaraan itu atas mereka seperti tahun-tahunnya Nabi Yusuf. Ya Allah, laknatlah Lihyan, dan Ri’lan dan Dzakwan, dan ‘Ushoiyyah yang telah bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya”. Kemudian telah sampai kepada kami (suatu berita), bahwasanya beliau SAW, telah meninggalkan (do’a melaknat) itu, tatkala telah diturunkan (Q.S. Ali Imran : 128) : “Tidak ada bagimu dari urusan mereka sesuatupun, atau Allah akan menerima taubat atas mereka, atau Allah akan menyiksa mereka, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dholim”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 4560, Muslim, No Hadits : 675, dan Abu Dawud, No Hadits : 1442). Dan redaksi hadits ini adalah milik Imam Muslim.



Imam Muslim rahimahullah, telah memasukkan hadits tersebut di dalam Kitab Al-Masaajid Wa Mawaadhi’i As-Sholat, pada bab ke-54, yaitu : “Bab sunnahnya qunut di dalam seluruh sholat, apabila telah turun kepada orang-orang Islam suatau nazilah”.



Dan Imam Abu Dawud rahimahullah, telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a, berkata :



قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلاَةِ الصُّبْحِ، فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ، إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ اْلآخِرَةِ، يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ. {رواه أبو داود (١٤٤٣)}. حديث حسن

“Rasulullah SAW, telah qunut selama sebulan berturut-turut di dalam sholat Dhuhur, dan ‘Ashar, dan Maghrib, dan ‘Isya’, dan sholat Shubuh, di belakang tiap-tiap sholat, ketika telah mengucapkan SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, dari roka’at terakhir, beliau berdo’a atas beberapa orang dari Bani Sulaim, atas Ri’lin dan Dzakwan dan ‘Ushoiyyah, dan orang-orang yang berada dibelakang beliau mengamininya”. (H.R. Abu Dawud, No Hadits : 1443).



Dan begitu pula sunnah membaca do’a qunut di dalam sholat shubuh setiap hari, dan sholat witir di pertengahan yang kedua dari bulan Romadlon. Dan kesunnahannya membaca do’a qunut di sini adalah termasuk sunnah ab’adh, sehingga apabila seorang musholli telah lupa membacanya atau sengaja meninggalkannya, maka sholatnya tetap sah, akan tetapi hendaknya ia melakukan sujud sahwi.



Dari Muhammad bin Siirin r.a, berkata :



سُئِلَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، أَقَنَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصُّبْحِ؟ قَالَ : نَعَمْ، فَقِيلَ لَهُ : أَوَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ؟ قَالَ : بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا. {رواه البخاري (١٠٠١)، ومسلم (٦٧٧)، وأبو داود (١٤٤٤)، والنسائي (١٠٦٧)}. حديث صحيح

“Anas bin Malik r.a, ditanya, apakah Nabi SAW, melakukan qunut di dalam sholat shubuh?, ia menjawab : “Ya”, kemudian dikatakan kepadanya : Apakah beliau qunut sebelum ruku’?, ia menjawab : Setelah rukuk’ secara ringan”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 1001, Muslim, No Hadits : 677, dan Abu Dawud, No Hadits : 1444, dan An-Nasa’i, No Hadits : 1067).



Dan adapun hadits-hadits shohih yang telah menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW, diperintahkan untuk meninggalkan do’a qunut di dalam sholat shubuh, maka menurut pendapat Imam As-Syafi’i dan yang lainnya adalah, bahwa Rasulullah SAW, tidak diperintahkan untuk meninggalkan qunut di dalam sholat shubuh secara mutlak, akan tetapi beliau hanyalah diperintahkan agar meninggalkan do’a melaknat kepada orang-orang yang telah bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya. Karena hal itu bukanlah termasuk urusan beliau SAW, namun merupakan urusan Allah SWT, secara mutlak. Sebagaimana keterangan di dalam surat Ali Imran ayat 128.



Imam An-Nawawi rahimahullah, di dalam kitab Al-Adzkar telah menyebutkan :



إِعْلَمْ، أَنَّ الْقُنُوتَ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ سُنَّةٌ لِلْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ فِيْهِ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : " أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا". رواه الحاكم أبو عبد الله في كتاب الأربعين، وقال : حديثٌ صحيحٌ.

Ketahuilah, sesungguhnya qunut di dalam sholat shubuh adalah sunnah, karena ada hadits yang shohih di dalamnya dari Anas r.a, : “Sesungguhnya Rasulullah SAW, tidak henti-hentinya melakukan qunut di dalam sholat shubuh, sehingga beliau meninggal dunia”. (H.R. Al-Hakim Abu Abdillah di dalam kitab Al-Arbain). Dan beliau berkata : Hadits ini adalah shohih.



Imam Ad-Daraquthni dan Al-Baihaqi di dalam kitab sunannya telah banyak meriwayatkan hadits tentang qunut di dalam sholat shubuh, dan salah satu di antaranya adalah dari Anas bin Malik r.a, berkata :



أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَيْهِمْ، ثُمَّ تَرَكَهُ، وَأَمَّا فِى الصُّبْحِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا. {رواه الدارقطني (١٦٧٦، و١٦٧٧)، والبيهقي (٣١٨٨)}. حديث حسن

“Sesungguhnya Nabi SAW, qunut selama sebulan, beliau berdo’a atas mereka, kemudian beliau meninggalkannya, dan adapun dalam sholat shubuh,

maka beliau tidak henti-hentinya melakukan qunut sehingga beliau meninggal dunia”. (H.R. Ad-Daraquthni, No Hadits : 1676, dan, 1677, dan Al-Baihaqi, No Hadits : 3188).



Beliau juga meriwayatkan dari Sa’id bin Abdul Aziz dengan sanad yang hasan, tentang orang yang telah lupa di dalam qunut sholat shubuh, ia berkata :



يَسْجُدُ سَجْدَتَي السَّهْوِ {رواه الدارقطني (١٦٨٥)}. إسنادُه حسنٌ

“Dia hendaknya sujud pada dua kali sujud sahwi”. (H.R. Ad-Daraquthni, No Hadits : 1685). Sanadnya hasan.



Dan adapun do’a qunut yang dibaca di dalam sholat witir dan sholat shubuh, maka para imam pemilik kitab As-Sunan telah meriwayatkannya dari Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib r.a, berkata :



عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ : اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ. {رواه أبو داود (١٤٢٥)، والنسائي (١٧٤١)، والترمذي (٤٦٤)، وابن ماجه (١١٧٨)}. وزاد النسائي : وَصَلَّى اللهُ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ



“Ya Allah, tunjukilah aku di dalam orang yang telah Engkau beri petunjuk, dan sehatkanlah aku di dalam orang yang telah Engkau beri kesehatan, dan urusilah aku di dalam orang yang telah Engkau urusi, dan berkahilah untukku di dalam sesuatu yang telah Engkau berikan, dan peliharalah aku pada keburukannya sesuatu yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau yang menetapkan dan tidak ditetapkan atas Engkau, dan sesungguhnya tidak ada yang menghinakan pada orang yang telah Engkau kuasai, dan tidak ada yang menguatkan kepada orang yang telah Engkau musuhi, Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau”. (H.R. Abu Dawud, No Hadits : 1425, dan An-Nasa’i, No Hadits : 1741, dan At-Tirmidzi, No Hadits : 464, dan Ibnu Majah, 1178). Dan An-Nasa’i telah menambahkan : WA SHOLLALLAAHU ‘ALAA AN-NABIYYI MUHAMMADIN”. (No Hadits : 1742).



Imam An-Nawawi rahimahullah, berkata :



وَفِي رِوَايَةٍ رَوَاهَا الْبَيْهَقِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ وَهُوَ ابْنُ عَلِيِّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إِنَّ هَذَا الدُّعَاءَ هُوَ الَّذِي كَانَ أَبِي يَدْعُو بِهِ فِي صَلاَةِ الْفَجْرِ فِي قُنُوتِهِ. وَرَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ مِنْ طُرُقٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَغَيْرِهِ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعَلِّمُهُمْ هَذَا الدُّعَاءَ لِيَدْعُوَ بِهِ فِي الْقُنُوتِ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ. وَفِي رِوَايَةٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْنُتُ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ وَفِي وِتْرِ اللَّيْلِ بِهَذِهِ الْكَلِمَاتِ. (المجموع شرح المهذب، ٣/٤٥٩



Dan di dalam suatu riwayat, Imam Al-Baihaqi telah meriwayatkannya dari Muhammad bin Al-Hanafiyah, dan ia adalah anaknya Ali bin Abu Thalib r.a, telah berkata : “Sesungguhnya do’a ini adalah yang ayahku berdo’a dengannya di dalam sholat shubuh di dalam qunutnya”. Dan Al-Baihaqi telah meriwayatkannya dari beberapa jalur dari Ibnu Abbas dan yang lainnya : “Sesungguhnya Nabi SAW, mengajarkan kepada mereka pada do’a ini, agar mereka berdo’a dengannya di dalam qunut dari sholat shubuh”. Dan dalam suatu riwayat : “Sesungguhnya Nabi SAW, adalah qunut di dalam sholat shubuh dan sholat witir malam hari dengan kalimat-kalimat ini”. (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, Juz 3/459).



Telah diriwayatkan dari Abu Rafi’ r.a, berkata : Umar bin Al-Khatthab r.a, telah melakukan qunut setelah ruku’ di dalam sholat shubuh, maka aku telah mendengarkannya, ia membaca :



اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ. اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،

وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمُ اْلإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ، وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُولِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوفُوا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلَهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ. (أخرجه البيهقي، أنظر في الأذكار النووية، وفي المجموع، ٣/٤٥٦

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan kepada-Mu, dan kami memohon ampun kepada-Mu, dan kami tidak kufur kepada-Mu, dan kami beriman kepada-Mu, dan kami tanggalkan orang yang menentang kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, dan bagi-Mu kami sholat dan bersujud, dan kepada-Mu kami berlari dan kami bergegas, kami mengharap rahmat-Mu, dan kami takut pada siksaan-Mu, sesungguhnya siksa-Mu yang dahsyat pada orang-orang kafir adalah bertubi-tubi. Ya Allah, siksalah orang-orang kafir yang telah menghalang-halangi dari jalan-Mu, dan menyiksa pada rasul-rasul-Mu, dan memerangi wali-wali-Mu. Ya Allah, ampunilah dosa bagi orang-orang mukmin dan mukminat, dan orang-orang muslim dan muslimat, dan perbaikilah urusan di antara mereka, dan lembutkanlah di antara hati mereka, dan jadikanlah di dalam hati mereka keimanan dan hikmah, dan tetapkanlah mereka di atas agama rasul-Mu SAW, dan ilhamilah mereka agar dapat memenuhi janji-janji-Mu yang telah Engkau janjikan

kepada mereka atasnya, dan tolonglah mereka atas musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh mereka, wahai Tuhannya kebenaran, dan jadikanlah kami termasuk dari golongan mereka”. (H.R. Al-Baihaqi, lihat Al-Adzkar An-Nawawiyah, dan Al-Majmu’, Juz 3/456).



Dan disunnahkan dalam membaca do’a qunut, bagi imam dan makmum dan bagi orang yang sholat sendirian, agar mengangkat kedua tangan. Akan tetapi tidak disunnahkan mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah setelahnya. Dan disunnahkan pula bagi imam, agar menggunakan shighot jama’ dalam berdo’a, dan makmum agar mengamininya.



Telah diriwayatkan dari Tsauban r.a, berkata ; Rasulullah SAW, telah bersabda :



لاَ يَؤُمُّ رَجُلٌ قَوْمًا فَيَخُصَّ نَفْسَهُ بِالدُّعَاءِ دُونَهُمْ، فَإِنْ فَعَلَ فَقَدْ خَانَهُمْ. {رواه أبو داود (٩٠)، والترمذي (٣٥٧)}. حديث حسن

“Tidaklah mengimami oleh seorang lelaki pada suatu kaum, lalu ia mengkhususkan pada dirinya sendiri di dalam do’anya tanpa mereka, jika ia melakukannya, maka sungguh ia telah berkhianat kepada mereka”. (H.R. Abu Dawud, No Hadits : 90, dan At-Tirmidzi, No Hadits : 357). At-Tirmidzi berkata : Ini adalah hadits hasan.

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila