TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Jumat, 29 Juni 2012

PENGERTIAN TENTANG HARAPAN (ROJA') & HAYALAN ( UMNIYYAH) / LAMUNAN

الرجاء ما قارنه عمل وإلا فهو أمنية



"Roja' adalah sesuatu yang disertai dengan amal, jika tidak maka itu hanyalah umniyyah (lamunan)"





Nama raja' adalah sesuatu yang dibarengi dengan amal, kalau tidak ada amal namanya adalah menghayal. Raja' itu ada susahnya. Sedangkan Umniyyah hanyalah tahu firman Allah tapi tidak ada semangat untuk beramal.



Dalam hadits qudsy memang telah disebutkan :



7831 - وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي



مسند أحمد - (ج 16 / ص 373)





Orang yang ahli maksiat, jika pertama kali maksiat dia melihat hadits ini maka dia seperti menemukan barang berharga. Aku maksiat kepada Allah tapi aku mempunyai prasangka baik kepada Allah. Ini bukti kebahagiaan seorang hamba yang melakukan maksiat. Memang ada sebagian orang yang keadaannya seperti ini. Sebagian orang mendengarkan hadits seperti ini lalu ingin mendapatkan maghfirah dari Allah. Akhirnya orang seperti ini malu di hadapan Allah. Lalu karena telah malu kepada Allah akhirnya orang ini setiap membaca Al-Qur'an selalu dibarengi dengan amal. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :



لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (123) [النساء/123]



123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong[353] dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.





[353] Mu di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.





Orang menganggap bahwa nikmat Allah itu besar sebab dia menyangka akan diberi kebahagiaan oleh Allah tetapi maksiatnya semakin bertambah, inilah yang dinamakan dengan umniyyah.





Contoh Roja'



Orang memiliki rasa malu kepada Allah tidak karena Allah tapi karena kemuliaan Allah. Dan akhirnya timbullah rasa mahabbah kepada Allah, sebab dia mempunyai perasaan bahwa dia maksiat kepada Allah tapi masih diberi maghfiroh oleh Allah (dengan memandang hadits di atas). Setelah itu timbullah mahabbah kepada Allah. Kalau sudah mahabbah kepada Allah, maka akan timbul seperti yang dijelaskan dalam hadits :



4250 - حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ



سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 312)





Orang yang pintar adalah orang yang selalu menundukkan nafsunya kepada Allah sedangkan orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya. Orang yang pintar adalah orang yang mempunyai kekuatan. Artinya orang yang mempunyai amal sebelum mati dan akan bermanfaat setelah mati. Tapi orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsu dan dinamakan juga orang yang bodoh. Hal ini karena dia hanya berangan-angan saja. Kamu menyangka bahwa diri kamu adalah orang yang bagus, oleh karena itu kamu harus mempunyai rasa malu dihadapan Allah. Dalam hadits juga telah disebutkan :



عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ



صحيح مسلم - (ج 12 / ص 455)





Kalau seseorang telah menganggap ringannya dosa dan selalu melakukan maksiat maka orang ini selalu menuruti hawa nafsunya. Orang seperti ini berbeda dengan orang yang mempunyai perasaan bahwa kekuatan hawa nafsu itu tidak bisa dikendalikan kecuali atas pertolongan Allah. Orang yang kedua seperti ini adalah orang yang selalu malu kepada Allah, berdo'a kepada-Nya supaya dosa-dosanya dimaafkan oleh Allah. Kalau nafsunya kalah lagi maka orang tersebut akan cepat taubat dan meminta pertolongan kepada Allah, setelah itu akan timbul mahabbah. Inilah yang dimaksud oleh nabi :



الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ



Kita harus kembali kepada Allah dan merasa bahwa kita adalah hamba Allah. Allah tidak mungkin memasukkan hambanya ke dalam neraka. Ini berbeda dengan orang yang tidak ingat kepada Allah sebab dirinya dihalang-halangi oleh hawa nafsu.

SIAPAKAH KEKASIH ALLAH YANG SESUNGGUHNYA



سبحان من ستر سر الخصوصية بظهور وصف البشرية، وظهر بعظمة الربوبية فى اظهار العبودية



"Maha suci Dia Yang menyembunyikan keistimewaan hamba-hamba pilihan-Nya di balik sifat manusiawi yang ada pada diri mereka. Dan (sebaliknya) menampakkan eksistensi sifat ketuhanan di balik kehambaan mahluk-Nya."

Di dunia ini, beragam mahluk hidup beriringan. Ada yang iman, ada juga yang kufur. Yang beriman pun bertingkat-tingkat. Iman seseorang tidak sama satu sama lain. Begitu seterusnya.

Di antara hamba-hamba Allah, ada yang di pilih-Nya sebagai orang terdekat. Merekalah kelompok yang imannya kuat. Yang ketika sesuatu apapun menimpanya, baik atau buruk, mereka tetap menganggap sebagai nikmat. Kemudian Allah menganugerahi mereka dengan keistimewaan yang tidak dianugerahkan kepada yang lain. Merekalah wali-wali Allah, yang tak ada rasa takut yang berlebih dan tak pula merasa susah.

Begitu tingginya derajat auliya' di sisi-Nya, sampai-sampai Allah memuji mereka di dalam Al-qur'an:

الا ان اولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون

Dalam hadits qudsi dikatakan:

من آذانى وليا فقد آذنته بالحرب

"Barang siapa yang memusuhi seorang wali, maka Aku kabarkan perang atasnya."

Dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa memusuhi wali berarti menanti kerusakan pada diri. Jika tidak di dunia, kerusakan itu akan menunggu di alam kedua. Itulah yang akan terjadi jika kita lancang terhadap kekasih-Nya.

Lantas kitapun ingin tahu siapakah yang termasuk wali yang sedang dibicarakan di atas?

Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa wali pasti mempunyai sifat yang berbeda dengan manusia biasa. Dia bisa terbang, berjalan di air, kebal senjata tajam, dll. Seakan tidak terima jika ada manusia yang juga makan, minum, hidup kekurangan, dikatakan seorang wali. "Apa mungkin wali seperti itu ?"

Dahulu, nabi juga banyak yang tidak mau menirimanya sebagai utusan hanya karena beliau makan, minum, masuk ke pasar, dan melakukan sifat-sifat manusiawi lainnya. Pada akhirnya yang mampu menyadarkan hanyalah firman Allah :

وقالوا ما ل هذا الرسول يأكل الطعام ويمشى فى الأسواق، لو لا أنزل اليه ملك فيكون معه نذيرا

Tetapi tetap saja orang awam belum bisa menerima sepenuhnya.

Oleh karena itulah, Syeikh Ibn 'Atho'illah As-Sakandari berkata:

سبحان من ستر سر الخصوصية بظهور وصف البشرية

Wali memang diberi keistimewaan dan kekhushusiyahan yang tidak dimiliki orang lain. Hanya saja, keistimewaan itu pasti di tutupi Allah. Yaitu dengan memyembunyikan keistimewaan tersebut di balik sifat kemanusiaan orang yang dipilih-Nya (wali-Nya). Tugas wali tersebut akan lebih sempurna justru ketika ia bisa menutupi jati dirinya.

Ada beberapa wali abdal yang bertempat di Syam. Mereka diangkat sedemikian rupa derajatnya bukan semata-mata karena ibadah. Akan tetapi di dadanya terdapat sifat rahmah. Sebab mereka, kita terus diluaskan rizki. Sebab mereka pula, kita terus dirahmati.

به ترزقون وبه ترحمون

***

Satu lagi Hikmah Ilahiyah yang ada pada hamba-Nya yang Sholeh. Yaitu seorang wali diberi pengetahuan tentang hal-hal yang tidak diketahui orang lain.

Di sini kita kenal dengan istilah hal ghaib. Di dalam dunia tasauf, dikenal istilah orang awam dan orang khosh. Dari sisi kuantitas, orang awam jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang telah mencapai derajat khosh. Sebab itulah, yang diwajibkan oleh Syari' - dalam hal ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala - untuk dilakukan adalah syari'at. Tidak Thoriqot, bukan pula Hakikat.

Hal-hal yang bersifat ghaib sengaja disamarkan dari pandangan orang awam. Hal ini dimaksudkan agar syari'at dapat berjalan lancar. Tatanan dunia akan hancur apabila pengetahuan tentang hal ghaib diketahui semua orang.

Oleh sebab itulah, auliya' - yang notabenenya mempunyai pengetahuan ghaib - disembunyikan Allah. Tidak hanya disembunyikan, bahkan mereka dibuat Allah memiliki sebuah sikap yang sekiranya kita memandang, justru kita akan menganggap mereka yang sebenarnya wali bukan termasuk wali.

Allah sengaja mengutus para kekasih-Nya untuk bersikap begitu sederhana justru agar dijauhi orang awam. Yang terjadi, mayoritas orang, khususnya zaman sekarang, lebih mencari keramat dan lebih percaya terhadap orang yang mengobral kehebatan-kehebatan di luar nalar yang diakui dimilikinya.

Jadi kalau coba disadari, sikap orang yang suka mencari keramat dan keistimewaan tersebut sangat bertentangan dengan hikmah ilahiyah yang lebih memilih menutupi keistimewaan dari pada mengobralnya. Begitulah Allah menutupi para kekasihnya dari pengetahuan orang. Bahkan ada wali Allah yang dirinya sendiri tidak menyadari bahwa dia adalah wali Allah.

Selanjutnya, sebagai imbangan menyembunyikan kekasih-Nya, Allah menampakkan eksistensi diri-Nya pada setiap ciptaan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar yang menjadi tujuan utama dan menjadi tempat kembali dari segala urusan adalah Allah, bukan sesama mahluk.

Kita akan menemukan Allah, pada tiap mahluk. Contoh; Kita bisa tahu Allah Mahakaya karena kita sadar akan kefaqiran kita. Allah Mahakuat, karena kita lemah. Begitu seterusnya.

Dengan kata lain, yang menerjemahkan Allah sebagai Otoritas Tunggal atau Tuhan adalah para mahluk-Nya. Ini secara ringkasnya.

Toh demekian, kita jangan berhenti pada titik kesimpulan ini. Sebab akan menyebabkan kesalahpahaman, bahwa Allah menjadi Tuhan hanya karena ada mahluk-Nya. Kalau mahluk tidak ada, Allah pun tidak lagi menjadi Tuhan yang Mahaperkasa. Kesalah pahaman ini meniscayakan kehadiran mahluk jika ingin Allah dikatakan sebagai Tuhan.

Apa betul seperti itu? Sama sekali tidak!

Ada dan tidak adanya mahluk sedikitpun tidak mempengaruhi sifat Rububiyyahnya Allah. Sifat ketuhanan tersebut sangat erat melekat pada dzat-Nya, tanpa membutuhkan yang lain. Tanpa mahluk, Allah tetap Dzat yang Mahapencipta dan Mahasegalanya.

Kitalah yang membutuhkan Allah. Sebagai fitrah seorang hamba, kita membutuhkan adanya Tuhan. Untuk dapat lebih mengenal-Nya, kita perlu mengumpulkan keterangan-keterangan tentang Allah sebagai Tuhan. Allah pun memberi jalan kepada para hamba untuk lebih mengenal Dirinya. Yakni dengan menyertakan potongan-potongan informasi yang mengatakan kepada makhluk tentang tanda-tanda ketuhanan serta kekuasaan-Nya pada setiap ciptaan.

Allah membuka sifat Rububiyyah-Nya melalui mahluk. Sebuah contoh kecil adalah diri manusia. Begitu lemahnya manusia pada waktu bayi. Tak berdaya, tak mempunyai upaya. San begitu lemahnya, bayi hanya bisa menangis di dalam pinta.

Perkembangan mulai menunjukkan perubahan pada diri. Yang dahulunya merangkak saja tak mampu, saat menginjak remaja kaki semakin kokoh. Jangankan merangkak, berjalanpun sangat mudah. Beranjak dewasa, manusia mulai sempurna menggunakan akal pikirannya.

Proses dari bayi sampai dewasa kemudian mampu berpikir ini seakan terjadi secara otomatis dan terprogram. Tak ada yang tahu bagaimana itu semua berproses. Yang jelas, manusia sama sekali tidak ikut andil di dalamnya. Hanya satu yang mengendalikan. Dia lah Allah Yang Mahakuasa. Inilah yang hendak diungkapkan Imam Ibn 'Atho'illah As-Sakandari melalui mutiara hikmahnya:

وظهر بعظمة الربوبية فى اظهار العبودية

Bila ada yang tidak mengetahui hal ini dan berpandangan bahwa dirinya sendiri yang menciptakan kekuatan tanpa otoritas lain, maka ini dapat disadarkan dengan cara mengajaknya bertafakkur tentang diri dan melihat sifat kehambaan dirinya. Kemudian andai masih enggan untuk mengakui, maka hanya ada satu hal yang akan menyadarkannya. Yaitu maut.

قل يوم الفتح لا ينفع الذين كفروا ايمانهم ولا هم ينظرون

Sadar dan pahamilah bahwa:

أن لكل مخلوق ربا، والله ربنا ورب كل شئ، وكل مخلوق عبده

PENGERTIAN ORANG YANG LALI & BERAKAL ..

الغافل إذا أصبح ينظر ماذا يفعل والعاقل ينظر ماذا يفعل الله به

"Al Ghofil (orang yang lupa) ketika bangun pagi selalu berfikir apa yang akan ia kerjakan, dan Al 'Aqil (orang yang punya akal) selalu berfikir apa yang Allah kerjakan kepadanya".

Al ghofil adalah orang yang punya akal namun tidak bisa menggunakannya. Sedangkan al 'aqil adalah orang yang punya akal dan bisa menggunakannya. '

Ibarat Ibnu 'athoillah diatas menggunakan kalimah ينظر yang mengandung makna berfikir atau beri'tiqod. Yang menjadi titik poin pada pembahasan ini adalah i'tiqod atau keyakinan, tidak pada lafadh atau ucapan. Jadi, apabila al 'aqil berkata : " besok saya akan pergi ke Masjid ", dengan beri'tiqod bahwa Allah lah yang akan menggerakkannya ke Masjid, maka ia tidak perlu mengucapkan : " besok Allah akan menggerakkan saya ke Masjid, berbeda halnya dengan al ghofil, yang mana dia tidak tahu hakikat dari I'tiqod ini, maka ia hanya menyandarkan perbuatannya kepada dirinya sendiri tanpa adanya i'tiqod atau keyakinan pada Allah.

Pada dasarnya yang wajib kita tanamkan dalam aqidah kita adalah sesungguhnya hanya Allah lah yang membuat pekerjaan atau perbuatan kita. Kita hanya diberi ikhtiar dan kekuatan yang bisa kita gunakan untuk menuai pahala dan taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Disebutkan dalam firman-Nya :

لها ما كسبت وعليها ما اكتسبت

"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (al baqoroh : 286 )".

Perlu di pahami, bahwa Al 'Aqil, ini tetap punya cita-cita atau 'azm tapi nanti kenyataanya terealisasi atau tidaknya 'azm tersebut ia serahkan semuanya pada kehendak Allah, dan yang selalu diminta nya adalah supaya Allah memberikannya i'tiqod yang shohih. Maka dari itu, dalam adab Islam disunnahkan mengucapkan إن شاء الله setiap hendak mengerjakan sesuatu. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat Al Kahfi :

ولا تقولن لشيئ إني فاعل ذلك غدا (23) إلا أن يشاء الله واذكر ربك إذا نسيت وقل عسى أن يهدين ربي

(لأقرب من هذا رشدا (24

"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya Aku akan mengerjakan Ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini"(Al Kahfi 23-24)".

Menurut riwayat, asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat di atas adalah ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzul qarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar Aku ceritakan dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki), dan sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan nabi tidak dapat menjawabnya.

Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi. Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian. Dan juga firman Allah dalam surat Al Ahqof : 9

قل ما كنتم بدعا من الرسل وما ادري ما يفعل بي ولا بكم ان اتبع الا ما يوحى اليّ وما انا الا نذير مبين


"Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan Aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan Aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan" (Al Ahqof : 9)"

Jadi, semua terserah kehendak Allah, yang mana I'tiqod ini akan membuahkan keyakinan (tidak kagetan). Dengan artian bahwa al ‘Aqil selalu meyakini apa yang telah dipilihkan oleh Allah untuknya adalah baik (khoir). Firman Allah al Baqoroh : 216

وعسى أن تحب شيئا وهو شر لكم والله يعلم وانتم لا تعلمون

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (al Baqoroh : 216).

فان كرهتموهن فعسى ان تكرهوا شيئا ويجعل الله فيه خيرا كثيرا

"Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (An Nisa' :19).

Ketika kita sedang ditimpa musibah, hendaknya yang kita pikirkan jangan hanya penderitannya saja, namun hikmah apa yang terkandung dibalik musibah tersebut, yang mana itu semua mungkin peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga kita tidak lalai kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan yang paling berbahaya adalah jangan sampai kita curiga pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Orang yang 'aqil (berakal), ia memiliki kesehatan jasmani dan rohani, didunia ini ia selalu ingat bahwa dirinya itu ada dalam skenario yang dijalankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ketika ia mendapatkan kesenangan kemudian kesenangan tersebut ditarik oleh Allah, ia masih merasa senang dan ridho akan ketentuan Allah. Ia mempunyai jiwa yang selalu tenang ( نفس المطمئنة ), jadi ia tidak susah. Dan hal ini merupakan sesuatu yang menakjubkan, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam :

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير ، إن أصابته سراء شكر ،

وإن أصابته ضراء صبر ، وكان خيرا له ، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن

Adapun tingkahnya orang yang ghofil (yang lalai) sesuai dengan yang disebutkan oleh Ibnu 'Athoillah, ia akan selalu mengandalkan dirinya sendiri, tidak mau tahu dan yang dipikirkannya hanyalah dirinya sendiri. Apabila keinginannya tidak terkabul maka ia akan selalu merasa susah.

Walaupun dhohirnya kelihatan sehat namun batinnya menderita. Dan penyakit ini bisa tidak diobati kecuali dengan bangkit dari kelalaian dan meresapi serta menancapkan i'tiqod yang dimiliki oleh seorang yang Aqil tersebut diatas. 

Wallahu A'lam.

Kamis, 28 Juni 2012

HUBUNGAN ILMU & AL-WHUSUL BEGITU NYATA

Yang dikehendaki di sini, bukanlah hubungan yang terjadi dengan cara menempuh jarak atau melewati tempat-tempat tertentu, karena tidak bisa tergambarkan dan memang tidak mungkin ada seorang manusia yang berstatus sebagai makhluk kemudian mempunyai kedekatan letak dan posisi dengan Allah yang menciptakan masa dan tempat. Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat yang tidak terlalui oleh ruang dan waktu, jadi mustahil jika dia dekat dengan makhluk sebagaimana 2 orang yang posisinya berdekatan satu sama yang lain.

وصولك الى الله وصولك الى العلم به وإلاّ فجلّ ربنا أن يتصل به شيئ أو ان يتصل هو بشئ

"Tersambungnya dirimu kepada Allah, berarti sampainya dirimu kepada kemampuan untuk mengerti Allah secara Hakiki. Jika bukan seperti itu, maka. Maha Agung Allah terhadap sesuatu yang tersambung dengan-Nya dan menyambungkan Dzat-Nya kepada sebuah pekara."





Berikut ini ada sebuah do'a yang telah masyhur dilafalkan para Ulama'

اللهم لاتقطعني عنك بقواطع الذنوب ولا تحجبني عنك بقبائح العيوب

"Ya Allah Janganlah engakau memutusakan hubungnanku dengan-Mu karena dosa-dosa ku dan janganlah engkau menghalangiku dari-Mu karena keburukan-keburukanku yang Hina."

Dan juga Salah satu kalam yang bisa mempengaruhi sebagian orang-orang shalih ialah syair.

فما عذابي إلا حجابي # وما نعيمي إلا وصالي

"Maka tidak ada siksa yang berarti bagiku selain terhalangnya diriku dari Allah dan tidak ada ni'mat yang paling Agung untuk aku kecuali terhubungnya diriku dengan Allah."

Dalam do'a dan syair yang diucapkan oleh sebagian ulama' di atas, kita bisa menemukan adanya keinginan mereka agar terhubung kepada Allah dan juga terdapat kehawatiran akan terpasangnya pembatas yang memisahkan mereka dengan-Nya. Lalu apa sebenarnya makna terhubung (wishol) dan pembatas (hijab) yang dimaksud?

Yang dikehendaki di sini, bukanlah hubungan yang terjadi dengan cara menempuh jarak atau melewati tempat-tempat tertentu, karena tidak bisa tergambarkan dan memang tidak mungkin ada seorang manusia yang berstatus sebagai makhluk kemudian mempunyai kedekatan letak dan posisi dengan Allah yang menciptakan masa dan tempat. Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat yang tidak terlalui oleh ruang dan waktu, jadi mustahil jika dia dekat dengan makhluk sebagaimana 2 orang yang posisinya berdekatan satu sama yang lain.

 Al-hijab, Al-firoq, dan Al-qothi'ah.

Ketiga kata di atas mempunyai arti yang sama, yaitu sebuah keadaan yang dialami seorang manusia ketika dia sedang dikuasai oleh keinginan-keinginan nafsu hewani dan kemauan sahwat liarnya sehingga akal fikiran dan perasaan jiwanya hanya tunduk mengikuti nafsunya, dia tidak berdaya memberikan perlawanan apa-apa. Padahal kita tahu bahwa yang di namakan manusia (tanpa memandang jasad luarnya) hanyalah pikiran yang tersimpan dalam otak dan disertai perasaan yang mengisi hatinya.

Keadaan seperti ini akan memunculkan sebuah pembatas yang bisa menyebabkan dia lupa akan firman-firman Allah. Sehingga dia tidak memperdulikan perintah dan larangan yang ditujukan padanya. Ketika kedua telinganya mendengar kalam suci yang menjelaskan tentang hakikat kehidupan dan fase-fase yang harus dilalui atau ayat-ayat yang menerangkan peringatan dan kabar gembira serta nasehat dan pengajaran maka ia menganggap semua itu seperti angin lalu.

Saat kedua bola matanya menyaksikan tanda-tanda alam yang mengisaratakan keagungan dan kekuasaan Allah serta menunjukan kelemahan serta kehinaan manusia sebagai hamba sahaya. Maka dia hanya melihat bahwa itu adalah bayangan yang tiada arti. Apa yang menyebabkan kalalaian tersebut adalah gerakan pemberontakan yang dikabarkan oleh hawa nafsu hingga sampai menaklukan kekuatan hati dan akal fikiran ,dengan sendirinya seluruh anggota badan akan tunduk dan patuh atas komando yang diucapkan oleh hati dan dikendalikan hawa nafsu, kemudian terjadi bencana yang disebut sebagai kalalaian.

Seperti itulah gambaran mengenai hijab yang selalu ditakutkan dan dianggap sebagai musibah besar oleh hamba-hamba Allah Yang bertaqwa, terkadang mereka menyebut hijab ini dengan ungkapan kekerasan hati dan hilangnya perasaan takut kepada Allah dari dalam jiwa. Hal ini sesuai firman Allah Swt.

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً [البقرة/74]

Artinya: "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS. Al baqoroh:74)

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [المطففين/14]

Artinya: "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (QS. Al muthofifin:14)

Dengan melihat kenyataan yang ada pada diri kita sendiri dan mayoritas kaum muslimin, ternyata hijab yang berupa kalalian ini tengah melanda kehidupan islam. Lihat saja ketika seorang Qori' sedang melantunkan Ayat-ayat suci Al quran yang berisi petunjuk, peringatan dan pengagungan ketuhanan Allah subhanahu wata'ala, namun banyak di antara kita, orang-orang yang mendengarnya dengan lebih Asyik menikmati kesibukan dan mimpi-mimpi materialis mereka.

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dan datang silih berganti semakin mendekatkan manusia kepada ajalnya. Akan tetapi banyak sekali orang-orang yang tidak menyadari peringatan tersebut karena terlena oleh kemegahan dan kemewahan duniawi , Maha Besar Allah Yang telah berfirman:

الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا (101) [الكهف/101]

Artinya : "Yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar." (QS. Al kahfi:101.)

Wushul kepada Allah tidak menghalangi rasa hina dan salah dihadapan-Nya. 

Dengan mengetahui arti dari Hijab dan firoq atau terpisash dari Allah. Maka kita akan mengerti makna Wushul atau terhubung dengan-Nya. Wushul Adalah sebuah keadaan dimana Nafsu yang berada dalam diri sendiri tidak menghalanginya untuk selalu mengerti, meyakini dan mencintai Allah. Artinya, keinginan Syahwatnya tidak melalaikan akal fikiran dan hatinya untuk senantiasa mengingat dan menghadap kepada Allah subhanahu wata'ala.

Tersambungnya beberapa hamba kepada Allah, terdiri dari beberapa macam tingkatan sesuai dengan kualitas iman yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Jadi tidak seperti apa yang dibayangkan oleh orang-orang yang menyangka bahwa hubungan ini terbatas oleh sebuah keadaan yang jika seorang hamba telah sampai kepada-Nya, maka dia telah bebas dari taklif sehingga boleh berbuat semaunya.

Ketika hijab yang menutupi hati seorang hamba samakin pudar dan kian menipis, maka dia akan semakin mengerti Allah subhanahu wata'ala, Kesadarannya akan keagungan Allah Semakin bertambah meningkat dan dia juga terus menemukan begitu banyak kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan sebagai seorang hamba yang dimilki Allah.

Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang mempunyai hubungan paling dekat kepada Allah. Namun keadaan ini hanya menjadikan beliau kian bersyukur kepada-Nya , bahkan semakin merasa kurang dalam melakukan penghambaan kepada-Nya.

 Menempuh Tangga demi tangga (maqom). 

Kita bisa menggambarkan persambungan hubungan manusia kepada Allah, Seperti anak-anak tangga yang jumlahnya hanya diketahuii oleh Allah. Secara global, hubungan ini bisa dikategorikan 3 tingkatan.

1. Tingkatan Ma'rifat (mengerti). Dengan Ma'rifat yang benar, seseorang akan memilki perasan takut kepada Allah. Ma'rifat yang dimaksud disisni tidaklah berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan yang hanya mengisi akal, tetapi tidak membekas ke dalam hati, karena pengatahuan semacam ini Justru malah menghalangi seseorang untuk mengerti Allah dengan benar.

Contohya adalah Ilmu pengatahuan yang dimiliki oleh kaum Orientalis dan para pemikir Liberalis yang dikomandani oleh Iblis dan dilaknati oleh Allah subhanahu wata'ala. karena pengetahuan mereka hanya terdapat dalam akal dan lisan, maka akhirnya akan dikendlikan oleh hawa nafsu dengan sangat mudah hingga kemudian dijadikan tentara yang berjuang menegakkan keinginan-keinginan sahwat liar. Klasifikasi ilmu yang terdiri 2 bagian telah dinyatakan oleh rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir:

وفي الحديث عن النبي صلى الله عليه وسلم: (العلم علمان علم في القلب فذلك العلم النافع وعلم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على ابن آدم).

Artinya : Didalam hadist, dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam, beliau bersabda: "Ilmu itu ada 2 macam. Ilmu yang berada di dalam hati dan itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang berada pada lisan, maka ilmu semacam ini akan menjadi bukti bagi Allah yang berakibat buruk terhadap anak adam."

Orang-orang yang memusuhi islam akan selalu menggunakan ilmu yang mereka milki sebagai senjata untuk mengalahkan dan menghancurkan agama islam, akal pikiran mereka telah terlepas dari hati Nurani, karena hati mereka telah dikuasai hawa nafsu, persis seperti apa yang telah dikatakan oleh imam Ghozali: "Bertambahnya ilmu dalam diri seorang laki-laki ibarat bertambahnya air yang disiramkan kepada akar pohon handhol (jenis labu), semakin banyak air yang diserap maka buahnya akan semakin pahit".

berbeda dengan ilmu yang menancap kuat dalam akal pikiran serta mampu memasuki relung-relung hati dan memberikan pengaruh positif kepadanya. Ilmu semacam ini akan menghilangkan hijab kebodohan yang menjauhkan seseorang dari Allah subhanahu wata'ala. Ilmu yang telah menguasai hati akan mengarahkan pikiran untuk selalu mengingat-Nya. Ia akan selalu menumbuhkan benih-benih cinta yang telah disemaikan Allah di dalam hatinya, perasaan takut dan hormat akan bercampur dalam jiwanya sehingga dia senantiasa menyadari adanya control dan pengawasan Allah yang tidak pernah terhenti sedikit pun.

tingakatan Wushul.

Tingkatan ini akan dialami seorang hamba ketika mata hatinya telah terlupa dan terpisah dari pengaruh-pengaruh sebab dan perantara. Segala apa yang dia lihat, nikmat yang dia rasakan dan musibah yang menimpanya, semuanya hanya akan menambah keyakinan akan keagungan dan kekuasaan Allah subhanahu wata'ala. 

Seseorang akan memasuki fase ini jika dia mampu melaksanakan 2 hal. Pertama, sealalu berpikir dan mengingat Allah. Kedua memperbanyak ibadah sunnah.

Dengan melakukan kedua perkara ini secara konsisten dan istiqomah, seorang hamba akan merasakan cinta kepada Allah subhanahu wata'ala. Konsekuensinya, dia tidak akan pernah mencintai apa pun selain-Nya. dia akan menghindari dan meninggalkan segala sesuatu ynag menyebabkan dirinya lalai dari Allah. Nafsu yang ada pada dirinya akan menjadi semakin lemah dan akhirnya akan mengikuti keinginan cintanya kepada Allah. Tidak ada lagi gerak-gerik atau tingkah yang dia lakukan kecuali demi memperoleh ridlo-Nya. Semua pikiran, ucapan dan perbuatan yang keluar darinya hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah yang maha sempurna .

Semua itu berpangkal pada sebuah perkara yaitu hati. Hati yang telah dipenuhi perasaan takut hormat dan cinta kepada Allah akan menjadikannya tenang, tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya. Dengan segera semua anggota badan akan mengikuti isyarat dan perintah yang berasal dari dalam hati. keadaan seperti inilah rasulallah melakukan ruku' sambil berdo'a:

اللهم لك ركعت وبك أمنت ولك أسلمت خشع لك سمعي وبصري ومخّي وعظمي وعصبي ومااستقلت به قدمي(رواه مسلم)

Artinnya: "Ya Allah Hanya karena-Mu aku Ruku' dan hanya kepada-Mu aku beriman dan menyerahkan diri. Pendengaranku, penglihatanku, sumsumku, tulangku, ototku & semua anggota tubuh yang membebani kedua kakiku tunduk semuanya kepada-Mu (HR.Muslim)

3.Tingakatan ini akan dialami seorang hamba yang selalu diliputi keadaan, Al-haibah (berwibawa), Al-unsu (senang), Al-wujdu (menemukan), Al-jam'u wal farqu (kumpul dan berpisah), Al-fana' wal baqo' (ruksak dan kekal), As-shahwu was-sakru (siuman dan mabuk), hingga sampai pada keadaan-keadaan yang tidak mungkin tergambarkan oleh akal manusia.

Mula-mula perasaan takut, hormat dan cinta kepada Allah. Akan menjadikan seorang hamba untuk selalu menuruti dan mengukuti kemauan perasaan tersebut, jika semakin bertambaah kuat, maka perasaan itu akan memunculkan keadaan-keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan kualitas masing-masing.

Keadaan Al ansu (senang) akan membuat seorang hamba selalu merasakan gembira senang dan bahagia karena Allah. Segala keadan susah atau pun sedih, mudah atau pun senang semua akan menjadi sebab dan perantara baginya untuk menambah perasaan bahagia karena Allah.

Keadaan Al Wadju bisa diibaratka seperti api yang menyala di dalam hati karena rasa cinta dan rindu kepada Allah, terkadang keadaan ini akan memunculkan perbuatan-perbuatan yang tidak bisa dimengerti dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, hal ini terjadi saat ia telah berada di luar kendali akal karena dominan perasaan Al Wujdu yang menguasainya.

Dalam tingkatan ini, seorang hamba akan merasakan Al Fana' (kelenyapan) dan Al Baqo' (kekekalan) serta Al Sukr (mabuk) dan Al Shohwu (Siuman) keadaan-keadaan ini hampir sama dan hanya memiliki perbedaan yang sangat tipis.



Al Wushul kepada Alah tidak boleh diartikan sebagai halangan kedekatan posisi yang diliputi oleh ruang dan waktu. Al wushul adalah hubungan seorang hamba kepada Alalh subhanahu wata'ala, karna ilmu dan ma'rifat yang dia miliki.

Dengan ilmu yang menancap dalam akal dan hati, seseorang akan tunduk dan menyerah kepada aturan-aturan Allah. Ibadah yang dilakukan secara konsisten akan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, dan selanjutnya cinta yang bertahta di hatinya akan menggerakan seluruh anggota tubuhnya demi mencapai ridlo-Nya. Persambungan ini akan semakin bertambah dan terus menerus seiring dengan kesucian hatinya dan hilangnya hubungan dengan makhluk.

Rahasia wushul adalah cahaya Allah yang bernama Hidayah, sedangkan hidayah adalah murni kehendak Allah, Tanpa campur tangan siapa pun. Namun kita harus tahu bahwa Rahmat, Hidayah dan anugerah-Nya sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

‘Aib yang tersimpan dalam diri manusia

Di mana pun dan kapan pun makhluk yang bernama manusia pasti selalu diliputi cacat dan cela, penuh dengan kesalahan,kekurangan dan bahkan kekurang ajaran, hanya para nabi dan para rosul yang terbebas dari kemaksiatan, karena rahmat Allah. Mereka terhindar dari aib dan cela yang menyebabkan dibenci dan dijahui oleh manusia umumnya.


الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن أنت ذامالنفسك لماتعلمه منها





"orang-orang memujimu karena mereka menyangka adanya sifat-sifat terpuji dalam dirimu, maka jadilah engkau orang yang mencela nufsumu karena keburukan-keburukan yang ada padanya"


Di mana pun dan kapan pun makhluk yang bernama manusia pasti selalu diliputi cacat dan cela, penuh dengan kesalahan,kekurangan dan bahkan kekurang ajaran, hanya para nabi dan para rosul yang terbebas dari kemaksiatan, karena rahmat Allah. Mereka terhindar dari aib dan cela yang menyebabkan dibenci dan dijahui oleh manusia umumnya.

Namun sunnatullah telah menetapkan bahwa semua ‘aib dan cacat ini tersembunyi, tidak diketahui kecuali oleh pemiliknya, seandainya setiap orang mengerti kesalahan dan kekurangan teman-temannya niscaya akan terlepas tali persaudaraan yang mengikat mereka, hubungan persahabatan akan terputus dan tergantikan oleh kebencian dan kemuakan.

Sebaliknya, kebaikan yang tampak pada diri seseorang di manapun dan sebesar apa pun akan disebar luaskan oleh Allah. Di kalangan masyarakat layaknya bunga mekar yang menimbulkan semerbak bau harum, seakan-akan kebaikan itu adalah perkara yang luar biasa hingga menjadi nyaman merdu dalam pendengaran, menjadi buah bibir yang manis dan lezat untuk dibicarakan dalam ketentuan Allah ini terdapat sebuah hikmah agar dalam masyarakat selalu terpelihara faktor-faktor pendorong cinta kasih, kebersamaan dan saling menghormati antara sesama manusia hingga terbentuklah masyarakat yang harmonis dan dinamis.

Mari kita coba memperhatikan sabda Rosulullah shallalahu ‘alaihi wasalam, berikut ini.

إن الله حييّ ستّير يحب الحيأوالستر(رواه احمد وأبوداوود والنسائ من حد يث يعلي بن أميه)



Artinya: sesungguhnya Allah Swt. Adalah zat yang sangat pemalu lagi banyak menutupi(kesalahan manusia) dan Allah Swt. Menyukai sifat Malu"(HR Ahmad,Abu Dawud & nasa'I dari rawayat Ya'la bin Umayyah).



Berdasarkan hadits dan keterangan di atas, maka dalam fikih terdapat sebuah ketetapan hukum bahwa seseorang yang telah melakukan kemaksiatan atau kejahatan kemudian Allah membiarkannya tetap tersembunyi, maka ia tidak boleh menceritakan kejahatan tersebut kepada siapapun meskipun apa yang ia lakukan seharusnya mendapatkan balasan berupa hukuman Hadd.


Dalam riwayat shoheh yang lain kita juga bisa menemukan penjelasan bahwa rosulullah shallahu ‘alaihi wasalam berpaling dari Ma'iz RA ketika ia mengakui maksiat yang telah ia lakukan, ia menyakinkan Nabi, bahwa karena maksiat tersebut seharusnya ia menerima hukuman Hadd, namun Rusul Berpaling darinya untuk kedua kali, tiga, empat kalinya,





Hakikat Pujian. 


Faktor yang mendorong seorang manusia memuji orang lain adalah karena mereka melihat kebaikan dan keistimewaan yang ada pada diri orang yang dipuji, namun adanya pujian tidaklah menunjukan bahwa seseorang yang dipuji memang benar-benar berhak atas pujian itu, sebenarnya sanjungan yang ia terima hanyalah merupakan pembuktian bahwa Allah subhanahu wata'ala telah menyembunyikan keburukan dan kejelakan-kejelakanya dari mata manusia, lalu sebagai gantinya Allah azza wajalla Manampakan Secuil kebaikan yang dititipkan dalam dirinya menjadi bunga-bunga mekar yang mengeluarkan semerbak bau harum, bagaikan halilintar yang berkilau menyambar-nyambar di alam raya, atau seperti gemuruh petir yang menggelegar membahana ke seluruh dunia. 

Ketika sebuah pujian tenyata hanya merupakan bukti bahwa Allah telah menutupi keburukan-keburukan yang ada pada dirinya, maka kewajiban yang harus ia lakukan oleh orang-orang yang berakal sempurna adalah mengoreksi diri dan selalu mengingat aib dan dosa-dosa yang telah ditutupi Allah. Akhirnya ia akan merasa malu apa bila menerima pujian-pujian palsu yang sebenarnya tidak menjadi haknya, pujian yang ia dengar hanyalah seperti beban yang sangat berat dan harus ia pikul karena adanya sanjungan ternyata cuma mengingatkan keburukan,kesalahan dan kekurangan ajaran yang melekat dalam dirinya namun menjadi rahasia yang hanya diketahui Allah dan ia sendiri. Maha besar Allah telah berfirman:

بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ (14) وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ (15) [القيامة/14، 15]

Artinya: "Bahkan seorang manusia itu sangat mengerti akan keadaan dirirnya meskipun ia mengemukakan alas an-alasanya" (Qs.Al Qiamah:14-15)

Seseorang yang telah mengerti hakikat pujian tidak akan tertipu dan terpedaya oleh banyaknya sanjungan yang ia terima, bahkan akan menjadikanya lebih mengerti tentang kelemahan-kelemahan dan kehinaan pada dirinya di hadapan Allah subhanahu wata'ala. Akhirnya hal ini akan mendorong untuk lebih banyak beristigfar kepada Allah. Ia harus lebih banyak merasa sedih dan merasa atas keadaan dirinya yang begitu buruk namun ternyata disembunyikan oleh Allah. Sehingga tidak diketahui orang lain, keadaan ini cocok dengan sabda Rosul shalallahu ‘alaihi wasalam, beriktu ini:

اذامدح المؤمن رباالايمان في قلبه (اخرجه الطبراني من حديث أسامه بن زيد)

Artinya: "Apa bila seorang mu'min dipuji, maka iman di dalam hatinya kan bertambah" (HR At thobari dari riwayat Utsman bin Zaid).



 Penangkal fitnah pujian.


Sering kali pujian yang diterima oleh seseorang malah menjadikanya lupa diri ,sombong,takabur dan merasa sempurna. Ketika keadaan ini terjadi, maka perangkap-perangkap kejahatan akan segera menyertai dan membelenggu kehidupannya. Jalan keluar utuk menghindari akibat-akibat buruk yang ditimbulkan pujian adalah dengan meyakini bahwa semua orang yang memuji kita pada dasarnya hanya mengerti dan mengetahui penampakan luar yang terlihat oleh pandangan mata mereka, lalu kita harus sadar tentang keburukan dan kekurangan yang menumpuk begitu banyak dalam diri kita, hanya Allah Yang Maha Pengasih menyembunyikan ‘aib dan cela itu dari pandangan mereka.

Misalnya saja orang-orang memuji kita karena ketaatan dan ibadah yang kita lakukan. Hal ini terjadi karena mereka hanya melihat bentuk luar, namun tidak mengerti apa yang ada dalam hati kita,takabbur,sombong,& tujuan-tujuan sesat yang tersimpan dan tersembunyi dalam sanubari.

Atau ketika teman-teman menyanjung kita karena semangat yang kita tunjukan dengan lembaga sosial untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Andai kata mereka tahu rasa iri,dengki,kesombongan yang ada pada hati kita, Niscaya mereka tidak mau melontarkan pujian itu, bahkan mereka akan menghina dan menjahui kita.

Orang-orang hanya melihat bahwa kita selalu berjalan dalam kebenaran hingga kemudian mereka memuji kita, namun kita sendiri pastinya mengerti betapa banyak maksiat yang telah terjadi karena kedua mata kita dan telinga kita, betapa besar dosa yang ditimbulkan oleh lisan kita dan betapa agung kejahatan yang lakukan kedua tangan dan kaki kita, alangkah pemurah Allah Yang telah menyimpan kedurhakaan kita sebagi rahasia antara Allah dan diri kita sendiri.




 Tersesat karena Pujian.


Mungkin kita pernah mendengar seseorang berkata "Alhamdulillah, aku telah terhindar dari semua kekurangan dan keburukan yang tidak terlihat, orang-orang memuji karena mereka memang telah mengerti kabaikan-kebaikan lahir batin yang ada pada diriku".

Sesuatu yang harus diketahui, bahwa orang-orang yang mempunyai perasaan seperti ini merupakan bagian dari manusia yang paling banyak memiliki ‘aib dan cela, mereka telah menyalahi firman Allah subhanahu wata'ala.

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى (32) [النجم/32، 33]

Artinya: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang maha mengetahui tentang orang yang bertqwa. (Qs.An Najmu:32)

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا ( ا49) [النساء/49]

Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih???? Sebenarnya Allah Swt. Membersihkan siapa yang dikehendakiNya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun." (Qs.An Nisa':49)

orang-orang yang menganggap dirinya suci adalah orang yang tidak mengerti dan tidak mengetahui Fitroh yang telah digariskan Allah bagi hamba-hamba-Nya yaitu kelemahan kehinaan dan kekuasaan hawa nafsu atas dirinya, ia lupa akan agungnya hak-hak Allah yang membebani pundaknya sehingga ia kemudian merasa telah sempurna menjalankan tuntutan-tuntutan Allah subhanahu wata'ala.

Seandainya kata-kata yang ia ucapkan memang benar, mestinya rosul tidak pernah bersabda:

كل بني ادم خطاء وخيرالخطائين التوابون (رواه احمد والترمذي والحاكم وابن ابي سيبه من حديث انس بن مالك)




Artinya: "Semua anak Adam adalah salah orang-orang yang berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang mau bertaubat" (HR Ahmad, tirmidzi,Hakim,Ibnu Abi Syaibah riwayat Anas bin Malik)




Pujian yang kita terima hanyalah merupakan pengingat akan besarnya karunia Allah subhanahu wata'ala bagi kita karena masih mau menutupi dan menyembunyikan ‘aib dan cela kita dari pandangan manusia, jika kita mendapatkan sanjungan dan pujian maka kita harus segera mengingat Allah, memuji dan bersyukur kepada-Nya. Seandainya Allah azza wajalla membukakan kepada mereka sisi keburukan hati dan kejelekan keadaanmu, maka tidak akan ada orang-orang yang memberikan pujian kepadamu, bahkan mereka pasti membenci,mencela dan menjahuimu.

Rahasia hati dan alam yang tidak bisa dilihat

Yang dimaksud dengan kerajaan Allah adalah makhluk-makhluk-Nya yang berada diatas, di bawah dan sekitar kita tanpa terkecuali, saat kita memandang perkara-perkara itu, maka yang tampak oleh mata kita hanyalah bentuk luarnya saja. Sedangkan hal-hal yang terdapat dibalik luar itu tetap tersembunyi dari pandangn kedua mata kita, meskipun kita menggunakan kaca pembesar misalnya, atau teropong yang mammpu mendekatkan jarak, atau pun sinar infra merah dan sinar-sinar lain yang bisa menerobos benda-benda padat, semua itu hanya memperlihatkan sedikit rahasia yang ada di balik bentuk luar sebuah perkara.

ربما أطلعك علي غيب ملكوته وحجب عنك الإستشراف علي أسرارعبا ده



"Kadang kala Allah subhanahu wata'ala Memperlihatkan kepadamu bagian-bagian ghoib kerajaan-Nya,namun Dia menghalangimu untuk mengetahui rahasia-rahasia (hati) hamba-hamba-Nya."


Yang dimaksud dengan kerajaan Allah adalah makhluk-makhluk-Nya yang berada diatas, di bawah dan sekitar kita tanpa terkecuali, saat kita memandang perkara-perkara itu, maka yang tampak oleh mata kita hanyalah bentuk luarnya saja. Sedangkan hal-hal yang terdapat dibalik luar itu tetap tersembunyi dari pandangn kedua mata kita, meskipun kita menggunakan kaca pembesar misalnya, atau teropong yang mammpu mendekatkan jarak, atau pun sinar infra merah dan sinar-sinar lain yang bisa menerobos benda-benda padat, semua itu hanya memperlihatkan sedikit rahasia yang ada di balik bentuk luar sebuah perkara.

Ini hanya membahas hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan dan kemampuan manusia biasa, serta kemungkinan-kemungkinan ilmiyah yang dapat diperkirakan. Mengenai penyingkapan robbani yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang terpilih sehingga di depan indra penglihatan atau mata batinnya terhampar rahasia-rahasia kerajaan-Nya serta pengetahuan-pengetaahuan tentang makhluk-makhluk langit dan bumi, maka hal ini adalah murni anugerah yang tidak terbatasi fikiran-fikiran manusia. Sering kali Allah subhanahu wata'ala memeberiakn karunia dan kemuliaan ini kepada para nabi,rosul,aulia atau kepada hamba-hamba-Nya yang sholeh.

Salah satu contoh tersingkapnya rahasia-rahasia kerajaan Allah adalah apa yang bisa kita ketahui dari sabda Rasulallahu ‘alaihi wasalam.

إني أرى مالاترون أطت السماء وحق لها أن تئط ما فيها موضع أربع أصابع الا وملك واضع حبهته ساجدا لله تعالى. والله لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا وما تلذذتم بالنساء على الفرش . ولخرجتم إلي الصعدات تجأرون إلي الله تعالى (رواه الترمذي من حديث أبي ذر رضي الله عنه)

Artinya: "sesungguhnya aku bisa melihat apa yang tidak mampu kalian lihat, langit berteriak dan memang layak jika ia berteriak, tak ada tempat di dalamya yang sebesar bentangan empat jari kecuali disitu terdapat malaikat yang menundukakn dahinya bersujud keapada Allah subhanahu wata'ala. Demi Allah, seandainya kalian mengerti apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tersenyum dan lebih banyak menangis, kalian tidak mampu merasakan kenikmatan Wanita-wanita di atas ranjang dan kalian akan menaiki tempat-tempat yang tinggi untuk berdo'a sepenuh hati memohon pertolongan Allah subhanahu wata'ala." (HR. Tirmidzi,dari riwayat Abu Dzar RA)



Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam yang menunjukkan contoh rahasia-rahasia kerajaan Allah yang lain adalah:

إن الله زوى لي الأرض فرأيت مشارقها ومغاربها وإن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها (رواه مسلم من حد يث ثوبان)

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menghimpun bumi untukku, maka aku mampu melihat bagian timur sekaligus bagian baratnya. Dan sesungguhnya umatku akan sampai kapada karajaan bumi seperti apa yang dihimpun Allah untuk ku." (HR. Muslim dan Ahmad dari riwayat Tsauban RA).

Terkadang juga Allah azza wajalla memperlihatkan misteri-misteri keajaiban dunia yang sangat rahasia kepada kekasih-Nya, Aulia ataupun hamba-hamba piliha-Nya. Ada sebuah kaidah umum yang disepakati semua ulama' tauhid bahwa setiap perkara luar biasa yang pernah menjadi mu'jizat bagi seorang nabi, mungkin saja terjadi sabagai karomah untuk seorang waliyullah.


 Rahasia hati.


Hal-hal yang bersifat material dan tampak dalam pandangnn kasat mata akan berubah menjadi sesuatu yang tidak terlihat ketika dibatasi oleh jarak,ruang,waktu. Namun Allah subhanahu wata'ala mampu menyingkap semua itu dan memperlihatkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya, hanya saja ketika membahas perkara abstrak yang berada dalam diri seorang manusia, misalnya tabiat,kenginan,niat,fikiran dan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam hati, maka kita harus bahwa hal-hal seperti ini merupakan sesuatu yang misterius. Tidak bias ditembus dan dilihat oleh orang lain.

Mungkin saja bagi Allah, Memberikan kemampuan kepada seorang manusia untuk memandang benda-benda di balik gunung atau melihat perkara yang berada pada jarak sangat jauh ataupun hal-hal yang terjadi di masa lampau. Contohnya adalah peristiwa yang dialami Umar bin Khothob R.A. ketika beliau sedang berkhotbah di madinah tiba-tiba berteriak memanggil-manggil pasukan perang yang beliau kirim ke Syam, "Hai para pasukan berlindunglah di balik bukit, dan berlindunglah di balik bukit". Dan masih banyak contoh-contoh lain yang bisa kita ketahui dari riwayat yang masyhur terpercaya.

Berbicara mengenai isi hati, adalah sesuatu yang tidak mudah dan bahkan sangat sulit untuk menembus batas-batas yang menutupinya hingga bisa diketahui apa yang ada di dalamnya. Artinya, bukanlah termasuk sunnatullah untuk membuka dan dan memperlihatkan rahasia hati kepada orang lain layaknya sebuah fenomena yang nyata atau seperti suara yang menggelegar hingga mudah didengar.

Sebuah pepatah mengatakan, "Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu?" Jika kita merenungi mengapa isi hati tetap menjadi rahasia yang tersembunyi dari orang lain, maka kita akan menyadari bahwa ini adalah bentuk anugerah Allah Yang Sangat Agung.

Andaikan apa yang ada didalam hati, menjadi suatu perkara yang jelas dan bisa diketahui setiap orang, pasti semua orang akan diliputi kebencian terhadap orang lain. Mengapa? Karena mereka akan melihat ‘aib, cela dan kekurangan yang tersembunyi dalam hati teman-temanya. Bentuk-bentuk kebaikan lahiriyah yang menjadi faktor pendorong timbulnya persaudaraan dan persahabatan akan terhapus oleh keburukan-keburukan hati yang tampak jelas dan akhirnya berganti rasa benci dan muak. Selanjutnya kita bisa membayangkan sendiri apa yang akan terjadi saat keadaan berubah menjadi seperti ini.


 Misteri sang pemilik rahasia 

Salah satu bentuk belas kasih Allah kepada manusia adalah menjadikannya tidak mengerti dan menyadari kesalahan dan kukurangan yang ada pada dirinya sendiri. Hal ini ternyata karena ia menganggap keburukan yang ia lakukan adalah sesuatu yang biasa saja, bahkan terkadang seorang manusia menjalani kehidupannya dengan penuh kejelekan dan kejahatan, namun ia merasa bahwa semua itu merupakan perkara-perkara yang normal dan manusiawi. Hal ini cocok dengan sebuah peribahasa, "kuman di seberang lautan akan tampak dengan jelas, namun Gajah di pelupuk Mata tidak terlihat oleh pandangan."

Seandainya saja Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita mengerti satu persatu kejelekan-kejelakan yang ada pada diri kita, mengetahui semua keburukan dan ‘aib yang tersimpan dalam diri kita sendiri, bosan dan menganggap hina tubuh ini, hidup kita akan senantiasa terpenuhi kesedihan dan kesusahan yang tiada berujung tak berakhir.

Namun Allah Yang Maha Bijaksana selalu memberikan kemudahan dan kemurahan kepada hamba-hamba-Nya. Dia menutupi dan menghalangi kita untuk mengetahui sebagian besar ‘aib dan cela yang berada dalam diri kita sendiri. Allah subhanahu wata'ala menghilangkan kemampuan indera perasaan kita untuk meraba-raba semua keburukan diri dan hati agar kita menganggap bahwa Jiwa dan badan ini masih mempunyai nilai yang layak diperhitungkan, masih memilki kegunaan dan fungsi yang harus dijalanakan.
Kenyataan seperti ini akan menyadarkan kita bahwa pastinya Allah subhanahu wata'ala tidak akan membiarkan kita untuk melihat dan mengerti kejelekan dan kekurangan orang lain tanpa terkecuali, karena jika hal ini terjadi akan menimbulkan bencana dan bahaya yang tidak mampu kita bayangkan.


 Mengapa rahasia hati terbuka ?

Kenyataan yang terjadi, sering kita melihat dan mengetahui keburukan serta kejahatan orang-orang fasik yang kerap kali meremehkan syari'at-syari'at Allah. Akibatnya masyarakat membicarakan dan menyebarluaskan kejelakan perangai dan sifat orang-orang tersebut. Apakah hal ini bertentangan dengan perkataan Ibnu Atho'illah bahwasanya Allah menghalangi kita untuk mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan dalam hati dan jiwa hamba-hamba-Nya.

Sebenarnya Allah azza wajalla tidak pernah merobohkan batas-batas yang telah didirikan untuk menutupi rahasi-rahasia hati orang-orang seperti itu. Hanya saja, mereka sendirillah yang berusaha membuka pembatas hatinya dengan cara memperlihatkan keburukan mereka di mata khalayak ramai. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan tanpa malu, bahkan mereka menganggap perbuatan buruk yang mereka jalankan adalah sesuatu yang harus dibanggakan , layak disebut sebagai kehormatan dan kemuliaan hingga mereka menyebarluaskan ‘aib dan cela mereka dengan penuh keberanian dan kecongkokan.


Seandainya mereka lebih memilih untuk menyembunyikan keburukan yang mereka miliki, merasa malu atas ‘aib yang ada pada dirinya serta hawatir dan takut akan tercemarnya nama baik mereka, pasti Allah subhanahu wata'ala akan menjaga kekurangan, dan ‘aib mereka tetap tersembunyi. Allah subhanahu wata'ala akan mendirikan batas-batas yang selalu menutupi rahasi-rahasia tersebut di dunia ini. Mungkin juga Allah azza wajalla akan mengabadikan batas-batas ini sampai di akhirat nanti sebagai bentuk anugerah dan karunia-Nya.




Makhluk-makhluk Allah yang berwujud materi akan menjadi samar dan tidak terlihat karena jarak yang jauh, terhalangi oleh benda-benda lain atau karena perbadaan waktu, artinya telah terjadi di masa lalu atau terjadi di waktu yang akan datang, akan tetapii jika Allah menghendaki, maka batas-batas materi seperti ini akan lenyap sehingga seseorang akan mampu memandang perkara-perkara material tersebut tanpa batas.

Hanya saja Allah azza wajalla telah menetapkan batas-batas yang melindungi rahasia-rahasia hati agar tidak diketahui orang lain. Hal ini dimaksudkan agar di dalam masyarakat tetap terjaga semangat perdamaian dan kerukunan hidup, karena jika rahasia hati yang penuh dengan ‘aib dan cela bias diketahui setiap orang, maka yang terjadi adalah tumbuhnya rasa benci dan muak sehingga timbullah keresahan dan perpecahan serta berbagai macam kekacauan.



Bahkan sebagian rahasia hati ini tetap disembunyikan Allah dan tidak diketahui oleh pemiliknya, agar ia tetap memiliki semangat hidup dan menghargai kehidupan. Namun terkadang batas-batas rahasia hati ini terbuka karena memang sang pemilk hati membukanya sendiri dengan cara melakukan perbuatan tercela secara terang-terangan atau dengan menyebarluaskan ‘aib yang mereka miliki kepada orang-orang disekitarnya.
Sebagai seorang hamba yang mempunyai tuhan Yang Maha Esa, yang banyak menutupi ‘aib dan cela hamba-hamba-Nya, maka kita harus menutupi ‘aib dan cela diri sendiri, lebih-lebih ‘aib orang lain. Jika kita tahu bahwa kita mempunyai banyak keburukan, maka kewajiban kita adalah bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata'ala. Menyebar luaskan Aib diri sendiri apa lagi aib orang lain hanya akan menimbulkan fitnah dan kekacauan masyarakat.

Hati seperti raja dalam diri manusia

Jika kita melucuti struktur lahiriyyah seorang insan, maka akan menemukan bahwa esensi manusia itu terdiri dari dua unsure dasar yang membangun jati diri manusia yaitu akal dan kalbu atau hati. Sedangkan bentuk badan yang tampak oleh pandangan mata ini bukanlah sesuatu yang penting hingga bisa menimbulkan perbedaan antara seorang manusia dan seekor binatang. Semua hewan itu juga memiliki bentuk lahir yang tidak jauh berbeda dengan manusia, manusia hanya akan menyandang nilai lebih dari hewan jika mempunyai hati dan akal.

كيف يشرق قلب صور الأكوان منطبعة في مرآته، أم كيف يرحل إلى الله وهو مكبَّل بشهواته، أم كيف يطمع أن يدخل حضرة الله وهو لم يتطهر من جنابة غفلاته، أم كيف يرجو أن يفهم دقائق الأسرار وهو لم يتب من هفواته




"Bagaimana mungkin hati seseorang bisa berbinar sedang gambar makhluk masih memenuhi cermin hatinya, dan atau bagaimana mungkin ia bisa berlari menuju Allah sedang ia masih dibelenggu oleh kesenangan-kesenangan nafsunya, dan bagaimana mungkin ia bisa masuk kehadapan Allah sedang ia belum bersuci dari najis kelalaiannya, dan bagaimana mungkin ia mengharap bisa memamahi lembutnya rahasia-rahasia yang tersimpan sedang ia belum bertaubat dari dosa-dosanya"


Hikmah ini masih berhubungan erat dengan dua hikmah sebelumnya, kita akan mengerti permasalahan ini dengan jelas jika bisa memahami semuanya kemudian mengaitkan satu persatu layaknya mata rantai yang saling melengkapi satu dengan lainnya.

 Inti manusia

Jika kita melucuti struktur lahiriyyah seorang insan, maka akan menemukan bahwa esensi manusia itu terdiri dari dua unsure dasar yang membangun jati diri manusia yaitu akal dan kalbu atau hati. Sedangkan bentuk badan yang tampak oleh pandangan mata ini bukanlah sesuatu yang penting hingga bisa menimbulkan perbedaan antara seorang manusia dan seekor binatang. Semua hewan itu juga memiliki bentuk lahir yang tidak jauh berbeda dengan manusia, manusia hanya akan menyandang nilai lebih dari hewan jika mempunyai hati dan akal.

Akal adalah bagian manusia yang berfungsi untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu, sedangkan hati merupakan terminal tempat berkumpulnya perasaan dan emosi. Dengan akal dan hati yang berfungsi normal, manusia akan memiliki kemampuan untuk menciptakan kemakmuran dan peradaban yang luhur serta memperoleh pengetahuan dan penemuan-penemuan baru. Akal yang berjalan seiring dengan hati akan menjadikan seorang manusia mampu melakukan perbaikan luar biasa dan bahkan mungkin pula akan menimbulkan puncak kerusakan di muka bumi.

Dalam kesempatan ini kita tidak akan membahas tentang akal, karena topik yang sesuai dengan hikmah ini adalah mengenai hati atau kalbu. Kalbu yang berkaitan dengan pembicaraan kita bukanlah sebagaimana yang diistilahkan oleh para dokter dan ahli anatomi tubuh yang mengartikannnya sebagai sekumpulan otot yang berada dibalik rongga paru-paru sebelah kiri. Kalbu atau hati yang kita maksudkan adalah sebuah wadah yang menjadi kediaman perasaan dan emosi baik yang menjadi pendorong, penjegah ataupun perasaan menyanjung. Contoh perasaan pendorong adalah cinta dan hormat, perasaan pencegah kita bisa lihat dalam bentuk ketakutan dan kebencian. Sedangkan penyanjung akan kita temukan dalam bentuk kekaguman dan pengagungan.


Hati bisa diibaratkan seperti sebuah lembaran yang mampu merespon perasaan-perasaan yang sangat halus. Ketika pandangan kita melihat sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan impian yang mengisi pikiran, maka lembaran hati akan menuliskan perasaan yang bernama cinta.





Saat kedua mata ini menyaksikan perkara-perkara yang tidak cocok dengan kemauan kita, dengan segera lembaran hati akan memunculkan rasa benci jika ada orang lain yang mendahului kita dalam menggapai harta atau apa saja yang kita inginkan maka lembaran hati akan mencatat rasa hasud, iri atau dengki. Dan apabila kita berkumpul besama orang-orang yang tidak menghargai kita atau bahkan malah cenderung menyepelekan, lembaran hati akan merespon dengan perasaan marah seketika itu juga.





 
Sang pemimpin
Para ahli kejiwaan berpendapat bahwa dorongan seorang manusia untuk melakukan sebuah kegiatan itu berasal dari dalam hati sebanyak tujuh puluh persen, sedagkan sisanya sebanyak tiga puluh persen akan diperoleh dari akal pikiran.

Namun pendapat seperti ini masih perlu ditanyakan kebenarannya andai saja semua manusia itu hidup berdasarkan hukum akal, pasti mereka akan bersatu padu tanpa perbedaan sedikitpun untuk menciptakan ketentraman dan kesejahteraan dan bahkan bersama-sama dalam tundukan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Esa . hanya saja semenjak dahulu manusia itu lebih cenderung bertindak dengan menuruti perasaannya. Akal yang mereka miliki hanya berfungsi sebagai alat yang dikuasai oleh cinta, kebencian atau iri dan dengki. Perasaan yang keluar dari hati tersebut merupakan raja tunggal yang digdaya mengendalikan langkah-langkah hidupnya.

Banyak orang yang mengetahui kesalahan dan bahaya-bahaya yang muncul ketika akal telah tunduk kepada perasaan yang jahat. Mereka ingin mengatasi masalah ini dan berusaha menundukan perasaannya dengan kemampuan daya intelektual. Mereka menamakan usahanya dengan sebuatan tarbiyyah atau pendidikan. Dari waktu ke waktu sistem pendidikan semakin berkembang dan bermacam-macam ahli pendidik bermunculan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Akan tetapi semua usaha ini hanyalah menjadi media pengantar sedangkan yang berusaha mengendalikan tindak tanduk menusia adalah hati. Akal hanya berperan sebagai naluri penjelas sepereti sebuah lampu yang menyinari namun tidak mempunyai energy penggerak dan pendorong.




 Cermin buta

Dalam hikmah ini, Ibnu Atho'ilah menyatakan bahwa hati itu seperti sebuah cermin. Dia akan memantulkan perasaan dan emosi yang dimilki oleh seorang manusia.

Bisa kita saksikan bahwa kaca cermin yang dihadapkan kepada dasar sumur yang gelap akan tampak berwarna hitam gelap. Dan bila permukaan cermin tersebut diarahkan kepada matahari yang bersinar terang, maka ia akan menjadi kilau percis seperti cahaya matahari. Kemudian cermin akan beralih warna kehijauan jika ia berada dihadapan hijaunya pepohonan dan aneka ragam tumbuhan. Ia akan menampakan gambar yang serupa dengan segala sesuatu yang terletak didepannya.

Apabila seorang manusia mengarahkan keinginan dan impiannya kepada kemewahan dan kemegahan dunia maka secara otomatis gambar dunia akan memenuhi permukaan cermin hatinya. Selanjutnya hati akan menyiapkan pasukan dan semua media yang memungkinkan untuk merealisasikan gambar-gambar yang telah terekam itu.

Dalam keadaan seperti ini, apakah mungkin wujud Allah subhanahu wata'ala akan tampak dihatinya ? sebuah wadah yang telah terisi penuh oleh impian-impian duniawi hingga memunculkan rasa iri kepada orang-orang yang menyaingi atau rasa benci kepada orang-orang yang mengungguli, apakah mungkin masih menyisakan ruang kosong bagi rasa cinta dan takut kepada Allah ? bisakah kegelapan itu berkumpul dengan sinar terang ? atau mungkinkah dua hal yang berlawanan akan bersatu dalam sebuah esensi ?

Ketika hati telah gelap karena hawa nafsu dan dosa-dosa yang timbul darinya, maka kegelapan tersebut akan berubah menjadi noda dan bintik yang menutupi semua permuakaannya.

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14) [المطففين : 14]

Artinya : "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (Q.S. Al-muthafifin : 14)

Dalam keadaan seperti itu, seorang manusia akan merasakan apa yang disebut sebagai gangguan jiwa, ia masih percaya kepada akalnya dan juga mengetahui kebenaran-kebenaran yang sesuai logika semisal 1+1=2. Ketika ia menghadiri majelis pengajian, maka ia akan menerima dan tunduk kepada dalil dan argumen-argumen yang dipaparkan sebagai sesuatu yang hak. Akan tetapi setelah ia keluar dari majelis tersebut, dengan segera ia akan kembali dalam pasungan kemauan dan keinginan sahwatnya.

Hal itu terjadi karena akal memang selalu berada dibawah kepemimpinan perasaan, coba saja sekarang ini kita melihat orang-orang disekitar kita, mayoritas mereka pasti mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, namun berapakah jumlah orang-orang yang mau menerapkan hukum-hukum akal tersebut ?

Ketika seseorang yang berkribadian mendua bertanya. "sekarang ini aku mengakui kebenaran-kebenaran yang berasal dari Al-Qur'an, lalu mengapa aku tidak mampu memenuhi tuntutan dari hukum tersebut ?", maka jawabannya adalah apa yang dikatakan Ibnu Atho'illah, "Bagaimana mungkin hati akan bersinar sedangkan permukaannya telah penuh oleh lukisan gambar-gambar dunia ?". hatimu telah gelap karena noda-noda hitam yang menutupinya. Engkau telah terjerat oleh kekuasaan bintik-bintik tersebut. Tidak ada lagi ruang kosong dalam hatimu untuk menempatkan rasa cinta yang mendorong untuk memenuhi panggilan Allah subhanahu wata'ala atau rasa takut yang mencegahmu untuk melakukan maksiat dan kejahatan.

Saat akal pikiranmu meminta izin kepada hati yang telah penuh oleh noda-noda dosa dan sahwat untuk menyemaikan benih-benih cinta kepada Allah , maka akal akan mencari dan terus mencari lahan kosong pada permukaan hati namun ternyata ia sama sekali tidak menemukannya. Tidak hanya sampai disitu, sang akal kemudian berusaha memberitahukan kepada hati tentang risalah suci dari ilahi rabbi.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (16) [الحديد/16]

Artinya : "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. Al-hadidi : 16)

Lagi-lagi karena hati telah penuh sesak oleh muatan-muatan sahwat dan dunia, maka usaha akal untuk menyusupkan risalah tersebut kedalamnya menjadi sia-sia tanpa guna.

Sebuah contoh masyhur yang sering kita dengar adalah kisah Bal'am bin Ba'ura, salah seorang bani Israil. Allah subhanahu wata'ala telah menganugerahkan karunia ilmu yang melimpah kepadanya, sedangkan ilmu pengetahuan sebagaimana kita tahu adalah akal. Akan tetapi Bal'am lebih memilih untuk menuruti keinginan liarnya. Hati yang telah dipenuhi nafsu liar akhirnya memimpin dan mengendalikan akalnya untuk menggapai impian-impian dunawiyah. Perjalanan hidup Bal'am persis seperti seekor anjing yang selalu menjulurkan lidah kepada apa saja yang dia jumpai tanpa pernah merasa puas. Kisah Bal'am diabadikan oleh Allah subhanahu wata'ala sebagai nasihat bagi manusia dalam ayat berikut.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) [الأعراف/175-177]

Artinya : "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (175).Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. "(176). (Q.S. Al-‘araf : 175-176)


Penjerat berantai

Inti pembahasan pada awal hikmah ini ialah tentang penyakit hati. Berawal dari keinginan-keinginan duniawi yang memenuhi permukaan hati hingga akhirnya menjadi noda hitam yang menimbulkan kegelapan. Andai saja gambar-gambar dunia yang terekam memenuhi hati itu seperti sifat tulisan atau gambaran yang ada pada lembaran kertas atau tembok, tentu akan sangat mudah untuk menghapusnya. Namun potret-potret dunia yang memenuhi cermin hati ini, sama sekali tidak mungkin hilang atau terpengaruh oleh sebab-sebab dan media material.

Solusi untuk mengobati penyakit tersebut bisa kita temukan pada poin yang kedua dari hikmah ini. "Atau apakah mungkin hati akan menghadap Allah subhanahu wata'ala padahal ia masih terbelenggu oleh sahwat-sahwatnya". Masalah utama yang menghalangi hati untuk menghadap kepada Allah adalah dikarenakan jeratan sahwat. Jadi usaha pertama yang harus dilakukan untuk menangani dilema penyakit hati ialah membebaskannya dari kekangan nafsu sahwat. Lalu bagaimana caranya?

Kita lihat dulu dari poin ketiga ini, "Bagaimana mungkin hati berharap agar bisa memasuki kerajaan Allah , sedangkan ia tidak mau bersuci dari kotoran-kotoran kelalaiannya?". Sahwat yang telah menguasai dan merajai hati akan menjadikannya lalai dari Allah ‘Azza wa Jalla. Kesenangan yang ditawarkan nafsu syahwat akan menjadikan seseorang tenggelam dalam perasaan gembira dan akan merasa sedih saat terpisah dari kemewah-mewahannya. Jadi, salah satu proses untuk menyembuhkan hati yang sakit adalah dengan pejuangan sekuat tenaga untuk membinasakan kelalaian yang menyelimutinya.

Satu-satunya jalan penyelamat ialah dengan cara meninggalkan jauh-jauh segala bentuk dosa dan kesesatan, sebagaimana tersirat dalam poin terakhir hikmah ini, "Bagaimana mungkin hati berharap untuk bisa memahami rahasia-rahasia Allah swt yang sangat rumit, sedangkan ia belum bertaubat dari kesesatan-kesesetannya?".
Kesesatan dan dosa adalah penyebab utama adanya kelalaian hati dari Allah swt. Lalu kelalaian akan menjadikan seseorang tunduk dan pasrah kepada nafsu syahwat yang menuliskan gambar-gambar dunia di atas permukaan hati hingga menjadi noda-noda hitam yang menutupinya.

 Tuntutan sebenarnya 

Manusia merupakan makhluq Allah yang tidak lepas dari kesalahan, apakah bisa ia terbebas dari dosa? Bukankah yang terbebas dari dosa itu hanya para Nabi, lalu apa yang harus dilakukan oleh manusia biasa?

Manusia tidaklah dituntut agar terbebas sama sekali dari dosa. Ia hanya diwajibkan untuk menjauhi maksiat dan dosa sekuat tenaga. Dan bila ia terlanjur melakukan kesalahan, maka ia harus bertaubat dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi. Jika ia tergoda lagi untuk berbuat dosa, maka ia harus bartaubat kembali dan jika masih terulang terus, ia harus mengulang-ulang taubat, dan seterusnya. Hal seperti inilah yang disebut dengan عِصمَة(terbebas dari dosa) bagi orang-orang awam seperti kita.

Ketika syaitan mengancam kepada Allah bahwa ia akan menyesatkan semua hamba-hamba-Nya, maka Allah ‘Azza wa Jalla kemudian menjawab, bahwasanya mereka juga memiliki kekuatan penolak maksiat dan kejahatan. Allah swt berfirman:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ (42) [الحجر/42]

Artinya : "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat." (Q.S. Al-hajr : 42)



Maksudnya, syaitan tidak akan mampu menyesatkan orang-orang yang benar-benar meyakini sifat kehambaannya. Karena dengan bekal keyakinan itu, maka ia akan merasa menyesal setelah melakukan sebuah kejahatan. Kemudian rasa sesal di dadanya akan mendorong untuk bertaubat dengan tulus dan ikhlas. Dengan begitu, pengaruh maksiat akan hilang dan dosanya menjadi terhapus. Saat ia kembali berbuat dosa hingga berulang kali, maka proses diatas juga akan terus terulang, namun tetap berakhir dengan taubat yang tulus.

Setelah seseorang berhasil menyelamatkan diri dari dosa dan kesesatan melalui jalan pertaubatan yang suci lalu ia mampu berjalan tegak lurus pada rel-rel kebenaran, maka kelalaian akan segera sirna dari hatinya. Berganti dengan dzikir serta keyakinan akan adanya kontrol dan pengawasan Allah. Tibalah saatnya untuk memasuki kerajaan Allah Yang Maha Agung.

Hal ini sangat cocok dengan perkataan Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam, ketika beliau menjelaskan perihal ihsan,

أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك

Artinya : "Yaitu engkau menyembah Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia selalu melihatmu".

Maksudnya engkau menarik perasaanmu secara total sehingga dunia dan segala isinya ini hilang dari hatimu dan tidak berarti apa-apa. Saat memandang dunia, maka engkau hanya merasakan telah berada di hadapan Allah subhanahu wata'ala yang selalu berfirman kepadamu seakan-akan engkau benar-benar melihat-Nya.

Keyakinan seorang hamba akan kehadiran Allah berarti adanya kesadaran akan adanya sifat-sifat, nikmat dan karunia serta rahamt-Nya. Ketika ia menerima nikmat, maka ia pasti menghubungkannya dengan Dzat yang menganugerahkan nikmat tersebut. Segala bentuk pergantian keadaan hidup yang ia jalani hanya semakin menguatkan keyakinannya bahwa yang mengatur semua itu adalah Allah Yang Maha Kuasa. Dalam situasi seperti ini, maka cinta dalam hatinya hanya akan tertuju kepada Allah subhanahu wata'ala. Ia sama sekali sekali tidak menghiraukan makhluk karena ia selalu berdiri di depan keagungan Allah Yang Maha Sempurna.

Namun cinta kepada Allah bukan berarti merubah dirinya menjadi seorang malaikat yang tidak memiliki atau merasakan keinginan. Ia tetap saja merupakan manusia biasa yang mempunyai kemauan-kemauan pribadi. Hanya saja ia akan menuruti jika memang keinginan tersebut sesuai dengan syariat. Namun apabila bertolak belakang dengan undang-undang taklif, maka ia akan segera menyingkirkannya.



Cinta kepada Allah yang telah mengisi hati, seorang hamba akan menghancurkan dan menyingkirkan nafsu syahwat yang dahulu menguasainya. Termasuk juga rasa cintanya kepada makhluk-makhluk di dunia ini. Akhirnya cermin hati hanya akan menghadap ke hadirat Allah sehingga satu-satunya yang tampak adalah Allah ‘Azza wa Jalla.







Menyatukan hati 



Apakah bisa tergambarkan ketika seorang manusia biasa melihat gambar pemandangan dunia namun gambar tersebut tidak tercatat dalam lembaran-lembaran hatinya?

Gambar-gambar makhluk yang telah dilihat oleh kedua mata akan terekam dalam memori otak. Setelah itu ia akan berusaha memasuki ruang-ruang hati. Namun ketika hati telah bergelora oleh rasa cinta kepada Allah, maka hati tidak akan menerimanya sebagai sekedar gambar biasa. Ia hanya menganggap bahwa semua itu adalah bukti dan tanda yang berbicara tentang keesaan Allah ‘Azza wa Jalla, keagungan serta kekuasaan-Nya, sambil berkata,

و في كل شئ له أية تدل على أنه الواحد

"Di dalam sesuatu (yang ada di dunia ini) pasti terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat Yang Maha Esa".

Hamba-hamba yang memiliki hati semacam ini akan melukiskan gambar-gambar yang dilihat kedua matanya dalam lembaran hati, namun hanya untuk mendengarkan ucapan tasbih dari gambar itu. Maha Benar Allah yang telah berfirman:

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ [الإسراء/44]

Artinya : "Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Q.S. Al-‘isra' 44)

Mereka juga melihat kemegahan dan keindahan dunia seperti keadaan manusia umumnya, namun hati yang mereka miliki akan mengubah gambar-gambar itu menjadi cahaya kerinduan akan keindahan Allah subhanahu wata'ala. Ketika menatap hamparan langit yang penuh dengan kilauan bintang atau terang cahaya rembulan maka hati akan mengalihkan pemandangan itu sebagai pesan suci dari Allah ‘Azza wa Jalla. Yang terlukis memenuhi lembaran hatinya hanyalah cahaya-cahaya ayat Allah. Satu-satunya yang terukir dalam hatinya adalah Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Sempurna.

Lain halnya dengan seseorang yang belum memahami makna tauhid. Gambar-gambar yang ia saksikan dengan dua mata akan menjadi tabir yang melalaikan hatinya dari Allah ‘Azza wa Jalla hingga akhirnya akan menjerumuskan kepada jurang dosa dan maksiat.Seseorang yang memiliki ketergantungan atau rasa cinta kepada orang lain juga akan mengalami apa yang mereka sebut sebagai kehadiran tunggal. Artinya saat ia menatap apa saja, maka hatinya akan bingung untuk menggambarkana esensi yang ia lihat. Karena hanya satu yang teringat dalam lamunannya yaitu orang yang menjadi idaman hatinya.

Jikalau keadaan seseorang yang mencintai orang lain bisa sampai seperti ini, maka semestinya hamba yang mencintai Allah akan mengalami keadaan yang lebih dahsyat lagi. Betapa tidak? Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat Yang Maha Sempurna segala-galanya.

Segala yang ada di dunia ini pada hakikatnya hanya akan menyandarkan kepada kehadiran tunggal yang merupakan buah bibir dari akidah tauhid.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164) [البقرة/164]

Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Q.S. Al-baqarah : 164)







Kesimpulan 



Selain memiliki bentuk fisik yang tampak oleh mata, manusia juga terdiri dari bagian abstrak yang tidak terlihat. Bahkan sisi abstrak inilah yang membedakan antara seorang insan dengan seekor binatang.

Bagian abstrak manusia adalah akal dan hati, namun yang terpenting serta menjadi pengendali hidup seseorang adalah hati. Ibarat sebuah cermin, hati akan manampakkan gambar-gambar yang ada di depannya. Jika ia menghadap kepada matahari, maka cermin itu akan bersinar terang benderang. Sebaliknya ia akan penuh dengan kegelapan ketika berda di depan benda-benda yang gelap.

Keadaan hati juga seperti anggota fisik manusia yang terkadang tertimpa penyakit. Namun virus-virus dan bakteri yang menyerang hati akan sangat sulit terdeteksi. Hati yang terserang pernyakit dan tidak segera ditangani akan menyebabkan seseorang terjerumus dalam kesesatan dan akibat yang paling fatal adalah neraka selama-lamanya.

Sebab utama penyakit hati adalah dosa dan maksiat yang kemudian akan menimbulkan kelalaian kepada Allah subhanahu wata'ala. Jadi langkah pertama kali yang harus dilakukan untuk mengobati hati ialah dengan meninggalkan dan membuang jauh-jauh segala bentuk dosa dan kejahatan. Dengan begitu hati akan teringat kembali kepada sifat dasar penghambaannya kepada Allah dan mengomando semua organ tubuhnya untuk melaksanakan tanggung jawab yang membebani pundaknya dengan tekun dan disiplin.

Setelah ia mampu istiqomah beribadah dan mengingat Allah, maka ia akan menikmati rasa cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang mengantarkan dirinya mencapai derajat ihsan, menyembah Allah seakan benar-benar melihat-Nya. Dalam kondisi seperti ini, maka yang mengisi hatinya hanyalah Allah subhanahu wata'ala dengan semua sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dunia yang terlihat oleh kedua matanya akan merasuk ke dalam hatinya sebagai gelombang-gelombang cahaya yang menjelaskan keagungan, kekuasaan serta kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla.


Rabu, 27 Juni 2012

SYAIR SYARI'AT,THORIQOT,MA'RIFAT - HAQIQAT

Mengarang sya'ir ibarat berpindah
Sya'ir di karang yang amat indah
Ingatlah diri akan berpisah

Af'al Allah nama perahunya
Ilmu Allah nama kurungnya
Amantubillah nama kemudinya
Di yakinkan Allah nama haluannya

Taat istinja' nama lantainya
Kufur dan maksiat air ruangnya
Tauhid itu akan sauhnya
Lailahaillallah itu akan talinya

Agama itu akan tiangnya
Assalamu'alaikum itu tali lenggangnya
Taat ibadat anak dayungnya
Shalawat akan nabi tali bubutannya

Ingat itu akan layarnya
Tulus dan ikhlas itu akan kuatnya
Sabar dan yakin nama kesiapannya
Sempurna ingat akan lajunya

Allahu Akbar nama airnya
Astaghfirullah nama anginnya
Subhanallah akan lajunya
Lailahaillallah itu nama pelabuhannya

Jannatul nama negerinya
Iradat Allah nama benderanya
Kodrat Allah nama pasarnya
Iman dan taat nama kurungnya

Tuan belajar ilmu hakikat
Betulkan agama dengan ma'rifat
Di datangi guru dengan isyarat
Betulkan syari'at dengan hakikat

Zikir dan tauhid inilah bekal
Siang dan malam janganlah tinggal
Di dalam syurga tempat yang kekal
Pulang ke akhirat inilah bekal

Zikir dan tauhid inilah bekal
Siang dan malam janganlah tinggal
Pulang ke akhirat inilah bekal
Di dalam syurga tempat yang kekal

Ilmu Ushuluddin janganlah bimbang
Sifat dua puluh hendaklah terang
Betulkan i'tikad jangan bercabang
Tuhan yang esa tiada berbilang

Jikalau datang percobaan dirimu
Selesaikan betul dengan jawabanmu
Kepada Nabi Muhammad engkau mengadu
Katakan datangnya dari tuhanmu

Jikalau datang ia kepadamu
Ingat - ingat jangan tersama
Allah - Allah akan pandanganmu
Laitsa Kamishlihi Syai'un akan perisaimu

Tetapkan ingat janganlah bimbang
Di situlah tempat kita yang lapang
Ingat akan Allah janganlah kurang
Di dalam hati janganlah lekang

Mati itu ibarat berpulang
Di dalam kubur tempat berpulang
Di situlah terasa sakit dan senang
Siapa yang taat dapatlah senang

Sembahyang itu janganlah bimbang
Atau berjama'ah atau seorang
Serta jama'ah janganlah kurang
Setiap waktu malam dan siang

Aduhai sekalian adik dan kakak
Ingat - ingat janganlah tidak
Mati itu tak boleh tidak
Pikirlah tuan adik dan kakak

Jagalah tuan adik dan kakak
Sementara kubur belum terbuka
Setiap malam demikian juga
Jagalah kita adik dan kakak

Jagalah tuan di waktu subuh
Masuk waktu jangan bertangguh
Mengerjakan sembahyang bersungguh - sungguh
Iman kita supaya teguh

Inilah dia pengajaran guru
Sembahyang dan zikir kerjakan olehmu
Serta taat dengan yakinmu
Masuk syurga syukur olehmu

Mengerjakan dia janganlah jemu
Dari kecil sampai besarmu
Pengajaran ini dari tuhanmu
Jagalah kita bersama - sama

Awal menyurat di batu pahat
Rantau panjang namanya tempat
Di bukakan sya'ir akan nasehat
hendaklah di baca berkuat - kuat

Kerjakan olehmu berkuat - kuat
Sementara muda badanmu kuat
Kepada alim yang tinggi pangkat
Muliakan dia dunia akhirat

Mencari guru hendaklah ingat
Amalnya banyak ibadatnya kuat
Dunianya ringan akhiratnya kuta
Inilah guru yang menberi manfaat

Apabila dapat guru yang sempurna
Serahkan diri di bawah kodratnya
Adab dan hormat sepanjang harinya
Banyakkan sejarah mencium kakinya

Aduhai anak muda bangsawan
Kuatlah engkau belajar Qur'an
Belajar itu janganlah segan
Supaya menjadi fakih pilihan

Ada isyarat pada pilihan
Empat isyarat pada ali zaman
Lidahnya lembut suara andalan
Nafas panjang lancar bacaan

Berat dan ringan pula di perbedakannya
Ikhfa dan idgham harus di samakan
Apabila ada yang sedemikian
Inilah nama fakih pilihan

Apabila sempurna kaji Al - Qur'an
Ushul dan Fiqh harus pula di belajarkan
Serta ibadat berhari - harian
Fakih Qari orang panggilkan

Apabila sempurna Ushul Fiqhnya
Syarah dan Nakhu pula di bacanya
Mantiq dan Ma'ani pula di bacanya
Serta lafadz seribu maknanya

Dalil dan hadits pula di perbedakannya
Halal haram dosa dan pahalanya
Apabila sempurna adab isyaratnya
Dapatlah ikhlas amal ibadatnya

Siapa orang ahli Thariqat
Serta beramal tertibnya kuat
Tahulah dunia banyak mudharat
Tiadalah boleh di lawan bersahabat

Ambillah Thariqat serta ilmunya
Kepada Chalifah yang tinggi pangkat
Alam yang jauh hampirlah dapat
Tetapi ingat hendaklah kuat

Apabila sempurna Thariqatmu tuan
Shalat dan suluk pula di kerjakan
Barulah putus ma'rifatmu tuan
Membedakan hamba dengan tuhan

Bersuluk itu ilmu andalan
Musyahadah Mukabalah menyembah tuhan
Asyik tafakkur berhari - harian
Ilmu yang lain tiada sedemikian

Setengah orang baik nasibnya
Dengan berkat do'a gurunya
Berhari - harian tafakkur kerjanya
Lezat dan nikmat di rasai imannya

Jangan kamu hendak kemegahan dunia dan kebesarannya, seperti hendak menjadi Qadhi dan Imam dan lainnya, istimewa pula hendak menjadi penghulu - penghulu.
Dan lagi jangan hendak menuntut harta benda banyak - banyak.
Dan jangan di banyakkan memakai pakaian yang bagus - bagus.

Jika orang dengki khianat kepada kamu, telah dipeliharakan Allah Swt kamu dari padanya, maka hendaklah kamu sabar dan jangan dibalas dan beri nasihat akan dia dengan perkataaan lemah lembut, karena mereka itu orang yang bebal.

Jika datang bala dan cobaan, maka hendaklah mandi tobat mengambil air sembahyang, dan meminta do'a kepada Allah Ta'ala.
Dan banyak - banyak bersedekah kepada fakir dan miskin dan minta tolong do'akan kepada guru - guru dan shalih - shalih karena mereka itu kekasih Allah Ta'ala.

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila