TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Sabtu, 07 Juli 2012

TEKA TEKI SALIK SUDAH ANDA TEMUKAN , PASTI ANDA AKAN MENGALAMI ANTARA PERCAYA DAN TIDAK , antara yaqin dan tidak yaqin

KEBENARAN MUTHLAQ BERADA DUA PERKARA SALAH BENAR ,BAIK BURUK : DI ANTARA YAQIN DAN TIDAK YAKIN, ANTARA IYA DAN TIDAK IYA. TETAPI KALAU SUDAH YAQIN APABILA DI SEBUT NAMA ASLI-NYA MAKA BERGETARLAH HATINYA ....



Hendaklah saalik melintasi alam (dan bukan TERJEBAK pada alam / al-kaun ) untuk menuju kepada Yang Maha Pencipta, sesungguhnya AL-ILAH adalah tujuan yang benar dan yang pertama dan terakhir ...YANG JELAS ,,,





dalam diri saalik pasti akan mempunyai pertanyaan di saat penentuan karena Keadaan salik yang tidak dapat melepaskan diri dari alam & tidak pula mau menempati kata syirik kepada Al-Ilah ,inilah adalah perumpamaan seekor unta yang berputar mengelilingi batu penggiling bertahun'' berputar tak tentu yang dia cari , Walaupun jauh sekali dalam berjalan, tapi akhirnya kembali ke tempat asalnya dia berawal (bait al-muqoddas) untu menuju bait al-ma'mur sampai pada bait al-makhrum ..., kalau lalai dengan DIRI & SEKELILING bukankah ini perbuatan yang sia -sia dan apa yang kalian pelajari semakin jauh dari jalanNya serta membuang waktu dalam keraguan ....



Oleh karena itu, keluarlah dari perbuatan yang sia-sia itu dan masuklah ke dalam HADAYAH AL-IMAN Yang Maha Pencipta. Bagaimanapun untuk memasuki wujud tersebut terdapat banyak halangan dan penjara dalam kedudukan yang perlu dilalui, sebelum sampai ke MAQOM BILA MAQOMI / BAHRUL-LAHUUTI ,,, KENALILAH penjaranya DIRI



1- Yang pertama membebaskan diri daripada penjara alam jasad:



Penjara alam jasad adalah hawa nafsu. Di dalam penjara ini tersedia banyak hidangan yang lezat-lezat, seperti kekuasaan, kemuliaan, puji-pujian, tamak, loba, dengki, khianat dan sebagainya. Jika mau bebas daripada penjara ini perlulah menjauhkan diri daripada perkara yang tidak baik itu, perkara-perkara itu menjadi penghalang



2- Penjara kedua adalah dunia :



Penjara ini mengandung berbagai keindahan dan keseronokan yang menjanjikan keabadian yang palsu kepada salik. Penjara ini menghidangkan berbagai jenis nikmat yang seronok dan menggairahkan. Dengan lain kata inilah yang dikatakan penjara syahwat. Jikalau salik lalai dan panjang angan-angan, maka nampaknya tidak ada kemungkinan salik itu dapat bebas daripada penjara ini.





3- Penjara ketiga adalah akhirat.



Nampaknya hidangan-hidangan yang disediakan dalam penjara ini lebih enak daripada penjara dunia, di sini hidangannya adalah pahala, syurga dan bidadari yang cantik lagi menggoda. Rantai yang membelenggu dalam penjara ini adalah kehendak dan keinginan diri sendiri. Menganggap diri sendirilah yang melakukan segala sesuatu sama ada baik atau buruk....Bagaimanapun, kendaraan yang dapat membebaskan salik daripada penjara ini adalah ilmu, yaitu salik tidak memandang kepada perbuatannya tetapi adalah anugerah daripada Alloh SWT.



4-Penjara keempat adalah alam malaikat.



Inilah penjara alam Wujud yang terakhir. Hidangan yang terdapat dalam penjara ini adalah mendapatkan keramatan ,keampuhan dan kemuliaan di sisi Mahluk. Rantai yang membelenggu salik dalam penjara alam malaikat ini adalah sisa-sisa kehendak diri sendiri dan kesadaran tentang diri sendiri, Yaitu segala yang dilakukan adalah atas daya diri sendiri bukan karunia dari Alloh SWT.Untuk keluar dari penjara ini perlulah menghapuskan segala kehendak, keinginan, cita-cita dan angan-angan dengan menyadari bahwa salik adalah kosong, yang ada hanyalah Alloh semata-mata ....



5- Penjara kelima adalah ilmu Alloh SWT.



Ilmu Alloh SWT bukanlah alam namun tidak keluar dari alam, sebagaimana empat penjara yang sebelumnya, yang mana penjara-penjara tersebut adalah alam ciptaan Penciptanya. Ilmu Alloh adalah sesuatu yang bersangkutan dengan hal-hal keILAHIYAHAan itu sendiri.Hidangan yang terdapat dalam penjara ilmu ini adalah rahasia-rahasia yang ghoib-ghaib tentang hukum-hukum Alloh SWT. Dalam hal ilmu Alloh ini, salik dapat melihat pentadbiran (pengaturan) Al-Ilah yang menggerakkan alam dan semua kejadian yang berlaku di dalamnya. Ilmu Alloh sangat luas dan tidak Ada persamaanNya.Salik yang asyik dengan ilmu Alloh akan terpenjara di dalamnya buat selama-lamanya.



6- Penjara keenam adalah makrifatulloh.



Ini adalah penjara yang paling kuat dan sangat sulit untuk di lepas maka hati''lah,

ilmu Alloh dan makrifatulloh bukanlah alam, tetapi HAQ yang berkaitan dengan hal-hal keILAHIYAHAanNya sendiri, hidangan yang terdapat di sini adalah hakikat-hakikat ALAM SEMESTA akan tampak nyata jauh dekat sama, hal-hal yang rahasia-rahasia berkaitan keILAHIYAAan itu janganlah di sampaikan ....





SELAMAT MENGKAJI BIMBANG dalam CAHAYA PENENTUAN ........

AL-MINNATUL MAULAH .... SALAM KOPI LUWAK ,,, MAWOOON ...........

Jumat, 06 Juli 2012

MENNGKAJI MAKNA TERSEMBUNYI PADA LAFADZ ALLOH


Carilah oleh mu Wasilah yang bisa menenteramkan hati kamu,
 Ingatlah akan Awal & Akhir mu,
 Duduklah dengan Nabi mu disisi Al-Ilahmu dengan Tauhid MUTAJALI Kullih
 memperbanyakkan sholawat atas NUR ahmad karena sekalian  alam adalah  Untuknya
yang duduk dengan nya akan mendapan petunjuk jalan terang.
 Lihatlah akhir  pada para Sahabat nya semua,

 Kemudian kerahkan Aqal mu agar berlaku jujur pada pengertianNya,
 Pastikan hati mu ikhlas di dalam kehendakNya dan ketentuanNya
Bagaimana aku bisa mempersiapkan Al-Akhiroh ku Yaa washilata al-ruh

Kembalikanlah jiwa mu pada Penciptanya dengan istighfar,
karena tatkala itu Dia kan mendekap mu dengan penuh kasih dan sayang,
 Nafikan keberadaan Ad-Dunyamu karena Al-Dunya bukanlah sebab kamu diciptakan,

 Ad-Dunya itu tidak lebih dari satu sandiwara yang penuh kepalsuan belaka…
 tetapi sempurna penciptaannya karena al-dunya menepati hukum yang telah ditentukanNya
dan kesempurnaan sandiwaraNya telah menjebakmu sehingga dirimu lalai jalan kembali merdeka,
 Luruskan hatimu dalam Niat al-ubudiyah serta keluar dari sifat  al-basyariyah  yang tak Nyata
 karena di situ lah kamu akan menemukan Al-Akhiroh mu (Alloh) .....

Bukankah kamu sudah mengakui bahwasanya seluruh alam dan semua yang ada pada diriku dirimu
 itu adalah pinjaman semata-mata dari dzat Yang Maha Esa kenapa untuk melepas al-basyariyah sebagai penebus IMAN dirku dan dirimu berat ,,,, apakah ini ajaran jalan yang lurus yang cahayaNya mampu menembus tanpa melalui pintu dan meliputi seluruh ruang dan waktu ....?

 Apakah  kita masih merasa memiliki hati dan aqal  kita ?

 Apakah kita yang merasa menciptakan penglihatan dan pendengaran kita ?

 Apakah kita  yang merasa memiliki kekuatan kedua-dua tangan dan kaki kita ?

 Jika benar kita lah pemiliknya, mengapa kita semua  menjadi buta dan tuli  ?

Mengapa kita menjadi lemah setelah diri kita  itu dimakan lapuknya  usia ?

Hanyalah washilah keIMANan pada SAIYIDINA AHMAD ,,, kita menempati keABADIan

Dalam keBAQO’anNya ,,, ??? marilah cermati dalam AQAL yang selalu bersandar dalam ILMUNYA ...
....................................................................................................................................................



Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil dari pelajaran HIDUP apakah kita selalu sibuk mengurus urusan perut sehingga gak ada waktu kita untuk mengkaji hakikat alloh

Marilah kita bertanya  mengapa begitu banyak nama Alloh di ucapkan dalam al-qur’an & al-furqon ,  (bagi) Dzat yang maha Esa itu apa hikmahnya  bagi kita …?

Alloh, Dzat yang Maha Esa, berpesan:

“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaKu “

Maksudnya : Alloh itu namaKu dan Dzatku,?? Antara Nama,af’al ,sifat dan dzatKu tidak akan pernah berpisah , Antara Nama,af’al ,sifat dan dzatKu itu,, ia  satu (esa) dan tidak ada suatu apapun disisiKu.

Alloh Swt telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya sebagai petunjuk untuk seluruh umatNya, kemudian ditambah empat  kitab lagi  untuk para rosul terpilih.

Sehingga jumlah  keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun di dalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qurannul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLOH”. 

Begitu pula dengan kalimah Laa Ilaha Ilalloh, jika ditulis dalam bahasa arab ada dua belas  huruf, dan jika di kurangi  delapan  huruf pada awal kalimah Laa Ilaha Ilalloh, maka akan tertinggal  empat huruf saja, yaitu Alloh.

               
          INSAN KAMIL      


لا          اله          الا          الله  


SYARI’AT                    THORIQOT                                  HAQIQAT                     MA’RIFAT

                         


4 dari ALLOH  :

KHAYUN



  
  ا           ل           ل         ه







AF’AL                        ASMA                             SIFAT                             DZAT 





4 dari MUHAMMAD :

‘ALIIMUN

           ح           م           د م




SYUHUD                    NUR                              ‘ILMU                    WUJUD



4 DARI ADAM & HAWA :

                                                                        
اَ دَ مٌ                     حوآء

QODIRON

 4-MANIKEM            3-WADI                                   2- MADI                1- MANI

   


 MANUNGSO





Dan sebagai washilahNya tersimpan dalam huruf wawu :
              
MURIDUN 
    
 قهار      كمال       جلال     جمال





 1-BUMI                    2-BANYU                             3- ANGIN                      4- GENI

       


JISIM




1-NAFAS          2- TANAFFAS            3-ANFAS           4-NUFUS




1-QOLAM                   2- AQAL         3- NUR                     4-  RUH



Makna  kalimah ALLOH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun di kurangai  satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung makna dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah di ‘ADA’kan oleh Alloh Swt dalam bentuk yang paling sempurna.

ALLOH jika di bahasakan Arabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandainya kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu, atau huruf demi hurufnya.

1  -    jika di kurangi  huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa tiga huruf saja dan bunyinya tidak Alloh lagi, tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Alloh, dari Alloh, kepada Allohlah kembalinya segala makhluk.  

2 -  jika di kurangi  huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa dua  huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi, tetapi akan berbunyi Lahu (له) bermakna untuk / bagi  yang haq . Lahu Mafissamawati wal Ardli, artinya Bagi Alloh segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi....

3 -  jika di kurangi  huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa satu huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi, tetapi Hu, Huwal haiyul qoiyuum, artinya dzat Alloh yang hidup dan berdiri sendirinya.

Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya dzat,
Lafadz HU ini lebih sering di sebut dzomir  ... ini yang memperkaya kaidah makna makna yang di sembunyikan di balik marji’Nya (tempat kembali)
membahas tentang dzomir dzomir yang ada dalam al qur’an.

                 Dhomir mempunyai kata yang digantikan yang disebut isim zhohir (yang jelas) marji’ (tempat kembali) nya. Secara garis besar damir dibagi menjadi tiga antara lain:
1.      Orang pertama, menggunakan dhamir mutakallim.
2.      Orang kedua, menggunakan dhamir mukhottob.
3.      Orang ketiga, menggunakan dhamir ghoib.

Marji’ (tempat kembali) untuk dhomir mutakallim dan mukhottob sudah jelas diketahui maksudnya melalui keadaan yang melingkupinya. Sedangkan dhomir ghoib memerlukan ketentuan tersendiri untuk menelaah secara terperinci yang biasa disebut sebelumnya. Syech Ibnu malik dalam kitabnya at tashil mengatakan: “kaidah menetapkan, marji’ (tempat kembali) bagi dhomir goaib harus didahulukan. Marji’ adalah lafadz yang terdekat dengannya kecuali bila ada dalil yang menunjukkan lain”.

a.      Marji`

Dalam kaidah dhomir, dikenal istilah marji’ yakni tempat kembalinya  dhomir yang  di gunakan untuk menggantikan kata kata sebelumnya maupun sesudahnya. Ada beberapa tempat disebutnya marji’  dhomir dalam Al Qur’an antara lain:

1)      Kadang marji’ dhomir disebutkan sesudah dhomir.

فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى

Maka Musa merasa takut dalam hatinya. (QS. Thaha:67)

Marji’ dhomir yakni lafadz musa disebutkan sesudah dhomir (kata gantinya) yakni “hi” pada lafadz “nafsihi”.

2)      Marji’ dari dhomir terkadang tidak dijelaskan secara jelas, tapi difahami dari konteks kalimat.

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ۝ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

*  Semua yang ada di bumi itu akan binasa. *  Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.(QS. Al-Rohman:26-27)

Dalam contoh ayat diatas marji’ dari dhomir haa pada lafadz ‘alaihaa tidak di sebutkan dengan jelas, tetapi bisa kita melihat dari konteks ayat tersebut. Maksud lafadz عَلَيْهَا adalah على الارض, jadi dhomir haa marji’nya lafadz  ardhi.

3)      Marji’ terkadang kembali pada makna bukan pada lafadz

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Dan Alloh menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari air mani, Kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Alloh adalah mudah. (QS. Fathir: 11)

Dhomir haa dalam ayat tersebut tidak kembali kepada muammar sebelumnya, tetapi pada kata muammar yang lain.

4)      Kadang menggunakan dhomir jama’ padahal dhomirnya mutsanna (dua)

وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan Keputusan mengenai tanaman, Karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah kami menyaksikan Keputusan yang diberikan oleh mereka itu, (QS. Al-Anbiya`: 78)

                Dari ayat di atas, dapat dilihat bahwa Marji’ dhomir hum pada ayat tersebut kembali kepada daud dan sulaiman, menggunakan dhomir jama’ (hum) tapi marji’nya mutsanna (daud dan sulaiman)
Kaidah umum dalam hal ini tetaplah berlaku yakni marji’ suatu dhamir biasanya terletak sebelum dhomir tersebut. Contohnya dalam surat hud ayat 42:

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ

  Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
Marji’ dhomir hu pada lafadz ibnahu dalam ayat diatas sudah jelas yaitu nuh yang terletak sebelumnya.

Dhomir nya juga bisa menempati lafadz untuk menunjukkan tempat kembali ... misalnya :

Qul Huwalloohu Ahad., artinya dzat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Alloh. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya dzat.

Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLOH, ke bawah tiada berbatas dan ke atas tiada terhingga.

Perhatikan beberapa pengurangan-pengurangan di bawah ini:

Ketahui pula,,  jika pada kalimah ALLO H itu kita kurangi  Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (di pangkal dan di akhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).

Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas ke atas atau ke bawah tetapi hanya dibaca dengan titik.

Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri  dua  huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA’ (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Alloh tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafadz dzikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada ahlinya).

Selanjutnya dikurangi Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan dikurangi  huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa  dua  buah huruf di tengahnya, yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafi). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada), jika LAM ALIF itu di sebut huruf nafi (pentiadaan) maka membutuhkan huruf  ILLA (kecuali) yang berarti huruf penetapan karena setiap Nafi mengandung Itsbat, Itsbat mengandung Nafi tidak bisa terpisahkan Nafi dan Itsbat itu....

Selanjutnya jika di kurangi huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam maka di sebut AL-TA’RIF  (pengertian muthlaq) dan kedua huruf itu menunjukkan Dzat Alloh, maksudnya Makrifat  yang sesungguhnya dalam pengertian  yang mendalam, bahwa kalimah Alloh bukan NAKIRoH, kalimah Alloh adalah Makrifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLOH . kemudian jika di kurangi  tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).

Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U .A dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada dzat Alloh, begitu pula dengan bunyi I dan U, jika dipahami Ada dzat Alloh dan jika semua bunyi itu (A.I.U.A) Jika di ucapkan Adalah wujud pengakuan alam berarti segala bunyi/suara di dalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasut,malakut & jabarut yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada dzat Alloh. A.I.U.A  : AKU Iki IMAN , IMAN iku URIP ,URIP iku ALLOH, yang menjadi dasar musyahadah para sufi semuanya ....

Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLOH, nama dari dzat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada dua puluh delapan  huruf dan 2 huruf yang tersembunyi ...

Dengan demikian  jika kita melihat huruf Alif maka  kita telah melihat dua puluh lapan  huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Katsrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu, 
maka yang ada hanya satu saja,  yaitu satu dzat dan dari dzat itulah datangnya Alam beserta isinya.

Dari ayat- ayat akan tersusun al-furqon di kumpulkan  ke dalam Surotul Fatekhah, dan Surotul Fatekhah itu diringkas  pada lafad  Bismallah, dan lafadz Bismallah itu pun diringkas pada huruf BA’, dan huruf BA di ringkas pada titiknya (Nukthoh). Jika kita lihat dengan teliti maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal titik satu dan terlihat satu padahal titik itu banyak dengan berbeda’’ bentuk untuk tersusun sebuah kalimat yang berfaedah ...

WALLOOHU A’LAM ‘ALA QOULINAA .... BIJAAHI NABIYYINAL MUKHTAR ..AHMAD BILAA MIIM ....
BAROKALLOH FIIKUM ... YAA ROBBAL ‘AALAMIIN ...................

Kamis, 05 Juli 2012

ALAM MULKI / DIRI YANG TERLUPAKAN

Dalam tubuh setiap manusia itu terdapat istana-istana ALLOH (ALAM MULKI / istana). Kita harus memahami keberadaan istana-istana tersebut agar kita menjadi manungso sejati (manusia yang sejati). Dimana sajakah istana-istana dari ALLOH yang terdapat dalam tubuh kita? 



Istana dari ALLOH itu ada di tiga tempat dalam tubuh kita.

Ketiga tempat tersebut adalah:





1. Pertama di Baitul Makmur



Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Makmur. Itulah tempat kesenangan-KU. Tempatnya ada di kepala anak Adam. Dalam kepala anak Adam terdapat dimak yaitu otak. Diantara dimak/otak itu terdapat manik. Di dalam manik itu terdapat premana atau pranawa. Di dalam pranawa terdapat sukma. Dalam sukma ada rahsa. Dalam rahsa ada AKU. Tidak ada ALLOH, selain AKU.





2. Kedua di Baitul Muharram



Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU menata singgasana dalam Baitul Muharram. Itulah tempat Kesukaan-KU. Tempatnya ada di dada anak Adam. Dalam dada itu ada hati, yang berada diantara hati itu ada jantung. Dalam jantung ada budi. Dalam Budi ada jinem. Dalam Jinem ada sukma. Dalam sukma ada Rahsa. Dalam Rahsa ada AKU. Tidak ada ALLOH, selain AKU.





3. Ketiga di Baitul Muqoddas (rahim / thuruq)



 Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Muqoddas. Itulah tempat yang AKU sucikan dan berada pada kemaluan Anak Adam. Dalam kemaluan laki-laki itu ada pelir. Dalam pelir ada nutfah yakni mani, dalam mani ada madi . Dalam madi ada jalal & jamalKu dan di lubang turuq (rahim) ada wadi dan di dalam wadi ada manikem. Dalam manikem terdapat rahsa (kesah) dan didalam kesah ada kamal dan qohharKu . Dalam rahsa itu ada AKU. Tidak ada ALLOH, selain AKU. 



Dengan memahami keberadaan istana-istana itu, setidaknya kita bisa lebih meningkatkan tapa brata dan lelaku guna bisa lebih mendekatkan diri pada ALLOH.

Makhluk semua adalah dinding, dan kamu adalah dinding Alloh Yang Maha Nyata tidak terhalang darimu, DIA terhalang darimu olehmu sendiri, dan kamu terhalang dengan dirimu sendiri, dan kamu terhalang darimu dengan-NYA, maka pisahkanlah dirimu darimu, maka kamu akan menyaksikan-NYA

***Ketika hawa-nafsu dan Dirimu telah TIDUR SELAMANYA (hilang), maka akan terbuka bagimu dari pintu hakikat, kemudian sirna kehendakmu, lalu terbuka bagimu dari (sifat) wahdaniyyah (ketunggalan), maka tampak nyata sesungguhnya DIA itu adalah DIA, bukan dirimu***

***Ketika kamu masuki amal maka dirimu untukmu, dan ketika kamu masuki cinta maka dirimu untuk-NYA***


**HAKIKAT ILMU ADALAH SEGALA PENGETAHUAN YANG MEMBUATMU SEMAKIN DEKAT DENGAN ALLOH SWT, BUKAN PENGETAHUAN YANG MEMBUATMU SOMBONG DAN MERASA BISA**

Jika kamu mendekati-NYA dengan diri-NYA maka DIA akan mendekati dirimu. Dan jika kamu mendekatinya dengan dirimu maka DIA akan menjauh darimu
berhati-hatilah kalo menggenggam m

DALAM ISLAM SEORANG MUSLIM ITU MEMPUNYAI QIBLAT MASING'' SEDANG QIBLAT SEORANG MU'MIN HAQ DALAM SEMBAHYANG (munajah billah) itu


1) Qiblat tubuh

2) Qiblat hati

3) Qiblat nyawa



1) Adapun qiblat tubuh itu atau qiblat dada (shodrun) itu adalah hakikat ka'bah



دون الكعبة في المكة



maka semua orang yang sembahyang hendaknya mengadapkan qiblat ini.

Jikalau tidak qiblat ini maka tidaklah SAH sembahyangNya karena telah keluar dari arah'' UBUDIYAH RUBUBIYATI AL-WAHDAH karena di dalam dada itu adalah qiblatul MU'MIN



قال النبي صلي الله عليه وسلم واعلموا ان الصلاة يتوجه لاجل القبلة اي من صلي بغير القبلة لم تصح صلاته لأن الصلاة يتوجه للقبلة والقلب يتوجه للقبلة دون القبلة في الكعبة اي الكعبة في المكة لأنهما حجر من صنع ابراهيم



Sabda rosululloh SAW:

Katahuilah sesungguhnya sholat itu menghadap qiblat ,barang siapa yang solat tanpa menghadap qiblat maka sholatnya seseorang itu hukumnya batal (tidak sah) ,karena sesungguhnya sholat itu menghadap kearah qiblat dan hati menghadap alloh bukan arah qiblatnya ka’bah (ka’bah yang dimekah) artinya ka’bah & mekah itu letak batu perjanjiannya nabi ibrahim as



ومن صلي مستقبل القبلة الكعبة في المكة بطلت صلاته حق عند الله لاءخراج عبودية الربو بية من اجل القبلة



Barang siapa yang sholat menghadap qiblat (ka’bah & mekah) maka batallah sholat nya orang itu secara yaqin menurut alloh ,karena sholatnya seseorang itu telah keluar dari penyembahan LILLAH WABILLAH karena telah keluar dari arah qiblatnya alloh.



وقبلة الطريقة مناجة علي المعبود وقبلة المعرفة في القلب كما قال الشيخ ابو يزيد البشطمي رضي الله عنه نفسه الصلاة نية دون الوهم والحيال دون العقل بل هو جواهر الاولي يؤتي من الدنيا الي دار الاخرة



Adapun qiblatnya ahli thoriqoh itu munajah dengan alloh .

Adapun qiblatnya orang ma’rifat itu didalam hati seperti penjelasannya syeich abu yazid al busthomi ra tubuhnya sholat itu niat bukan angan-angan cipta juga bukan aqal akan tetapi niat itu buah (hidayah) pertama yang diberikan dari dunia sampai akhirat





وقال النبي صلي الله عليه وسلم يصلي في الكعبة ولم يستقبل الكعبة ولاخراج عبوديته من اجل الكعبة الا قبلة الوحدة الله بانحصار جميع الاعضاء في حضرة مولاه



Sabda rosullulloh SAW:

Aku sholat didalam ka’bah dan tidak menghadap ka’bah,karena keluarnya sholatku karena menghadap ka’bah dan qiblatku hanya pada keESAan allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada ILAHQ



.Maka hendaklah dadanya,segalanya anggotanya,urat,daging,darah,tulang semua segala anggotanya sebab difardhukan oleh Alloh Taala segala orang islam mengadapkan dia maka sah sembahyangnya.



2) Qiblat Hati: Adapun qiblat hati itu kepada Al-Ilah Ka'abah Alloh

kita hendakNya beriitiqad Alloh Ta'ala tidak dikanan,tidak dikiri,tidak dihadapan,tidak

dibelakang,tidak diatas,tidak dibawah bahkan tidak ditentukan pada suatu tempat karena DIA meliputi alam selian ( Ahadun Wa Shomadan )



seperti firman Alloh

( والله محيط عن العالمين )



artinya- Alloh meliputi pada seluruh alam.



Firman Alloh



( وهو معكم انما كنتم )



artinya- Alloh menyertai kita semua dimanapun MAHLUK berada

,jikalau demikian itu nyata (MUTAJALIYAH) bahwa Alloh itu tidak ditentukan akan tempat / bersandar / duduk di kursy & arsy inilah yang dikehendaki dengan Qiblat hati MU'MIN ...



3) Qiblat nyawa: Adapun Qiblat nyawa itu pula sentiasa ia tidak berpisah dengan AL-ILAH baik dalam prasangka & kenyataan karena semua itu anugerah oleh Al-Ilah yang di ikat dengan 7 sifat hayat mengantarkan kepada kita semua selembar nyawa kita maka hiduplah kita dalam selubung haiyulloh

dengan yang hidup maka dihantar pula ilmu kepada TAJALLI pada NUR AHMAD LIAJLI ROBBIH ,,, LAA YA'LAMU HUA ILLA HUA ,,,



وقبلة الحقيقة الله هوالذي ليس متوجها لان عبادته راجع الي كنهية اي في عبوديته ولم يسجد لان نفسه كدران البحر اي كمن غرق في بحر اللهوت



Adapun qiblatnya orang haqiqat itu kepada allah karena alloh itu dzat yg tidak bertempat dan arah ,karena ibadahnya orang haqiqat itu semuanya kembali pada adanya dzat yang artinya di dalam ibadahnya orang haqiqat itu tidak ada sujud ,karena tubuhnya orang haqiqat itu di umpamakan garamnya samudra artinya ibadahnya seperti orang yang tenggelam di samudra yang tiada bertepi



Sesunggguhnya Hati kita melihat maka mengertilah kita dengan yang awal & akhir pengetahuan,maka anugrahkan pula Qudrot kepada

anggota kita maka kuasalah kita dengan kuasanya



والله علي كل شئ قدير



,kemudian di anugrahkan pula IrodahNya kepada keinginan (budi & nafsu) maka kita bisa merasakan kehendakNya wujud keinginan kita dibawah kehendakNya.



selanjutnya di anugrahkan pula Sama' kepada telinga kita maka mendengarlah kita dengan pendengaranNya





ان الله علي كل شئ عليما





,Kemudian di anugrahkan pula Bashiroh kepada mata kita maka melihatlah kita dengan penglihatanNya





والله علي كل شئ بصيرا



kemudian Dianugrahkan pula Kalam kepada kita maka berkata-katalah kita

dengan SabdaNya

وكلم الله موسي تكليما



لايتكلمون الا من اذن له الرحمن وقال صوابا



....

kemudian di talqin bai'atlah kita dengan talqin musyahadah pada i'tikad kita dengan sabdaNya



ألست بربكم قالوا بلى شهدنا



"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (QS.AL-ARAF 172)



inilah Alloh Ta'ala.Apabila engkau ketahui hal yang demikian maka hendaklah

engkau ketahui fana'kanlah dirimu itu segala perbuatanmu itu diliputi Af’al Alloh

semata-mata alloh sendiri



والله خلقكم وما تعملون



maka hapuslah,karamlah,lenyaplah sifat itu didalam sifat

Alloh.dan hanya sifat Alloh semata uang ada tidak sedikitpun sifat Insan, kemudian sirnakanlah dzat sifat,af'al dan asmamu semata'' haq muthlaq bil ithlaq milik alloh.



di dalam sholatmu adalah ikhromNya

di dalam fathikhahmu adalah munajahNya

di dalam Ruku'mu adalah IbdaLNya

di dalam Sujudmu adalah Mi'rojNya

di dalam tasyahudmu adalah MinnahNya

Dalam kesempurnaanNya semata ...





Ketahuilah olehmu bahwasanya jalan kepada Allah Taala itu 4 jalan



1) Jalan Syariat

2) Jalan Thoriqot

3) Jalan Ma'rifat

4) Jalan Hakikat



Adapun syariat itu adalah ucapan para nabi & rosul

Thoriqot itu perbuatan para Nabi & rosul

Ma'rifat itu pengertian rahasiaNya.

Hakikat itu kenyataanNya SEMATA



Adapun istana syariat itu lidah,

Istana tarikat itu hati,

Istana Ma'rifat itu adab para Nabi & rosul

Istana Hakikat itu RUH yang Meliputi pada seluruh alam inilah di namakan 4jalan selamat (ISLAM KAFFAH) Maka hendaknya kita mengerti dan kenal dengan hati kita masing-masing .

Dimulai dari syari'at itu kerja tubuh,thoriqat itu kerja aqal,ma'rifat itu kerjanya hati fu'ad hakikat itu kerja hati sanubari (lubbun)



SALAM SORE SEMUANYA ,,,,,,, MENGAWALI SORE YANG PENUH BERKAH AMIIN ... BAGI YANG KURANG TRIMA DENGAN INI BIKIN CARA SENDIRI & CARI GURU SENDIRI AJA YAA ,,, BUKA LAGI QUR'ANNYA ... DAN HADITS KITAB-NYA yang MEMUJA KA'BAH DI MEKKAH YA MONGGO ,,,

PENGERTIAN TAJALI ASMA',AFA'L & SIFAT SERTA DZAT

TAJALLI ASMA' :



Mengerti dan memahami NAMA'' ALLOH yang 99 serta nama'' alloh yang meliputi sekalian alam beserta isinya ....



TAJALLI AF'AL :

Mengerti bahwasanya HANYA dengan gerak alloh semua mahluk bisa bergerak dan beraktifitas ...



والله خلقكم وما تعملون



sesungguhnya alloh yang mengADAkan kita semua (alam semesta) dengan apa yang kita lakukan



dan menjadi rujukan RUKUN IMAN TENTANG IMAN DENGAN QODO' DAN QODAR yang pengertianNya bahwasanya perkara yang ADA baik dan buruk semuanya telah di tentukan oleh alloh sejak zaman azali ... namun manusia yang berakal di ajarkan untuk selalu belajar dan belajar ... dari mulai lahir sampai ke liang lahat ....



TAJALLI SIFAT : Mengerti tentang pemahaman SIFAT'' ALLOH yang WAJIB WUJUDNYA yang secara tertulis di ajarkan ada 20 sifat wajib dan 20 sifat mustahil selain sifat'' yang tersembunyi yang selalu meliputi seluruh alam semesta :



Sifat Alloh yang Wajib bagi Alloh.



1.Wajib………………………… WUJUUD = Ada.

Disebut = Sifat Nafsiyah (Tentang Dzat Alloh).

Mengapa Allah bersifat WUJUUD?.



Karena Alloh bersifat =



2.Wajib………………………… QIDAM = Dahulu.

3.Wajib………………………….BAQOO = Kekal.

4.Wajib……Mukhoolafatu lil hawadits(i)= Unik / tidak menyerupai mahluknya.

5.Wajib………QIYAAMUHU BI NAFSIH(I)……… ……………………..= Berdiri dengan sendirinya.

6.Wajib…………………….WAHDANIYAh = Esa.

Disebut = Sifat Salbiyah (Diluar Pemikiran Manusia).



Mengapa Alloh bersifat 1, 2, 3, 4, 5 & 6 ?.

Karena Alloh bersifat=



7.Wajib…………………………QUDRAT = maha Kuasa.

8.Wajib………………………….IRADAT = maha berkehendak

9.Wajib……………………………..ILMU = maha tahu .

10.Wajib…………………………HAYAA = maha Hidup.

11.Wajib…………………………SAMA’ = maha Dengar.

12.Wajib…………………………BASHOR = maha meLihat.

13.Wajib……………………….KALAAM = maha berBicara.

Disebut = Sifat Ma’ani. (Didalam Pemikiran Manusia).

(Tetapi, TIDAK bisa dimaknakan / artikan dengan kata'').



Mengapa Alloh bersifat 7, 8, 9, 10, 11, 12 & 13 ?.

Karena Alloh juga bersifat ma'nawiyah =



14.Wajib…………………QOODIRUN = Penguasa.

15.Wajib…………………..MURIIDUN = Penentu.

16.Wajib………..’AALIMUN = Pemilik&Awal Tahu.

17.Wajib…………HAYYUN = Pemilik&Awal Hidup.

18.Wajib………SAMII’UN = Pemilik&Awal Dengar.

19.Wajib………BASHIIRUN = Pemilik&Awal Lihat.

20.Wajib..MUTAKALLIMUN = Pemilik&Awal Bicara.

Disebut = Sifat Ma’nawiyah. (Didalam Pemikiran Manusia).

(dan bisa dimaknakan).

Sifat Alloh yang Mustahil bagi Alloh =

1.Mustahil Tidak Ada (Mustahil Tidak Wujud).

(Sifat Nafsiah = Tentang Dzat Alloh).



2.Mustahil Tidak dahulu (Mustahil Didahului Tiada).

3.Mustahil Tidak Kekal (Mustahil Binasa).

4.Mustahil Tidak Unik / tidak sama dengan mahluknya (Mustahil Sama dg Baru).

5.Mustahil di-berdiri-kan.

6.Mustahil berbilang-bilang. (Sifat Salbiyah = Diluar Pemikiran Manusia).

7.Mustahil Tidak Kuasa.

8.Mustahil Tidak Tentu.

9.Mustahil Tidak Tahu.

10.Mustahil Tidak Hidup.

11.Mustahil Tidak Dengar.

12.Mustahil Tidak Lihat.

13.Mustahil Tidak Bicara.

(Sifat Ma’ani = Dalam Pemikiran Manusia, tetapi tidak bisa dimaknakan).

14.Mustahil Bukan Yang Kuasa.

15.Mustahil Bukan Yang Tentu.

16.Mustahil Bukan Yang Tahu.

17.Mustahil Bukan Yang Hidup.

18.Mustahil Bukan Yang Dengar.

19.Mustahil Bukan Yang Lihat.

20.Mustahil bukan Yang Bicara. (Sifat Ma’nawiyah = Dalam Pemikiran Manusia, dan bisa dimaknakan).Sifat Alloh yang Ja’iz bagi Alloh = Tidak ada yang memerintah Tidak ada yang melarang.Jadi kalau ditotal = 20 Sifat Wajib + 20 Sifat Mustahil



1 Sifat Ja’iz Sub-totalnya = 41 AQO’IDUL IMAN.Wajib I’tikad bagi manusia bahwa =



1.Mustahil bagi Alloh berkewajiban untuk membuat alam seluruhnya. ………………………………………….. ………………

2.Wajib bagi Alloh tidak mengambil manfaat untuk diri-Nya, atas perbuatan-Nya, dan atas hukum-Nya.

3.Mustahil bagi Alloh mengambil manfaat untuk diri-Nya, atas perbuatan-Nya, dan atas hukum-Nya. ………………………………………….. ……………..

4.Wajib bagi makhluk tidak memberi bekas (atsarun) ……….. dengan kekuatan makhluk sendiri.

5.Mustahil bagi makhluk memberi bekas…………… dengan kekuatan makhluk sendiri. ………………………………………….. ………………

6.Wajib bagi makhluk; merupakan sesuatu yang dahulunya tidak ada.

7.Mustahil bagi makhluk merupakan sesuatu yang dahulunya sudah ada. ………………………………………….. ………………

8.Wajib bagi makhluk tidak memberi bekas……….. dengan tabi’at makhluk sendiri.

9.Mustahil bagi makhluk; memberi bekas……………

dengan tabi’at makhluk sendiri.Jadi,…………

41 Aqo’idul Iman ditambah 9 Wajib I’tikad Bagi Manusia



Totalnya = 50 AQO’IDUL IMANMasuk kedalam LAA ILAAHA ILLALLOOHU & LAFADZ ALLOHU AKBAR ,,,



PENGERTIAN tentang



“Al-Azzaliyyah pada hakikatnya hanyalah al-Abadiyyah (Keabadian), di mana antara keduanya tidak ada pembatas apa pun. Sebagaimana Awwaliyyah (awal) adalah juga Akhiriyyah (akhir) dan akhir adalah juga awal.



Demikian pula lahir dan batin, hanya saja suatu saat Dia menghilangkan Anda dan suatu saat menghadirkan Anda dengan tujuan untuk memperbarui kelezatan dan melihat penghambaan (’ubudiyyah). Sebab orang yang mengetahui-Nya melalui penciptaan makhluk-Nya, ia tidak akan mengetahui-Nya secara langsung. Sebab penciptaan makhluk-Nya berada dalam makna firman-Nya, ‘Kun’ (wujudlah). Sementara mengetahui secara langsung adalah menampakkan kehormatan, dan sama sekali tidak ada kerendahan.”



al-faqir jelaskan Makna dan ucapan an-Nurii, “mengetahui-Nya secara langsung,” ialah langsung dengan yakin dan kesaksian hati nurani akan hakikat-hakikat keimanan tentang hal-hal yang ghaib.



melanjutkan penjelasannya pengertian ANNURI : Makna dari apa yang diisyaratkan tersebut – hanya Alloh Yang Maha tahu bahwa menentukan dengan waktu dan perubahan itu tidak layak bagi Alloh swt.

Maka ketentuan alloh terhadap apa yang telah terjadi sama seperti apa yang bakal terjadi karena janji alloh itu takkan pernah di INGKARI . Pada apa yang telah Dia firmankan sama seperti pada apa yang bakal Dia firmankan.



Sesuatu yang dekat menurut Dia sama seperti yang jauh, begitu sebaliknya, sesuatu yang jauh sama seperti yang dekat. Sedangkan perbedaan hanya akan terjadi bagi makhluk dari sudut penciptaan dan corak dalam masalah dekat dan jauh, benci dan senang (ridho), yang semua itu adalah sifat makhluk, dan bukan salah satu dari Sifat-sifat al-Haq swt. dan hanya Alloh Yang Maha tahu-.



INILAH PUJI QADIM BAGI QADIM

Ma'rifat dan kedekatan Alloh dengan hambanya:

Alloh umpama Kapas

Roh umpama benang

Hamba Umpama Kain



Jadi Terhijabnya hamba dengan alloh seperti

kain tidak mengenal kapas seperti benang tidak mengenal kapas.

pertanyaan apakah ada tempatnya kapas tidak di dalam kain tidak juga diluar kain tidak juga di kanan juga tidak dikiri tidak juga diatas tidak juga dibawah kain tetapi mesra mulai titik BI KAANA FA YAKUUNU KULLU 'AALAMI FII AZALINYA ..sebenar2nya kain adalah melulu kapas.. kain dan benang hanya nama saja... serupa tidak sebanding....



dan disaat mana kita .. menyaksikan alloh disaat didalam kandungan.dan dcisaat ma'rifat dan disaat mau berpulang kerohmatulloh. jelaslah kalau kita tdk mengenal alloh jelaslah dia tidak hadir juga tidak disaat sakarotul maut ? ILLA MAA SYAA ALLOH



Sesuatu tidak di kenal akan mustahil bisa dingat... baik di dunia maupun di akhirat atau di sembah atau penyaksian.. berarti hanya IMAN dalam Sangkaan belakaa tau hayal sedangkan alloh sifatnya adalah HAKIKAT NUR MUHAMMAD sedangkan ADAM asma & af'alNya tidak sekutu bagi asma' af'al sifat serta dzatnya .....



PENYAKSIAN :



SYARI'AT : HAMBA PADA HAMBA



THORIQOH : MAHLUK PADA ALLOH



MA'RIFAT : ALLOH PADA MAHLUK



HAKIKAT : HUA BI HUA ...



WALLOOHU A'LAM WAYARKHAM BISYARRIHI WA KHOIRIHI ,,,, TRIMO KAREPMU GAK TRIMO YO SAK KAREPMU JIK KURANG TRIMO TAK CULEK MATAMU ,,,,,,

HATI-HATI TERJEBAK PADA JALAN YANG TAMPAK

~#[ Jangan keblinger dengan Cahaya atau bentuk Cahaya lahiriyah. Cahaya batin sangat erat dengan kebeningan batin. Ia tidak ada rupa dan warna yang tercetak. Melainkan pancaran Cahaya keyakinan total kepadaNya ]#~

~=[ Kalau kita menempatkan Alloh sebagai sesuatu yang Maha segalanya, jangan kita lupa bahwa Dia juga Maha Nyata, lebih nyata dari apapun. Dengan demikian maka kita semua diberi kesempatan untuk melihat dzat Yang Maha Nyata, sebagai bagian dari karunia-Nya ]=~

KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN

~=[“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka aku ciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku”. Tuhan menciptakan makhluk supaya mengenal Dia dengan sebenar-benar kenal, berhubungan dengan mesra, terus menerus berdialog dengan Tuhan agar kita terus terbimbing kejalan-Nya"]=~

~=["Namun kebanyakan manusia menyebut ke MAHA NYATAAN Alloh itu hanya sebatas buah bibir yang penuh dengan keragu-raguan. Dalam QS 41 Fushilat 54 dijelaskan : "Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang Pertemuan dengan Al-Ilah mereka.”]=~

ANA FII DZONNI 'IBAADI

~=[Di hadits qudsi menyebutkan “Aku (Alloh) menuruti dalam sangkaan hamba-Ku kepada-Ku]=~

~=[ Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan hal-hal yang bukan bagianmu? Perlu diingat, waswas (godaan) syetan yang terus menggoda ke alam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Alloh Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda]=~

Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.

~=[manusia memasuki dunia tanpa waktu, karena kemarin, hari ini dan esok sirna dalam HATI, dan yg ada hanya waktu bersama Alloh, itulah Iman kepada hari akhir. Sudahkah kita seperti itu? perbarui perbarui perbarui]=~

~=[Walau ia berada ditengah makhluk, ditengah perubahan ruang dan waktu, tetapi jiwanya tanpa ruang dan waktu. Tak tergoyahkan tak terpalingkan dari apapun walau zaman menggulungnya. Karena Ia bersama Alloh disana.

~=[Berdzikir kepada Alloh Dalam keabadianNya adalah sebuah ekspresi dari Liqo'Alloh ( bertemu Alloh )
Setelah harapannya tercapai dan ia mewujudkan dalam setiap waktu bersama-Nya, dimana dan kapan saja dengan panggilanNya]=~

~=[Segalanya adalah dzikir, namun segalaNya adalah dzaakir wa Al-Madzkur ( yg didzikiri, Alloh Ta'ala ) Kemanapun ia menghadap disanalah wajah Alloh]=~ —

AKU ADALAH RAHASIA WUJUD INSAN BEGITUPUN SEBALIKNYA

Otak adalah merupakan bentuk kekuasaan Alloh atas manusia, yang mana manusia diwajibkan berfikir dan berkontemplasi untuk menyatakan sebagai wakil Alloh (kholifah) maka dengan itu otak harus sesuai dengan kehendak-kehendak Alloh (perintah Alloh).

Begitu pula dengan raga manusia termasuk kedalam derajat terendah, sementara ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini ialah manusia mesti mengemban beban amanat pengetahuan tentang Alloh.

Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan. Sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat. Kekuatan ini melalui esensi sifat-sifat ruhnya, bukan melalui raganya 

Karena, ruh manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya. Demikian pula, jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya.

Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, termasuk semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat "dua tangan-Ku". Karena
masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.

Al Qiyaamah ayat 14:"akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14). Kata bashiroh ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku". Wujud "Aku" yang memiliki sifat tahu yang memperhatikan dirinya atas perilaku hati, kegundahan, kebohongan, kecurangan, serta kebaikan ...

الانسان سري وانا سره

واذا نظر الحق نظر الاسماء واذا نظر الاسماء نظر الصفات واذا نظر الصفات نظر الارواح واذا نظرالارواح نظر الحق تعلي بلا شك

Ia tidak pernah bersekongkol dengan perasaan dan pikiran, ia jujur dan suci, sehingga manusia, setan dan jin tidak bisa menembus alam ini karena ia sangat dekat dengan Alloh, sekalipun manusia itu jahat dan kafir. Adalah pernyataan Alloh atas pengangkatan sebagai wakil Alloh, sehingga Alloh menyebut tentang "Aku" ini sebagai ruh-Ku. Sebagai penghormatan yang maha tinggi seperti penghormatan Alloh terhadap Baitulloh ...


وكلما يبين لك الا اذا خرجت عنك وكلما أخلصت يكشف لك أنه هو لا انت تستغفر منك

wamaa yubayyinu laka taukhiduka illa idza khorojta 'anka , wakullamaa akhlishta yaksyifu laka annahu huwa laa anta tastaghfiru minka


~=[Dan tauhidmu itu tidak akan bisa nyata bagimu kecuali kamu keluar dari dirimu sendiri]=~


~=[Ketika kamu dapat melepaskan dirimu darimu, maka akan tampak bagimu bahwa sesungguhny DIA adalah DIA, bukan dirimu yang mohon ampunan darimu]=~

MUTIARA TERSEMBUNYI DI BALIK HADIS YANG TERBUANG (mengenang pesan syaikh imam al-bukhori DARI imam syafi'i )

“Aku telah hafal dari Rasululloh dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thobroni)



Hadist di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang yang tidak senang dengan Ilmu Thoriqot - ma'rifat - haqiqat ???



Karena ilmu itu memang amat rahasia, sahabat nabi saja tidak diizinkan untuk menyampaikan secara umum, karena ilmu itu harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi (bai'at petala nabi ibrohim) , dari nabi izin itu diteruskan kepada Kholifah nya terus kepada para Aulia Alloh sampai saat sekarang ini.



Jika ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang belum berbai'at dzikir HAQ atau “disucikan” dengan menetapi



موتوا قبل انتموتن





MATIO SIRO KABEH INGDALEM SAK DURUNGE DEN PATENI



mengutip penjelasan syair al-Imam asy-Syafi'i



إن الفقـيه هو الفقـيه بفعـله * ليس الفقـيه بنطـقه و مقاله

وكذا الرئيس هو الرئيس بخلقه * ليس الرئيس بقومه و رجاله

وكذا الغـني هو الغـني بحاله * ليس الغـني بملـكه و بماله



Sesungguhnya orang yang faqih itu adalah dinilai dengan perbuatannya Bukanlah orang yang faqih itu dinilai dengan ucapan dan perkataannya



Begitu juga pemimpin itu adalah dinilai dengan kemuliaan akhlaknya Bukanlah pemimpin itu dinilai dengan banyaknya pengikut dan pembela-pembelanya



Begitu juga orang yang kaya itu adalah dinilai dengan keadaan (kedermawanan)nya Bukanlah orang yang kaya itu dinilai dengan banyaknya harta bendanya



Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 97

فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح

فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح

Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih danjuga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.



Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan taqwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik? Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47



sebagaimana telah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ala, orang-orang yang cuma Ahli Syariat semata-mata, maka sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu jenis kedua ini yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah dlolalah.



Dan mereka ini mempunyai I’tiqod bahwa ilmu yang kedua tersebut jelas diingkari oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakikat ilmu yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang pertama artinya ilmu Thoriqot itu intisari dari Ilmu Syari’at ....



الشريعة لك حتي تطلبه منه والحقيقة له حتي تطلبه به له تعالي حيث لا حين ولا اين

فالشريعة لها حدود وجهات والحقيقة لا حد ولا جهات



ASYARI’ATU LAKA HATTA TATHLUBUHU MINHU. WAL HAQIQOTU LAHU HATTA TATHLUBUHU BIHI LAHU TA'ALA HAITSU LAA HIINA WA LAA AINA. FAS SYARI’ATU LAHAA HUDUUDUN WA JIHAATUN, WAL HAQIQOTU LAA HADDA WA LAA JIHATA.






GELEM KUNU GAK GELEM YOO WES TAK PANGANE DEWE ,,,,, SINAMBI NGOPI ,,,

SELINGAN ......... BIAR GAK TEGANG ... TERTIPU KEBODOHAN SENDIRI ...

Seorang turis dari Siberia, sebuah daerah dekat kutub utara berkunjung ke Indonesia dalam rangka mengisi masa liburannya. Ini kunjungan pertama kali dia ke luar negeri, dan negara yang ingin dikunjunginya adalah daerah tropis yang terletak di khatulistiwa dengan ciri khas mengalami musim panas sepanjang tahun dan tentu amat berbeda sekali dengan negeri asalnya yang sepanjang tahun diliputi musim dingin.

Sebelum berkunjung ke Indonesia dia sudah mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Indonesia, seluruh pengetahuan tentang Indonesia, baik karakteristik masyarakatnya yang ramah tamah, makanan khas serta berbagai jenis buah-buahan dipelajari dengan sempurna, tentu dia sudah merasa yakin sekali pengetahuan tentang Indonesia sudah sangat sempurna menurut dia.

Salah satu yang membuat dia penasaran dan ingin sekali menikmatinya adalah buah manggis yang diceritakan sebagai buah amat manis rasanya, berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bentuknya seperti buah apel namun manisnya beratus kali lipat lebih manis dari apel.

Dia menginap di sebuah hotel, hari pertama kedatangannya langsung memesan sekeranjang buah manggis kepada pelayan hotel, setelah menerima pesanannya kemudian dia bertanya kepada pelayan hotel:

“Benar ini buah manggis yang terkenal sangat manis itu?”,

“Benar tuan, inilah buah manggis” jawab pelayan hotel.

Kemudian turis tadi membawa buah manggis itu ke kamarnya, dengan tidak sabar langsung dia memakan buah manggis seperti memakan buah apel, yang dimakan adalah kulitnya, dan tentu saja sangat pahit rasanya, dia langsung memuntahkannya. Kemudian dia panggil pelayan hotel, sambil marah-marah: “anda telah menipu saya, ini bukan buah manggis”

Dengan gugup pelayan hotel menjawab: “benar tuan, inilah buah manggis, kenapa tuan ragu?”

Dengan wajah kesal turis itu berkata: “Kalau benar ini buah manggis, berarti penipu semua orang Indonesia, penipu profesor yang ngarang buku tentang manggis, katanya manis dan enak, ini kok pahit?”

“gimana cara tuan memakannya?”

“Ya seperti makan buah apel, saya cuci langsung dimakan, memangnya kenapa?”

Pelayan hotel senyum-senyum, “Bukan begitu tuan, buah manggis tidak sama dengan buah apel, jangan tuan makan kulitnya, yang dimakan itu isi dalamnya”

Pelayan hotel memberikan contoh cara makan manggis, dan sang turis mencontohnya, setelah buah manggis dimakan dengan cara yang benar maka dia barkata, : “Luar biasa, ternyata buah manggis itu memang benar-benar sangat manis dan enak”

Cerita di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa pengetahuan tentang sesuatu tidak lah cukup hanya dengan membaca, terkadang apa yang kita baca berbeda dengan kenyataan. Makan buah manggis yang terkenal manis kalau tidak tahu caranya malah jadi pahit, lalu bagaimana dengan beragama kalau hanya “makan” kulitnya?

Alloh SWT berfirman,

“Banyak orang berpuasa hanya mendapat lapar dan dahaga”, padahal orang berpuasa dua kenikmatan yang diberikan oleh Alloh yaitu saat berbuka dan berjumpa dengan Tuhannya sebagai kenikmatan yang tiada bandingannya (bagi yang tidak yakin Tuhan bisa dijumpai di dunia sudah pasti hanya dapat nikmat berbuka aja), atau ancaman Neraka Wail bagi orang yang lalai dalam shalat, padahal shalat adalah media dialog yang sangat khusus dengan Tuhan, lewat sholat lah kita bisa mengakrabkan diri dengan-Nya, tapi justru menjadi bala/neraka karena tidak tahu metode yang tepat.

Sudah saatnya kita memperbaiki cara makan buah manggis, jangan terlalu asik dengan keindahan kulit, tujuan kulit itu tidak lain untuk membungkus isi yang sangat berharga, kalau anda tetap juga makan kulitnya jangan salahkan penulis kalau semakin anda makan semakin terasa pahit, pening, susah, gundah, takut, de el el, he he he ......... GALAU TOTAL ............

FADLIILAH BULAN SYA'BAN .. BULAN YANG DI LUPAKAN

اللهم صل على روح سيدنا محمد فى الارواح, و على جسده فى الاجساد, و على قبره فى القبور

Alloohumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidinaa muhammadin fil- arwaahi, wa ‘alaa jasadihi fil-ajsaadi, wa ‘alaa qobrihi fil- qubuuri.

Artinya: Yaa Alloh limpahkanlah sholawat kepada ruh sayyidina Muhammad untuk seluruh arwahh, dan kepada jasadnya untuk seluruh jasad dan kepada kuburnya untuk seluruh kubur”...........

والحب يعترض اللذات بالالم نعم سرى طيف من اهوى فارقني

Na’am saroo’ thoifu man ahwaa’ fa-arroqonii * wal-hubbu ya’taridhul-ladzaati bil-alami.

Artinya: “Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga. Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita”.

يا نور النور يا مدبر الامور بلغ عني روح سيدنا محمد و ارواح آل سيدنا محمد تحية و سلاما

Yaa nuuran-nuuri yaa mudabbirol-umuuri balligh ‘annii ruuha sayyidinaa muhammadin wa arwaaha aali sayyidinaa muhammadin tahiyyatan wa salaaman.

Artinya: “Ya Alloh sumber pancaran nur, Ya Alloh Tuhan yang mengatur semua perkara, semoga Engkau sampaikan daripadaku salam dan tahiyat (penghormatan) kepada Ruh Nabi Muhammad saww. dan ruh keluarga Nabi Muhammad saww”

رجب شهر الله، وشعبان شهري، ورمضان شهر أمتي

Nabi Saww. bersabda : “Bahwa Rajab itu bulan Allah, Sya’ban bulanKu dan Ramadhan adalah bulan ummat-Ku”.

Hadis ini disebutkan dalam kita Al-Jami’ karya Imam Suyuti. Para ulama menerangkan maksud hadis ini Rajab adalah bulan Istigfar, Sya’ban adalah bulan untuk memperbanyak Shalawat kepada Rosululloh Saww, dan Ramadhan adalah bulan memperbanyak bacaan Al-Qur’an.

Dari Nabi Saww., bahwa beliau bersabda :
“Keutamaan bulan Sya’ban diatas semua bulan itu seperti keutamaan saya diatas semua para Nabi dan keutamaan bulan Romadhon diatas semua bulan itu seperti keutamaan Alloh ta’aalaa diatas semua hambaNya”.

Sabda Nabi Saww. :
“Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Sya’ban? Mereka menjawab : “Alloh dan RosulNya maha mengetahui. Beliau bersabda : “Karena didalam bulan itu bercabanglah kebaikan yang banyak sekali”. (‘Raudhotul ‘Ulama)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ الْحَجَّاجِ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يُضَعِّفُ هَذَا الْحَدِيثَ و قَالَ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عُرْوَةَ وَالْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Al Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abu Katsir dari ‘Urwah dari ‘Aisyah dia berkata, Pada suatu malam saya kehilangan Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam, lalu saya keluar, ternyata saya dapati beliau sedang berada di Baqi’, beliau bersabda: ”

Apakah kamu takut akan didzolimi oleh Alloh dan Rasul-Nya?” saya berkata, wahai Rosululloh, saya mengira tuan mendatangi sebagian istri-istrimu, beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh ta’ala turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya’ban, lalu mengampuni manusia sejumlah rambut (bulu) kambing.”

Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Abu Bakar Ash shiddiq. Abu ‘Isa berkata, hadits ‘Aisyah tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini dari hadits Al Hajjaj. Saya mendengar Muhammad melemahkan hadits ini. Dia berkata, Yahya bin Abu Katsir belum pernah mendengar dari ‘Urwah, sedangkan Al Hajjaj juga belum pernah mendengar hadits dari Yahya bin Abu Katsir. (HR. At Tirmidzi No.670)

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrozaq berkata, telah memberitakan kepada kami Ibnu Abu Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad dari Mu’awiyah bin Abdulloh bin Ja’far dari Bapaknya dari Ali bin Abu Tholib ia berkata, “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “

Apabila malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: “Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar. ” (HR. Ibnumajah No.1378)

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ

Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepada kami Huyai bin Abdulloh dari Abu Abdurrohman Al Hubuli dari Abdulloh bin ‘Amru, bahwa Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Alloh Ta’ala mengamati makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan sya’ban, lalu Dia mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali dua saja; orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh seseorang.” (HR. Ahmad No.6353)

Dari Abi Hurairah Ra. Beliau Nabi Saww. bersabda : “Telah datang kepadaku Jibril pada malam nisfi/pertengahan bulan Sya’ban dan dia berkata : “Hai Muhammad Saww. pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Maka berdirilah dan kerjakanlah shalat kemudian angkatlah kepalamu serta dua tanganmu kelangit:” Kata saya : “Hai Jibril, apakah artinya malam ini?” Dia menjawab :

“Pada malam ini telah dibuka tiga ratus pintu rahmat, maka Alloh ta’aalaa mengampuni semua orang yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatupun, melainkan orang ahli sihir, dukun, orang yang suka bermusuhan, peminum khomer/arak, orang yang selalu melacur atau pemakan harta riba atau orang yang durhaka kepada orang tua, orang yang suka beradu domba dan memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni sehingga mereka itu mau bertobat dan mau meninggalkan”.

Dari Yahya bin Mu’aadz bahwa dia berkata : “Sesungguhnya didalam kata “SYA'BANU” mengandung lima huruf, yang masing-masing huruf itu merupakan singkatan anugrah kepada orang-orang yang beriman.

SYIINUN kepanjangan kata Syarofun wa Syafaa’atun artinya kemuliaan dan pertolongan 'AINUN kepanjangan kata ‘izzatun wa karaamatu artinya keperkasaan dan keutamaan BA'UN kepanjangan kata birrun artinya kebaikan ALIFUN kepanjangan dari kata ulfatun artinya rasa kasih sayang NUN kepanjangan dari kata nuurun artinya cahaya”.

DAN DALAM RIWAYAT LAIN DI JELASKAN 



ش : kata syin di ambil dari lafadz : syarufa ( mulia ) & syu’abiyu dan pembuluh nafas (tali kehidupan ... / cabang dari sebagian kelompok .......



ع : a’in ini di ambila dari lafadz ‘ainun yang berarti mata & kenyataan yang ada (tajalli) ‘arofa (mengerti)



ب : ba’ di ambil dari lafadz baroo -barwan sudah menciptakan ( al-barii , dzat yang menciptakan ) dan lafadz barokah (berkah) dan bari’a membersihkan secara ikhlas atas semua ketentuan alloh yang berarti bersih segala’’nya semua kembali kepada alloh ...



ا : alif di ambil dari lafadz alloh & al-kaunu (sesuatu yang di adakan “mahluk”)



ن : nun ini di ambil dari lafadz niat (awal keinginan aqal) dan ni’mah (anugrah alloh) ...



Jika di kumpulkan secara tarkib isyaroh aqliyah : alloh mengajarkan niat yang tulus agar kita selalu mensyukuri nikmat alloh dengan segala kerelaan dan kebersihan hati atas segala sesuatu yang di ‘’adakan’’ oleh alloh SWT ... karena MANUSIA ‘ARIF / BIJAKSANA pastilah mengerti hakikat kenyataan yang ada semua terikat erat dengan NAFAS (angin) untuk mencapai kemuliaan hidup ....



Inilah taqdir kita di adakan dan di sebut MAN-NUSIA (sesuatu yang di lalaikan dari asalnya) apakah ini salah kita mengingat DIRI & PENCIPTAAN DIRI yang selalu bergantung pada kehidupan dan di muliakan oleh alloh kenapa kita lalai tujuan kita di ciptakan ??? apakah kita bisa mendapatkan kemuliaan hidup jika NAFAS ini telah tiada ??? ...


Oleh karena itu telah diterangkan : “Bulan Rojab kesempatan membersihkan badan, bulan Sya’ban kesempatan membersihkan hati dan bulan Romadhon kesempatan mensucikan jiwa. Maka sesungguhnya orang yang membersihkan badannya dibulan Rojab, seharusnya dia membersihkan hatinya dibulan Sya’ban, dan barang siapa yang membersihkan hatinya dibulan Sya’ban juga seharusnya membersihkan jiwanya dibulan Romadhon. 

Maka kalau dia tidak membersihkan badannya dibulan Rojab dan tidak membersihkan hatinya dibulan Sya’ban, kemudian kapan/bagaimana dia bisa membersihkan jiwanya dibulan Romadhon? Oleh karena itu sementara Hukama berkata : “Sungguh bulan Rajab itu kesempatan untuk mohon ampunan dari segala dosa, bulan Sya’ban kesempatan untuk memperbaiki hati dari segala macam cela dan bulan Romadhon untuk menerangkan hati/membersihkan hati/jiwa Lailatul Qodar untuk mendekatkan diri kepada Alloh ta’aalaa”. (Zubdatul Waa’izdiina)

Dari Habib Ahmad bin Novel bin Jindan : “Bulan Rojab adalah dimana kita menanam, bulan Sya’ban dimana kita mengairi, dan bulan Ramadhan dimana kita memetik”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي النَّضْرِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdulloh bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu An-Nadhar dari Abu Salamah dari ‘Aisyah radlialloohu ‘anha berkata: “Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam sedemikian sering melaksanakan shoum hingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak shaum), namun beliau juga sering tidak shaum sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah shoum.
Dan aku tidak pernah melihat Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Romadhon dan aku tidak pernah melihat Beliau paling banyak melaksanakan puasa (sunnat) kecuali di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhori No.1833 dan No.1834)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Abu Nadlr Maula Umar bin Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata; “Sudah biasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya’ban.” (HR. Muslim No.1956)

أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ لِيَكُونَا شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ وَكَانَ يَصُومُ مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ

Telah mengabarkan kepada kami ‘Ubaidullah bin Musa dari Israil dari Manshur dari Salim dari Abu Salamah dari Ummu Salamah ia berkata, “Aku tidak melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melakukan puasa penuh satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban. Karena beliau menyambungnya dengan bulan Romadon agar menjadi dua bulan berturut-turut. Kadang beliau berpuasa (dalam sebagian bulan) hingga kami berkata ‘Beliau tidak pernah berbuka’. Dan kadang beliau berbuka hingga kami berkata ‘Beliau tidak pernah berpuasa’.” (HR. Ad Darimi No.1676)

أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ يُوسُفَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يَصِلُ شَعْبَانَ بِرَمَضَانَ

Telah mengabarkan kepada kami Syu’aib bin Yusuf dan Muhammad bin Basysyar -dan lafadz ini miliknya- mereka berkata; telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Salim dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata; “Aku tidak pernah melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berpuasa dua bulan berturut-turut, hanya saja beliau menyambung bulan Sya’ban dengan Ramadlan.” (HR. An Nasa’I No.2146)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أُمِّ سَلَمَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ أَيْضًا عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ هُوَ جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إِذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يُقَالَ صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ وَيُقَالُ قَامَ فُلَانٌ لَيْلَهُ أَجْمَعَ وَلَعَلَّهُ تَعَشَّى وَاشْتَغَلَ بِبَعْضِ أَمْرِهِ كَأَنَّ ابْنَ الْمُبَارَكِ قَدْ رَأَى كِلَا الْحَدِيثَيْنِ مُتَّفِقَيْنِ يَقُولُ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ كَانَ يَصُومُ أَكْثَرَ الشَّهْرِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى سَالِمٌ أَبُو النَّضْرِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ نَحْوَ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja’d dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadlan. Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari ‘Aisyah. Abu ‘Isa berkata, hadits Ummu Salamah merupakan hadits hasan.

Hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Salamah dari ‘Aisyah bahwa dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam lebih banyak berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban, beliau dulu sering berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali beberapa hari saja bahkan beliau sering berpuasa sebulan penuh. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami ‘Abdah dari Muhammad bin Amru telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari ‘Aisyah dari Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam seperti diatas.

Dan diriwayatkan dari Ibnu Mubara bahwasanya dia berkata, menurut kaedah bahasa arab, hukumnya boleh mengungkapkan puasa sebulan kurang dengan ungkapan puasa sebulan penuh, sebagaimana dikatakan fulan terjaga sepanjang malam (beraktifitas terus) padahal dia hanya makan malam dan melakukan beberapa urusan. Berdasarkan pernyataan tadi, sepertinya Ibnu Mubarak melihat dua hadits diatas memiliki korelasi arti yang sama, dia berkata, sesungguhnya makna hadits diatas ialah Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam lebih banyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Abu ‘Isa berkata, Salim Abu Nadlr dan yang lainnya telah meriwayatkan hadits ini dari Abu Salamah dari ‘Aisyah seperti riwayatnya Muhammad bin Amru. (HR. At Tirmidzi No.668)

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مُفْطِرًا فَإِذَا بَقِيَ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ أَخَذَ فِي الصَّوْمِ لِحَالِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يُشْبِهُ قَوْلَهُمْ حَيْثُ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَقَدْ دَلَّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّمَا الْكَرَاهِيَةُ عَلَى مَنْ يَتَعَمَّدُ الصِّيَامَ لِحَالِ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad dari Al ‘Ala’ bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: ” Jika telah masuk pada pertengahan bulan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.” Abu ‘Isa berkata, hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan shohih, kami tidak mengetahui kecuali melalui jalur ini dengan lafadz seperti di atas. Arti dari hadits diatas menurut sebagian ulama ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada pertengahan bulan Sya’ban baru ia mulai berpuasa karena (menyambut) bulan Romadlon.

Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam seperti makna yang diterangkan oleh mereka, yaitu beliau Sholalloohu ‘alaihi wa salam bersabda: “Janganlah kalian berpuasa beberapa hari menjelang bulan Romadlon kecuali jika bertepatan hari puasa yang biasa kalian lakukan.” Hadits ini menunjukan larangan bagi orang yang sengaja berpuasa menjelang datangnya puasa Ramadlan. (HR. At Tirmidzi No.669)

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ قَالَ وَجَدْتُ هَذَا الْحَدِيثَ فِي كِتَابِ أَبِي بِخَطِّ يَدِهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَبُو سُفْيَانَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَحَرَّى صَوْمَ شَعْبَانَ وَصَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Telah menceritakan kepada kami Abdulloh berkata; “Saya menemukan hadits ini di dalam kitab ayahku yang ditulis dengan tangannya.”, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humaid Abu Sufyan, dari Sufyan, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan, dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. sangat menjaga puasa sya’ban, dan puasa senin dan kamis. (HR.Ahmad No.23369)

حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قُلْتُ أَيْ أُمَّهْ كَيْفَ كَانَ صِيَامُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَلَمْ أَرَهُ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad yaitu Ibnu Umar dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari Aisyah dia (Abu Salamah) Berkata; wahai ibu bagaimana puasa Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam?

(Aisyah) Berkata; “Beliau sedemikian sering melakukan puasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), namun beliau juga sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengatakan bahwa beliau jarang berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat beliau lebih banyak melakukan puasa di suatu bulan daripada puasa beliau di bulan sya’ban. Sungguh beliau puasa sya’ban tidak sedikit bahkan beliau berpuasa sya’bah sebulan penuh.” (HR. Ahmad No.24154)

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Manshur dari Salim bin Abi Al Ja’d dari Abu Salamah bin Abdurrohman dari Ummu Salamah bahwa Rosulullooh shallahu’alaihi wa sallam berpuasa Sya’ban dan Ramadlan. (HR. Ahmad No.25308)

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Nadlr mantan budak ‘Umar bin ‘Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah isteri Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam, ia berkata, “Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam berpuasa terus menerus hingga kami berkata, beliau tidak pernah berbuka. Beliau juga pernah berbuka terus menerus hingga kami berkata, bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah shollalloohu ‘alaihi wasallam melengkapi puasanya satu bulan penuh kecuali bulan Romadon. Dan aku tidak melihatnya banyak berpuasa dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Malik No.601)

Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya’ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya’ban serta tiga hari diakhir bulan Sya’ban, maka Alloh ta’aalaa mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi, dan seperti orang yang beribadah kepada Alloh ta’aalaa selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati ditahun itu maka dia sebagai orang yang mati syahid”.

Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa kepada Alloh dan bertaat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan ma’syiyat/durhaka, maka Alloh ta’aalaa mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya didalam satu tahun itu dari segala macam bencana dan dari bermacam-macam penyakit”. (Zubdatul Waa’izdiina)

Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az-Zaahidiy bahwa dia berkata : “Kawan saya Abu Hafshin Al-Kabir telah meninggal dunia, maka saya juga mensholati jenazahnya. dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya. Ketika saya tidur dimalam hari saya bermimpi melihatnya dia sudah berobah mukanya menjadi pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya.

Kemudian saya berkata/bertanya kepadanya : “Subhaanalloohi / Maha Suci Alloh, mengapa engkau tidak membalas salam saya?”. Dia menjawab : “Membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah”.

Kata saya : “Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dahulu berwajah bagus?”. Dia menjawab : “Ketika saya dibaringkan didalam kubur, telah datang satu Malaikat dan duduk disebelah kepala saya seraya berkata :

“Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat bahkan diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar”. Kuburpun berkata kepada saya : “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?”. Kemudian kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi tulangkupun menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama bulan Sya’ban”. Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya :

“Hai Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidupkan/mengagungkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan Sya’ban”.

Maka Alloh ta’aalaa menghapuskan siksa dari padaku dengan sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan berpuasa satu hari dibulan Sya’ban; kemudian Dia Allah ta’aalaa member kegembiraan kepada saya dengan sorga dan kasih sayangNya”.

Dari Nabi Saww. bersabda : “Barang siapa yang menghidupkan malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adh-ha) dan setengah dari bulan Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati”. (Zahratur Riyaadhi)

Dari ‘Aisyah ra., ia berkata :
“Tidak pernah Rosululloh Saww. berpuasa dari suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”. Dan didalam riwayat yang lain dikatakan : “Beliau berpuasa pada bulan Sya’ban, kecuali sedikit (beberapa hari saja beliau tidak berpuasa)”. (HR.Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saww. ditanya tentang : “Wahai Rosululloh, kami belum pernah melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain, seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban”. Rosul Saww. bersabda : “Itulah bulan yang dilupakan oleh manusia, antara Rajab dan Romadhon. Yaitu bulan dimana amal-amal manusia dilaporkan kepada penguasa alam semesta. Maka aku lebih suka bila amalku dilaporkan sementara aku sedang berpuasa”. (HR.Ahmad)

Diriwayatkan dari ‘Atho-i bin Yasari Ra. bahwa dia berkata : “Tidak ada satu malam sesudah malam Qadar (Lailatul Qodar) yang lebih utama kecuali dari malam setengah bulan Sya’ban”.

Niat Puasa Sya’ban :

نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى

NAWAITU SHAUMA SYAHRI SYA’BAN SUNNATAN LILLAHI TA’ALA.

Artinya : “ Saya niat puasa bulan sya’ban, sunnah karena Alloh Ta’ala.”



Wahai Saudara-saudariku jadikanlah dibulan Sya’ban ini kita banyak-banyak berpuasa dan beramal sholeh menghidupkan sunnah Nabi Saww. serta memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad Saww, agar kita diridhoi oleh Alloh Swt. dan mendapat syafa’at dari Rosulalloh Saww., serta tidak menjadi orang yang merugi diakhirot nanti karena mengetahui keutamaan bulan Sya’ban 


Terkadang wajib ngupoyo arto kadunyan

Lan kamulyan kang tentu tulung kabecikan

Lan nulak saking fitnah maksiatan

Ikulah arep ngaweruhi ing syara’ panggeran

Wus bekakase wongkang bener ngibadat

Iku ngupoyo arto lan luhure derajat

Kang dadi sebab madep maring Alloh kuat

Lan ora ngawulo maring wong maksiat



WALLOHU 'ALAM 

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila