TANBIIH

الحَمـْدُ للهِ المُــوَفَّـقِ للِعُـلاَ حَمـْدً يُوَافـــِي بِرَّهُ المُتَـــكَامِــلا وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَي النَّبِيِّ المُصْطَفَىَ وَالآلِ مَــــعْ صَـــحْــبٍ وَتُبَّـاعٍ وِل إنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا تَقْوَى الإلهِ مَدَارُ كُلِّ سَعَادَةٍ وَتِبَاعُ أَهْوَى رَأْسُ شَرِّ حَبَائِلاَ إن أخوف ما أخاف على أمتي اتباع الهوى وطول الأمل إنَّ الطَّرِيقَ شَرِيعَةٌُ وَطَرِيقَةٌ وَحَقِيقَةُ فَاسْمَعْ لَهَا مَا مُثِّلا فَشَرِيعَةٌ كَسَفِينَة وَطَرِيقَةٌ كَالبَحْرِ ثُمَّ حَقِيقَةٌ دُرٌّ غَلاَ فَشَرِيعَةٌ أَخْذٌ بِدِينِ الخَالِقِ وَقِيَامُهُ بَالأَمْرِ وَالنَّهْيِ انْجَلاَ وَطَرِِيقَةٌ أَخْذٌ بِأَحْوَطَ كَالوَرَع وَعَزِيمَةُ كَرِيَاضَةٍ مُتَبَتِّلاَ وَحَقِيقَةُ لَوُصُولُهِ لِلمَقْصِدِ وَمُشَاهَدٌ نُورُ التّجَلِّي بِانجَلاَ مَنْ تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق

hiasan

BELAJAR MENGKAJI HAKIKAT DIRI UNTUK MENGENAL ILAHI

Sabtu, 14 April 2012

MENENGOK SEJARAH LAMA YANG DI RIWAYATKAN OLEH SYECH ABDUL KARIM AL JILLIY

MENENGOK SEJARAH LAMA YANG DI RIWAYATKAN OLEH SYECH
ABDUL KARIM AL JILLIY ..... DENGAN BAHASA SARYANIYAH ...

di sesebutkan pada masa itu injil bisa di pahami dengan  berbagai bahasa & pemahaman 
yang pertama  injil sering di ucapkan dengan menyebut nama bapak , dengan menyebut nama ibu 
dengan menuebut nama anak laki-laki (ibnu) penyebutan ini di ganti dalam al-qur'an dengan sebutan BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM .... di ambil dari perkataan Ulama' yang ahli di bidang tata bahasa bahwasanya penyebutan bapak,ibu & anak laki-laki itu di ruju'kan pada RUHI ALQUDDUS , MARYAM DAN 'ISA as ... dan para 'Alim billah bersepakat menyatakan  

INNALLOHA TSALAATSU TSALAASAH WALAM YA'LAMUU ANNAL MUROODA BIL ABBI HUWA ISMU AL-DZATI WAL UMMU KUNHU AL-DZAATI AL-MU;BIRU 'ANHAA BIMAA HIYATIL KHAQOOIQI WA BIL IBNI AL-KITAABI .. WAHUWAL  WUJUUDU AL-MUTHLAQI  LI'ANNAHU FAR'UN WANATIIJATUN 'AN MAAHIYATIL KUNHI ... 

yang artinya :
sesungguhnya alloh itu terdiri dari 3 sebutan  sehingga para kaum tidak memahami tentang pernyataan ketiganya ( bapa,ibu,anak) padahal yang di kehendaki tentang penyebutan ABI (bapak) itu adanya DZAT wajibul wujud , dan penyebutan UMMI (ibu) itu yang di kehendaki adalah ADANYA dzat yang di ibaratkan penisbatan tentang beberapa haqiqat (kenyataan)  (KUNHI DZAT) sedang penyebutan IBNU itu yang di maksud adalah AL-KITAB , adapun yang di maksud dengan penyebutan AL-KITAB itu adalah wujud muthlaq (NUR AHMAD) , sedang yang di maksud dengan wujud muthlaq adalah cabang & buahnya dari kenyataannya DZAT .... dalam bahasa BANI ISRAEL di sebutkan 

Syalom Aleikhem Be Shem Hammashiah, 

Sebagai latar belakangnya adalah Tauhid Bani Israil, yang diawali dengan kalimat yang berbunyi: "Syema’ Yss-ra’el, YHWH Elohenu, YHWH Ehad" (Dengarlah, hai Israel, TUHAN itu Ilah kita, TUHAN itu Esa – Sefer Ha Debarim/Ulangan 6:4). Orang Yahudi hanya percaya kepada YHWH (baca: ‘ha-Shem’, Sang Nama), Ia adalah satu-satunya Elohim (Ilah, ‘sembahan’).

Secara harfiah, dalam bahasa Arab: "Ar Rabb, huwa al-Ilah" (Ar Rabb/TUHAN, Dialah Al-Ilah). Kata Al-Ilah menjadi Allah (The God, ‘Ilah yang benar’). Mengenai penggunaan kata Allah di lingkungan Arab kuno, yang tidak dapat di baca batasanNYA dalam Al-Kitab Al-Muqaddas : "Allah adalah sebutan bagi Ilah yang menciptakan segala yang ada" (Allah, hadza ism al-Ilah khalaqa jami’al kainat). "Al" pada kata "Allah" dalam bahasa Arab , yang menunjukkan kekhususanNya (cf. Ibrani: "ha-Elohim", Aram : "d’Allaha", Inggris : ‘The God’). Karena itu, ungkapan "Laa Ilaha illa l-lah" secara etimologis, bila direkonstruksi dari bahasa Ibrani: "Ein Elohim ella ha-Elohim", atau dari bahasa Arami: "Lait Allaha ella d’Allaha" (cf. 1 Kor 8:4, Peshitta). Ayat Korintus tersebut dalam Alkitab bahasa Arab-pun tertulis : "Laa Ilaha illa l-lah" ("Tidak ada Ilah selain Allah").

dalam penjelasan lain di sebukan


"wa lam Tamarra lahdhatan min zamaani kaanati  Ald zat al Ilaahiyyati bidzunni Al-Aql, fal Aqlu fil Laahi laysa juz’un minhu, lianallooha laa yutajaaza " 


(‘Tidak pernah ada sekejap-pun dalam suatu waktu, dimana Dzat Ilahi itu ada tanpa ‘Aql atau pikiranNya, karena itu ‘Aql atau pikiranNya tersebut berada dalam Allah tanpa pemisahan denganNya, sebab Allah itu tidak terbagi-bagi’). Karena itu secara logis pula, "Pikiran Ilahi itu selalu berdiam dalam Dzat Ilahi secara azaliy atau tanpa permulaan" ("Al ‘Aqal al-Ilahiy al-kaainu fi AL-Dzaati al-Ilaahiya mundzu ‘azaliy"). 



Sementara perdebatan-perdebatan ummat islam pada umumnya mengenai salah persepsi tentang tauhid Kalimatullah  yang mementaskan pertanyaan makhluq (ciptaan) atau ghiyar al-Makhluq (bukan ciptaan) dalam pandangan kaum, yang mengatakan: ‘ada suatu waktu tertentu dimana Kalimatullah ISA belum ada’

menurut pandangan filsafat Yunani menyatakan tentang adanya Demiurgos (semacam the intermediary being, "makhluk pengantar") yang bukan Allah dan bukan manusia, dengan demikian dianggap membahayakan Tauhid. padahal pendangan seperti itu hanyalah wasangkanya aqal tentang pemahaman akan haqiqat diri ... dalam al-furqon di jelaskan

WA'INDAHU UMMU AL-KITAABI 

adapun ketetapan Ummu al-kitab itu berada disisiku

 " nabi Isa Al-masih itu sebagai Firman Allah telah lahir sebelum segala zaman dari Bapa tanpa seorang ibu, dan dalam nuzulNya sebagai Manusia ia lahir dari ibu tanpa seorang bapa". kenyataan yang  menekankan bahwa kelahiran Putra (Kalimatu al-ilah) dari  IBU (Kunhu Dzat al-ilah ) dari Bapa (Wujudu al-mahdli / murninya al-ilah)  adalah kelahiran dalam lingkaran keabadian, mengatasi aspek ruang dan waktu, bahwa tidak semua kenyataan itu di awali oleh sebab & musabab ,,, sebab Allah memang "tidak beranak dan tidak pula diperanakkan & maha segala-galanya"
sedang ajaran Nabi isa as selalu menekankan kearah tauhid rububiyah 
seperti yang di isyarahkan nabi isa dalam perkataannya :

MAA QULTU LAHUM ILLA MAA AMARTANII 

ya alloh ,aku tidak pernah mengatakan pada ummatku
kecualai apa yg engkau perintahkan kepadaku

pada perkataan yang lain nabi isa mengatakan :

ANI'BUDULLOOH ROBBII WAROBBUKUM 

aku memerintahkan kepada ummatku untuk menyembah tuhanku dan tuhanmu (umatnya) semua 

sedangkan gelar Kalimulloh bagi Nabi Isa as sama sekali tidak berkonotasi fisik atau biologis!  serta tidak 
berkonotasi  serupa dengan makna 

"Lam Yalid wa Lam Yuulad"

dalam Al-Qur’an; prinsip ini dikenal dalam ungkapan bahasa Arruumi: "La min tsivyana de Basra, wla min tsivyana de gabra" ("bukan lahir dari daging dan bukan pula lahir dari darah"). 

pemahaman nabi ISA as sebenarnya tidakklah menyempitkan akan pemahaman dzahirnya kitab INJIL
akan tetapi malah meluaskan pandangan tentang pemahaman untuk memper jelas isi yang tertulis .
supaya para kaumnya nabi ISA as tidak salah dalam pemahaman bahwasanya nabi ISA as itu adalah tuhan beserta IBU & BAPA ....

ADAPUN KESIMPULANNYA 

dengan pernyataan seperti ini nabi ISA as terlepas dari prasangka pengakuan ....

Di nuqil Dari kitab:

INSAN AL-KAAMIL FI BAABI BAYANI AL-INJIL .. 

By : ALKIS 




Pengertian wuquuful al-qolbi hadlir ila robby ♥♥Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.♥♥


●▬▬▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
 ╔═╗══════╔╗═══╔╦╗══╗

 ║╚╬═╦╦╦═╗║╚╦═╦╝╠╬╦╗║

 ╠╗║╬║║║╬║║║║╬║╬║║╔╝║

 ╚═╩╩╬╗╠╩╝╚╩╩╩╩═╩╩╝═║

 ════╚═╝════════════╝

Hubungan segala sesuatu selain Allah (mahluk) sudah seharusnya tidak memalingkan perhatiannya dari Allah SWT, walau sesaat pun. Begitu terputus dari segala macam ikatan, hanya hubungan dengan Allah saja yang mesti ada dan tersisa dalam hati sanubari. Dalam ungkapan lain, semua hubungan mestilah berasal hanya dan cuma satu saja,,,, yang disebut oleh kaum Sufi tentang hadlir ilalloh terus-menerus ,,, senantiasa merasakan panggilan & KehadiranNYA di setiap gerak nafas mahluk  yang begitu dekat melebihi dekatnya sesuatu yang paling dekat dengan diri mahluk, atau Kontemplasi Ilahi. Seperti diungkapkan seorang penyair darwisy :



Kehidupan dan hatiku sibuk dengan diriMu,



dan mataku mengerling ke kanan dan ke kiri (muroqobah ma’iyah ‘ala haqiqoti al-ruh)

Agar saingan-sainganku tidak tahu ... (fana’ kullun)



bahwa Engkaulah sesungguhnya KekasihKU



Sesudah mengutip ayat-ayat Alquran ini, saya akan menyebutkan beberapa hadis Nabi Muhammad mengenai kewajiban mengerti (‘arif)  Allah berikut segala keuntungan dan manfaat serta kefana’an diri yang diperoleh dariNYA barulah mahluk bisa mengingat dengan sebenar-benarnya mengingat.


Abdullah bin faqir

Seseorang berkata, “Ya Rasul Allah, aku demikian banyak terbebani oleh perintah-perintah dalam Syari’ah. Berilah aku nasihat ihwal sesuatu yang mesti kupegang erat-erat.”


Nabi bersabda, “Hendaknya lidahmu tidak pernah berhenti mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah

Sampai kau terpanggil dan fana’u al-fana’ ila baqo’u al-ilahiyah dengan seluruhnya



Telah diriwayatkan oleh Abu Darda’ bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :



“Maukah aku beritahukan kepadamu amalan-amalan yang dipandang oleh Tuhanmu sebagai lebih baik dan lebih utama, yang menjadi sarana menaikkan derajatmu dan yang lebih baik ketimbang memberi sedekah berupa emas dan perak dan bahkan lebih baik ketimbang memerangi musuhmu, entah dalam keadaan membunuh mereka atau terbunuh mereka ?” Mereka menjawab, “Ya.” Nabi bersabda, “Mengingat Allah / dzikrul ilaahi .”



Seperti diungkapkan seorang penyair :



Kuucapkan nama-Mu dan kubakar kehidupanku,



Hingga sampai titik keADAManku ...



aku laksana lilin, dalam api, lantaran lidahKU ku mampu memujaMU ...



Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah ibn ‘Umar bahwa Nabi Muhammad saw, bersabda :



“Tak ada sesuatu pun yang lebih efektif dalam menyelamatkan diri kita dari hukuman Allah selain mengingat-Nya.” Orang-orang bertanya, “Tidak jugakah berjuang di jalan Allah akan menyelamatkan diri kita ?” Beliau menjawab, “Tidak, tidak ada satu amalan pun bisa menyamai zikir atau mengingat Allah, sekalipun para prajurit menggunakan pedangnya sedemikian rupa sehingga pedang itu patah.”



Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda :



“Orang-orang yang tidak terikat dan bebas (hurrin / merdeka lahir bathin pada kepasrahan) sudah lebih dulu unggul,” sabda Nabi SAW dan Orang-orang bertanya, “Ya Rasul Allah, siapakah orang-orang yang tidak terikat dan bebas itu ?” Beliau menjawab, “Laki-laki dan perempuan yang tidak henti-hentinya ingat setelah ‘arif billah .”



Seperti diungkapkan oleh seorang penyair Sufi :



Hati seorang Mukmin beroleh kegembiraan



dari kebahagiaan iman,



Kebahagiaan iman memberikan kebahagiaan



kepada kaum Mukmin.



Semua kegembiraan lainnya pun terlupakan,



Disaat kaum ahli bathin memperoleh kebahagiaan



dari mengingat Allah.....



Anas meriwayatkan langsung, dari Rasulullah, “Allah SWT berfirman, ‘Aku senantiasa bersama pikiran hamba-Ku dan bersamanya manakala ia mengingat-Ku. Manakala ia mengingat-Ku dalam hatinya, Aku juga mengingatnya dalam hati-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah majelis dan majelis ini lebih baik dari majelisnya.



Janganlah melupakan Allah, agar engkau terpanggil menjadi kekasihNYA



Jika engkau pernah mengingat-NYA setelah melihatNYA, pasti engkau telah terpanggil & dipilih untuk menjadi KEKASIHNYA tanpa washilah



Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah saw, bersabda “Allah SWT berfirman, ‘Aku bersama hamba-KU manakala ia mengingat-KU dan bibirNYA hanya bergerak menyebut-nyebut nama-KU...



Al-Qusyairi meriwayatkan dari Anas, “Nasib malang tidak akan menimpa orang yang mengatakan, BILLAAHI , LILLAAHI ,MA’ALLOHI, WA ILALLOHI KULLUHUM AJMA’IINA .....



Dalam sebuah hadis lain diriwayatkan. “Hari Kiamat akan terjadi jika Allah, Allah tidak lagi diucapkan di muka bumi.”

Seorang yang ‘ARIF billah bisa disamakan dengan orang hidup dalam kubah alloh (kesadaran), dan seorang yang tidak ‘Arif billah bisa disamakan dengan orang mati / mayat berjalan , yakni orang-orang  yang ‘ARIF billah adalah hidup dalam panggilan kefana’an tauhid  dan orang yang tidak ‘arif billah adalah mati (bangkai berjalan) ...........

Sesudah mengetahui titik nuqoth  yang ditegaskan pada BIKAANA BI YAKUUNU BIKUN ... BIHI .. maka berbagai MANFAAT dan HIKMAH ,  bisa Kita fahami dengan sebenar’’NYA .



Dzikir adalah piagam Panggilan Allah. Barangsiapa diberi anugerah dzikir Haqqullah, maka yang demikian itu berarti bahwa ia sudah diberi perintah berikut, “Engkau memang benar-benar haqqi”



Di sini lalu timbul pertanyaan : Mengapa dzikir atau mengingat Allah, yang demikian  mudah dan sama sekali tidak susah, dipandang sebagai lebih bermanfaat dan lebih unggul ketimbang bentuk-bentuk ibadah lainnya yang memerlukan tindakan yang sulit dan sukar ?  Imam al Ghazali memberikan jawaban sebagai berikut :



Kenyataan ini bisa ditetapkan melalui pengetahuan & pengalaman mistis/sepiritual, akan tetapi, sejauh pengetahuan & pemahaman praktis aqal, bisa dikatakan bahwa hanya dzikir atau mengingat Allah saja yang efektif dan bermanfaat, yang senantiasa dan terus-menerus dilakukan disertai kehadiran (Allah) dalam jiwa dan pikiran. Akan halnya dzikir atau mengingat Allah secara verbal dan hati disibukkan dengan permainan dan senda gurau saja tanpa isi, dzikir panggilanNYA dalam keadaan suci ,batal,sibuk,bercanda bekerja,berdiskusi tanpa di batasi oleh gerak lahir & bathin ...



Hadis Nabi memperkuat pandangan ini. Sebagaimana diungkapkan seorang penyair darwisy :



Jika engkau tidak mengerti di saat mengingat Allah,



Sebelum mengenali haqiqatnya (haqqu al-rububiyah)



Meskipun engkau sibuk sepanjang hayatmu,



Maka engkau tak beroleh apa-apa.... kecuali kesesatan belaka

Dan dirimu tiada sadar merasa mengingat sesuatu

Yang belum pernah engkau melihat dan mengenalinya

Namun engkau telah menyebut dan merasa telah dzikir kepadaNYA ...

Itulah CIRI’’ haqiqat MUNAFIQ ... belum mengenal

namun telah merasa mengingat al-haq

namun, mengingat dzat Kekasih dengan panggilanNYA kekasih

untuk kekasihNYA dalam kerelaan UBUDIYAH AL-RUBUBIYAH

senantiasa bermanfaat dan selalu berguna sepanjang masa

SALAM MAYAT LAKNAT LIANG LAHAT ....

  {يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا الأَلْبَابِ}  (البقرة/269).

“Allah berikan HIKMAH kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang diberi HIKMAH, maka ia telah diberi kebaikan yang banyak” (Al Qur’an, Surah Al Baqoroh, 2:269)

BY : alkis annabila isyq .............................

●●۩۞۩●═●███████●═●۩۞۩●●

 ▄▀▄▀▄▀▄▀▄███████▀▀███████▄▀▄▀▄▀▄▀▄
 ░▒▓██████████████████████████████▓▒░

HAQIQAT BISMILLAH



Dalam suatu hadits Nabi saw. Beliau bersabda, Setiap kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al-Qur'an. Dan seluruh kandungan Al-Qur'an ada di datam Al-Fatihah.
Dan semua yang ada dalam Al-Fatihah ada di dalam Bismillnahirrahmaanirrahiim. Bahkan disebutkan dalam hadits lain,"setiap kandungan yang ada dalam Bismillahirrahmaanirrahiim ada di dalam huruf Baa', dan setiap yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam titik yang berada dibawahnya huruf baa'


Sebagian para Arifin menegaskan, "Dalam perspektif orang yang ma'rifat kepada Allah, Bismillaahirrahmaanirrahim itu kedudukannya sama dengan "kun" dari Allah”.

Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillahirrahmaanirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) ataupun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al-Qur'an, kristalisasi dan spesifikasi huruf-huruf yang ada dalam huruf Baa', manfaat dan rahasianya.

Tujuan kami bukan mengupas semua itu, tetapi lebih pada esensi atau hakikat makna terdalam yang relevan dengan segala hal di sisi Allah swt, Pembahasannya akan saling berkelin dan satu sama lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Ma’rifat kepada Allah swt.

Kami memang berada di gerbangNya, dan setiap ada limpahan baru di dalam jiwa maka ar-Ruhul Amin turun di dalam kalbunya kertas. Ketahuilah bahwa Titik yang berada dibawah huruf Baa' adalah awal mula setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun dari titik, dan sudah semestinya setiap Surat ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itu menjadi keniscayaan bahwa titik itu sendiri adalah awal dan pada setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.

Kerangka hubungan antara huruf Baa' dengan Tititknya secara komprehensfih akan dijelaskan berikut nanti. Bahwa Baa' dalam setiap surat itu sendiri sebagai keharusan adanya dalam Bassmalah bagi setiap surat, bahkan di dalam surat Al-Baqarah. Huruf Baa' itu sendiri mengawali ayat dalam surat tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur'an mesti diawali dengan Baa' sebagaimana dalam hadits di atas, bahwa seluruh kandungan Al-Qur'an itu ada dalam surah Al-Fatihah, tersimpul lagi di dalam Basmalah, dan tersimpul lagi dalam Huruf Baa', akhirnya pada titik.

Hal yang sama , Allah SWT dengan seluruh yang ada secara paripurna sama sekali tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Titik sendiri merupakan syarat-syarat dzat Allah Ta'ala yang tersembunyi dibalik khasanahnya ketika dalam penampakkan-Nya terhadap mahlukNya. Amboi, titik itu tidak tampak dan tidak Layak lagi bagi anda untuk dibaca selamanya mengingat kediaman dan kesuciannya dari segala batasan, dari satu makhraj ke makhraj lainya.
Sebab ia adalah jiwa dari seluruh huruf yang keluar dari seluruh tempat keluarnya huruf. Maka, camkanlah, dengan adanya batin dari Ghaibnya sifat Ahadiyah.

Misalnya anda membaca titik menurut persekutuan, seperti huruf Taa' dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’, maka yang Anda baca tidak lain kecuali Titik itu sendiri. Sebab Taa' bertitik dua, dan Tsaa' bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu, yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda dengan lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja. Hal yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah.

Bahwa Anda mengenal-Nya dari makhluk sesungguhnya Anda mengenal-Nya dari Allah swt. Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu sama lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya pada titik tersebut. Ada sebagian yang tampak pada kenyataannya seperti huruf Alif dan huruf-huruf tanpa Titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif lebih mulia dibanding Baa',karena Titiknya justru menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa' itu sendiri tidak tampak (Titik berdiri sendiri). Titik di dalam huruf Baa' tidak akan tampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena Titik suatu huruf Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan itu sendiri mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.

Huruf Alif itu sendiri posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Anda bisa mengatakan bahwa Baa' itu adalah Alif yang di datarkan Sedang Jiim, misalnya, adalah Alif dibengkokkan' dua ujungnya. Daal adalah Alif yang yang ditekuk tengahnya.

Sedangkan Alif dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat Masing-masing huruf tersusun dari Titik. Sementara Titik bagi setiap huruf ibarat Neucleus yang terhamparan. Huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif dengan kerangkanya seperti kedudukan Titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’ adalah Alif yang terdatarkan.

Demikian pula Hakikat Muhammadiyyah merupakan inti dimana seluruh jagad raya ini diciptakan dari Hakikat Muhammadiyah itu. Sebagaimana hadits riwayat Jabir, yang intinya Allah swt. menciptakan Ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari Ruh Muhammad saw. Sedangkan Muhammad saw. adalah Sifat Dzahirnya Allah dalam makhluk melalui Nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.

Anda masih ingat ketika Nabi saw. diisra'kan dengan jasadnya ke Arasy yang merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif merupakan manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan substansinya Alif memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah Titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua Titik manakala disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan Kedalaman.

Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim. Pada kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya, ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada pangkalnya yang pertama lebar. Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap huruf selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak punya bentangan. Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua huruf.

Diantara huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang punya Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempatip osisi "Aku tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana".

Diantara huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya pada tahap, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya." Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati tahap, "Aku tidak melihat sesuatu" sementara Titik putih menemptai "Kecuali aku melihat Allah di dalamnya."

Alif menempati posisi "Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah." Kalimat "sesungguhnya" menempati posisi arti "Tidak", dengan uraian "Sesungguhnya orang-orang berbaiat" kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah."

Dimaklumi bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu dia bersyahadat kepada bersyahadat kepada Allah pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. Artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw. tetapi hakikat-nya berbaiat kepada Allah swt. Itulah arti sebenarnya dari Khilafah tersebut.



Menurut Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil Karim" menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma-asma Allah Ta’ala diproyeksikan yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta'ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri
menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.


Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian "Tidak membuat penyifatan".

"Ar- Rahman" adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan secara universal. menurut relevansi hikmah.

dan relevan dengan penerimaan di permulaan pertama.

"Ar-Rahiim" adalah yang melimpah bagi keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebutkan, "Wahai Yang Muha Rahman bagi Dunia dan akhirat, dan Maha Rahim bagi akhirat".

Artinya, adalah proyeksi kemanusiaan yang sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi Muhammad saw. Bersabda, "Aku diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) paripurna akhlak".

Karena. kalimat-kalimat merupakan hakikat-hakilkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana Isa as, disebut sebagai Kalimah dari Allah, sedangkan keparipurnaan akhlak adalah predikat dan keistimewaannya. Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang terkristal dalam jagad kemanusiaan. Memahaminya sangat halus. Di sanalah para Nabi - alaihimus salam - meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud. Kenyataan ini bisa djtemukan dalam periode! Isa as, periode Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.

Disebutkan, bahwa Wujud ini muncul dari huruf Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’ tersebut mengiringi huruf Alif yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada indikasi terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah, yang disebutkan melalui firman-Nya, "Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan denganmu Aku memberi. denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa". (Al-hadits).

Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf. Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.

Delapan belas huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasikannya dengan jumlahnya. 18 ribu alam. Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah. Alif merupakan induk dari seluruh strata yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif. Karena itu dimengerti sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai Alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh Langit., dan empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.

Sedangkan makna sembilan belas, menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau pun masuk kategori alam hewani, namun alam insani itu menurut konotasi kemuliaan dan universalitasnya atas seluruh alam dalam bingkai wujud, toh ada alam lain yang memiliki ragam jenis yang prinsip. Ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat.
Tiga Alif yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan perunjuk pada Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan Af 'aal. Yaitu tiga Alam ketika dipisah-pisah, dan Satu Alam ketika dinilai dari hakikatnya.

Sementara tiga huruf yang tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.

Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif yang melekat pada Baa', "dari mana hilangnya Alif itu?" Maka Rasulullah saw, menjawab, "Dicuri oleh Syetan".

Diharuskannya memanjangkan huruf Baa'nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian Ketuhanannya predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar. Sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan bisa dikenal kecuali oleh ahlinya. Karenanya, dalam hadist disebutkan, "Manusia diciptakan menurut gambaran Nya".

Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat, dan Sifat tersembunyikan oleh Af'aal. Af'aal tersembunyikan oleh jagad-jagad dan makhluk.

Oleh sebab itu, siapa pun yang meraih Tajallinya Af'aal Allah dengan sirnanya tirai jagad raya, maka ia akan tawakkal. Sedangkan siapa yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya tirai Af'aal, ia akan Ridha dan Pasrah. Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan terbukanya tirai Sifat, ia akan fana dalam kesatuan. Maka ia pun akan meraih Penyatuan Mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia membaca tapi tidak membaca "Bismillahirrahmaanirrahiim".

Tauhidnya af'aal mendahului tauhidnya Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya, "Tuhan, Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksaMu, Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarah dendamMu, Aku berlindung denganMu dari diriMu".

Jumat, 13 April 2012

PRINGSIP BERTAUHID ILAHIYAH

Prinsip Dan Sifat Tauhid

Prinsip tauhid sebenarnya berkaitan dengan totalitas tanpa sambungan.
Sehingga tidak ada pemilahan maupun parsialisasi, maupun penyatuan dan
integrasi, karena kalau itu terjadi maka prinsip tersebut tidak menunjukkan
prinsip tauhid yang hakiki. Sebagai totalitas, maka pengertian-pengertian
temporal, keruangan, dan kesadaran tidak ada. Sehingga penauhidan makhluk
kepada Yang Esa adalah penafian segala sesuatu yang baru. “
Tidak ada Tuhan
selain Allah

”, adalah penafian atas segala makna-makna yang terpahami oleh
sesuatu yang baru itu yakni semua makhluk. Maka, makhluk sebenarnya hanya
dapat memahami tauhid sebagai Allah SWT Yang Esa dari sisi ilmu dan
pengetahuan-Nya saja.
Diluar itu adalah Kebingungan Ilahiah
. Ketika sesuatu

yang baru berjalan menyingkap dan menyaksikan sesuatu yang baru lainnya,
maka pada posisi paling akhirnya, yang baru akan tenggelam di dalam hakikat
totalitas. Ketika seseorang sebagai yang baru tenggelam dalam kesaksian akan
Yang Maha Esa, maka yang akan nampak sebagai hakikat segala yang ada
apakah itu kelembutan, kemesraan, keindahan, keagungan, atau pun yang
lainnya, tidak lebih dari Af’al, Asma,Sifat dan Dzat Yang Esa itu sendiri. Maka
Samudera Tauhid adalah samudera yang menenggelamkan samudera lainnya.

Dalam pengertian yang lebih modern, Samudera Tauhid adalah medan didalam

medan, didalam medan, didalam medan, dan seterusnya yang tidak dapat

dipisah-pisahkan. Kalau saya kaitkan pengertian ini dengan pendekatkan Teori

Kuantum Qolbu yang telah diuraikan , maka menjadi jelas bahwa

Qolbu Mukminin adalah qolbu yang mampu menampung ketauhidan Allah SWT

Yang Esa, yang pengertiannya selaras seperti dikatakan oleh sabda Rasulullah
SWT “

Qolbu Mukminin adalah Singhasana Allah.

Dalam pengertian yang lebih khusus maka seorang Mukminin adalah hamba
Allah, adalah dia yang menafikan dirinya sendiri sebagai dirinya yang mampu
menampung segala sesuatu yang baru (Laa illaaha),
yang ada hanya “Allah
SWT”
(illaa Allaah).
Sehingga prinsip tauhid sebagai suatu totalitas adalah yang
mampu meluruhkan segala sesuatu (ilmu pengetahuan). Maka prinsip tauhid adalah “Yang AdA” hanyalah “
DIA''
” -
Allah SWT Yang Maha Esa
”.
Sifat paling mendasar dalam tauhid karena itu adalah

La ilaaha illaa Allah

”.
Didalam pernyataan yang meniadakan Yang lain Selain Allah ini maka terdapat
lima aspek penetapan paling mendasar yang harus diyakini. Kelima aspek ini
menurut Al-Ghazali adalah :

Adanya
Al-Bari SWT(Pencipta)
, untuk menolak peniadaannya (ta’thil /cela).

Keesaan Allah SWT, untuk meniadakan selainnya atau
syirik
.
Penyucian Dzat Allah dari segala bentuk al-aradh
atau
al-jauhar 
(substansi),
atau Penyucian dari segala yang baru, sehingga dengan
keduanya tidak terjadi penyerupaan (at-tasybih). “
Laisya Kamitslihi Syai-un (Tak ada yang serupa dengan-Nya)
”.
Segala ciptaan-Nya didasarkan pada keinginan dan kehendak-Nya (yang eksis dengan kemandirian-Nya),
agar ia suci dari persoalan sebab akibat.
Maka yang baru selain-Nya eksis dengan limpahan

Basmalah
dan kehendak “
kun fa yakuun”.

Dialah yang mengatur segala yang diciptakan-Nya, tidak diatur oleh alam,
bintang, dan tidak juga oleh malaikat. Karena Dialah yang Maha Mendidik
dan Memelihara (
Rabb al Aalamin) dan juga dialah yang memberikan
limpahan rahmat dan kasih sayang (
ar-Rahmaan ar-Rahiim)

Akan tetapi, sifat mendasar tauhid ini “
La ilaaha ilallaah

” berlaku pada semua makhluk yang berada dalam karakteristiknya yang paling mendasar atau
elementer. Kendati sifat mendasar ini menjadi jembatan antara pentauhidan
Allah oleh manusia dan pentauhidan Allah oleh Allah, maka sifat mendasar ini


hanya berlaku dalam tingkatan hakikat. Secara eksoteris atau fisikal, yang paling elementer adalah hakikat tetapi bukan
al-Haqq
sebagai Hakikat Hakiki. Maka,
makhluk sintesis seperti manusia dan jin yang dinisbahkan sebagai yang
diciptakan untuk menyembah Allah harus memulai pentauhidan dari tauhid yang
lebih formal bagi dirinya (sebagai makhluk sintesis bukan makhluk elementer).

Maka ia harus mengikuti tauhid yang dinisbahkan kepada hamba dan kekasih
Allah yang membawa rahmat yaitu Nabi Muhammad SAW. Sifat tauhid bagi

manusia dan jin karena itu adalah kalimah syahadat, “
La ilaaha illaa Allah SWT,
Muhammadurrasulullah
”. Maka, bisa disimpulkan bahwa syahadat adalah
hakikat Rahmat dan Kasih Sayang Allah yang Maha Memelihara karena Dia

Maha Tahu kapasitas semua makhluk-Nya karena Dialah yang menentukan

masing-masing potensi dan kadarnya sejak awal mula makhluk diciptakan.

Secara langsung pengertian ini merujuk pada pengertian yang umum dari surat

al-Fatihah sebagai Pembuka, sebagai surat wajib yang harus dibaca Muslim

dalam setiap rakaat shalat, maka tanpa al-Fatihah shalat tidak sah. Dengan

demikian, maka syariat sebagai penghambaan kepada sifat Uluhiyah-Nya

terkonfirmasikan sebagai ubudiyah
manusia dan jin dengan perintah-perintah
Allah dan larangan-laranganNya, yaitu
shalat lima waktu sebagai hukum yang harus dipatuhi atau
wajib

. Jadi, pengertian merobohkan tiang-tiang agama Islam
kalau seseorang ber-KTP Islam tidak melaksanakan shalat lima waktu menjadi jelas. Sehingga manusia yang menolak syariat dikatakan akan menjadi zindiq

dan bagi yang menolak sifat mendasar tauhid berupa dzikir sebagai hakikat

dikatakan menjadi fasik. Dengan demikian, secara utuh dikatakan bahwa tidak

ada makrifat tanpa akidah(tauhid)-syariat-hakikat maka senyatanya

kesatupaduan aqidah – syariat – thoriqot–Ma'rifat - hakikat yang mengendap dalam

setiap Muslim lahir dan batin adalah kesatupaduan makrifat itu sendiri.

Dengan pengertian tauhid yang demikian, maka prosesi pentauhidan adalah

prosesi yang dibarengi dengan suatu keadaan penghambaan dan pengetahuan,

bukan penentangan dan kebodohan. Penentangan dan kebodohan inilah yang


diwujudkan oleh Iblis dalam diri sebagai hasil dari kebodohan yang menimbulkan

kesombongan karena kadarnya tidak mempunyai kapasitas untuk menampung

aspek keilmuan dari peribadahannya yang telah ia lakukan menurut sementara

tafsir ribuan tahun, ia taklid buta sehingga sifat-sifat Tuhannya tak dipahami, dan

akibat dari Iblis sendiri tidak memahami konsep rahmat dan kasih sayang karena

ia tidak mengetahui hakikat penciptaan. Akhirnya yang muncul adalah kebencian

yang menjadi iri dan dengki kepada Adam yang diciptakan untuk memiliki potensi

ilmu pengetahuan dengan akal pikirannya dan potensi untuk penyingkapan untuk

mengenal Af’al, Asma-asma dan Sifat-sifat Tuhannya. Tipu muslihat Iblis untuk

menjadikan dirinya Tuhan kedua digagalkan oleh Allah SWT dengan telak,

karena Allah Maha Mengetahui, sedangkan Iblis tidak memahami sifat-sifat

Tuhan seperti apa (dalam arti Tuhan itu memiliki sifat seperti apa? Baik ilustratif maupun berupa realitas penciptaan - Iblis benar-benar tidak tahu.
...........

....... MARI MENGKAJI BERSAMA MENUJU PANGGILANNYA 

SALAM RAHAYUU SEMUANYA ,,,,,,,,,,,,,,, SILAHKAN BERGABUNG DISINI

ALKIS ANNABILA ISYQ 

PENCARIAN HIDUP MENUJU KEKASIH SEJATI

JANGAN SUKA MENGANGGAP SESUATU YG TIDAK COCOK ITU ADALAH SESAT NAMUN SIKAPILAH SAMPAI KAU BENAR'' MEMAHAMINYA ...

KARENA JIKA KAU MENILAI CIPTAANNYA MAKA NISTALAH DIRIMU ... KARENA ALLOH MAHA MENILAI PADA APA'' YANG KAU SANGKAKAN











AlkisAnnabila